Lembar Kerja Siswa (LKS)
Materi : Hereditas
dan Pewarisan Sifat
Kelas/ Semester : XII/ II
A.
Judul
Persilangan Monohibrid dan Dihibrid
B.
Kompetensi Dasar
3.9 Memahami
prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat
4.10 Membuat persilangan dengan
konsep mendel dengan satu atau dua sifat yang dimiliki oleh diri atau dan
keluarganya
4.11 Mengkomunikasikan hasil
analisis data persilangan makhluk hidup dan menentukan pola persilangan serta
memprediksi sifat keturunannya
C.
Tujuan
1.
Mampu
mengetahui dan memahami persilangan monohibrid dan dihybrid
2.
Membuat
persilangan dengan konsep mendel dengan satu atau dua sifat yang dimiliki oleh
diri atau dan keluarganya
3.
Mampu
membuktikan hukum Mendel (rasio fenotipe dan genotype yang dihasilkan)
4.
Mengkomunikasikan
hasil analisis data persilangan makhluk hidup dan menentukan pola persilangan
serta memprediksi sifat keturunannya
D.
Landasan Teori
Salah
satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk
melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada
organisme yang berbiak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetis yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari
kedua parentalnya.
Mendel
adalah seorang yang genius dan telah berhasil dalam percobaan-percobaannya pada
bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa postulatnya, sebagai
berikut:
a. Sifat materai
herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa cairan atau homurai.
b. Sifat tersebut
berpasangan.
c. Sifat yang
tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif akan terlihat
ekspresinya dalam keadaan yang tertentu.
Mendel
mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi: sifat materai herediter
(genetisnya) alel yang bersegregasi satu & yang lainnya akan nampak dalam
bentuk gamet. Dan hukum Independerae Assortment segregasi dari sepasang
alel tersebut bebas dalam hal penggabungannya kemudian kembali. Syarat-syarat
hukum mendel yaitu Survival gamet sama, Survival zygote sama & Survival
embrio sama.
I. Persilangan
monohybrid
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua
spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat
berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Hukum
ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan
disegresikan kedalam dua anakan.” Mendel pertama kali mengetahui sifat
monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum
sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu
berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat
keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam
nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya
factor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor. Hukum Mendel I :
pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Inggris disebut : ”Segregation of allelic
genes”. Hukum ini disebut juga Hukum Segregasi. Berdasarkan percobaan
menyilang 2 individu yang memiliki 1 karakter berbeda : Monohibrid. Peristiwa
pemisahan alel ini terlihat ketika pembuatan gamet individu yang memiliki
genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu
(Suryo.1984).
Mendel menyilangkan kacang kapri atau ercis normal
(tinggi) dengan kacang kapri kerdil (rendah, abnormal). Ukuran yang normal itu
ialah 1,8 m, yang kerdil 0,3 m. Untuk melakukan persilangan itu, penyerbukan
sendiri dicegah lebih dulu dengan membuang benang sari bunga bersangkutan
sebelum sempat matang, lalu serbuk sari dari batang pohon lain yang diinginkan
dilekatkan ke kepala putik, sehingga terjadilah penyerbukan silang buatan. Biji
yang dihasilkan oleh bunga yang disilangkan itu ditanam, tumbuhlah tanaman yang
memiliki karakter hasil persilangan, dalam hal ini ercis batang tinggi x batang
rendah (Yatim Wildan, 2003).
Berdasarkan hal
ini, persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif
12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang individu
hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Dengan kata lain,
sifat dominasi tidak muncul secara penuh. Peristiwa ini menunjukkan adanya
sifat intermedier.
II. Persilangan dihibrid
Dalam hukum
mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of
genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid
atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau
lebih karakter yang berbeda.
Hukum
Mendel II menjelakan bahwa selama pembentukan gamet, setiap alel mengelompok
secara bebas. Hukum Mendel II dikenal juga dengan prinsip pengelompokan secara
bebas (asortasi). Prinsip asortasi menyatakan bahwa pada saat terjadi
pembentukan gamet, masing-masing alel mengelompok secara bebas. Pengertian
pengelompokan secara bebas adalah setiap gamet jantan yang dihasilkan oleh F1
akan mempunyai kesempatan yang sama dalam membuahi gamet-gamet betina yang
dihasilkan dari F1 (Yatim,
1983).
Sebelum melakukan percobaan, harus diketahui cara pewarisan sifat. Dua
pasang yang diawasi oleh pasangan gen yang terletak pada kromosom yang
berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan dengan menanam kacang
ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula tanaman galur murni yang memiliki
biji bulat berwarna kuning disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki
biji keriput berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji
bulat berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan
tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya untuk memperoleh
keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang memperlihatkan perbandingan 9/16 tanaman
berbiji bulat warna kuning : 3/16 berbiji bulat warna hijau : 3/16 berbiji
keriput berwarna kuning : 1/16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan
perbandingannya adalah (9 : 3 : 3 : 1).
