BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Indonesia adalah Negara yang kaya akan
berbagai jenis satwa liar, salah satunya adalah Primata. Dari sekitar 195 jenis
primata yang ada, 40 jenis ditemukan di Indonesia, dan 24 jenis diantaranya
merupakan satwa endemik yang hanya hidup di Indonesia. Sejarah paleofauna
menunjukkan bahwa dua jenis primata telah punah dari pulau Jawa, yaitu Orang utan
(Pongo pygmaeus), dan Siamang (Hylobates sydactilus) (Whitter,
et.al.,1988 dalam Haryanto, 1992). Saat ini terdapat 5 jenis primata di Pulau
Jawa yaitu Owa Jawa (Hylobates moloch), Suruli (Presbytis aygula),
Kukang (Nycticebus coucang), Lutung Hitam (Trachypithecus auratus),
dan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Macaca fascicularis merupakan
salah satu jenis primata endemik yang dapat ditemukan di Kalimantan, Sumatera,
Jawa, Sulawesi dan pulau-pulau kecil lainnya (Napier dan Napier, 1985).
Taman Nasional Baluran merupakan salah
satu hutan konservasi yang berada di Jawa Timur dan memiliki keragaman
ekosistem hutan seperti hutan primer dan hutan sekunder yang disukai Macaca
fascicularis sebagai tempat bersarang (Rowe 1996), serta hutan
mangrove yang berada di pantai Bama. Di wilayah Pantai Bama Macaca
fascicularis biasa mencari makan hingga ke arah laut. Macaca
fascicularis yang hidup di daerah hutan mangrove pada umumnya turun ke
tanah pada saat air laut surut untuk memakan kepiting atau jenis moluska
lainnya (Diar, 2010).
Macaca fascicularis
merupakan salah satu satwa penghuni hutan yang memiliki arti penting dalam
kehidupan di alam. Keberadaan Macaca fascicularis tidak hanya sebagai
penghias alam, namun penting artinya dalam regenerasi hutan tropik (Supriatna, J. dan E. Hendras W. 2000).
Di habitatnya Macaca fascicularis dapat menjalankan fungsi ekologisnya.
Yakni, sebagai penyemai biji tanaman buah yang penting bagi konservasi jenis
tumbuhan di habitatnya. Selain itu Macaca fascicularis juga sebagai
pengendali populasi serangga yang merugikan, dengan cara memangsanya (Seponada,
Firman., 2010). Sejak tahun 70-an di dalam tubuh Macaca fascicularis sering
ditemukan antibodi untuk virus-virus tertentu. (Supriatna, J. dan E. Hendras W. 2000).
Monyet ekor panjang di kawasan Taman Nasional Baluran
hidup dalam populasi yang besar karena penyebarannya yang sangat luas dan
tingkat adaptasi yang tinggi pada berbagai habitat. Di Taman Nasional Baluran
monyet ekor panjang dijumpai disekitar kantor seksi pandean, camping ground,
hutan evergen, savana bekol dan pantai bama. Supriyatna (2000) menambahkan
monyet ekor panjang hidup berkelompok dengan struktur sosial yang terdiri dari
banyak jantan dan banyak betina dan dalam 1 hari seekor monyet jantan mampu
mengawini 9 ekor monyet betina. Selain itu, Monyet ekor panjang termasuk jenis
primata sosial yang dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari interaksi
sosial atau hidup bersama dengan yang lain (Suwarno, 2014). Interaksi sosial
yang dilakukan oleh monyet ekor panjang menimbulkan munculnya berbagai aktifitas
yang berbeda antar individu dalam populasi. Berdasarkan inventarisasi monyet
ekor panjang di Taman Nasional Baluran pada 25 Oktober 1995 sampai 30 Oktober
1995 menunjukkan populasi monyet ekor panjang terdata sebanyak 1.548 ekor dan
jumlah ini dari tahun ke tahun diperkirakan terus meningkat. Oleh
karena itu, populasi monyet ekor panjang secara umum masih dianggap aman dan
bukan termasuk salah satu binatang yang dilindungi.
