KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah kami
panjatkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan kekuatan, taufiq, dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan mekalah ini yang berjudul “Berkompetisi
Dalam Kebaikan” tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada
Nabi besar Muhammad saw. Beserta keluarganya,
sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada Bapa
H.M.Supara selaku dosen pembimbing mata
kuliah Quran dan Hadits yang telah memberikan arahan
dan masukan dalam penulisan makalah ini.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman dan pihak lain yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini, baik secara moral maupun material.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan segala
kritik serta saran yang bersifat membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 06 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang.....................................................................................................................1
1.2.
Rumusan
Masalah................................................................................................................3
1.3.
Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Kajian Mengenai
Berkompetisi dalam Kebaikan…………………………………………4
2.2
Hakikat
Berkompetisi dalam Kebaikan…………………………………………………...6
2.3
Membiasakan Diri Berlomba-Lomba Dalam
Berbuat Kebaikan………………………...14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………16
3.2. Saran……………………………………………………………………………………..16
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Fastabiqul khairat
adalah sebuah keadaan untuk dapat meningkatkan nilai ketakwaan kepada Allah SWT
dengan melakukan berbagai kebaikan. Berlomba kepada kebaikan mengandung ajakan
agar seseorang berusaha dan bersemangat menjadi orang pertama yang berbuat
kebaikan. Kebaikan hendaknya dilakukan dengan tekad yang teguh dan terus
menerus.
“Dan Kami turunkan kepadamu (wahai Muhammad) Kitab (Al-Quran)
dengan membawa kebenaran, untuk mengesahkan benarnya Kitab-kitab Suci yang telah
diturunkan sebelumnya dan untuk memelihara serta mengawasinya. Maka jalankanlah
hukum di antara mereka (Ahli Kitab) itu dengan apa yang telah diturunkan oleh
Allah (kepadamu), dan janganlah engkau mengikut kehendak hawa nafsu mereka
(dengan menyeleweng) dari apa yang telah datang kepadamu dari kebenaran. Bagi
tiap-tiap umat yang ada di antara kamu, Kami jadikan (tetapkan) suatu Syariat
dan jalan ugama (yang wajib diikuti oleh masing-masing). Dan kalau Allah
menghendaki niscaya Ia menjadikan kamu satu umat (yang bersatu dalam ugama yang
satu), tetapi Ia hendak menguji kamu (dalam menjalankan) apa yang telah
disampaikan kepada kamu. Oleh itu berlomba-lombalah kamu membuat kebaikan
(beriman dan beramal soleh). Kepada Allah jualah tempat kembali kamu semuanya,
maka Ia akan memberitahu kamu apa yang kamu berselisihan padanya”.
Ada kompetisi yang baik, ada juga yang buruk, bagaimana kompetisi
dalam kebaikan menurut Islam ? Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk
menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang
diinginkan. Namun sayang, banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya
memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani.
Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi jabatan-kedudukan
dan kompetisi lainnya, yang semuanya bak fatamorgana. Indah menggoda, tetapi
sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu. Bahkan, hal yang sangat
memilukan ialah tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi “suudzon” buruk
sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih merugi
lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut.
Lalu, bagaimanakah selayaknya kompetisi dalam kebaikan menurut
ajaran Islam ? Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada
orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya
dalam Al-Qur'an yang artinya :
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48).
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48).
Mengapa kita diperintahkan untuk berkompetisi dalam kebaikan?
Paling tidak ada beberapa alasan, antara lain sebagai berikut. Pertama, bahwa
melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melainkan harus segera dikerjakan.
Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan berbuat baik
belum tentu setiap saat kita dapatkan.
Kematian bisa datang secara
tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Oleh karena itu, begitu ada kesempatan
untuk berbuat baik, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera dikerjakan. Kedua,
bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling
tolong-menolang, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama. Lingkungan
yang baik adalah lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat baik.
Tidak sedikit seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena lingkungan.
Lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta kebiasaan berbuat baik
secara istiqamah (konsisten). Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus
didukung dengan kesungguhan. Allah Swt. bersabda dalam Al-Qur'an yang
artinya:
“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” (Q.S. al-Maidah/5: 2)
“...Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan...” (Q.S. al-Maidah/5: 2)
Langkah awal untuk
menciptakan lingkungan yang baik adalah dengan memulai dari diri sendiri, dari
yang terkecil, dan dari sekarang. Mengapa? Sebab inilah jalan terbaik dan
praktis untuk memperbaiki sebuah bangsa. Kita harus memulai dari diri sendiri
dan keluarga. Sebuah bangsa, apa pun hebatnya secara teknologi, tidak akan
pernah bisa tegak dengan kokoh jika pribadi dan keluarga yang ada di dalamnya
sangat rapuh.
1.2.
Tujuan
1.2.1.
Mengetahui pengertian dari berlomba dalam kebaikan dalam pandangan
islam
1.2.2.
Mengetahui ayat al quran dan hadist yang menerangkan berlomba dalam kebaikan
1.2.3.
Memahami alasan mengapa kita harus berlomba-lomba dalam kebaikan
1.2.4.
Mendeskripsikan bagaimana sikap kita sebagai manusia yang berakal
dalam mengamalkan berlomba-lomba dalam kebaikan
1.3.
Rumusan Masalah
1.3.1.
Apa yang dimaksud degan berlomba-lomba dalam kebaikan ?
1.3.2.
Mengapa Allah SWT memerintahkan
untuk berlomba-lomba dalam kebaikan ?
1.3.3.
Mengapa kita harus ikhlas dalam berbuat kebaikan ?
1.3.4.
apa saja gambaran berlomba-lomba dalam kebaikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.4
Kajian Mengenai Berkompetisi dalam
Kebaikan
Allah swt tidak pernah memerintahkan
manusia untuk saling bermusuhan, untuk saling membunuh, atau saling merusak,
baik terhadap sesama muslim atau bukan sesama muslim. Allah swt memerintahkan
manusia untuk menyembah-Nya, tidak menyekutuka-Nnya dengan sesuatu dengan
berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama mahluk khususnya manusia, tanpa
membedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan.
Menolong atau meringankan
penderitaan orang lain adalah salah satu bentuk perbuatan baik dan termasuk
kebajikan. Berlomba-lomba dalam kebaikan dalam kehidupan bermasyarakatlah yang
dapat menyelamatkan manusia di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan
surah al-Fatir ayat 32 dimana manusia kelak akan mendapatkan akibatnya ketika
hari akhir.
Hidup
adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi juga kompetisi
untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Ada kompetisi yang baik, ada juga
kompetisi yang buruk. Namun pada saat ini banyak orang terjebak pada kompetisi
semu yang hanya memperturutkan syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari
keislaman. Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usaha-pekerjaan, kompetisi
jabatan-kedudukan dan kompetisi lainnya. Bahkan, hal yang sangat memilukan
ialah tak jarang dalam kompetisi selalu diiringi “suudzon” buruk sangka, bukan
hanya kepada manusia, tetapi juga kepada Allah Swt. Lebih merugi lagi jika rasa
iri dan riya ikut bermain dalam kompetisi tersebut. Lalu, bagaimana kompetisi
dalam kebaikan menurut islam?
Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan
kepada orang-orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana
firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 48:
!$uZø9tRr&ur
y7øs9Î)
|=»tGÅ3ø9$#
Èd,ysø9$$Î/
$]%Ïd|ÁãB
$yJÏj9
ú÷üt/
Ïm÷yt
z`ÏB
É=»tGÅ6ø9$#
$·YÏJøygãBur
Ïmøn=tã
(
Nà6÷n$$sù
OßgoY÷t/
!$yJÎ/
tAtRr&
ª!$#
(
wur
ôìÎ6®Ks?
