ASAS DASAR ILMU
LINGKUNGAN
TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan
perkuliahan pada BAB II ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang
asas-asas dasar ilmu lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam
Bab ini dibahas mengenai asas-asas dasar ilmu lingkungan yang akan diberikan
dalam dua kali
pertemuan.
PENYAJIAN:
Pengetahuan
manusia terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
untuk itu dibutuhkan penggalian ilmu secara terus menerus, sehingga diperlukan
daya cipta, daya khayal, keinginan tahu manusia dan inisiatif.
Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang
mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia)
dengan lingkungannya, antara lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan,
pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan sebagai suatu poros, tempat
berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait satu sama lain untuk
mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya
merupakan penyamarataan kesimpulan secara umum, yang kemudian digunakan sebagai
landasan untuk menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik.
Asas dapat terjadi melalui suatu penggunaan dan
pengujian metodologi secara terus menerus dan matang, sehingga diakui
kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang hanya diakui
oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan
penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang
lebih terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun
demikian sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya
terus dapat dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi
hukum. Begitu pula apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah
seorang peneliti, biasa disebut hipotesis Hipotesis ini dapat
menjadi asas apabila diuji secara terus menerus sehingga memperoleh kesimpulan
adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara umum. Untuk mendapatkan asas baru
dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara induksi dan kebanyakan
dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika. Disini
metode pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif
terbatas untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu
dengan cara deduksi dengan menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan
kejadian yang spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara simulasi
komputer dan penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam
tiruan keadaan di alam (mimik). Cara
lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan
membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk
mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.
Asas di dalam suatu ilmu yang sudah
berkembang digunakan sebagai landasan yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan
hasil, teori dan model seperti pada ilmu lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan kerangka
teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi
pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga
asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).
Gambar.
Hubungan berlogika di antara 14 asas dasar ilmu lingkungan (Watt,1973)
ASAS 1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme
hidup, populasi atau ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan
atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk yang lain,
tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
Pemisahan energi yang masuk jadi dua komponen.
Jumlah
energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan atau suatu proses, berupa
materi.
Jumlah energi yang masuk dan keluar dari
suatu pemisahan atau suatu proses, berupa tenaga atau panas.
Asas 1 ini disebut juga dengan hukum
konservasi energi, dalam ilmu fisika sering disebut sebagai hukum
termodinamika pertama. Asas ini
menerangkan bahwa energi dapat diubah, dan energi yang memasuki jasad hidup,
populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan ataupun yang
terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem kehidupan sebagai pengubah
energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat ditemukan berbagai
strategi untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan “pembukuan masukan dan
keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya makanan yang dimakan oleh hewan.
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa
ternyata energi ada yang dapat dimanfaatkan dan ada pula yang terbuang dan hal
ini spesifik untuk masing-masing spesies hewan tergantung bagaimana kemampuan
dan strategi hewan tersebut untuk melawan alam lingkungannya. Keberhasilan
dalam melawan lingkungan dapat diukur dengan peningkatan jumlah
populasinya.
Gambar :
Energi panas yang jatuh di bumi dipakai oleh tumbuhan dan genangan air, serta
dipantulkan oleh lahan terbuka dan bangunan.
ASAS 2. Tak
ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien
Asas ini
sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika. Hal ini
berarti meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi tersebut
akan diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Secara keseluruhan energi di
planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas tanpa balik, yang kemudian
beradiasi ke angkasa.
Dalam sistem biologi, energi yang
dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem kurang efisien,
karena masukan energi dapat dipindahkan
dan digunakan oleh organisme hidup yang lain. Contohnya pada piramida
makanan, tingkatan konsumen yang paling bawah mendapatkan asupan energi yang
banyak, sebaliknya konsumen paling atas
hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi tidak
dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang).
Energi yang dapat dimanfaatkan oleh kita
seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk kategori sumber alam,
namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur manfaatnya dan apa batasan
sumber alam tersebut?.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme
hidup, populasi, atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum
atau mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya pengubahan energi.
Gambar
: Buah-buahan sebagai salah satu sumber energi bag manusia, entropi berupa
kulit buah adalah sumber energi bagi semut.
Gambar
: Jerami sebagai entropi digunakan untuk bahan baku kertas, pakan ternak, dan lainnya.
Pemanfaatan limbah pertanian kedele untuk pakan ternak.
ASAS
3. Materi, energi, ruang, waktu dan
keanekaragaman, semuanya termasuk kategori sumber alam
Materi dan energi sudah jelas
termasuk kedalam sumber alam. Ruang yang dimanfaatkan oleh organisme hidup
untuk hidup, berkembang biak dsb. dapat dianalogkan dengan materi dan energi,
karena dibutuhkan, sehingga secara asas termasuk katagori sumber alam. Begitu
pula dengan waktu, meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk
kategori sumber alam, karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup
untuk mendapatkan makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori
sumber alam, karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan
mudah terancam punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu “survive”.
Asas 3 ini mempunyai implikasi
yang penting bagi kehidupan manusia untuk mencapai kesejahteraannya
ASAS 4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau
pengadaanya sudah optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan
penambahan dengan penambahan sumber alam
itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak ada
pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumber alam (kecuali
keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang melampaui batas maksimum,
bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas
penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang
disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa
pengadaan sumber alam mempunyai batas optimum, yang berarti bahwa batas
maksimum maupun minimum sumber alam akan mengurangi daya kegiatan sistem
biologi. Dari sini dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu karena adanya
ukuran optimum pengadaan sumber alam
untuk populasi, maka naik turunnya jumlah individu populasi itu
tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.