Meskipun bukan satwa yang dilindungi dan
populasinya masih banyak bahkan di beberapa kawasan lindung pernah diberitakan
kelebihan populasi monyet jenis ini dan di beberapa daerah kerap menjadi hama
para petani, namun bukan berarti keberadaan satwa ini aman. Tindakan perburuan
monyet ekor panjang (Macacca fascicularis)
secara besar-besaran terus terjadi oleh manusia untuk dimanfaatkan
dalam pangan, obat-obatan, kepuasan atau peliharaan, rekreasi dan pendidikan
atau penelitian. Salah satu bentuk etnozoologi pemanfaatan monyet ekor panjang
untuk pangan dan obat-obatan cukup tinggi terutama di negeri Cina, sehingga
permintaan perdagangan akan satwa tersebut juga tinggi. Pada
dasarnya pemanfaatan M. fascicularis
khususnya untuk pasar ekspor telah diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor: 26/Kpts-II/94 tanggal 20 Januari 1994 yaitu untuk keperluan ekspor M. fascicularis harus berasal dari hasil
penangkaran. Di Indonesia, belum lama ini juga terjadi tindak
perburuan illegal monyet di Hutan Taman Nasional Baluran (HTNB) mencapai 20-25
ekor untuk memenuhi
bahan pangan yaitu bakso di kawasan Asembagus. Selain itu, monyet ekor panjang
juga sering digunakan sebagai satwa percobaan penelitian dibidang medis, dan
permintaan penangkapan terhadap satwa tersebut juga tinggi. Berdasarkan
beberapa permasalahan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terkait Studi Analisis Penyebab Over Populasi dan Tindakan Perlindungan Monyet
Ekor Panjang (Macacca
fascicularis) di Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
identifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Macaca
fascicularis berperan penting dalam regenerasi hutan
tropik dan menjalankan fungsi ekologis sebagai penyemai biji tanaman buah yang
penting bagi konservasi jenis tumbuhan di habitatnya.
2.
Over populasi
monyet ekor panjang (Macacca fascicularis)
di kawasan Taman Nasional Baluran karena tingkat adaptasi yang tinggi pada
berbagai habitat.
3.
Di Indonesia
monyet ekor panjang (Macacca fascicularis)
bukan termasuk salah satu binatang yang dilindungi.
4.
Tindakan
perburuan monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) secara besar-besaran oleh manusia untuk dimanfaatkan dalam
pangan, obat-obatan, kepuasan atau peliharaan, rekreasi dan pendidikan atau
penelitian.
1.3
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka
permasalahan dibatasi pada:
1.
Jumlah
populasi monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) tahun 2015.
2.
Persebaran
populasi monyet ekor panjang disekitar kantor seksi pandean, camping ground,
hutan evergen, savana bekol dan pantai bama.
3.
Penyebab dan
dampak over populasi monyet ekor panjang (Macacca fascicularis).
4.
Tindakan
mengatasi over populasi monyet ekor panjang (Macacca fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran.
5.
Status perlindungan
berdasarkan Undang-Undang, IUCN, dan CITES
6.
Tindakan
perlindungan monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran.
1.4
Rumusan Masalah
1. Bagaimana morfologi monyet ekor panjang?
2. Bagaimana keadaan habitat monyet ekor panjang di
Taman Nasional Baluran?
3. Bagaimana jumlah populasi dan persebaran monyet
ekor panjang di Taman Nasional Baluran?
4. Apakah penyebab over populasi monyet ekor
panjang di Taman Nasional Baluran?
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini
yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan tentang morfologi monyet
ekor panjang (Macaca
fascicularis).
2. Penelitian ini dapat memberi pengetahuan
tentang habitat dari monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) di Taman Nasional Baluran.
3. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
penyebab dan dampak over populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dari jumlah populasi sebelumnya di Taman
Nasional Baluran.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Kajian
Teoritis
2.1.1
Taman
Nasional Baluran
Taman
Nasional Baluran TN Baluran terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten
Situbondo, Jawa Timur. Secara geografis terletak antara 7o45’7o15’
LS, serta antara 114o18’-114+27’ BT, sebelah timur laut Pulau Jawa.