öNèduä!#uq÷dr&
$£Jtã
x8uä!%y`
z`ÏB
Èd,ysø9$#
4
9e@ä3Ï9
$oYù=yèy_
öNä3ZÏB
Zptã÷Å°
%[`$yg÷YÏBur
4
öqs9ur
uä!$x©
ª!$#
öNà6n=yèyfs9
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
`Å3»s9ur
öNä.uqè=ö7uÏj9
Îû
!$tB
öNä38s?#uä
(
(#qà)Î7tFó$$sù
ÏNºuöyø9$#
4
n<Î)
«!$#
öNà6ãèÅ_ötB
$YèÏJy_
Nä3ã¥Îm6t^ãsù
$yJÎ/
óOçGYä.
ÏmÏù
tbqàÿÎ=tFørB
ÇÍÑÈ
Artinya:
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba- lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Maidah/5: 48)
[421] Maksudnya:
Al Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yang
diturunkan dalam Kitab-Kitab sebelumnya.
[422]
Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
Pada Q.S. al-Maidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap
kaum diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai
dengan waktu dan keadaan hidupnya. Meskipun mereka berbeda-beda, yang
terpenting adalah semuanya beribadah dalam rangka mencari ridha Allah Swt.,
atau berlomba-lomba dalam kebaikan.
Allah Swt tidak pernah memerintahkan manusia
untuk saling bermusuhan, saling membunuh, atau saling merusak, baik terhadap
milik sesama muslim maupun milik non muslim. Allah Swt memerintahkan manusia
untuk menyembah-Nya, tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu dengan
berlomba-lomba berbuat baik kepada sesama makhluk, tanpa membedakan jenis
kelamin, agama, suku bangsa, dan golongan. Menolong atau meringankan
penderitaan orang lain adalah salah satu bentuk perbuatan baik dan termasuk
kebajikan.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti
menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya
dengan semangat yang tinggi. Allah akan membalas orang yang beriman, berbuat
baik dan suka menolong dengan surga dan berada didalamnya kekal selama-lamanya.
Manusia merupakan makhluk social, yang
kehidupannya saling membutuhkan manusia lain, bahkan membutuhkan makhluk Allah
yang lain (binatang atapun tumbuhan). Sehingga manusia harus saling hidup rukun
(saling tolong-menolong) dengan hamba Allah (dengan cara berlomba-lomba berbuat
baik).
2.5
Hakikat
Berkompetisi dalam Kebaikan
Allah swt. telah menyebutkan dalam Al-Quran
mengenai berkompetisi dalam kebaikan yang telah dijelaskan di atas yaitu pada
surat Al-Maidah ayat 48. Selain pada surat Al-Maidah Allah swt juga telah
berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 148:
9e@ä3Ï9ur îpygô_Ír uqèd $pkÏj9uqãB ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuöyø9$# 4 tûøïr& $tB (#qçRqä3s? ÏNù't ãNä3Î/ ª!$# $·èÏJy_ 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ÖÏs% ÇÊÍÑÈ
Artinya:
“148. dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana
saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Ma’na mufradat surat
al-Baqarah ayat 148
Arti
|
Lafadz
|
Arti
|
Lafadz
|
Menghadapkan
/ mengumpulkan
|
يَأْتِ
|
Dan
bagi tiap tiap (umat)
|
وَلِكُلِّ
|
Dengan /
padamu Allah
|
بِكُمُ اللهُ
|
Kiblat
|
وِّجْهَةُ
|
Semua/sekalian
|
جَمِيْعًا
|
Ia
|
هُوَ
|
Sesungguhnya
Allah
|
اِنَّ اللهَ
|
Menghadap
kepadanya
|
مُوَلِيْهَا
|
Atas
segala
|
عَلَى كُلِّ
|
Maka
berlomba-lombalah kamu
|
فَاسْتَبِقُوا
|
Sesuatu
|
شَيْئٍ
|
Kepada
kebaikan
|
الْخَيْرَتِ
|
Maha
Kuasa
|
قَدِ يْرٌ
|
Dimana
saja
|
اَيْنَ مَا
|
|
|
Kamu
berada
|
تَكُوْنُوْ
|
Surat
Al-Baqarah ayat 148
Al-Aufi
mengakata dari Ibnu Abbas, “Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri).
