PELUANG DAN POTENSI BISNIS KELUARGA


KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat taufik dan hidayah – Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai Peluang dan Potensi Bisnis Keluarga ,tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas perkuliahan.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan kemampuan Kami yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan dari Dosen Pembimbing serta berbagai bantuan dari  berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Kami berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya  dan bagi para pembaca pada umumnya semoga mendapat pengetahuan.



Jakarta, 30 September  2015


Penulis










DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..................................................................................................................    i
Daftar Isi............................................................................................................................     ii
Bab I   Pendahuluan
1.1       Latar Belakang...........................................................................................      1
1.2       Rumusan Masalah......................................................................................      1
1.3       Tujuan Penulisan…………………………………………………………      2
Bab II Pembahasan
            2.1       Pengertian Bisnis Keluarg………………................................................       3
            2.2       Mengenal Bisnis Keluarga.…………………….....................................        4
2.3       Potensi Bisnis Besar Berawal Bisnis Keluarga……….……………......        5
            2.4       Keunggulan dan Kelemahan Bisnis Keluarga…………………………...     6
2.5       Mengelola Bisnis Keluarga dengan Profesional…………………………     6
2.6       Permasalahan Bisnis Keluarga…………………………………………..      8
2.7       Prospek dan Tantangan Bisnis Keluarga………………………………...     9
2.8       Dasar Persiapan Usaha Keluarga……………………………………….       12
Bab III            Penutup
            3.1       Kesimpulan..................................................................................................    14
            3.2       Saran............................................................................................................    14
Daftar Pustaka            .....................................................................................................................    15      








BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan income keuangan sangat tinggi, dimana keberadaan uang sangat menunjang keberlanjutan kehidupan dalam keluarga. Di era saat ini, dibutuhkan kreativitas dari masyarakat agar mampu bertahan dalam tekanan kebutuhan sehari-hari yang semakin berat. Keluarga harus mampu memecahkan permasalahan perekonomian keluarga dengan cara yang tidak berdampak masalah dikemudian hari. Banyak tawaran menggiurkan dari berbagai perusahaan keuangan yang pada akhirnya hanya menyebabkan keluarga akan terlilit masalah yang lebih besar. Bahkan praktik kejahatan banyak didasari oleh besarnya kebutuhan akan uang dan keinginan masyarakat untuk mendapatkan uang dengan cara praktis dan cepat. Di beberapa negara maju, masalah ekonomi keluarga diatasi dengan melakukan kegiatan usaha yang berbasis keluarga. Mereka banyak mengembangkan usaha mikro berbasis keluarga untuk mengurangi ketergantungan lowongan pekerjaan dari perusahaan-perusahaan baik milik pemerintah maupun swasta. Banyaknya wirausaha di negara-negara tersebut rupanya sangat mendukung pertumbuhan ekomoni di nagara itu. Di Indonesia, kecenderungan ini sudah mulai muncul, dapat dilihat dari mulai merebaknya bisnis franchaise seperti dalam usaha makanan siap saji, toko eceran, usaha jasa dan sebagainya. Usaha-usaha kecil yang berkembang belakangan ini jika diamati memang telah menerapkan manajemen bisnis yang profesional. Ditandai dengan struktur SDM yang mapan, sistem penggajian yang telah jelas, serta sistem manajemen keuangan yang akuntabel.
1.2       Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang di bahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1.      Apa itu bisnis keluarga?
2.      Apa keuntungan dan kelemahan dalam menjalankan bisnis keluarga?
3.      Bagaimana mengelola bisnis keluarga dengan professional?
4.      Permasalahan apa yang sering ada dalam bisnis keluarga?
5.      Bagaimana prospek bisnis keluarga?
6.      Dasar apa saja yang harus dipersiapkan untuk memulai bisnis keluarga?
1.3       Tujuan Penulisan
1.      Mengenal bisnis keluarga
2.      Mengetahui keuntungan dan kelemahan bisnis keluarga
3.      Mengetahui cara mengelola bisnis keluarga dengan professional
4.      Mengetahui permasalahan yang sering terjadi dalam bisnis keluarga
5.      Mengetahui prospek bisnis keluarga
6.      Mengetahui persiapan dasar untuk memulai bisnis


