Sebelah utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah barat berbatasan dengan
Sungai Bajulmati, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali dan sebelah barat
laut berbatasan dengan Sungai Klokoran. Kawasan konservasi sumber daya alam
tersebut pada mulanya dikenal sebagai suaka margasatwa, kemudian ditetapkan
secara definitif sebagai taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
No: 096/Kpts-II/1984 tanggal 12 Mei 1984.
Taman Nasional
Baluran sebagai salah satu kawasan konservasi yang didalamnya memiliki berbagai
macam flora dan fauna dan ekosistem yang beragam dengan
memiliki manfaat baik manfaat bersifat tangible (dalam pemanfaatan skala
terbatas) maupun manfaat yang bersifat intangible, berupa produk jasa
lingkungan, seperti udara bersih dan pemandangan alam. Kedua manfaat tersebut
berada pada suatu ruang dan waktu yang sama, sehingga diperlukan suatu bentuk
kebijakan yang mampu mengatur pengalokasian sumberdaya dalam kaitannya dengan
pemenuhan kebutuhan masyarakat dengan tetap memperhatikan daya dukung
lingkungan dan aspek sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Taman Nasional
Baluran memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang cukup beragam,
terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari ekosistem laut hingga
pegunungan, savana, dan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan. Beberapa
daerah di Taman Nasional Baluran yang sering dikunjungi wisatawan dan
masyarakat untuk berbagai keperluan terutama yang dimanfaatkan sebagai daerah
tujuan wisata antara lain: Gua Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen
Forest, Bekol, Bama, Manting, Dermaga, Kramat, Kajang, Balanan, Lempuyang,
Talpat, Kacip, Bilik, Sejileh, Teluk Air Tawar, Batu Numpuk, Pandean, dan Candi
Bang. Adapun wisatawan yang berkunjung ke Taman Nasional Baluran meliputi
wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang
ada di Taman Nasional Baluran sebagian telah dikembangkan menjadi produk
wisata, antara lain Gua Jepang, Curah Tangis, Visitor Centre, Candi Bang,
Savana Semiang, Savana Bekol, Evergreen Forest Bekol, dan Pantai Bama.
2.1.2
Monyet
Ekor Panjang (Macaca
fascicularis)
Beraneka
ragam satwa dan tumbuhan hidup berdampingan membentuk satu kesatuan yang
sempurna sebagai ciri dari sebuah taman nasional, salah satunya adalah monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis). Satwa ini merupakan salah satu satwa
liar yang belum dilindungi keadaannya, The International Union for the
Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) memasukkan monyet ekor
panjang dalam kategori Least Concern (LC) dan Convention on International Trade
in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) memasukkan monyet ekor
panjang dalam appendix II yang berarti satwa tersebut belum terancam punah
namun dapat terancam punah apabila perdagangannya tidak dikendalikan. Primata
ini sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai hewan peliharaan, untuk menguji
jenis obat-obatan, vaksin dan pembiakan sel (Priyono, 1998). Oleh karena itu
perlu adanya kegiatan konservasi untuk menganalisis dan menindak lanjuti
keberadaan serta keadaan bagi satwa yang satu ini.
Monyet ekor panjang mempunyai panjang tubuh sekitar
38-55 cm ditambah ekor sepanjang 40-65 cm. Berat tubuh Long-tailed Macaque
berkisar antara 5-9 kg untuk jantan dan 3-6 kg untuk monyet betina. Bulu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)
berwarna coklat keabu-abuan hingga coklat kemerahan dengan wajah berwarna
abu-abu kecoklatan serta jambang di pipi berwarna abu-abu, terkadang terdapat
jambul di atas kepala. Hidungnya datar dengan ujung hidung menyempit. Monyet
ini memiliki gigi seri berbentuk sekop, gigi taring dan geraham untuk mengunyah
makanan.
Monyet Ekor
Panjang hidup berkelompok dengan anggota antara 5 hingga 40-an ekor lebih.
Dalam satu kelompok terdapat 2-5 pejantan dengan jumlah betina 2-5 kali
lipatnya dengan salah satu monyet jantan sebagai pemimpin kelompok. Seekor
pejantan biasanya melakukan perkawinan dengan beberapa betina sekaligus. Monyet yang populer dipelihara dan
dijadikan hiburan topeng monyet termasuk hewan omnivora. Makanannya bervariasi
mulai dari buah, daun, bunga, umbi, jamur, serangga, siput, rumput muda, bahkan
kepiting. Meskipun mayoritas yang dikonsumsi adalah buah-buahan.
