BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian
berasal dari kata research sehingga
istilah penelitian maupun riset memiliki makna yang sama. Research berasal dari dua kata, yaitu re berarti kembali atau berulang-ulang dan search berarti mencari atau menemukan makna. Riset adalah menemukan
kembali atau mencari secara berulang-ulang untuk membangun sebuah hukum, dalil,
generalisasi, memvalidasi, atau menguji teori yang sudah ada.
Variabel
penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya.
Secara teoritis
variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu atribut atau sifat nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Variabel ini
menjadi sangat penting karena tidak mungkin peneliti melakukan penelitian tanpa
adanya variabel. Namun terkadang banyak hal juga yang menyebabkan kita lupa
mengenai apa dan seperti apa variabel serta apa saja jenis variabel dalam
penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan dan itulah sebabnya mengupas
dengan benar variabel akan menjadi suatu hal yang sangat penting.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa pengertian dan
definisi variabel dalam suatu penelitian?
1.2.2
Bagaimana konsep metodologi penelitian?
1.2.3
Berapa jenis variabel yang ada?
1.2.4
Apa saja tingkat pengukuran pada variabel?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk mengetahui pengertian dan definisi
variabel dalam suatu penelitian
1.3.2
Untuk mengetahui konsep metodologi penelitian
1.3.3
Untuk mengetahui jenis variabel
1.3.4
Untuk mengetahui tingkat pengukuran pada
variable
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Variabel Penelitian
Definisi
operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu
operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi
operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur,
ataupun definisi operasional eksperimental.
Dalam suatu
penelitian, variabel
perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan diidentifikasi secara operasional
dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan
pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis.
Jadi, variabel
adalah suatu sebutan yang dapat diberi nilai angka (kuantitatif) atau nilai
mutu (kualitatif). Variabel merupakan suatu istilah yag berasal dari kata vary dan able yang
berarti “berubah” dan “dapat”. Jadi kata variabel berarti dapat berubah. Oleh
sebab itu setiap variabel dapat diberi nilai, dan nilai itu berubah-ubah. Nilai
itu berupa nilai kuntitatif maupun kualitatif. Ukuran kuantitatif maupun
kualitatif suatu variabel adalah jumlah dan derajat atributnya. Variabel
penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan
oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu
penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya.
Variabel-variabel
yang ingin digunakan perlu ditetapkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.
Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian
yang akan digunakan.
Dalam ilmu-ilmu
eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat
dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabel dalam ilmu sosial,
sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel
ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah
bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional.
Secara
Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variabel sebagai
berikut :
Menurut F.N
Kerlinger, variabel adalah sebuah konsep. Konsep tersebut memiliki nilai
yang bermacam-macam. Variabel dapat merupakan sebuah konsep yang telah diubah,
hal ini dilakukan dengan memusatkan aspek tertentu dari variabel itu sendiri.
Menurut
Freddy Rankuti, pengertian variabel adalah sebuah konsep yang memiliki
nilai yang bervariasi, maka nilai variabel dapat dibedakan menjadi empat
tingkatan skala, yaitu rasio, ordinal, nominal dan interval.
Menurut
Sutrisno Hadi, definisi variabel adalah variasi dari objek penelitian,
seperti ukuran tinggi manusia yang divariasikan menjadi tingkatan umur, kelamin
bahkan lokasi tinggal manusia tersebut.
Pengertian
variabel menurut Bagja Waluya: Variabel adalah konsep yang tidak pernah ketinggalan
dalam setiap eksperimen/penelitian (research). Variabel diartikan sebagai
gejala yang memiliki variasi.
Menurut Tia
Mutiara, Variabel adalah sesuatu yang menjadi fokus perhatian (center of
attention) atau pusat yang memberikan pengaruh (effect) dan mempunyai nilai
(value). Hal ini membuat variabel dapat berubah. Variabel dapat disebut juga
sebagai peubah. Objek penelitian yang dapat menentukan hasil penelitian juga
merupakan variabel.
Robbin Pearson, bahwa
variabel adalah semua karakteristik umum yang dapat diukur (measurable) dan
dapat berubah dalam intensitas, keluasan atau keduanya.