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Bisnis Keluarga
Bisnis keluarga adalah sebuah bisnis yang dimiliki, dikontrol, dan dijalankan oleh anggota sebuah atau beberapa keluarga atau dikelola oleh anggota-anggota keluarganya. Bisnis keluarga memainkan peran penting dalam pengembangan ekonomi regional dan global dan menambah penciptaan lapangan kerja baru, pertumbuhan bisnis baru dan peningkatan kegiatan kewirausahaan.[1] Bisnis dianggap milik keluarga jika satu atau dua anggota keluarga memiliki 15 persen atau lebih dari ekuitas dan lebih dari satu anggota keluarga bekerja dalam bisnis.[2] Bisnis keluarga didefinisikan ketika anggota keluarga pendiri perusahaan mengembangkan bisnis setelah proses suksesi dan keluarga masih memiliki kendali di bisnis tersebut.[3] Bisnis keluarga berbeda dengan bisnis lainnya, aspek keluarga terkait diidentifikasi kontribusi anak-anak dalam bisnis, perencanaan suksesi, pendapatan keluarga dan distrubusi saham.
Dalam terminologi bisnis, bisnis keluarga terbagi menjadi dua macam. Pertama adalah Family Owned Enterprise (FOE), yaitu bisnis yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh profesional yang berasal dari luar lingkaran keluarga. Keluarga hanya berperan sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di lapangan. Bisnis seperti ini merupakan bentuk lanjutan dari usaha yang semula dikelola oleh keluarga yang mendirikannya. Jenis bisnis keluarga yang kedua adalah Family Business Enterprise (FBE), yaitu bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga pendirinya. Bisnis tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam bisnis oleh anggota keluarga. Jenis bisnis keluarga inilah yang banyak terdapat di Indonesia. Batasan lain tentang perusahaan diberikan oleh John L. Ward dan Craig E. Arnoff. Menurutnya, suatu bisnis dinamakan bisnis keluarga apabila terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang mengawasi keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Robert G. Donnelley dalam bukunya “The Family Business” suatu organisasi dinamakan bisnis keluarga apabila paling sedikit ada keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan perusahaan.
2.2  Mengenal Bisnis Keluarga
Keluarga dan bisnis adalah dua hal yang berbeda, namun dalam bisnis keluarga mereka menjadi satu. Keluarga dan bisnis muncul dengan alasan yang berbeda. Fungsi pokok keluarga berhubungan dengan perhatian dan pendidikan anggota keluarga, sedangkan bisnis berkaitan dengan produksi dan distribusi barang atau jasa. Tujuan keluarga adalah pemberian kesempatan dan penghargaan yang sama bagi setiap anggota keluarga, bisnis bertujuan mendapat keuntungan dan kesejahteraan dalam hidup. Maju atau mundurnya perusahaan kelaurga sangat ditentukan oleh keterbukaan dan kekompakan seluruh elemen yang terkait. Keterbukaan itu menyangkut bidang financial, sumber daya manusia, kompleksitas permasalahan, keinginan untuk maju dan segala macam permasalahan yang dihadapi serta tantangan maupun ancaman yang terjadi. Sekitar 90% perusahaan besar di dunia masih saling berhubungan saudara, di Indonesia sekitar 70% kekuatan ekonominya dikendalikan oleh bisnis keluarga. Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat apakah berbisnis dengan pasangan menguntungkan atau tidak. Di satu sisi bisnis dengan pasangan dapat berjalan lancar karena ada saling percaya (trust), memiliki misi dan visi yang relatif sama dan saluran komunikasi lebih lancar. Di sisi lain, melakukan bisnis dengan pasangan sering dipersepsikan sebagai bisnis yang kurang profesional, karena ada percampuran antara kepentingan pribadi dan kepentingan bisnis. Hubungan pribadi dan bisnis tidak dapat dipisahkan, dan laporan keuangan keluarga dapat bercampur dengan laporan keuangan perusahaan.
Di dalam bisnis keluarga keterlibatan kepentingan keluarga dan bisnis dapat mempersulit manajemen. Keputusan yang diambil dapat mempengaruhi bisnis dan keluarga, misalnya kinerja orang tua sebagai bos dan anak sebagai bawahan. Adakalanya terjadi kebingungan oleh pimpinan untuk mendahulukan bisnis atau keluarga? Di dalam teorinya keluarga akan mendapat prioritas utama, namun kenyataannya keputusan memilih antara keluarga dan bisnis merupakan hal yang sulit dan seringkali lebih mendahulukan bisnis daripada keluarga.  
Sebuah bisnis keluarga banyak ynag akhirnya gagal karena manajemen yang tidak profesional dan tidak memiliki landasan budaya perusahaan yang kuat. Seperti organisasi lainnya, bisnis keluarga mengembangkan cara tertentu dalam menjalankan usahanya yang memberikan keunikan tersendiri pada perusahaan. Pola perilaku yang khusus dan unik akan membentuk budaya perusahaan. Budaya perusahaan yaitu pola perilaku dan keyakinan yang membentuk karakteristik perusahaan.[4]
2.3  Potensi Bisnis Besar Berawal Bisnis Keluarga