Yang dimaksud dengan umat ialah para pemeluk agama. Dia berkata, “Setiap
kabilah memiliki kiblat yang disukainya. Kiblat Allah ialah yang dihadapi oleh
kaum mukmin”. Abu al-Aliyah berkata, “Kaum Yahudi memiliki kiblat yang
dihadapinya dan kaum Nasrani pun memiliki kiblat yang dihadapinya. Dan Dia
menunjukkanmu, wahai umat Islam, kepada kiblat, yaitu kiblat Ka’bah.” Ayat ini
mirip dengan firman Allah, “Untuk: tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
jadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomb-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semua.” (Al-Maidah: 48) dari sana Allah berfirman, “ Di mana saja
kamu berada, Allah akan mengumpulkan kamu semua. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” Maksudnya, Dia Maha Kuasa untuk mengumpulkan kalian dari
muka bumi, meskipun tubuh dan jasad kalian berpencar-pencar.[1]
Kandungan Surat Al-Baqarah ayat 148
Surah al-Baqarah ayat 148
menjelaskan bahwa setiap umat manusia memiliki kiblat untuk beribadah. Kiblat
utama umat muslim adalah ka’bah yang ada di Masjidil Haram (Masjid al Haram).
Sebelumnya umat manusia beribadah menghadap Baitul Mqdis (Bait al Maqdis)
tetapi kaum yahudi mengolok-ngolok menyatakan bahwa umat islam meniru kiblat
mereka. Dan Allah swt pun memerintahkan Rasulullah untuk mengahadap kiblat ke
Masjidil Haram.
Allah swt memerintakan hamba-Nya
untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Selama masih ada kesempatan untuk berbuat
baik, dan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Untuk melaksanakan
pesan utama dalam ayat ini tidak sulit, banyak sekali untuk berlomba kebaikan
misalanya para fakir miskin, anak-anak yatim, pembangunan mesjid yang belum
selesai pembangunannya, dsb. Dalam Al-Qur’an, Allah banyak berfirman mengenai
perintahnya kepada umat manusia untuk berbuat kebajikan dan tolong-menolong
dalam taqwa serta meninggalkan perbuatan jahat. sebagaimana yang tercermin
dalam hadist Nabi saw yang berbunyi
عَنْ جَابِرٍ
رَضِىَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ لِلنَبِيِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ
يَوْمَ اُحُدٍ: اَرَاَيْتَ اِنْ قُتِلْتُ فَاَيْنَ اَنَا ؟ قَالَ: فِى اْلَجنَةِ,
فَاَلْقَى تَمَرَاتٍ كُنَ فِى يَدِه ثُمَ قَاتَلَ حَتَى قُتِلَ. متفق علي
Jabir r.a berkata: pada hari
perang uhud, ada seorang bertanya kepada Nabi saw: Bagaimana pendapatmu
kalau saya terbunuh dalam perang ini ? Jawab Nabi: Di Sorga, maka segera orang
itu membuang beberapa biji kurma yang masih sisa di tangannya dan sedang
dimakan. Kemudian ia maju berperang, sehingga terbunuh mati. (Bukhari, Muslim)
Hadist ini menunjukkan bahwa berbuat
baik dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, kapan saja dan dimana saja
selagi itu masih ada kesempatan. bahkan saat perang sekalipun jika masih ada
kesempatan untuk berbuat baik maka hendaknya bersegeralah untuk
melaksanakannya.
bahkan pentingnya berlomba-lomba
dalam berbuat rasulullah tegaskan dalam hadist lainnya yaitu.