Teori Variabel
Penelitian menurut Sugiyono
[2011:60-64] Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[1]
Sedangkan
menurut kami, variabel penelitian merupakan sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Contohnya tinggi badan. Mengapa
tinggi badan? Karena memiliki nilai dan setiap orang memiliki tinggi badan
berbeda-beda sehingga menimbulkan variasi. Atau contoh lain yaitu : Banyaknya
kosakata dalam buku pelajaran menyulitkan siswa. Variabel yang diamati yaitu ukuran banyaknya kosakata dan kemampuan siswa.
Jadi, konsep yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian itu yang menjadi variabel.
2.2
Konsep dan Variabel
Berdasarkan penjelasan mengenai segala hal tentang
variabel di atas, sebenarnya dalam suatu penelitian seorang peneliti terlebih
dahulu melakukan abstraksi dan menyederhanakan pemikirannya melalui penggunaan
satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan lainnya. Inilah
yang disebut konsep, yakni istilah yang mengekspresikan sebuah ide
abstrak yang dibentuk dengan mengeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta
yang diperoleh dari pengamatan. Bungin (2001:73) mengartikan konsep sebagai generalisasi
dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan
berbagai fenomena yang sama. Sedangkan Kerlinger (1986:28) menyebutkan konsep
sebagai abstraksi yang dibentuk dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus. Jadi,
konsep merupakan sejumlah ciri atau standar umum suatu objek.
Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris,
mereka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel sebenarnya adalah konsep dalam bentuk konkret atau konsep operasional.
Suatu variabel adalah konsep tingkat rendah, yang acuan-acuannya secara relatif
mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta mudah diklasifikasi, diurut atau
diukur (Mayer, 1984:215). Jadi, variabel adalah bagian empiris dari sebuah
konsep atau konstruk. Variabel berfungsi sebagai penghubung antara dunia
teoritis dengan dunia empiris. Variabel merupakan fenomena dan peristiwa yang
dapat diukur atau dimanipulasi dalam proses riset. Variabel dapat mempunyai
lebih dari satu nilai dalam kontinum tertentu (bervariasi). Proses untuk
mengubah konsep atau konstruk menjadi variabel ada pada tahap operasionalisasi
konsep (definisi operasional). Contoh, “kepuasan dalam menonton TV” adalah
dunia teoritis, sedangkan “seseorang dapat dipuaskan secara: sangat puas,
sedikit atau tidak sama sekali” adalah representasi dari dunia empiris.
Untuk lebih jelasnya:
Terpaan media (konsep)
Frekuensi dan durasi seseorang dalam menonton TV (konstruk)
Frekuensi: (1)sangat sering, (2)sering, (3)jarang; Durasi: (1)sangat lama,
(2)lama, (3)sebentar (variabel).
2.3
Macam – Macam Penelitian
2.2.1
Penelitian kuantitatif
Terdapat miskonsepi berkenaan dengan penelitian
kuantitatif bahwa penelitian jenis ini merupakan penelitian yang menggunakan
angka-angka atau statistik. Sesungguhnya
pernyataan ini tidak salah namun tidak mendeskripsikan dengan tepat mengenai
penelitian kuantitatif. Penelitian jenis
lain pun, dapat menggunakan angka atau pun statistik.
Penelitian kuantitatif berusaha untuk menguji
hubungan dua hal (variabel) atau lebih. Hal yang diuji harus berupa variabel
dalam arti memiliki variasi “nilai”, misalnya jenis kelamin (karena ada 2
nilai: laki-laki atau perempuan),
tingkat pendidikan (karena dapat dibedakan lagi menjadi SD, SMP, SMA,
dan sarjana), tingkat intelegensi atau
IQ (karena dinyatakan dengan skor IQ yang dapat bervariasi), dan tinggi badan
(karena dapat dinyatakan dengan satuan cm yang dapat bervariasi).
Oleh karena sifatnya “pengujian”, maka pada
penelitian kuantitatif terdapat apa yang disebut hipotesis, yaitu dugaan
sementara hasil kajian teoritis.