      Perusahaan-perusahaan besar di dunia bermula dari bisnis keluarga, misalnya Ford di AS dan Fiat di Italia “Bisnis keluarga ini tidak saja mendominasi di Indonesia tapi di banyak negara lain di dunia. Di Bali pun kecenderungannya juga seperti itu. Banyak bisnis keluarga yang bisa dijumpai,”
Keluarga merupakan basis kebahagiaan setiap manusia. Sebab, manusia dilahirkan kedunia berdasarkan kasih sayang. Kasih sayang yang diterima pertama kali oleh seorang manusia, berasal dari lingkungan keluarga, yaitu dari orang tua dan saudarasaudara.
Tahukah Anda bahwa sebagian besar dari UKM di Indonesia merupakan perusahaan keluarga? Sebut saja PT. Bakrie Brother, PT. Hero Supermarket, PT. Jamu Jago atau PT. Gudang Garam. Sebagian dari mereka merupakan perusahaan keluarga yang tumbuh besar dan sukses hingga beberapa generasi. Usaha keluarga atau family business memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perkembangan bisnis di Indonesia. Namun banyak juga yang mengalami sandungan dan goyah karena persoalan keluarga pula. Jamu Cap Nyonya Meneer di Semarang misalnya, karena retak lahirlah Dua Putri Dewi.
Meskipun tantangan yang dihadapi oleh perusahaan keluarga semakin kompleks seiring perkembangannya, namun perusahaan tersebut masih bisa berhasil dan semakin maju. Ada berbagai alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertama, perusahaan keluarga tidak dibebani oleh tuntutan para pemegang saham. Kedua, anggota keluarga mau mengorbankan keuntungan jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Suatu studi menunjukan bahwa anggota keluarga lebih produktif jika dibandingkan dengan pekerja lainnya. Ketiga, tingkat fleksibilitas dari perusahaan untuk memberikan respons terhadap tantangan dan peluang tanpa adanya banyak hambatan.





2.4  Keunggulan dan Kelemahan Bisnis Keluarga

Keunggulan bisnis keluarga

Kelemahan bisnis keluarga
Organisasi yang relatif efesien dan fleksibel.
Kelemahan bisnis keluarga terletak pada keputusan yang didasarkan gut feelings dan bersifat personal akibatnya sering terjadi transisi organisasi menjadi masalah dan masa yang terkritis.
Komitmen tinggi terhadap kualitas produk dan
pelayanan sebagai budaya yang diturunkan
oleh keluarga.

Hubungan perusahaan yang terlalu kental dan dekat, dalam kasus tertentu budaya perusahaan bisa menjadi sangat tertutup dan kaku.
Terbukti lebih tangguh dibandingkan
konglomerasi raksasa dan tumbuh sehat
tanpa mengandalkan fasilitas pemerintah.