عَنْ اَبِى
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : اَنَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَى اللهِ عَلَيْهِ
وَسَلَمَ قَالَ: بَادِرُوا بِالْاَعْمَالِ الصَالِحَةِ فَسَتَكُوْنُ فِتَنٌ
كَقِطَعِ الَليْلِ المظْلِمِ يُصْبِحُ الرَجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا
وَيُمْسِى مُؤْمِنًا ويُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ
الدُنْيَا. رواه مسلم
Abu Hurairahr.a. berkata: Bersabda
Nabi saw: segeralah melakukan amal salih, sebab
akan menjadi fitnah besar
bagaikan gelap malam yang sangat gulita ketika itu seorang mu’min pada pagi
hari, tiba-tiba pada sore hari berbalik kafir, dan pada sore hari mu’min
tiba-tiba pagi hari kafir. menukar agama karena sedikit keuntungan dunia yang
sederhana. (Muslim).
Dalam hadits ini Rasulullah saw menegaskan kembali akan pentingnya
menyegerakan berbuat baik, manusia tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi
pada dirinya saat ketika datang pagi dan petang atau diantaraa keduanya. Hal
tersebut dianalogikan secara tegas dalam bentuk kualitas keimanan diri kepada
Allah SWT. sehingga dengan senantiasa terus melakukan amal kebaikan hal tersebut
akan menjaga kualitas keimanan kiita kepada allah SWT
Perilaku orang yang mencerminkan surat Al-Baqarah ayat 148:
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan beberapa perilaku orang
yang mencerminkan surat Al-Baqarah ayat 148 yang berkaitan dengan perilaku
berlomba-lomba dalam kebaikan, diantaranya:
1.
Bersikap jujur.
2.
Mencintai kebajikan.
3.
Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal di akhirat.
4.
Tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama islam.
5.
Berhati-hati dalam melakukan setiap pekerjaan, karena setiap
pekerjaan akan dimintai pertanggung jawaban.
6.
Setiap melakukan sesuatu hendaknya memiliki arah dan tujuan yang
jelas, yaitu mencari ridho Allah.
Sikap-sikap
yang mencerminkan surat al-Baqarah ayat 148 diatas hendaknya mampu untuk kita
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita mampu memulai setiap
perbuatan yang kita lakukan dengan sikap positif, agar segala sesuatu yang kita
lakukan senantiasa mendapat petunjuk dan ridha allah swt.
Firman Allah
yang masih berkaitan dengan berkompetisi dalam kebaikan yaitu terdapat pada
surat An-Nahl ayat 97:
ô`tB
@ÏJtã
$[sÎ=»|¹
`ÏiB
@2s
÷rr&
4Ós\Ré&
uqèdur
Ö`ÏB÷sãB
¼çm¨ZtÍósãZn=sù
Zo4quym
Zpt6ÍhsÛ
(
óOßg¨YtÌôfuZs9ur
Nèdtô_r&
Ç`|¡ômr'Î/
$tB
(#qçR$2
tbqè=yJ÷èt
ÇÒÐÈ
Artinya:
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
[839]
Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat
pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Ma’na Mufrodat Surat An Nahl Ayat 97
Lafaz
|
Arti
|
Lafaz
|
Arti
|
$[sÎ=»|¹
@ÏJtã
|
Amal saleh (kebajikan)
|
Oßg¨YtÌôfuZs9ur
|
Dan akan Kami beri balasan
|
2s
|
Laki-laki
|
tô_r&
|
Pahala
|
4Ós\R&
|
Perempuan
|
`|¡ômr'Î/
|
Lebih baik
|
Zpt6ÍhsÛo4quym
|
Kehidupan yang baik
|
bqè=yJ÷èt
|
Mereka kerjakan
|
Tafsir Surat An Nahl Ayat 97
(97) Kemudian Allah swt dalam ayat
ini berjanji bahwa Allah swt benar-benar akan memberikan kehidupan yang bahagia
dan sejahtera di dunia kepada hamba-Nya, baik laki-laki maupun perempuan, yang
mengerjakan amal saleh yaitu segala amal yang sesuai petunjuk Al-Quran dan
sunnah Rasul, sedang hati mereka penuh dengan keimanan.