Dugaan ini akan
dibuktikan kebenarannya dengan menggunakan data yang diperoleh dari
variabel yang terlibat. Pada ilmu sosial maupun sains, kadang hubungan dua hal
mungkin saja ada walaupun sangat kecil.
Oleh
karena itu, pengujian
ada tidaknya hubungan
menjadi absurb. Oleh
karena itu, penelitian kuantitatif diperlukan
untuk mengetahui seberapa
besar hubungan dua
variabel. Kuat tidaknya hubungan ini
ditentukan secara lebih
teliti dengan menggunakan
statistik, dengan menggunakan
istilah taraf signifikansi.
Seringkali variabel-variabel yang diuji
hubungannya itu terdapat pada subjek
dengan jumlah yang besar, sehingga tidak
mungkin atau tidak
praktis bila keseluruhan
subyek diteliti untuk diambil datanya. Dalam hal ini, diperlukan
pembatasan subyek penelitian dengan hanya mengambil bagian subjek yang
representatif (dapat mewakili). Untuk tujuan ini, diperlukan – sekali lagi –
statistik agar sampel yang digunakan menjamin generalisasi hasil penelitian
pada keseluruhan subjek.
Berikut
ini beberapa komponen
penting dari penelitian
kuantitatif yang muncul dalam
proposal dan/atau laporan penelitian.
·
Hipotesis
·
Statistik inferensial
·
Populasi dan Sampel
·
Pengujian syarat penggunaan statistik inferensial
·
Angka signifikansi
·
Kajian teori tentang konsep dan hubungan yang ada antar
variabel
·
Definisi operasional setiap variabel
·
Rancangan batasan waktu
Proposal penelitian kuantitatif
bersifat lengkap dan
cenderung teknis (detil). Karena itu, bila proposal penelitian
kuantitatif sudah ada, maka idealnya penelitian tersebut dapat dilakukan siapa
saja; tidak harus pembuat proposal.
Berikut contoh judul penelitian kuantitatif.
·
“Hubungan
kemampuan berpikir kreatif dan
pemahaman konsep biologi
pada siswa SMP ABC, Kabupaten
XYZ” atau “Korelasi ….”
·
“Pengaruh jenis kelamin dan
IQ terhadap kemampuan
komunikasi matematis pada siswa
SMA ABC, kota XYZ”
·
“Perbedaan
efektivitas model pembelajaran
PQR dan model
pembelajaran konvensional
dalam meningkatkan prestasi
belajar matematika siswa SD
ABC kabupaten XYZ”
·
“Komparasi
prestasi belajar matematika
siswa SD ABC
kabupaten XYZ antara
model pembelajaran PQR dan model pembelajaran konvensional”
·
“Korelasi kausal antara kemampuan berkomukasi lisan,
kemampuan pemecahan masalah, kemampuan matematis, IQ,
dan tingkat keuletan
(adversity) siswa” (studi
terhadap siswa SMP di Kota
PQR)
·
2.2.2
Penelitian kualitatif
Jika penelitian kuantitatif berusaha untuk menguji
kuat lemahnya hubungan dua atau lebih variabel, maka penelitian
kualitatif berusaha untuk
menemukan penjelasan mengenai
suatu fenomena.
Dengan demikian, penelitian kualitatif
sesungguhnya ingin menemukan atau mengkonstruksi suatu teori terkait suatu
fenomena. Untuk memperoleh penjelasan terhadap suatu fenomena tersebut maka
dalam penelitian kualitatif, ranah
subjek penelitian dibatasi sedemikian
rupa sehingga memungkinkan
peneliti untuk membangun teori.
Jadi, permasalahan lebih bersifat kasuistik.
Lebih dari itu, karena permasalahan tidak terlalu
jelas secara teknis,
maka instrumen penelitian yang
paling utama adalah
peneliti sendiri. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam usaha menemukan
jawaban dari permasalahan, peneliti dalam proses observasi
dan pengumpulan data,
dapat saja memunculkan
instrumen baru untuk memperoleh
data yang lebih valid.