Rentan terhadap konflik keluarga

2.5  Mengelola Bisnis Keluarga dengan Profesional

Bisnis keluarga harus dikelola dingan baik agar bisnis yang sedang dilakukan berjalan dengan lancar dan baik, bisnis keluarga harus memiliki prinsip-prinsip yang dapat membuat prinsip keluarga menjadi bisnis keluarga yang profesional. Prinsip merupakan kaidah-kaidah dasar yang diyakini setiap orang sebagai suatu kebenaran mutlak dan berlaku universal. Misalnya kehuhuran, trasparansi, dan keadilan merupakan prinsip-prinsip bisnis keluarga yang menggunakan perseroan sebagai bentuk badan usaha. Prinsip menurut Dictionary of law (2000) disebut sebagai general rule atau  the correct way to act. Berdasarkan pemikiran deontologis (etika tentang kewaciban noral), setiap pelaku bisnis wajib taat pada prinsip-prinsip atau aturan yang dinilai benar. Berbeda dengan pemikiran teologis, hasil atau manfaat merupakan tujuan utama meskipun kadang-kadang harus melanggar prinsip maupun aturan berbisnis.
Seorang pemilik dan pengusaha bisnis keluarga berusaha untuk meraih kesuksesan, terutama dari segi profit, namun ia mengalami kegagalan. Bagi pemikiran utilitarian, tindakan si pembisnis ini tergolong tidak baik karena tanpa hasil yang baik. Tetap, bagi pemikiran deontologis, kegagalan dalam memulai bisnis tetap dinilai baikkarena dibalik kegagalan itu terdapat hikmah atau pelajaran hidup yang diraih. Dalam pemikiran deontologis, ketaatan pada perinsip dan aturan yang benar akan membawa kemanfaatan yang jauh lebih besar (kesejahteraan aupun profit) daripada sekedar perofit atau hasil yang diraih denggan melanggar aturan atau tanpa prinsip. Demikian pula dalam bisnis keluarga. Keluarga yang sejahtera bisa diraih melalui kegiatan bisnis yang selalu memperhatikan prinsip dan aturan. Profit yang diraih dengan melanggar aturan perpajakan bisa membawa kekawatiran dan kecemasan dalam hidup.
1.         Kejujuran
Lewis smedes (1983) dalam buku tulisan Alexander hill berjudul: just buiness(Christian Ethics for The Maarket Place),  berpenndapat bahwa kejujuran (dalam bisnis) pentik untuk tiga alasan, yaitu membangun kepercayaam, memembangkan masyarakat, dan melindungi martabat penontonnya. Tanpa komunikasi yang jujur dalam menjalankan bisnis keluarga, kepercayaan itu tidak mungkin ada. Jujur itu berlaku terhadap siapa saja, baik dalam internal. Maupun eksternal keluarga. Kejujuran di dalam internal keluarga jadi pondasi yang kokoh dalam membangun bisnis keluarga.
Kejujuran internal itu pula yang tergambarkan di lingkungan eksternal keluarga yang meliputi : kejujuran terhadap negara (terutama soal pajak), relasi bisnis, dan kostumer. Bahkan , menurut J. Brooke Hamilton dan David Strutton (1994), kepercayaan yang ada pada tempatnya akan menghasilkan keuntungan. Para akuntan bisnis dapat menghitung nilai kepercayaan itu pada lembar pembukaan perusahaan sebagai bagian pembukaan baiknya. Elain itu, para pekerja yang percaya pada pimpinannya adalah para pekerja keras. Jika kepercayaan itu dilanggar maka produktivitas pekerja akan menurun. Problem ketenagakerjaan sering muncul ketika pengusaha tidak berlaku jujur kepada pekerjanya.
2.         Keadilan
Seorang direksi, atau staf atau karyawan perusahaan yang tiba-tiba diberhentikan (dipecat) oleh pemilik perusahaan (owner) tanpa penjelasan yang jelas dari pihak manajemen, dan tanpa diberi kesempatan untuk membela diri, merupakan tindakan yang tidak adil. Pemecatan yang dilakukan tanpa alasan yang jelas merupakan bentuk perampasan hak sosial dan ekonomi pekerja. Demikian pula perlakuan diskriminatid manajemen perusahan terhadap para pekerja, baik dalam hal karir maupun upah.
Jika negara telah berlaku adil terhadap pengusaha dan pekerja dalam bentuk kebijakan dan hukum ketenagakerjaan maka pengusaha pu wajib mengimplementasikan prinsip keadilan itu kepada para pekerjanya. Misalnya, upah minimum kota (UMK) merupakan standar minimum dari pemerintah, namun perudahaan sudah sepatutnya memberi upah dengan standar optimum dengan tetap memperhitungkan produktivitas pekerja.
Karena itu Alexander Hill mengungkapkan bahwa para pemilik perusahaan sering sangat bergantung pada konsep hak kepemilikan dalam menyatakan posisi hukum dan moral mereka. Karena perusahaan adalah miik mereka maka bebas untuk mengangkat atau memberhentikan, atau menilai kompensasi, serta menentukan keadaan lingkungan kerja.
3.         Kelestarian lingkungan hidup
Lexander Hill juga menggarisbawahi pentingnya tanggung jawab pebisnis terhadapa masyarakat dan lingkungan hidup, pemilik perusahaan tidak seharusnya berpikiran bahwa selama kegiatan bisnis mereka tidak memberi ancaman kepada masyarakat, pemilik bisnis bebas menggunakan tanah dengan semaunya. Jika terjadi perusakan atau pencemaran lingkungan maka, demi keadilan, perusahaan yang menyebabkannya membayar kompensasi atau ganti rugi yang  wajar, termasuk kepada masyarakat yang terkena dampanya. Intinya, para pengusaha tidak patut mengambil keuntungan dari derita atau kerugian pihak lain.
4.         Keselamatan konsumen
Perusahaan yang menghasilkan produk-produk yang merusak kesehatan wajib pula memberikan peringatan yang wajar kepada konsumen yang memakainya. Konsep menggunakan sumber daya sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya (efisiensi) tidak boleh sampai mengorbankan kelelamatan konsumen.
2.6  Permasalahan Bisnis Keluarga