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1
Tujuan
Penelitian
Penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk :
1.
Mengetahui jumlah populasi monyet ekor panjang (Macacca fascicularis) pada tahun 2015.
2.
Mengetahui bagaimana persebaran populasi monyet ekor panjang disekitar kantor
seksi pandean, camping ground, hutan evergen, savana bekol dan pantai bama.
3.
Mengetahui penyebab dan dampak over populasi monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) di Taman Nasional Baluran.
4.
Mengetahui tindakan untuk mengatasi over populasi monyet ekor panjang (Macacca fascicularis) di kawasan Taman
Nasional Baluran.
5.
Mengetahui status perlindungan berdasarkan Undang-Undang, IUCN, dan CITES
6.
Mengetahui bagaimana tindakan perlindungan Monyet ekor panjang (Macacca fascicularis) di kawasan Taman
Nasional Baluran.
3.2
Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu : 30 November – 3 Desember 2015
Tempat : Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur
3.2
Alat dan Bahan
Peralatan teropong, kamera, perekam suara,
dan alat tulis. Bahan penelitian berupa monyet ekor panjang di habitat alaminya
di Taman Nasional Baluran.
3.3
Metode Penelitian
Dalam
menyusun proposal penelitian ini kami penulis menggunakan metode deduktif,
yaitu aturan atau cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan yang bersifat
khusus dari sekumpulan data yang telah disusun. Dalam hal ini penulis
menganalisis hasil penelitian yang
berupa data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti sehingga akan dapat suatu kesimpulan mengenai masalah tersebut. Untuk
memperoleh data yang menunjang penyusunan proposal ini kami penulis
mengggunakan metode penelitian sebagai berikut :
1.
Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Dalam kepenulisan kepustakaan penulis
membaca buku-buku, majalah serta tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah
yang akan dibahas. Hal ini dilakukan untuk memperoleh pendapat-pendapat, teori
atau bahan yang relevan dengan masalah yang akan dibahas.
2.
Penelitian Lapangan (Field Research)
Untuk memperoleh data dilapangan, penulis menggunakan tiga metode yaitu:
a.
Observasi : berupa pengamatan langsung keadaan
morfologi dan habitat hewan monyet ekor panjang, guna untuk memperoleh data
yang mendukung penelitian ini.
·
Observasi Non-partisipan yaitu metode
pengambilan data pokok dengan cara mengamati langsung perilaku
harian dan perilaku interaksi antar individu Macaca fascicularis, dan
peneliti tidak terlibat dalam kegiatan Macaca fascicularis.
b.
Wawancara : berupa wawancara dengan masyarakat
atau pihak pengelola dan orang-orang yang dapat memberikan informasi di Taman
Nasional Baluran mengenai aspek konservasi yaitu jumlah populasi, status
perlindungan, kegiatan konservasi di wilayah tersebut.
c.
Angket : berupa instrumen yang memuat
pertanyaan terkait dengan strategi perlindungan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi populasi monyet ekor panjang, serta tindakan yang akan diambil
untuk mengatasi over populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di taman nasional baluran.
3.4
Populasi dan
Sampel
Populasi : Monyet ekor panjang yang tersebar di hutan
dan monyet ekor panjang yang tersebar di sekitar pantai
Sampel : Jumlah populasi dan karakter umum monyet
ekor panjang
3.5
Teknik
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
meliputi data primer dan data sekunder. Data primer berupa jumlah individu
monyet ekor panjang sedangkan data sekunder berupa karakteristik lokasi
penelitian, kondisi vegetasi lokasi penelitian, data umum mengenai monyet ekor
panjang dan data tambahan lain mengenai potensi adanya predator monyet ekor
panjang dan apa penyebab over populasi monyet ekor panjang di Taman Nasional
Baluran.
3.6
Teknik Analisis Data
Untuk
mengetahui kepastian morfologi dan habitat maka ditampilkan gambar-gambar yang
diambil dari hasil pengamatan mengenai hal di atas. Mengenai jumlah populasi, status
perlindungan, dilakukan studi referensi. Untuk penyebab over populasi monyet
ekor panjang di Taman Nasional Baluran dilihat dari data kuisioner dan data
wawancara.