ASAS 5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber
alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tidak
mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut.
Pada asas 5 ini ada dua
hal penting, pertama jenis sumber alam
yang tidak dapat menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut,
sedangkan kedua sumber alam yang dapat menimbulkan rangsangan untuk dapat
digunakan lebih lanjut.
ASAS 6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih
banyak keturunan daripada saingannya, cenderung
berhasil mengalahkan saingannya itu.
Pada asas ini berlaku “seleksi
alam”, artinya bagi spesies-spesies yang mampu beradaptasi baik dengan faktor
biotik maupun abiotik, dia akan berhasil daripada yang tidak dapat menyesuaikan
diri. Dapat diartikan pula, spesies yang adaptif akan mampu menghasilkan
keturunan lebih banyak daripada yang non adaptif, Sehingga individu-individu
yang adaptif ini mempunyai kesan lebih banyak merusak
ASAS 7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas
lebih tinggi di alam lingkungan yang mudah diramal.
Pada asas ini arti kata “mudah
diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor lingkungan dalam
suatu periode yang relatif lama. Adanya fluktuasi turun-naiknya kondisi
lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan sukar-mudahnya untuk diramal
berbeda untuk semua habitat. Sehingga diharapkan pada setiap lingkungan adanya
penyebaran spesies yang berbeda-beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan
lingkungan sedemikian rupa, maka akan terjadi perubahan pengurangan individu
yang sedemikian rupa sampai pada batas yang membahayakan individu-individu
spesies tersebut. Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang
mempunyai jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian
terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang
tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif
sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut mempunyai
keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah
stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin dan
Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil).
Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil, maka
semakin banyak keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai akibat
berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim yang stabil
sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman spesies yang
tinggi, tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola penyebaran kesatuan
populasi.
ASAS 8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh
keanekaragaman takson, bergantung kepada bagaimana nicia dalam lingkungan hidup
itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pada asas ini menyatakan bahwa
setiap spesies mempunyai nicia tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut
dapat berdampingan satu sama lain tanpa berkompetisi, karena satu sama lain
mempunyai kepentingan dan fungsi yang
berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas
spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang
bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan
ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
ASAS 9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding
dengan biomassa dibagi produktivitas.
Pada asas ini menurut Morowitz
(1968) mengatakan bahwa adanya hubungan antara biomassa, aliran energi dan
keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
ASAS 10. Pada lingkungan yang
stabil perbandingan antara biomassa dengan produktivitas (B/P) dalam perjalanan
waktu naik mencapai sebuah asimptut.
Dalam asas ini dapat
disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami evolusi yang mengarah kepada
peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil,
yang memungkinkan berkembangnya keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan
produktivitas maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam
ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat dalam
perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi itu
dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas ini
benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah berkembang lanjut
pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan di alam memang
demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula tumbuhan berkayu sehingga
diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa
sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda dengan jalan memperlakukan fluktuasi
iklim yang teratur. Atau pada komunitas buatan lahan pertanian dengan jalan
mengambil daun-daunannya untuk makanan hewan.
ASAS 11. Sistem yang sudah
mantap (dewasa) mengeksploitasi sistem yang belum mantap (belum dewasa).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa memindahkan energi,
biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman mengalir melalui suatu
kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks, atau dari subsistem
yang lebih rendah keanekaragamannya ke subsistem yang lebih tinggi
keanekaragamannya
ASAS 12. Kesempurnaan
adaptasi suatu sifat atau tabiat tergantung kepada kepentingan relatifnya di
dalam keadaan suatu lingkungan.
Asas ini merupakan kelanjutan
dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan (seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman
terus meningkat di lingkungan yang sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu
dapat diharapkan adanya perbaikan terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap
lingkungan. Jadi, dalam ekosistem yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan )
yang sudah stabil, sifat responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak
terduga ternyata tidak diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari
perilaku dan biokimia lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi
pada lingkungan yang sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung
memelihara daya plastis anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan
yang mantap, beranekaragam secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas
itu untuk bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.
Implikasi dari asas ini bahwa
sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan mandiri, semua
tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya bahwa populasi pada
ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan
fisikokimia dibandingkan dengan populasi
pada ekosistem yang sudah mantap.
ASAS 13.Lingkungan yang
secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan keanekaragaman biologi
dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan kemantapan
populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran
dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas yang mantap, jumlah jalur energi yang
masuk melalui ekosistem meningkat, sehingga apabila terjadi suatu goncangan
pada salah satu jalur, maka jalur yang lain akan mengambil alih, dengan
demikian komunitas masih tetap terjaga kemantapannya. Apabila kemantapan
lingkungan fisik merupakan suatu syarat bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan
faktor fisik itu akan mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap
dan komunitas yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini
ada hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
ASAS 14. Derajat pola
keteraturan turun-naiknya populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti
akan mempengaruhi populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan
dari asas ke 13, tidak adanya keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan
dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi
yang tinggi.
BIOINDIKATOR
TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan
perkuliahan BAB III ini, diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan tentang bioindikator.