Faktor yang sangat penting dalam menjamin kelangsungan usaha adalah mengelola bisnis keluarga menjadi sebuah bisnis yang profesional. Profesionalisme dalam menjalankan bisnis dalam tataran keluarga memang tidak semudah ketika menjalankan bisnis bersama orang lain. Penilaian subjektif anggota keluarga menjadi salah satu akar masalah ketidak profesionalan dalam pengelolaannya. Langkah awal yang harus dilakukan oleh pemimpin usaha adalah menyelaraskan harapan ataupun visi bisnis antara anggota keluarga. Masing-masing anggota harus memiliki pandangan yang sama dan cita-cita yang sama terhadap bisnis yang sedang dilakukannya.
Salah satu cara agar anggota keluarga yang terlibat dalam aktivitas bisnis memahami visi usaha adalah dengan melakukan komunikasi. Keterbukaan informasi akan meminimalisir kecurigaan antar anggota keluarga. Visi yang dibangun akan menjadi percuma ketika sesama anggota keluarga menaruh curiga.
Bisnis keluarga bukan tanpa masalah, akan banyak tantangan yang dihadapi oleh keliarga ketika bisnis telah beralan. Meskipun bisnis merupakan salah satu cara beg kelurga untuk mencukupi kebutuhan ekonomi, akan tetapi kebutuhan keluarga harus tetap menjadi priorits utama. Jangan sampai hanya karena mengejar materi, kebutuhan keluarga dikorbanka. Dalam melaksanakan bisnis pengelola harus pandai dalam memisahkan masalah keluarga dan masalah bisnis, sehingga tidak ada campur aduk masalah yang akan menghancurkan usaha sendiri.
Setelah komunikasi dalam keluarga dapat berjalan dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengembangkan relasi bisnis. Relasi bisnis dengan pihak eksternal sangat diperlukan untuk memperluas pasar. Suatu usaha tanpa adanya peran pihak eksternal dalam proses pemasaran akan menyebabkan usaha bisnis tidak berkembang yang menyebabkan kelesuan dalam melakukan bisnis

2.7  Prospek dan Tantangan Bisnis Keluarga
Bisnis keluarga, entah itu sebuah restoran, toko, atau bahkan sebuah usaha jasa dapat ditemukan dimana saja. Mungkin saja keluarga Anda juga menjalankan sebuah bisnis dimana Anda terlibat didalamnya. Bisnis keluarga memiliki prospek yang cukup baik untuk jangka panjang, apalagi jika mereka yang terlibat didalamnya menikmati pekerjaan dan juga interaksi satu sama lain.
            Namun di lain pihak, ada beberapa tantangan ketika berada dalam sebuah bisnis keluarga. Seperti adanya pertengkaran antar anggota keluarga, perlakuan yang tidak sama terhadap karyawan yang bukan anggota keluarga, dan juga kurangnya perencanaan kedepan merupakan isu utama yang menjadi permasalah dalam sebuah bisnis keluarga.
Bisnis milik keluarga rawan konflik antarsaudara, baik perusahaan besar maupun kecil. Kehancuran bisnis keluarga sering kali bukan karena kalah bersaing atau kekurangan modal, tetapi akibat perseteruan yang tak kunjung teratasi. Diperlukan komitmen yang kuat untuk menjaga kelangsungan bisnis keluarga. Alasan mengapa Bisnis Keluarga :