DAFTAR
PUSTAKA
Alamendah. 2011. Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet Populer.
http://alamendah.org/2011/03/08/monyet-ekor-panjang-macaca-fascicularis-monyet-populer/.
Diakses pada tanggan 02 November 2015 pukul 08.25 WIB.
Anonim.
2014. Profil Taman Nasional Baluran. http://balurannationalpark.web.id/profil-taman-nasional-baluran/.
Diakses pada tanggan 02 November 2015 pukul 08.32WIB.
Anonim.
Pendahuluan. https://wisuda.unud.ac.id/pdf/0909005092-2-BAB%20I.pdf.
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 11.37 WIB.
Haryanto. 1992. Primatas of Java : Problems and The Needs
For Conservation, Media Konservasi, 3 (4), Jurusan Konservasi Sumberdaya
Hutan, Fakultas Kehutanan, IPB, P. 35-36.
Hashimoto. 1991. dalam Farida, Hilda. 2008. Aktivitas
Makan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di Bumi Perkemahan
Pramuka Cibubur. Jakarta: Bogor. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam Institut Pertanian Bogor.
I Gede Soma, dkk.
2013. Profil Darah
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Liar di Habitat Alami. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=13784&val=939.
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2015 pukul 11.37 WIB.
Kartikasari, S. N. 1986. Studi
Populasi dan Perilaku Lutung (Presbytis cristata, Raffles) di Taman Nasional
Baluran Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Konservasi Suberdaya Hutan. Fakultas
Kehutanan IPB. Bogor. P. 39, 52-53, 74.
Petrus Riski dan Jay Fajar. 2014. Menengok Keanekaragaman Hayati di
Taman Nasional Baluran. Apa Sajakah?. http://www.mongabay.co.id/2014/08/30/menengok-keanekaragaman-hayati-di-taman-nasional-baluran-apa-sajakah/.
Diakses
pada tanggan 02 November 2015 pukul 08.40 WIB.
Priyono, A.
1998. Penentuan Ukuran Populasi Optimal
Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Dalam Penangkaran Dengan Sistem
Pemeliharaan Di Alam Bebas [Tesis]. Bogor: Magister Fakultas Sains Institut
Pertanian Bogor.
Rowe, N. 1996. The Pictorial Guide to The Living Primatas.
Pogonias Press. New York.
Sahri Maida
Sinaga, dkk. 2010. Pemanfaatan Habitat Oleh Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Di Kampus IPB Dramaga. http://dosen.narotama.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/Pemanfaatan-Habitat-Oleh-Monyet-Ekor-Panjang-Macaca-fascicularis-Raffles-1821-di-Kampus-IPB-Darmaga.pdf. Diakses
pada tanggan 02 November 2015 pukul 08.29 WIB.
Santosa, Y. 1996. Beberapa
Parameter Bioekologi Penting dalam Pengusahaan Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis), Media Konservasi, 5 (1). Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Supriatna, J. dan E. Hendras W. 2000. Panduan Lapangan Primata
Indonesia. Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia.
Lembar Wawancara
“Analisis
Penyebab Over Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Kawasan Taman Nasional Baluran Jawa Timur”
Keterangan:
Lembar Wawancara ini diisi oleh pengelola, polisi hutan, dan pihak yang
berwenang di Taman Nasional Baluran
Nama
responden :
Bagian/staff :
Asal :
1. Berapa jumlah populasi monyet ekor panjang
(Macacca fascicularis) pada tahun
2015?
|
2. Bagaimana aktifitas pergerakan dari populasi
monyet ekor panjang (Macacca fascicularis) disekitar hutan
dan pantai Taman Nasional Baluran?
|
3. Bagaimana persebaran populasi monyet ekor
panjang (Macacca fascicularis)
disekitar Taman Nasional Baluran?
|
4. Apakah populasi monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) disekitar Taman Nasional Baluran sangat menguntungkan?
|
5. Apa manfaat populasi Monyet ekor panjang
di sini?