E.
Alat dan Bahan
Alat : Kotak
Alat
Tulis
Bahan : Kancing Genetika
(merah-putih-kuning-hijau)
F.
Langkah Kerja
Praktikum I (monohibrid) :
1.
Pisahkan 25 kancing (warna cerah dominan) menjadi
dua bagian masing- masing
terdiri dari 25 buah kancing berlekuk sebagai gamet betina dan 25 buah kancing yang
menonjol untuk gamet jantan.
terdiri dari 25 buah kancing berlekuk sebagai gamet betina dan 25 buah kancing yang
menonjol untuk gamet jantan.
2.
Campurkan 25 kancing merah dan 25 kancing putih
sebagai gamet betina dalam
kotak yang sama (kotak I), demikian pula untuk 25 kancing merah dan 25 kancing
putih sebagai gamet jantan dicampur dalam kotak yang lain.
kotak yang sama (kotak I), demikian pula untuk 25 kancing merah dan 25 kancing
putih sebagai gamet jantan dicampur dalam kotak yang lain.
3.
Lakukan pengambilan secara acak satu kancing dari
kotak I dan 1 kancing dari
kotak II, kemudian pasangkan dan catat macam dan junlah fenotip serta genotip
dalam tabel.
kotak II, kemudian pasangkan dan catat macam dan junlah fenotip serta genotip
dalam tabel.
4.
Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip
maupun genotip.
Praktikum
II (dihibrid):
1.
Pisahkan 25 pasang kancing dari setiap warna
masing- masing menjadi 2 bagian yang
sama sebagai gamet jantan (kancing menonjol) dan gamet betina (kancing
melengkung)
sama sebagai gamet jantan (kancing menonjol) dan gamet betina (kancing
melengkung)
2.
Campurkan gamet jantan masing- masing dari
kancing merah (M) dan kancing putih
(m) juga gamet betina masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih (m)
kemudian pasangkan secara acak (kelompok kancing ini disebut kelompok A)
(m) juga gamet betina masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih (m)
kemudian pasangkan secara acak (kelompok kancing ini disebut kelompok A)
3.
Lakukan langkah seperti point nomer 2 untuk
kancing hijau (H) dengan kancing
kuning (h) (kelompok kancing ini disebut kelompok B)
kuning (h) (kelompok kancing ini disebut kelompok B)
4.
Pertemukan setiap pasangan dari kelompok A dan B
sampai habis, catat macam dan
jumlah fenotip yang dihasilkan pada tabel.
jumlah fenotip yang dihasilkan pada tabel.
5.
Hitung perbandingan yang diperoleh.
G.
Hasil Pengamatan
Praktikum I (monohibrid)
No
|
Model Gen
|
Fenotipe
|
Genotipe
|
Tabulasi
|
Jumlah
|
1
|
|
||||
2
|
|
||||
3
|
|
||||
dst
|
|
||||
|
Praktikum II (dihibrid)
No
|
Model Gen
|
Fenotipe
|
Genotipe
|
Tabulasi
|
Jumlah
|
1
|
|
||||
2
|
|
||||
3
|
|
||||
dst
|
|
H.
Pertanyaan untuk Diskusi
·
Praktikum I (monohibrid):
1.
Apakah arti dari masing- masing pasangan kancing
pada ke-25 pasangan kancing
yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan?
yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan?
2.
Gamet jantan pada generasi apa yang ditunjukkan
dengan kancing merah dan
putih pada kotak I?
putih pada kotak I?
3.
Generasi apakah yang ditunjukkan dengan hasil
perbandingan fenotip dan genotip
yang dihasilkan dari pengamatan ini?
yang dihasilkan dari pengamatan ini?
·
Praktikum II (dihibrid) :
1.
Pada waktu dilakukan pemasangan antara kancing
merah dan putih, saudara akan
mendapatkan pasangan kancing merah merah, merah putih dan putih- putih
(kelompok kancing A). Sebenarnya masing- masing pasangan kancing pada
kelompok A menunjukan apa?
mendapatkan pasangan kancing merah merah, merah putih dan putih- putih
(kelompok kancing A). Sebenarnya masing- masing pasangan kancing pada
kelompok A menunjukan apa?
2.
Setiap dua pasang kancing dari kelompok A dan B
menunjukkan keturunan kedua
/ F2 dari keturunan pertama/ F1
/ F2 dari keturunan pertama/ F1
3.
Cara kerja nomor berapa yang menunjukkan
peristiwa independent assortment?
I.
Kesimpulan
J.
Daftar Pustaka
Diah, dkk. Biologi 3.
Jakarta: ESIS. 2007.
Team Teaching. Penuntun Praktikum Biologi Umum.Gorontalo:
Universitas Negeri Gorontalo. 2012.
Yatim,
Wildan.. Genetika. Bandung: TARSITO. 2003
No comments:
Post a Comment