MATERI :
PENDAHULUAN:
Didalam
Bab ini dibahas mengenai bioindikator yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN:
Bioindikator = indikator biologi = respon organisme
hidup baik pada tingkat individu atau
populasi terhadap kondisi lingkungan.
Berbagai spesies hewan,
tumbuhan dan mikroorganisme dapat digunakan sebagai indikator pencemaran udara,
air dan tanah. Artinya apabila kondisi perairan, udara, dan tanah mengandung
polutan, sehingga terjadi perubahan pada lingkungan tersebut maka akibatnya ada
spesies-spesies tertentu baik itu tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme yang
merespon perubahan tersebut. Masing-masing organisme akan memberikan respon
yang spesifik dari perubahan lingkungan tersebut. Respon yang diterima oleh
organisme berdasarkan ketahanan dari organisme itu pada perubahan lingkungan
yang terjadi. Ada
organisme yang sangat sensitif (peka) terhadap perubahan lingkungan, sehingga
apabila kondisi lingkungan berubah sedikit saja, organisme itu langsung
memberikan respon. Ada
pula organisme yang sensitif, pada
organisme ini kadar polutan yang diterima lebih tinggi dari organisme yang
sangat sensitif. Sedangkan organisme yang kurang sensitif respon yang diterima
menunjukkan gejala resisten ada faktor kekebalan pada organisme tersebut, dan
ini dapat terjadi karena adanya akumulasi dari polutan pada tubuhnya. Gejala
yang timbul akibat adanya polutan dari
masing-masing organismepun berbeda, misalnya tumbuhan akan menunjukkan
sensitifitasnya dengan adanya bercak-bercak pada daun, atau ukurannya menjadi
kecil. Pada organisme perairan terutama dari golongan invertebrata ada atau
tidaknya spesies-spesies tertentu dapat mengindikasikan bahwa kondisi perairan
dalam keadaan bersih atau tercemar. Sedangkan pada golongan vertebrata, ikan merupakan spesies yang paling sensitif
terhadap perubahan kondisi perairan, organ yang biasanya menunjukkan respon
tersebut adalah insang.
Respon biologi yang timbul
tergantung pada:
1. Pembangun genetik
2. Tahapan perkembangan
atau pertumbuhan
3. Kondisi lingkungan
4. Konsentrasi polutan
Berikut ini adalah
contoh-contoh dari organisme baik di perairan maupun darat yang merespon
perubahan lingkungan:
Tabel 1 : Kemampuan tanaman pekarangan
menyerap debu
No
|
Tanaman
|
Spesies
|
Penyerapan debu (g/m2)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
|
Kembang merak
Trengguli
Sonokeling
Sengon
Srikoyo
Mindi
Jambu air
Asam keranji
Glodogan/Bonger
|
Caesalpinia pulcherrima
Cassia fistula
Dalbergia sisso
Albizzia lebbeck
Annona squamosa
Azadirachta indica
Eugenia jambolana
Pithecelobium dulce
Polyalthia longifolia
|
48,3
48,0
41,6
34,6
33,4
37,5
34,1
76,3
22,9
|
Gambar : Daun yang lebar baik untuk bioindikator
pencemaran udara.
Gambar : Tomat yang ukurannya
kecil dan tidak normal sebagai bioindikator pencemaran tanah, pada konsentrasi
1000-16000 ppm serbuk batere bekas pada media uji
Tabel 2 : Bioindikator ekosistem perairan
Air bersih
|
Air tercemar
|
|
Bakteri Fe
: Sphaerotilus
|
|
Jamur : Leptomitus
|
Algae :
Cladocera
Ulothrix
Navicula
|
Chlorella
Chlamydomonas
Oscillatoria
Phormidium
Stigeoclonium
|
Protozoa :
Trachelomonas
|
Carchesium
Colpidium
|
|
Annelida:
Tubifex
Limnodrillus
|
Insekta:
Plecoptera
Negaloptera
Trichoptera
Ephemeroptera
Elmidae
|
Culex
Chironomus
Tubifera
|
|
Gastropoda:
Physa
integra
|
Bivalvia:
Unionidae
|
Bivalvia:
Sphaerium
|
Ikan:
Etheostoma
Notropis
Chrosomus
|
Cyprinus carpio
|
Sumber: Tandjung 1992
Gambar : Ikan yang berwarna merah yang hidup di air
bersih, akan berubah warna menjadi kuning pucat pada saat air menjadi tercemar.
Sumber : Tandjung, 1994.
Gambar : Larva serangga yang
hanya dapat dijumpai hidup pada ekosistem perairan yang bersih
Gambar: Serangga dan siput
air yang hidup pada perairan yang terkontaminasi oleh limbah organic
Gambar : Beberapa kelompok
invertebrata yang hidup di ekosistem perairan yang tercemar sedang
Gambar: Pada ekosistem yang
tercemar berat dijumpai berbagai bentuk cacing air
Pencemaran perairan menyebabkan kerusakan
organ dan penurunan berat ikan (status nutrisi ikan)
Tabel 3: Korelasi antara
angka status nutrisi ikan (NVC) dengan tingkat pencemaran perairan
No
|
NVC
|
Tingkat Pencemaran
|
1
2
3
4
5
|
> 1,70
1,30 – 1,69
0,90 – 1,29
0,50 – 0,89
< 0,49
|
Tidak ada, air bersih
Terkontaminasi
Tercemar ringan
Tercemar sedang
Tercemar berat
|
Gambar: Ikan harus dengan
morfologi seperti torpedo, diukur dari ujung mulut sampai ujung ekor.