1.      Silaturahmi
Islam menyeru untuk menjalin silturrahim; Keluarga, antar keluarga, bahkan dengan Masyarakat luas. Silaturrahim menambah rizki dan usia, Sebagaimana dalam hadits berikut :
“Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (H.R Bukhari)
Dalam hadits Abu Hurairah, sabda Rasulullah yang lain:
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahmi”
(Muttafaqun ‘alaihi)
2.      Jaringan Bisnis
Jaringan bisnis keluarga memberikan kontribusi profit. Bisnis diharapkan mencapai kinerjanya yang terbaik melalui koordinasi mekanisme pasar dan hierarki. Melalui jaringan, fleksibilitas dan sinergis bisnis dapat diraih. Optimalisasi bisnis melalui keinginan tereduksinya biaya transaksi turut menentukan jaringan bisnis yang dibangun.
Ada contoh kasus jaringan bisnis Cina berdasarkan penelitian : Permasalahan penelitian adalah Bagaimana Jaringan Bisnis Cina Perantuan di Kotamadya Kupang, apakah faktor-faktor penentunya dan seberapa jauh pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap Jaringan Bisnis Cina Perantauan di Kotamadya Kupang. Guna menjawab permasalahan tersebut data yang relevan dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket, wawancara, berpedoman pada daftar pertanyaan terstruktur dan wawancara mendalam terhadap informan kunci. Selain itu dilakukan pengumpulan data melalui studi dokumentasi dan kepustakaan, serta observasi lapangan. Terpenting dari penelitian ini bahwa kepercayaan, kejujuran yang diwujudkan dalam bentuk kurang urgennya kontrak eksplisit (explicit contractual) menjadi basis jaringan bisnis Cina Perantauan di Kotamadya Kupang karena sudah saling kenal mengenal adanya ikatan-ikatan kekeluargaan, saling berkomunikasi, saling membantu dan adanya biaya transkasi yang tereduksi. Namun demikian dalam praktek Bisnis Cina Perantuan di Kotamadya Kupang masih dijumpai perilaku curang di antara mereka yang diwujudkan dalam bentuk pengembalian bantuan modal/pinjaman tidak tepat waktu dan jumlah hutang yang dikembalikan tidak sesuai dengan kesepakatan semula, barang yang dipesan lebih rendah kualitasnya. Sehingga timbul konflik yang diredam dengan cara anggota yang berlaku curang tersebut didepak ke luar dari jaringan yang berupa tidak mempunyai akses terhadap informasi, dan dianggap mati sebagai sanksi sosial yang cukup berat.[5]
      Seorang penasehat ekonomi mantan Presiden Amerika Serikat, George Bush senior mengatakan, sumbangsih utama dari pengusaha China perantauan terhadap perubahan di China seperti yang terjadi saat ini, bukan hanya terletak pada investasinya saja. “Tetap mereka juga mengajarkan peraturan-peraturan atau kaidah ekonomi pasar kepada saudara-saudaranya di China,” katanya.  [6]
3.      Dukungan Keluarga
            Bisnis sukses melalui dukungan keluarga. Dukungan keluarga ini bukan hanya sekedar motivasi tapi juga dengan pembentukan karakter :