Rasulullah saw,
bersabda yang artinya: Dari Abdullah bin Umar bahwa Rasullullah saw bersabda
:”Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup dan
menerima dengan senang hati atas pemberian Allah.” (Riwayat Ahmad).
Kehidupan
bahagia dan sejahtera di dunia ini adalah suatu kehidupan di mata jiwa manusia
memperoleh ketenangan dan kedamaian karena merasa kelezatan iman dan kenikmatan
keyakinan. Jiwanya penuh dengan kerinduan janji Allah, tetapi rela dan ikhlas
menerima takdir. Jiwanya bebas dari perbudakan benda-benda duniawi, dan hanya
tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta mendapatkan limpahan cahaya dari-Nya.
Jiwanya selalu
merasa puas terhadap segala yang diperuntukkan baginya, karena ia mengetahui
bahwa rezeki yang diterimanya itu adalah hasil dari ketentuan Allah swt. Adapun
diakhirat dia akan memperoleh balasan pahala yang besar dan paling baik dari
Allah, karena kebijaksanaan dan amal saleh yang telah diperbuatnya serta iman
yang bersih yang mengisi jiwanya.[2]
Rasulullah saw
dalam haditsnya menjelaskan.
عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: اَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَمَ قَالَ: بَادِرُوا بِالْاَعْمَالِ سَبْعًا هَلْ تَنْتَظِرُوْنَ اِلاَ
فَقْرًا مُنْسِيًا. اَوْغِنًى مُطْغِيًا,اَوْمَرَضًا مُفْسِدًا, اَوْهَرَمًا
مُفْنِدًا, اَوْمَوْتًا مُجْهِزًا,اَوِالدَجَالَ,فَشَرُغَائِبٍ
يُنْتَظَرُاَوِالسَاعَةَ فَالسَاعَةُ اَدْهَى وَاَمَرُ. رواه الترمذى
Abu Hurairah r.a berkata: bersabda
Rasulullah saw: segeralah beramal kebaikan sebelum kedataangan tujuh
perkara. Apakah yang kamu nantikan selain kemiskinan yangakan
melupakan kamu dari kewajiban, atau kekayaan yang akan menimbulkan rasa congkak
yang melampaui batas, atau penyakit yang merusak, atau tua yang menimbulkan
pikun dan habis tenaga. Ataumatiyang menghabisi, atau dajjal. Maka ia sejahat-jahat yang dinantikan. Atau hari
kiamat, dan hari kiamat itu lebih berat dan lebih sukar (Attirmidzi)[3]
Isi
Kandungan Surat An Nahl Ayat 97
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam memiliki
semangat terhadap kesetaraan antara laki laki dan perempuan. Sebagai contoh
adalah kedudukan perempuan yang dalam tradisi masyarakat Arab waktu itu tidak
berhak atas warisan kemudian Islam memperbaruinya dalam hal memberikan
ketentuan tentang bagian warisan bagi kaum perempuan. Dalam ayat ini juga
menunjukkan bahwa Allah tidak membeda bedakan orang orang yang beriman dan
beramal saleh baik laki laki atau perempuan kelak pasti ia akan mendapat pahala
atau balasan yang sama dan lebih dari apa yang mereka kerjakan. Adapun orang
orang yang berpaling dari mengingat Allah, sehingga dia tidak beriman dan tidak
mengerjakan amal saleh maka dia senantiasa berada dalam kesusahan.
Berkompetisi dalam Kebaikan pada Surat Al-Fathir ayat 32
§NèO $uZøOu÷rr& |=»tGÅ3ø9$# tûïÏ%©!$# $uZøxÿsÜô¹$# ô`ÏB $tRÏ$t7Ïã ( óOßg÷YÏJsù ÒOÏ9$sß ¾ÏmÅ¡øÿuZÏj9 Nåk÷]ÏBur ÓÅÁtFø)B öNåk÷]ÏBur 7,Î/$y ÏNºuöyø9$$Î/ ÈbøÎ*Î/ «!$# 4 Ï9ºs uqèd ã@ôÒxÿø9$# çÎ7x6ø9$# ÇÌËÈ
Artinya:
32. kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami
pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya
diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah.
yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.