Sumber: Tandjung, 1982
Insang adalah sasaran utama pencemaran
perairan
Tabel: Tingkat kerusakan hispatologi
(mikroanatomi) insang menentukan tingkat pencemaran perairan.
No
|
Mikroanatomi normal
|
Air bersih
|
1
|
Edema pada sel epitelium lamellae branchiales
|
Air terkontaminasi
|
2
|
Hiperplasia pada satu basis lamella branchiales
|
Tercemar ringan
|
3
|
Hiperplasia pada 2 lamellae branchiales
|
Tercemar sedang
|
4
|
Hampir semua lamellae branchiales mengalami
hiperplasia
|
Tercemar agak berat
|
5
|
Semua lamellae branchiales dan filamen kehilangan
struktur
|
Tercemar sangat berat
|
Gambar: Struktur mikroanatomi
insang ikan yang hidup dalam berbagai media dengan tingkat pencemaran berbeda.
LINGKUNGAN DAN EKOLOGI MANUSIA
TIK : Setelah selesai mengikuti kegiatan perkuliahan pada BAB IV
ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan hal-hal mengenai lingkungan dan
ekologi manusia serta strategi mengatasi masalah kependudukan.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas masalah
lingkungan dan ekologi manusia serta strategi mengatasi masalah kependudukan
yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Dari empat belas asas yang
telah dibahas, lima
asas sangat penting dalam peradaban manusia
pada era teknologi modern. Hal ini karena kita sudah beranggapan bahwa
ke lima asas
tersebut tidak ada gunanya dan relevansinya untuk kepentingan manusia. Apabila
kita tetap mengabaikan ke lima
asas tersebut, malapetaka sudah menunggu
di masa yang akan datang.
Asas 3 mengatakan bahwa materi,
energi, ruang, waktu dan keanekaragaman semuanya adalah kategori sumber alam.
Sungguhpun demikian banyak masalah manusia dewasa ini timbul, karena kegagalan
manusia untuk menyadari bahwa ruang, waktu dan keanekaragaman adalah sama
pentingnya dengan materi dan energi sebagai sumber alam. Sedemikian pentingnya,
sehingga hambatan pembangunan akan timbul apabila manusia melalaikannya.
Implikasi dari sistem ini adalah bahwa materi beredar atau melakukan siklus
dalam ekosistemnya, oleh karena itu
harus diberikan cukup waktu untuk diubah kembali dari satu bentuk ke bentuk berikutnya
pada saat menjalani siklusnya.
Contoh yang paling nyata adalah
tumpukan sampah di kota
besar, ini merupakan kelalaian manusia yang tidak memberikan waktu dan kesempatan kepada mikroba pembusuk untuk
melakukan fungsinya dalam proses resiklus materi. Jadi pada hakekatnya
pencemaran alam merupakan gejala teknologi yang berlawanan dengan kehendak dan
kemampuan alam.
Implikasi lain yang penting
ialah pengadaan sumber alam menentukan kapasitas bawa suatu lingkungan.
Ketergantungan kita pada minyak dan gas bumi
bahkan pada tenaga nuklir yang merupakan energi persediaan atau energi
tersimpan I bukan energi mengalir seperti energi matahari), menyebabkan
kapasitas bawa dunia ini meniungkat bagi manusia. Perhatian sangat kurang
kepada kemungkinan berkurang atau habisnya persediaan energi, sehingga
kapasitas bawa dari bumi merosot. Apa yang akan terjadi kemudian?.
Selain itu berapa masalah
lingkungan berkembang dalam lingkungan hidup manusia, karena kita terus menerus
mengurangi keanekaragaman bentuk kehidupan di luar kota dan desa. Keanekaragaman hidup sebagai
sumber alam yang dapat mempertahankan kemantapan.
Pada asas tersebut, manusia
telah menggali dan mengelola materi dalam ekosistemnya melebihi kecepatan
pembusukan atau dekomposisi bahan buangan, sehingga terjadi pencemaran alam.
Sampah bertumpuk karena tidak sempat di resiklus oleh mikroba dalam
ekosistemnya. Kemudian masalahnya bertambah parah ketika ada sampah plastik
yang tak dapat dibusukkan secara biologi. Sementara itu industri plastik saat
ini terus berkembang dengan pesatnya. Pencemaran ini merupakan kesan sampingan
yang sangat merugikan, karena adanya penggunaan energi yang besar oleh
peradaban modern dewasa ini. Penggunaan energi yang sangat besar ini tidak
merata, melainkan hanya terpusat di wilayah tertentu saja (kota besar dan pusat industri), sehingga
terkonsentrasi pada ruang tertentu saja, dan timbullah kesulitan untuk membuang
limbahnya.
Penggunaan energi yang semakin
meningkat oleh perkembangan peradaban manusia
contohnya orang-orang Amerika Serikat yang menggunakan energi. Penduduk
Amerika Serikat naik 8,82 kali lipat pada kurun waktu 120 tahun, produksi
energinya naik menjadi 203 kali lipat, sedangkan per individunya dalam
penggunaan energi naik menjadi 23 kali lipat. Ketergantungan penggunaan energi
juga beralih dari energi matahari ke
energi batu bara, kemudian gas dan minyak bumi, maka peningkatan produksi naik
dengan pesatnya. Hal ini menyebabkan kapasitas bawa ekosistem manusia meningkat
pula. Sehingga kecenderungan bahwa kita sedang menghabiskan persediaan gas dan
minyak bumi sangatlah nyata. Bahkan di
Indonesia diperkirakan hanya dapat dihasilkan kurang dari 30 tahun saja.