Apakah hasil penelitian kualitatif tidak dapat
digeneralisir pada subjek yang lain? Dalam analisisnya, kita tidak
menggunakan analisis sampel,
karena memang seluruh
populasi (jika memungkinkan) menjadi subjek dalam penelitian
kualitatif. Namun demikian, bila terdapat permasalahan yang sama dengan
karakteristik yang sama
pada subjek lain,
maka hasil penelitian
kualitatif ini dapat
pula menjadi alternatif solusi dalam menjelaskan fenomena pada subjek
lain tersebut.
Berikut
ini beberapa komponen
penting dari penelitian
kualitatif yang muncul
dalam proposal dan/atau laporan
penelitian.
·
Setting penelitian (sejelas-jelasnya, karena lebih bersifat
kasuistik)
·
Proses validasi bersifat triangulasi (untuk satu aspek
diperoleh data dengan cara/instumen berbeda-beda, dari
sumber berbeda-beda, dan
waktu berbeda-beda, lalu
dibandingkan mana yang valid)
·
Instrumen utama adalah peneliti sendiri
·
Tidak ada rancangan
batasan waktu (batasnya
adalah jika data
yang diperoleh kembali memberikan kesimpulan yang masih
sama)
·
Kajian teori yang telah ada atau berhubungan dengan masalah
Proposal penelitian kualitatif
lebih ringkas dibanding
proposal penelitian kuantitatif,
karena yang perlu disampaikan
pada proposal hanyalah perumusan masalah serta setting penelitian yang jelas,
sementara kajian teori dan instumentasi (alat pengambil data) dinyatakan secara
global. Ini dikarena kan penelitian kualitatif mencari “ilmu” baru dengan
pertanyaan utama “mengapa” dan “bagaimana” sehingga tidak banyak yang
diketahui, sementara penelitian kuantitas hanya menguji “ilmu” baru (hipotesis)
dengan pertanyaan utama “apakah”.
Berikut contoh judul penelitian kualitatif.
·
“Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar siswa ranking
10 besar SMP XYZ Kota PQR”.
·
“Studi analisis penyebab keberhasilan SD KLM menjuarai
olimpiade tingkat nasional dalam 4 tahun terakhir”.
·
“Miskonsepi konsep siklus hidup kupu-kupu pada siswa kelas V
SD KLM, Kota PQR”.[2]
2.4
Jenis Hubungan Antar Variabel
Dapat dikatakan, mencari hubungan antarvariabel
merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah. Hubungan yang paling mendasar
adalah hubungan antara dua variabel: variabel pengaruh atau variabel bebas (independent
variable) dengan variabel terpengaruh atau variabel terikat (dependent
variable). Hubungan dua variabel tersebut sering dikaitkan dengan analisis
hubungan kausal (sebab-akibat), padahal hubungan antara independent dan dependent
variable tidak selalu merupakan hubungan kausal. Terdapat variabel yang
saling berhubungan, tetapi tidak saling memengaruhi dan terdapat pula variabel
yang memiliki hubungan dengan lebih dari satu variabel. Apabila hubungan
antarvariabel merupakan inti penelitian ilmiah, maka tentunya perlu diketahui
berbagai jenis hubungan antarvariabel lainnya. Berikut akan dijelaskan tiga
jenis hubungan antarvariabel: hubungan simetris, hubungan timbal-balik (reciprocal),
dan hubungan asimetris.
1. Hubungan Simetris
Variabel-variabel dikatakan mempunyai hubungan simetris apabila variabel
yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel lain. Terdapat empat
kelompok hubungan simetris.[3]
a. Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep
yang sama.
Contoh: jantung yang berdenyut semakin cepat sering dibarengi keluarnya
keringat sebagai tanda kecemasan, tetapi tidak dapat dikatakan jantung yang
berdebar cepat menyebabkan tangan berkeringat. Jumlah anak lahir yang hidup dan
tingkat kelahiran kasar (crude birth rate) adalah dua indikator dari
konsep yang sama, yakni fertilitas.
b. Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor
yang sama tetapi tidak berhubungan.
Contoh: pada suatu Negara meningkatnya pelayanan kesehatan dibarengi pula
dengan bertambahnya jumlah pesawat udara. Kedua variabel tidak saling
memengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat dari peningkatan pendapatan.
c. Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional,
ketika yang satu berada yang lainnya pun pasti di sana.