[1260] Yang dimaksud dengan orang
yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya
daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya
berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang
lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat
banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.
Ma’na Mufrodat
Lafaz
|
Arti
|
Lafaz
|
Arti
|
NèO
|
Kemudian
|
ÅÁtFø)B
|
Ada yang
pertengahan
|
|=»tGÅ3ø9$#$uZøOu÷rr&
|
Kami wariskan
kitab itu
|
7ÏNºuöyø9$$Î/,Î/$y
|
Yang lebih
dulu berbuat kebaikan
|
4|$uZøxÿsÜô¹$# tûïÏ%©!$#
|
Orang-orang
yang Kami pilih
|
«!$# bøÎ*Î/
|
Dengan izin
Allah
|
Z $tRÏ$t7Ïã`ÏB
|
Diantara
hamba-hamba Kami
|
Ï9ºs
|
Yang demikian
itu
|
óOßg÷YÏJsù
|
Lalu diantara
mereka
|
çÎ7x6ø9$#@ôÒxÿø9$#
|
Karunia yang
besar
|
óÏmÅ¡øÿuZÏj9OÏ9$sß
|
Menganiaya
diri mereka sendiri
|
Tafsir Surat Al-Fathir ayat 32
Berdasarkan ayat diatas melalui tafsir Ibnu Mas’ud berlomba-lomba dalam
kebaikan dalam ayat ini dapat dijelaskan sebagai sebagaimana yang dieriwayatkan
oleh Ath-Thabrani (983): Ibnu Humaid
menceritakan kepada kami, ia berkata: Al Hakim bin Basyir menceritakan kepada
kami, ia berkata: Amru bin Qais menceritakan kepada kami dari Abdullah bin Isa
dari Yazid bin Al Harits dari Syaqiq Abu Wa’il dari Abdullah bin Mas’ud bahwa
ia mengatakan:
Umat ini
terbagi sepertiga pada hari kiamat: sepertiga masuk Surga tanpa hisab,
sepertiga dihisab dengan hisab yang ringan, dan sepertiga datang dengan membawa
dosa-dosa besar. Lalu Allah bertanya, “Siapakah mereka?” Dan lebih mengetahui
mereka. Maka para malaikat menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang datang
dengan membawa dosa-dosa besar, hanya saja mereka tidak menyekutukan-Mu.” Maka
Allah berfirman, “Masukkanlah mereka ke dalam rahmat-Ku yang luas.”[4]
2.6
Membiasakan Diri Berlomba-Lomba Dalam Berbuat Kebaikan
Sebagai orang beriman hendaknya kita
senantiasa mau mengingatkan sesamanya untuk berbuat kebaikan, yaitu dengan
menjalankan hal tersebut Insya Allah segala bentuk kejahatan di muka bumi ini
akan bias kita tanggulangi dan yang lebih pentingnnya lagi adalah kesatuan dan
persatuan umat islam yang kokoh akan tercipta kekuatan yang dahsyat untuk
mengalahkan kemungkaran sehingga dunia ini akan menjadi damai dan sejahtera
dibawah lindungan Allah swt.[5]
Berikut beberapa hal yang menjadi
dasar sikap/perilaku yang menggambarkan berlomba-lomba dalam kebaikan.
1.
Membuat target dalam sehari untuk melakukan kebaikan sebanyak
mungkin.
2.
Menghindari bersikap ceroboh atau melakukan kesalahan yang
berulang.
3.
Menyerahkan hasil akhir penilaian kebaikan kepada Allah SWT.
4.
Bercermin dari kemajuan dan prestasi orang lain.
5.
Suka melakukan introspeksi diri dan tidak jemu belajar memperbaiki
diri.
6.
Bekerja semaksimal mungkin demi mendapatkan manfaat bersama.