Apabila ini benar, dan sumber energi lain seperti sumber geothermal dan energi
nuklir tak dapat digunakan pada waktunya, maka kapasitas bawa seluruh planet
ini akan merosot sangat drastis. Konsekuensi lain sebagai akibat meningkatnya
aliran energi dalam ekosistem, tempat manusia ini hidup, ialah karena energi
hanya ditumpukkan kepada komponen biotik tertentu saja yang menguntungkan
manusia. Hal ini berarti ekosistem manusia semakin kurang mantap. Ekosistem
manusia menjadi rawan terhadap berbagai bentuk perubahan lingkungan , seperti
wabah penyakit, serangan hama
dan perubahan cuaca. Ketidakmantapan ini terutama karena kita cenderung untuk
meningkatkan populasi seperti tanaman padi, jagung, gandum dan palawija, serta
hewan ternak sapi dan biri-biri, dan menekan banyak sekali spesies hewan dan
tumbuhan yang lain.
Proporsi energi yang tinggi
dunia ini juga dicurahkan pada kepentingan transportasi. Ini membawa manusia
kepada kemampuan untuk tukar-menukar bahan secara lebih besar dan lebih jauh
lagi antara wilayah yang satu dengan lainnya. Sistem pengangkutan ini disamping
menelan energi yang sangat besar, juga menimbulkan pencemaran terhadap alam.
Ruang adalah sumber alam yang
kritis bagi manusia, meskipun masalahnya berlainan antara satu negara dengan
negara yang lain. Yang umum, adalah adanya perkembangan urbanisasi di sekitar kota besar, sehingga banyak kawasan pemukiman yang
terpaksa harus menelan daerah tepi kota
yang relatif subur untuk daerah pertanian. Dan apabila ruang dan tanah itu
sudah memiliki prospek urbanisasi dan industri, maka akhirnya jatuh kepada kaum
spekulator yang tak langsung mengembangkan ruang itu, sebelum harga meningkat.
Disamping hal ini sudah umum, di Indonesia masalah yang lebih penting lagi
menyangkut hubungan antara ruang dengan penyebaran penduduk. Pemecahan dari
masalah ini adalah diterapkannya program transmigrasi.
Anonim, gambaran keadaan suatu
wilayah ditandai dengan bertambah majemuk dan bervariasinya keadaan
kependudukan, seperti “megacities” Jakarta .
Ekosistem yang berbeda antara pulau-pulau di Indonesia akan menambah
kompleksitas yang dihadapi. Ini berarti dibutuhkan kemampuan pengelolaan
keterkaitan kependudukan dan lingkungan yang tidak hanya melihat dari sudut
demografinya saja, tetapi juga dilihat dari pengaruhnya terhadap keadaan alam,
ekonomi, dan kehidupan sosial.
Walaupun laju pertumbuhan
penduduk Indonesia
semakin tahun cenderung semakin menurun,
namun jumlah penduduk absolut akan terus meningkat. Diproyeksikan bahwa jumlah
penduduk Indonesia
pada tahun 2020 akan berkisar 254 juta – 257 juta orang. Artinya akan terjadi
pertambahan penduduk sekitar 70 juta orang dalam waktu 30 tahun (1990 – 2020),
hal ini mempunyai konsekuensi dalam penggunaan ruang, pemenuhan energi dan
kebutuhan pangan. Bila dikaitkan dengan kemampuan sumber alam, maka masalahnya
adalah sejauh mana sumber alam tersebut dapat memenuhi kebutuhan pertambahan
penduduk.
Tabel :
Perkiraan kepadatan penduduk (org/km) tahun 2020
WILAYAH
|
Perkiraan Kepadatan Penduduk (org/km) th
2020
|
|
1990
|
2020
|
|
Maluku & Irian
|
7
|
14
|
|
66
|
101
|
|
17
|
31
|
|
115
|
180
|
Jawa
|
813
|
1093
|
|
77
|
128
|
Dari berbagai hasil pembangunan
yang dicapai, maka gambaran keadaan penduduk di masa datang adalah sebagai
berikut:
1. Prosentase penduduk
perkotaan semakin besar disebabkan oleh adanya urbanisasi dan adanya perubahan
wilayah dari desa ke kota
2. Laju pertumbuhan
penduduk menurun seiring dengan terjadinya perubahan struktur usia , dimana
penduduk usia produktif semakin besar
3. Permintaan barang non
pangan akan meningkat dengan pesat yang berimplikasi pada pengurangan sumber
alam untuk kepentingan non pangan.
STRATEGI MENGATASI MASALAH KEPENDUDUKAN
Tantangan-tantangan yang akan
dihadapi di masa depan cukup berat. Untuk mewujudkan masyarakat sejahtera baik
di desa maupun di kota ,
perhatian terhadap lingkungan menjadi prasyarat. Keberlanjutan kehidupan di
pedesaan dan perkotaan sangat terkait dengan aspek lingkungan. Apapun bentuk
dari dinamika penduduk yang terjadi, bila kebijakan kependudukan selalu
dikaitkan dengan dimensi lingkungan, maka pembangunan yang berkelanjutan akan
terwujud. Untuk itu dibutuhkan strategi:
1. Pengembangan
keterkaitan kependudukan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan
2. Perumusan integrasi
kebijakan kependudukan, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan pada tingkat
nasional, regional dan local
3. Pelaksanaan program
integrasi kependudukan, lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan pada
masyarakat.