      Semasa Mudanya Rasulullah ini Sudah berkenalan dengan Bisnis dari Usia Dini, Dimulai dari menggembala Kambing. Lalu Bisnisnya ke-Level yang lebih tinggi, Pada waktu itu Beliau masih berusia 12 Tahun dan Beliau di Ajak oleh pamannyaAbu Thalib untuk berdagang di Negeri Syam. Disitulah Awalannya Nabi Muhammad SAW mengenal Bisnis secara serius, dan Menjadi Enterprenur Sejati. Hingga beliau mendapat reputasi yang sangat baik bagi penduduk Negri tersebut. Reputasi-reputasinya adalah sebagai Orang yang Terpercaya (Al-Amin) di dalam Perdagangannya maupun di Kehidupan sehariannya. Pada usia 17 Tahun Nabi Muhammad SAW sudah di beri mandat penuh oleh pamannya untuk Berdagang dari dagangannya. Hingga usia 20 tahun beliau sudah hampir menguasai Pusat Bisnis Global di Jamannya. Kalo sekarang ( Irak, Yordania, Bahrain, Suriah, dan Yaman).
Orang Tionghoa, khususnya yang hidup di perantauan, kerap dianggap bertangan dingin dalam berbisnis. Inilah 7 rahasia kaum Tionghoa menjadi pengusaha sukses! Terlibat sejak dini; Di kalangan pebisnis Tionghoa, melibatkan keluarga sejak dini adalah hal biasa. Bila seorang ayah membuka rumah makan, maka anak-anaknya ditugaskan menjadi pelayan, sedangkan istri menjadi kasir. Begitu anak beranjak dewasa, mereka sudah menguasai seluk-beluk bisnis di luar kepala dan menjalankannya tanpa canggung.[7]
2.8  Dasar Persiapan Usaha Keluarga
Hasrat untuk berubah ; Semua orang berpikir untuk merubah dunia, tetapi tak seorangpun berpikir untuk merubah dirinya sendiri. Untuk memulai peluang bisnis anda bias mulai dengan cara mengamati peluang-peluang yang ada disekitar anda, kalau anda pegawai anda bias memulai dengan mencari peluang disekitar tempat anda kerja. Ada beberapa hal yang disiapkan :
1.      WHO / SIAPA : Siapa yang akan dijadikan konsumen.
Siapa yang akan menjadi target pasar harus ditentukan berdasarkan produk  juga. Misal: pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga dan lain sebagainya.
2.      WHERE / DIMANA : Dimana alamat mereka
Mengetahui keberadaan termasuk mengenai target sasaran marketing dimana ruang lingkupnya.
3.      WHEN / KAPAN : Kapan
Kapan bisnis itu akan segera dimulai. Waktu efektif bisnis dan hal lain yang perlu disiapkan harus didata dengan jelas.
4.      WHAT / APA : Produk apa yang akan ditawarkan
Kembali liat sasaran.Buat produk semanarik mungkin dan yang sudah mempunyai branding.Bisa juga dengan cara ATM(Amati, Tiru, Modifikasi).Misal :
-          Orang lain bakso kepala sapi, anda kepala kepala kambing atau banteng sekalian.
-          Orang lain bikin bakso setan anda bikin bakso malaikat kasih tagline “Pilih surga atau neraka”
-          Orang bikin es teller ini buat es zikir
-          Orang lain bikin kecap ABC anda buat kecap DEF. [8]
5.      HOW / BAGAIMANA : Bagaimana cara-cara pengusahaanya
Harus jelas dengan tempat, sasaran, marketing, administrasi dan lain-lain.