7.
Bersaing secara sehat dalam hal baik.
8.
Rajin belajar dan bertanya apabila mendapat kesulitan.
9.
Rajin menuntut ilmu dan mengamalkannya.
Allah sangat menganjurkan bagi
seluruh umat manusia untuk semaksimal mungkin dalam melakukan aktivitas dan
kegiatan sehari-hari. terlebih, hal itu merupakan perbuatan yang sangat
dianjurkan oleh allah SWT.
BAB III
PENUTUP
3.3.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat
kita simpulkan mengenai berlomba-lomba dalam kebaikan sebagai berikut:
1. Berlomba-lomba dalam kebaikan menurut
islam yaitu menaati
dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dengan
semangat yang tinggi, seperti yang telah dijelaskan dalam
surat Al-Maidah ayat 48.
2. Hakikat berlomba-lomba dalam kebaikan
menurut surat Al-Baqarah ayat 148 Allah swt memerintakan hamba-Nya untuk
berlomba-lomba dalam kebaikan. Selama masih ada kesempatan untuk berbuat baik,
dan pergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Selain dalam surat
Al-Baqarah, hakikat berlomba-lomba dalam kebaikan juga dijelaskan dalam surat
An-Nahl ayat 97 dan Al-Fathir ayat 32.
3. Perilaku orang yang mencerminkan
berlomba-lomba dalam kebaikan menurut surat Al-Baqarah ayat 148 yaitu bersikap
jujur, mencintai kebajikan, menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi
bekal di akhirat, tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama
islam, berhati-hati dalam melakukan setiap pekerjaan, karena setiap pekerjaan
akan dimintai pertanggung jawaban, setiap melakukan sesuatu hendaknya memiliki
arah dan tujuan yang jelas, yaitu mencari ridho Allah.
4.
Rasulullah
saw menegaskan kembali akan
pentingnya menyegerakan berbuat baik, manusia tidak akan pernah tau apa yang
akan terjadi pada dirinya saat ketika datang pagi dan petang atau diantaraa
keduanya. Hal tersebut dianalogikan secara tegas dalam bentuk kualitas keimanan
diri kepada Allah SWT.
5. Beberapa hal yang menjadi dasar
sikap/perilaku yang menggambarkan berlomba-lomba dalam kebaikan diataranya
membuat target dalam sehari untuk melakukan kebaikan sebanyak mungkin,
menghindari bersikap ceroboh atau melakukan kesalahan yang berulang,
menyerahkan hasil akhir penilaian kebaikan kepada Allah SWT, mercermin dari
kemajuan dan prestasi orang lain, suka melakukan introspeksi diri dan tidak
jemu belajar memperbaiki diri, bekerja semaksimal mungkin demi mendapatkan
manfaat bersama, bersaing secara sehat dalam hal baik, rajin belajar dan
bertanya apabila mendapat kesulitan, rajin menuntut ilmu dan mengamalkannya.
3.4.
Saran
Penulis mendayadri masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini.
Besar harapan penulis dari para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Mudah-mudahan makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
Daftar Pustaka
Ar-Rifa’I, Muhammad Nasib. 2012. Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Jakarta: Gema Insani.
Isawi, Muhammad Ahmad. 2009. Tafsir Ibnu
Mas’ud. Jakarta: Pustaka Azzam.
RI, Departemen Agama. 2009. Al-quran dan Tafsirnya
Jilid 5. Jakarta: Departemen Agama RI.
Amalia, Eva. 2012. Ayat-ayat Al-Quran
Tentang Kompetisi dalam Kebaikan. http://evaemalia.file.edu/2012/12/ayat-ayat-alquran-tentang-kompetisi.html.
Diakses pada tanggal 03 November 2014 pukul 16.00 WIB.
Anonim. 2012. Tafsir
Al-Quran, Surat An-Nahl Ayat 97-100. http://quran.com/35.
Diakses pada tanggal 02 November 2014 pukul 15.00 WIB.
No comments:
Post a Comment