Manusia juga sudah melupakan
waktu sebagai sumber alam yang kritis. Ini berarti bahwa kita kurang menyadari
bahwa suatu proses atau kejadian tergantung dengan waktu. Misalnya penggunaan
sumber energi tenaga nuklir, dibutuhkan waktu untuk penelitian dengan cermat,
dan waktu yang dibutuhkan tidak sedikit.
Keanekaragaman sebagai sumber
alam juga telah dilalaikan oleh manusia. Seorang ahli berpendapat bahwa hasil
peradaban manusia telah mempercepat aliran energi melalui sistem biologi.
Banyak wilayah daratan di permukaan bumi ini dicoba untuk dibuat seragam
menjadi daerah pertanian yang serupa, sejenis, untuk wilayah yang sangat luas.
Keanekaragam tumbuhan dan hewan dikurangi oleh manusia untuk membentuk daerah
monokultur, dan akibat semua ini adalah:
1. Pengaruh
penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap hama dan penyakit.
2. Pengaruh monokultur
terhadap kemantapan ekonomi.
3. Pengaruh
penyederhanaan keanekaragaman biologi terhadap habitat yang tak subur
4. Pengaruh kurangnya
keanekaragaman ekonom terhadap stagnasi ekonomi di kota .
Asas 4 mengatakan bahwa dalam
setiap proses yang berlaku di suatu lingkungan terdapat tingkat optimum untuk
pengadaan sumber alamnya. Asas ini mengingatkan kita pada adanya batas
kejenuhan dan kekurangan yang dapat mempengaruhi berbagai proses, karena memang
sumber alam itu terbatas jumlah atau pengadaannya. Sehingga pencemaran alam
menjadi sangat berbahaya apabila kita terlalu memperjenuh kapasitas udara dan
air dengan bahan pencemar. Demikian pula apabila kita terlalu memaksakan
kemampuan mikroba tanah untuk pembusukan sampah lingkungan. Implikasi ini untuk
manusia menyangkut hasil panen yang optimum.
Pencemaran alam dapat merupakan
faktor pembatas pada populasi manusia. Artinya pencemaran alam dapat mempengaruhi
kesehatan manusia. Pencemaran alam dan penurunan nilai ekosistem tempat hidup
manusia merupakan akibat terlalu cepat meningkatnya daya penggunaan energi.
Salah satu usaha untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi kecepatan aliran
energi. Pada dasarnya penurunan nilai ekosistem manusia karena pencemaran alam
yang ada hubungannya dengan kepadatan manusia.
Asas 10 menyangkut efisiensi
penggunaan energi pada komunitas yang melampaui tingkat pionirnya. Manusia
bahkan bertindak sebaliknya, setelah teknologi makin berkembang, kita bahkan
makin kurang cermat dalam menggunakan energi.
Komunitas alam cenderung untuk
menjalani evolusi yang menuju ke arah efisiensi yang makin tinggi dalam
penggunaan energi.
Asas 11 mengemukakan tentang
sistem yang mantap mengeksploitasi sistem yang rawan. Asas inilah maka
kota-kota besar yang dilengkapi dengan berbagai bentuk pelayanan, industri,
kebudayaaan, administrasi dan sosio-ekonomi yang sudah mantap dan
beranekaragam, selalu menjadi penyerap kota
kecil atau wilayah di sekitar kota
besar tersebut. Akibatnya kota besar selalu
hidup sebagai “parasit” terhadap kota
kecil dan wilayah di sekitarnya. Contoh
nyata adalah tenaga kerja, kota
besar selalu menyerap tenaga kerja dari kota-kota kecil. Proses ini sebetulnya
menimbulkan kota dan wilayah yang kurang mantap
justru tetap dipertahankan dalam keadaan rawan, karena energi yang seharusnya
digunakan untuk memantapkan, ternyata malah dialirkan ke pusat kota tersebut.
Asas 14 mengemukakan kesan
perlambatan yang beroperasi dalam sebuah populasi menghasilkan momentum yang
kuat dan pola yang menentukan naik turunnya populasi. Manusia merupakan contoh
terakhir yang dikuasai oleh perlambatan, dan bahkan populasinya tumbuh di luar
batas kemampuan untuk menahannya, kecuali oleh kekuatan yang tersimpan dalam
nilai peradaban manusia itu sendiri.
Populasi yang diatur dengan
menggunakan suatu sistem sebab akibat yang kemudian menimbulkan kesan
perlambatan, cenderung untuk memiliki keteraturan yang tinggi dalam pola turun
naiknya populasi. Keadaan populasi di
wilayah tertentu sangat kuat dipengaruhi oleh sejarah atau keadaan masa lalu
populasi dengan lingkungannya yang cenderung dapat mengatur populasi tersebut.
Contohnya populasi manusia. Ada
dua mekanisme untuk mengarahkan populasi manusia untuk terus tumbuh :
1. Daya kesuburan wanita,
pada wanita muda
2. Populasi wanita muda
pada populasi yang sedang tumbuh akan terus bertambah.