|
6. Bagaimana tanggapan Anda mengenai informasi
bahwa terjadi over populasi pada populasi monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) dan apa dampaknya bagi Taman Nasional Baluran?
|
7. Bagaimana status perlindungan dan tindakan
yang dilakukan terhadap populasi monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) di Taman Nasional Baluran?
|
Lampiran Kuisioner
“Analisis
Penyebab Over Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca
fascicularis) di Kawasan Taman Nasional Baluran Jawa Timur”
Keterangan
: poin yang digunakan dalam kajian persepsi masyarakat atau pengelola taman
nasional baluran terhadap penyebab dan dampak over populasi dan tindakan
perlindungan Monyet Ekor Panjang adalah pertanyaan yang dicetak tebal
Karakteristik
Responden
Nama
responden :
Pekerjaan :
Asal :
Asli/ Pendatang
Persepsi
masyarakat terhadap habitat dan analisa penyebab dan dampak over populasi serta
tindakan perlindungan Monyet Ekor Panjang di kawasan Taman Nasional Baluran
1. Apa yang Anda
ketahui tentang populasi monyet ekor panjang di TN. Baluran ?
2. Jarak tempat tinggalnya dari Taman Nasional Baluran : _____________ km
3. Seberapa sering Saudara masuk ke Taman Nasional
Baluran
a. Tiap hari b. Sekali seminggu c. Sekali sebulan d. Lain-lain: __________
4. Apa tujuan anda mengunjungi Taman Nasional Baluran?
a. Rekreasi b. Berladang/berkebun c. Menggembalakan ternak d.
Lain-lain: ________
5. Sejak kapan Saudara mengelola Taman Nasional Baluran?
a. Kurang dari 2 tahun b. 2 – 4 tahun c. Lebih dari 4 tahun
6. Dimanakah persebaran
populasi monyet ekor panjang yang paling banyak di kawasan TN. Baluran?
a. savana bekol b.
camping ground c.hutan evergen d. pantai bama
7. Dalam jangka waktu
berapa lama anda mendata jumlah populasi Monyet Ekor Panjang yang ada di Taman
Nasional Baluran?
a. 2 minggu sekali b. Sebulan sekali c. 2 bulan sekali d. Lainnya, sebutkan...................
Persepsi Masyarakat terhadap Keberadaan Monyet Ekor
Panjang di Taman Nasional Baluran
8.
Apakah saudara mengetahui bagaimana keadaan habitat monyet ekor panjang di Taman
Nasional Baluran? Jika Ya, jelaskan!
9.
Apakah Anda
setuju dengan keberadaan Monyet Ekor Panjang di Taman Nasional Baluran?
10.
Menurut anda keberadaan Monyet Ekor Panjang di Taman Nasional Baluran
memberikan dampak positif atau negatif bagi lingkungan dan masyarakat, mengapa
?
11. Bagaimanakah
kondisi persebaran jumlah Populasi Monyet ekor panjang di sepanjang kawasan
Taman Nasional Baluran?
a. Baik (lebih baik dari pada dahulu),
alasannya __________________________________ b. Buruk (lebih buruk daripada
dahulu), alasannya ________________________________ c. Biasa-biasa saja (tidak
ada perubahan), alasannya ______________________________
12. Apakah benar bahwa saat ini terjadi over populasi monyet ekor panjang
di Taman Nasional Baluran?
a. Setuju, alasannya :
b. Tidak, alasannya :
13. Menurut pendapat anda, kelembagaan apa saja yang ada di
Taman Nasional Baluran ?
a.Lembaga Formal : _______________________________________________________
b. Lembaga informal :
_____________________________________________________
14. Lembaga mana yang
paling berperan atau peduli dengan kelestarian monyet ekor panjang di Taman
Nasional Baluran?
15. Apakah penyebab yang mungkin
terjadi sehingga terjadi over populasi monyet ekor panjang di Baluran?
16. Bagaimanakah tindakan yang
akan diambil untuk mengatasai dampak over populasi monyet ekor panjang di Taman
Nasional Baluran?
17. Bagaimanakah tindakan
perlindungan terhadap monyet ekor panjang (Macacca
fascicularis) di kawasan Taman Nasional Baluran?
|
No comments:
Post a Comment