Contoh: di mana ada guru di sana ada murid, di mana ada majikan di sana
ada buruh.
d. Hubungan yang kebetulan semata-mata.
Contoh: seorang bayi ditimbang lalu keesokan harinya meninggal.
Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa dapat dianggap berkaitan, tetapi dalam
penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena
ditimbang.
Dalam dunia pendidikan contoh hubungan simetris adalah jumlah guru dengan
jumlah fasilitas belajar di sebuah sekolah. Variabel jumlah guru tidak
mempengaruhi jumlah fasilitas belajar, demikian juga variabel jumlah fasilitas
belajar juga tidak mempengaruhi jumlah guru disebuah sekolah.
2. Hubungan Timbal-Balik (Reciprocal)
Hubungan timbal-balik adalah hubungan suatu variabel yang dapat menjadi
sebab dan juga akibat dari variabel lainnya. Perlu diketahui bahwa hubungan
timbal-balik bukanlah hubungan, tidak dapat ditentukan variabel yang menjadi
sebab dan variabel yang menjadi akibat. Yang dimaksudkan adalah pada suatu
waktu variabel X memengaruhi variabel Y dan pada waktu lainnya variabel Y
memengaruhi variabel X. Sebagai contoh, penanaman modal mendatangkan keuntungan
dan pada gilirannya keuntungan akan memungkinkan penanaman modal. Dengan
demikian, variabel terpengaruh dapat pula menjadi variabel pengaruh pada waktu
lain.[4] Contoh lain untuk
hubungan ini adalah hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan status
sosial. Seorang dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki status sosial
tinggi. Sebaliknya seseorang yang berada pada status sosial yang tinggi juga
akan dapat mengakses jenjang pendidikan yang tinggi pula.
3. Hubungan Asimetris
Hubungan asimetris adalah hubungan ketika satu variabel memengaruhi
variabel yang lainnya. Hubungan asimetris dapat berupa hubungan antara dua
variabel saja (hubungan bivariate) atau antara lebih dari dua variabel,
umumnya antara satu variabel terpengaruh dan beberapa variabel pengaruh
(hubungan multivariate).
a. Hubungan Asimetris Dua Variabel (Bivariate)
Variabel Pengaruh Variabel Terpengaruh
|
|
Memengaruhi
Dalam penelitian kependudukan, misalnya variabel terpengaruh yang pokok
adalah tingkat fertilitas (misalnya jumlah anak lahir hidup), sikap terhadap
keluarga berencana, tingkat mortalitas (angka kematian bayi), tingkat migrasi
risen (recant migration), tingkat partisipasi angkatan kerja, dan
sebagainya. Variabel-variabel pengaruh yang penting adalah ciri-ciri individu,
seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan tingkat pendidikan. Ada beberapa
cara untuk menguji hubungan antara dua variabel, diantaranya tabulasi silang,
uji beda Kai kuadrat, korelasi, dan regresi. Contoh hubungan asimetris dua
variabel pada Tabel 4.1 melukiskan hubungan yang negatif antara tingkat
pendidikan wanita dan mortalitas bayi: semakin tinggi tingkat pendidikan
semakin rendah tingkat kematian bayi.[5]
TABEL 4.1 Tingkat Kematian
Bayi dan Pendidikan Wanita
(Umur 20-49), Indonesia, 2007
Pendidikan
|
Tingkat Kematian Bayi
|
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SMTA
SMTA+
|
73
51
44
35
24
|
Sumber: BPS, Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia, 2007.
b. Hubungan Asimetris Tiga Variabel/Lebih (Multivariate)
Variabel Pengaruh
|
Variabel
Terpengaruh
|
Memengaruhi
Dalam hubungan asimetris multivariate, beberapa variabel memengaruhi atau menjadi penyebab satu
variabel lain. Dalam ilmu pendidikan, variabel pengaruh tidak lepas dari metode
belajar, media pembelajaran, gaya belajar peserta didik, sarana-prasarana
sekolah, dan lain-lain. Variabel-variabel pengaruh tersebut sering dihubungkan
menjadi hubungan multivariate dengan hasil belajar, motivasi belajar,
atau prestasi belajar peserta didik.