Proses yang dapat membantu
membatasi kecenderungan pertumbuhan populasi manusia adalah perkembangan
ekonomi, pencemaran alam. Kelima asas tersebut di atas sangat relevan untuk
manusia dalam ekosistemnya.
SISTEM LINGKUNGAN
TIK : Setelah selesai
mengikuti perkuliahan BAB V ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan
berbagai sistem lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan
dibahas mengenai berbagai sistem lingkungan yang akan diberikan dalam dua kali
pertemuan.
PENYAJIAN :
1. Sistem
Pertanian
Sumbangan sektor pertanian di
negara kita terhadap pembangunan tidak lepas dari bagaimana strategi pertanian
diterapkan, karena rendahnya produktivitas sektor pertanian akan mempengaruhi
perekonomian secara nasional. Apabila dihubungkan dengan asas yang telah
dipelajari di depan, apakah tujuan strategi pertanian tersebut sejalan dengan
asas-asas yang sudah dibahas,
Sehingga kalau ternyata berlawanan,
maka akan dilakukan pemilihan strategi pertanian yang dapat dipertimbangkan
baik jangka panjang ataupun jangka pendeknya. Adapun strategi pertanian
mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Memperoleh produksi
maksimum per unit luas tertentu dari tanah pertanian.
2. Melakukan tata cara
bertani untuk memperoleh keuntungan maksimum.
3. Menekan
sekecil-kecilnya ketidakmantapan dalam produksi pertanian
4. Mencegah penurunan
kapasitas produksi sistem pertanian.
Sedangkan strategi pengembangan
pertanian yang berkelanjutan merupakan
pengelolaan dan konservasi sumber alam yang berorientasi pada perubahan
teknologi dan kelembagaan yang dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan
manusia secara berkelanjutan. Untuk itu perlu dicari alternatif teknologi dan
metode yang tepat guna, layak secara ekonomi dan secara social dapat diterima.
Ini berarti bahwa tujuan dan sasaran pengembangan pertanian secara
berkelanjutan merupakan sebuah upaya peningkatan produksi pertanian , terutama
beras sebagai pangan utama, dan menjamin bahwa peningkatan produksi tersebut
tidak akan berakibat pada kerusakan sumber alam dan lingkungan. Untuk mencapai
tujuan dan sasaran tersebut diperlukan upaya-upaya:
1. Pengkajian kebijakan,
perencanaan dan program terpadu pertanian.
2. Perbaikan produksi
pertanian dan sistem bertani melalui diversifikasi usaha tani dan upaya
pengembangan prasarana pendukung
3. Peningkatan peran
serta masyarakat dan kualitas sumberdaya manusia
4. Konservasi dan
rehabilitasi tanah
5. Pengendalian hama terpadu
6. Perbaikan unsur hara
untuk peningkatan produksi pertanian.
Dalam mencari strategi
pertanian banyak timbul masalah, yaitu
bagaimana cara untuk memperoleh hasil produksi optimum bagi kepentingan
manusia, namun biaya produksi dan energi seminimal mungkin, serta dengan
mencegah kerusakan lingkungan baik dalam jangka panjang ataupun pendek. Untuk
melaksanakan strategi ini, pilihan tata kerja harus ditawarkan ke petani, dalam
hal ini ada 12 pertimbangan, Yaitu:
1. Apakah perlu ada
inovasi tanaman atau ternak yang berasal dari luar negeri, luar daerah, atau
dari daerah asal sebelum tanah tersebut menjadi tanah pertanian.
2. Apakah perlu menebang
seluruh daerah hutan untuk keperluan petani, atau perlu menyelamatkan sebagian
kawasan hutan untuk memperoleh kayu bakar, jalur hijau, jalur pelindung,
penahan erosi tanah, atau penjaga keseimbangan tata air.
3. Berapa banyak hasil
ternak yang ingin dicapai, tentunya harus disesuaikan dengan lahan yang
tersedia.
4. Apakah perlu mengganti
kerbau dengan traktor, karena traktor menghasilkan energi lebih banyak,
namun harganya mahal dan tidak dapat
menghasilkan pupuk kandang.
5. Apakah perlu membangun
irigasi, bagaimana sistem yang paling cocok, dan bagaimana cara pembangunannya
agar dapat memberikan manfaat yang banyak
6. Berapa luas daerah
pertanian yang sanggup digarap untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum sesuai dengan
kemampuan biaya dan tenaga.
7. Tanaman dan hewan yang
akan dipelihara harus disesuaikan dengan daerah setempat
8. Berapa banyak
kerapatan tanam supaya mendapatkan hasil yang optimum
9. Sistem pertanaman
monokultur atau tumpangsari?
10. Berapa banyak
pestisida yang harus digunakan
11. Apakah perlu
pemeliharaaan seperti penyiangan?
12. Bagaimana menentukan
tanaman yang akan ditanam dan pemakaian pupuknya?
Meskipun upaya untuk
meningkatkan produksi pertanian sudah dirancang sedemikian rupa, namun Anonim Indonesia ,
sector pertanian di masa mendatang menghadapi tantangan, dan tantangannya
berupa:
1. Penurunan kemampuan
pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan lain akibat makin
cepatnya laju pengalihan fungsi tanah pertanian.
2. Derasnya mobilisasi
penduduk pedesaan yang disebabkan semakin menurunnya penghasilan petani,
sebagai akibat menyempitnya tanah usaha sehingga para petani mencari sumber
tambahan dengan bekerja di luar bidang pertanian, yang umumnya berada di kota .