Berikut adalah tahapan bisnis :
  1. Mempersiapkan rencana yang lengkap tentang segala sesuatu yang diperlukan
  2. Memilih tempat kedudukan usaha yang sesuai baik untuk jangka panjang dengan
  3. segala fasilitas yang diperlukan serta memperhatikan faktor lingkungan sekitar
  4. apakah kemungkinan bagi usaha tersebut.
  5. Cari SDM yang sesuai dengan ketrampilan yang diperlukan, pengoperasian serta
  6. kesejahteraanya.
  7. Pesiapan alat-alat operasional dengan segala kemungkinan fasilitas

















BAB III
PENUTUP
3.1              Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai peluang dan potensi bisnis keluarga. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Bisnis keluarga merupakan sebuah bisnis yang dimiliki, dikontrol, dan dijalankan oleh anggota sebuah atau beberapa keluarga atau dikelola oleh anggota-anggota keluarganya.
2.      Keluarga dan bisnis adalah dua hal yang berbeda, namun dalam bisnis keluarga mereka menjadi satu.
3.      Dalam bisnis keluarga adanya kelemahan dan kelebihan.Kelemahannya yaitu mudah terjadinya konflik dan kelebihan adalah terkait silaturahim, jaringan dan dukungan kelurga.
5.         Bisnis keluarga harus dikelola dengan baik dan harus mempunyai prinsip-prinsip seperti kejujuran, keadilan, ,elestarian lingkungan hidup, keselamatan konsumen sehingga menjadi bisnis keluarga yang professional.
6.         Penilaian subjektif anggota keluarga menjadi salah satu akar masalah ketidak profesionalan dalam pengelolaannya. Maka harus ada penyelarasan visi dan misi.
7.         Tantangan yang terjadi dalam bisnis keluarga biasanya karena ada konflik antar keluarga oleh sebab itu harus diperlukan komitmen yang kuat untuk menjaga bisnis tersebut.
8.         Untuk memulai bisnis harus mengamati peluang-peluang yang ada disekitar setelah itu menyusun tahap-tahapan untuk berbisnis

3.2       Saran
Sebaiknya peluang dan potensi bisnis keluarga ini dapat disosialisasikan kemasyarakat umum. Karena begitu pentingnya wirausaha. Apalagi dalam islam diajarkan langsung oleh Rasulullah saw.


DAFTAR PUSTAKA
Adam, Nofa. 2013.5 Rukun Keberlimpahan.Jakarta : Gramedia
Bungin, Burhan, 2009,  Penelitian Kualitatif (komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya), Jakarta : Kencana
Collin, P.H., 2002.  Dictionary of law, Third edition, peter Collin Publishing
Fuady, munir, 1994, Hukum Bisnis, Bandung : Citra Aditya Bhakti
Ibrahim. A, B & ellis, W, 1994, family business management, Kendal : Hunt Publishing company
Longenecker, Justin G. Moore Carlon W dan Petty, William J. 2001. Kewirausahaan : Manajemen Usaha Kecil. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat
Poza, Ernesto J. 2010. Family Business: Third Edition. USA :  Cengage Learning Academic Resource Center
Susanto, Azhar, 2007, Sistem Informasi Manajemen, Bandung : Lingga Jaya
Anonim.Jaringan bisnis Cina Perantauan. http://indonesianreview.com/satrio/jaringan-bisnis- china-perantauanDiakses 28 September 2015 Pukul 21.45 WIB
Anonim. Tujuh Rahasia Sukses Pengusaha Tionghoa. http://www.pesona.co.id/karier.uang/keuangan.bisnis/tujuh.rahasia.sukses.pengusaha./004/003/8. Diakses 28 September 2015 Pukul 22.19 WIB
Sofyan. Rahasia Sukses Bisnis Rasulullah. http://rahasiabisnisrasulullah-sofyan.blogspot.co.id/. Diakses 28 September 2015 Pukul 22.15 WIB
UI.Jaringan bisnis Cina Perantauan: studi kasus di Kotamadya Kupang. http://ib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-75336.pd . Diakses 28 September 2015 Pukul 21.45 WIB



[1] Susanto Azhar, Sistem Informasi Manajemen, (Bandung: Lingga Jaya. 2007)
[2] Ernesto J Poza, Family Business: Third Edition. ( USA : Cengage Learning Academic Resource Center. 2010).
[3] Ibrahim. A, B & ellis, W . family business management, (Kendal : Hunt Publishing company.1994)

[4]  Justin G Longenecker, . Moore Carlon W dan Petty, William J. Kewirausahaan : Manajemen Usaha Kecil. Edisi Pertama.( Jakarta: Salemba Empat. 2001)

[5] UI.(Jaringan bisnis Cina Perantauan: studi kasus di Kotamadya Kupang). ib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-75336.pd.
[6] Anonim.(Jaringan bisnis Cina Perantauan).http://indonesianreview.com/satrio/jaringan-bisnis-china-perantauan-0.
[7] Anonim. Tujuh Rahasia Sukses Pengusaha Tionghoa.http://www.pesona.co.id/karier.uang/keuangan.bisnis/tujuh.rahasia.sukses.pengusaha.tionghoa/004/003/8
[8] Adam Nofa,5 Rukun Keberlimpahan, (Jakarta : Gramedia, 2013), hal. 91

No comments:

Post a Comment