Ada cara lain untuk memasukkan ke dalam analisis variabel tambahan yang
memengaruhi variabel terpengaruh dan variabel pengaruh. Pengaruh variabel
ketiga atau kekempat tersebut dapat “dikontrol”, baik melalui sistem analisis
maupun cara penentuan sampel. Dengan demikian, peneliti dapat mengamati
hubungan antara dua variabel yang diteliti tanpa “gangguan” dari
variabel-variabel tersebut.
Untuk menentukan variabel kontrol dari begitu banyak variabel yang mungkin
memengaruhi hubungan yang diamatinya, akal sehat, teori, dan hasil empiris dari
penelitian lain merupakan pedoman pokok peneliti. Hubungan antara tingkat
pendidikan dan tingkat mortalitas dapat diambil lagi sebagai contoh, dengan
variabel latar belakang (desa-kota) sekarang dipakai sebagai variabel kontrol.
Pada Tabel 4.2 misalnya, hubungan yang negatif antara tingkat pendidikan
dan tingkat mortalitas bayi berlaku, baik untuk daerah perkotaan maupun untuk
daerah pedesaan. Dengan kata lain, masuknya latar belakang sebagai variabel
kontrol tidak mengubah hubungan negatif antara tingkat pendidikan dan tingkat
mortalitas.[6]
TABEL 4.2 Tingkat Pendidikan
dan Kematian Bayi menurut Tempat Tinggal Indonesia 2007
Pendidikan Perempuan
|
Tingkat Kematian Bayi
|
||
Desa-Kota
|
Desa
|
Kota
|
|
Tidak sekolah
SD tidak tamat
SD tamat
SMP tamat
SMA tamat
|
34
25
21
13
10
|
38
29
22
15
12
|
36
18
20
11
9
|
Sumber: SDKI 2007, Tabel 10.3 diolah lagi
2.5
Jenis Variabel Berdasarkan Hubungan Antar Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan
variabel yang lain maka macam-macam variabell dalam penelitian dapat dibedakan
menjadi:
a. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Dalam SEM (Structural Equation Modeling/Pemodelan Persamaan
Struktural, variabel independen disebut sebagai variabel eksogen.[7]
Variabel independen, yakni variabel bebas yang
sedang dianalisis hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Variabel independen biasa disimbolkan dengan variabel (X).
Contoh variabel bebas:
Kondisi pemukiman kumuh, Keluarga retak,
kekurangan kasih sayang orang tua.[8]
b. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel
output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam SEM (Structuraal Equation
Modeling/Pemodelan Persamaan Struktural, variabel dependen disebut sebaagai
variabel indogen.[9]
Dalam penelitian Variabel Dependen disebut
sebagai variabel yang sedang dianalisis tingkat keterpengaruhnya oleh varibel
independentnya. Variabel dependen biasanya disimbolkan dengan Y.
Contoh variabel terikat adalah:
1. Kelas sosial
2. Metode pengajaran
3. Tipe kepribadian
4. Tipe motivasi
5. Sikap terhadap sekolah
6. Suasana kelas
antara Variabel Independent dan Dependen,
masing-masing tidak berdiri sendiri tapi selalu berpasangan. Contoh:
Kepemimpinan dan Produktivitas Kerja
Kepemimpinan :
Variabel Independen
Produktivitas Kerja : Variabel Dependent[10]
c. Variabel Moderator: adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan
dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel independen ke dua. Hubungan
perilaku suami dan isteri akan semakin baik (kuat) kalau mempunyai anak, dan
akan semakin renggang kalau ada pihak ke tiga ikut mencampuri. Di sini anak adalah sebagai variabel moderator
yang memperkuat hubungan, dan pihak ke tiga adalah sebagai variabel moderator
yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan semakin
kuat bila peranan guru dalam menciptakan iklim belajar sangat baik, dan
hubungan semakin rendah bila peranan guru kurang baik dalam menciptakan iklim
belajar.
Contoh hubungan
variabel independen-moderator, dependen.
d. Variabel interverning; dalam hal ini Tuckman (1988)
menyatakn “An intervening variable is that factor that theorecally affect the
observed phenomenon but cannot be seen, measure, or manipuate”. Variabel
intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara
variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen
dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati
dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di
antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.
Pada contoh
berikut dikemukakan bahwa tinggi rendahnya penghasilan akan mempengaruhi secara
tidak langsung terhadap harapan hidup (panjang pendeknya umur). Dalam hal ini
ada variabel antaranya, yaitu yang berupa gaya hidup seseorang. Antara variabel
penghasilan dengan gaya hidup, terdapat variabel moderator, yaitu budaya
lingkungan tempat tinggal.
e.
Variabel
kontrol: adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila
akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan.
Contoh:
pengaruh jenis pendidikan terhadap ketrampilan dan mengetik. Variabel
independennya pendidikan (SMU dan SMK), variabel kontrol yang ditetapkan sama
misalnya, adalah naskah yang diketik sama, mesin tik yang digunakan sama, ruang
tempat mengetik sama. Dengan adanya variabel kontrol tersebut, maka besarnya
pengaruh jenis pendidilkan terhadap ketrampilan mengetik dapat diketahui lebih
pasti.
Contoh hubungan
variabel independen-kontrol, dependen.
Untuk dapat
menentukan kedudukan variabel independen, dan dependen, moderator, intervening
atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep
teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan yang empiris di tempat
penelitian. Untuk itu sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti
perlu melakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih
dahulu pada objek yang akan diteliti. Jangan sampai terjadi membuat rancangan
penelitian dilakukan di belakang meja, dan tanpa mengetahui terlebih dahulu
permasalahan yang ada di objek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah
penellitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke objek penelitian,
sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah dapat dipahami dengan jelas dikaji
secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.
Pada
kenyataannya, gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel sering terkait
secara simultan baik variabel independen, dependen, moderator, dan intervening,
sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi
karena adanya keterbatasan dalam berbagai hal, maka peneliti sering hanya
memfokuskan pada beberapa variabel penelitian saja, yaitu pada variabel
independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua
variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif berasumsi bahwa
gejala itu tidak dapat diklasifikan, tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan (holistic).[11]
f. Variabel penekan: adalah jika hasil analisis awal
menunjukkan tidak ada hubungan antara dua variabel tetapi variabel ketiga
dimasukkan sebagai variabel kontrol, hubungan menjadi nampak dalam hal ini
variabel yang dikontrol tersebut adalah variabel penekan.
g. Variabel anteseden: variabel anteseden mempunyai kesamaan
dengan variabel intervening (antara). Perbedaannya variabel antara menyusup di
antara variabel bebas dan terikat, sedangkan variabel anteseden mendahului
variabel bebas.
h. Variabel pengganggu: dalam analisis awal terdapat
hubungan negatif antara dua variabel, setelah dimasukkan variabel ketiga
sebagai variabel kontrol hubungan menjadi positif.[12]
2.6
Pengukuran Variabel
1.
Data tingkat Nominal
“Nominal ialah angka yang berfungsi hanya
untuk membedakan, sebagai lambang / simbol. Data tersebut disebut sebagai data
kategori / non metrik / kualitatif.”[13]
Perubahan penyusunan pada kategori dalam data tingkat nominal ini tidak membawa
perubahan makna yang berarti. Contoh:
Agama: 1 Islam
2 Katolik
3 Protestan
4 Hindu
5 Budha
2.
Data tingkat Ordinal
“Tingkatan data
lebih tinggi adalah Skala ordinal adalah skala pengukuran yang sudah dapat
digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan.” Data pada tingkat
ordinal ini, jarak antara satu kategori dengan kategori sesudah atau sebelumnya
tidak sama sebagaimana pada data tingkat interval. Contoh:
Pendidikan: 1 PT
2 SLTA
3 SLTP
4 SD
5 Tidak tamat SD
3.
Data tingkat Interval
“Skala interval
adalah skala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan. Pada skala ini jarak atau interval antar tingkatan sudah
jelas, tetapi belum memiliki nilai nol yang mutlak.” Contoh: IPK, temperatur,
ukuran pakaian, nilai test TOEFL, dan skala dalam jam. Missalnya baju yang
berukuran 0 bukan berarti tidak memiliki bahan sama sekali.
Contoh:
IPK: 1 3,01 – 4,00
2 2,01 – 3,00
3 1,01 – 2,00
4 0,01 – 1,00[14]
4.
Data tingkat Rasio
“Tingkat Ratio
(ratio) level merupakan tingkat pengukuran tertinggi. Tingkat pengukuran ini
mempunyai semua karakteristik yang dimiliki oleh data interval, tetapi titik
nol memiliki arti dan ratio antara 2 bilangan memiliki arti. Contoh: gaji guru,
unit produksi, jarak, tinggi badan.”[15]
Data rasio bersifat ekskuisif, mempunyai urutan, mempunyai ukuran baru, dan
mempunyai nol mutlak.
Contoh:
Jarak: 1 3,01 – 4,00
2 2,01 – 3,00
3 1,01 – 2,00
4 0,01 – 1,00 (dalam
satuan meter)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di
atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan:
1. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
2. Konsep diartikan sebagai abstraksi yang dibentuk
dengan mengeneralisasikan hal-hal khusus yang teramati. Agar konsep-konsep
dapat diteliti secara empiris, harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya
menjadi variabel yakni konsep yang memiliki variasi nilai dan dapat diukur atau
dimanipulasi.
3. Terdapat tiga jenis hubungan antar variabel, yaitu
hubungan simetris, hubungan timbal-balik (reciprocal), dan hubungan
asimetris.
4. Jenis Variabel terdiri dari:
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
3. Variabel Moderator
4. Variabel Interverning
5. Variabel Kontrol
6. Variabel Penekan
7. Variabel Anteseden
8. Variabel Pengganggu
5. Pengukuran variabel terbagi atas:
·
Data tingkat nominal
·
Data tingkat ordinal
·
Data tingkat interval
·
Data tingkat rasio
3.2
Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami penulis
mendapatkan pengalaman yang sangat berharga mengenai variabel penelitian. Kami
penulis, menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari variabel penelitian.
Dengan mempelajari variabel penelitian diharapkan mahasiswa dan mahasiswi dapat
menyusun penelitian dengan variabel yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. [t.th.]
Konsep dan Variabel. http://www.slideshare.net/elkhea/konsep-dan-variabel?related=1. Diakses tanggal 11 Maret Pukul 17.10 WIB.
Dwisiwi, Rahayu.
[t.th.] Metode Penelitian Pendidikan Fisika.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Rahayu%20Dwisiwi%20Sri%20Renowati,%20M.Pd./4_Variabel%20Pen%20&%20Hub%20antar%20Var.ppt. Diakses tanggal 11 Maret Pukul 18.56 WIB.
Effendi, Sofian dan
Tukiran. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 2012.
Hadeli. Metode
Penelitian Kependidikan. Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006.
Kusumah Sukjaya Yaya. Pengertian Variabel.
http://fileupi.edu/Direktori/FMIPA/JUR_PEND_MATEMATIKA/195909221983031-YAYA_SUKJATA_KUSUMAH/Pengertian_variabel_penelitian.pdf Diakses tanggal 12 maret 2015 pukul 19.45 WIB
Nuraida dan Halid
Alkaf. Metodologi Penelitian Pendidikan. Ciputat: Islamic Research
Publishing, 2009.
Sardin. Skala
Pengukuran Data. http:www.file.upi.edu/.../skala%20Pengukuran%20Data.doc
Diakses tanggal 14 Maret 2013 pukul 09.00 WIB.
Sugiyono. Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sulistyaningsih. Metodologi
Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitataif. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011.
[1]Sulistyaningsih, Metodologi Penelitian Kebidanan kuantitatif –
kualitatif, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2011), h. 55.
[2]Yaya
sukjaya kusumah, 2011, Pengertian
Variabel Penelitian,
[8]Nuraida dan
Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research Publisihing, 2009), h. 79.
[14]Drs. Hadeli,
M.A, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006),
h. 31 – 33.
No comments:
Post a Comment