3. Mobilisasi petani yang
tinggi tidak hanya mengalir ke hilir (kota ),
tetapi juga dengan mengalir ke hulu (merambah hutan lindung) yang dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan.
4. Meningkatnya tekanan
penduduk, pertumbuhan industri, dan permukiman terhadap tanah-tanah pertanian
yang diperburuk dengan meningkatnya usaha intensifikasi pertanian dengan
menggunakan masukan an organik (pupuk, pestisida, dan hormon pengatur tumbuh)
dalam jumlah besar yang pada akhirnya mengakibatkan kualitas lingkungan air dan
tanah menjadi turun.
5. Ketatnya persaingan
untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu dan berkualitas tinggi dengan
harga bersaing dalam menghadapi era perdagangan bebas.
Sistem Pertanian dan Komunitas Alam
Sistem pertanian berbeda dengan
komunitas alam. Pada sistem pertanian keanekaragaman menjadi berkurang, hal ini tergantung dari keinginan si petani
itu sendiri. Misalnya si petani
menginginkan lahannya untuk ditanami secara monokultur ataupun tumpangsari.
Pada hal sistem pertanian seperti ini si petani mempunyai tujuan tertentu yaitu
mendapatkan produktivitas per biomassa setinggi mungkin, sehingga diusahakan
menanam jenis yang produksinya tinggi, misalnya menanam padi yang mempunyai
butir banyak dengan rumpun yang pendek. Pada sistem monokultur ini, meskipun
keanekaragaman rendah sekali, namun pemanfaatan energi untuk mengurus lebih
cermat, selanjutnya untuk peningkatan produksi dilakukan intensifikasi misalnya
dengan penggunaan pupuk, pestisida, mekanisasi tanah, irigasi dsb. Dengan
mengurangi keanekaragaman spesies pada sistem pertanian monokultur, maka
menaikkan homogenitas jenis, sehingga kawasan pertanian menjadi sangat tidak
stabil. Akhirnya praktek bertani banyak memerlukan energi untuk memelihara
kemantapan, dan hal ini seringkali menjadi petaka besar, karena banyaknya
aliran energi yang keluar masuk dengan cepat, disertai dengan pembalikan
mineral tanah, sehingga mengakibatkan kerusakan tanah.
Sedangkan pada komunitas alam
mempunyai kestabilan dan keanekaragaman yang tinggi dengan biomassa setinggi mungkin
per luasan tertentu. Pada komunitas alam yang mengalami suksesi yaitu merupakan
proses perubahan komunitas yang berurutan yang menyangkut peningkatan biomassa,
karena proses ini bermula dari komunitas dengan tumbuhan perintis dan kemudian
menjadi semak belukar, dan pada akhirnya menjadi hutan dengan biomassa yang
besar. Komunitas alam input energinya hanya tergantung pada matahari.
Revolusi Hijau
Revolusi hijau adalah suatu
usaha untuk mencari berbagai varitas tanaman penghasil biji-bijian (terutama
beras dan gandum) yang berproduksi tinggi
dalam skala yang besar. Penelitian dan pengembangan dari revolusi hijau
ini dilakukan di negara-negara sedang berkembang seperti Filipina, Meksiko , India ,
Pakistan
dan Turki. Program ini diharapkan dapat mengatasi krisis populasi sumber alam
yang melanda negara-negara berkembang. Namun demikian dari hasil revolusi hijau
ini sebaiknya perlu dicermati oleh kita karena:
1. Dari hasil revolusi hijau ini varietas
tanaman memang sudah relatif lebih baik, tetapi produksi yang meningkat itu
bukan semata-mata hanya karena varietas tanaman saja yang baik, ada aspek lain
yang mendukung, seperti musim. Hal ini sesuai dengan asas 3 yang menyatakan
bahwa ada lima
kategori sumber alam, termasuk materi (curah hujan), energi (suhu), yang dapat
menaikkan hasil panen.
2. Di India, hasil panen
terus meningkat, tetapi dengan cara membuka lahan pertanian yang baru, dan
apabila cara ini terus menerus dilakukan, berarti akan terjadi pembukaan lahan
baru.
3. Hasil panen dapat
terus-menerus ditingkatkan dengan pemakaian pupuk, pembangunan irigasi,
pemanfaatan mekanisasi dan teknologi pertanian, sehingga memerlukan biaya yang
sangat besar yang mungkin diluar kemampuan negara berkembang.
4. Revolusi hijau juga
mengancam kita dengan bahaya genetika. Apabila wilayah pertanian hanya
ditanamai varietas tertentu saja (gandum, padi, jagung), maka ada kemungkinan
daerah tersebut peka dengan hama
dan penyakit.
Menurut asas ke 13, peningkatan
keanekaragaman justru perlu ditingkatkan untuk memantapkan daerah pertanian..
Disini dapat disimpulkan bahwa meskipun
revolusi hijau membawa kemajuan yang berarti, namun kita tetap harus waspada
karena kemajuannya harus diimbangi dengan aspek-aspek yang lain seperti
peningkatan sumber daya manusianya.
2. Siatem Hutan
Luas hutan dunia, separohnya
merupakan hutan yang terletak di daerah tropika. Dari seluruh hutan di daerah
tropika, kira-kira seperempatnya terletak di wilayah Asia-Pasifik dan hampirnya
merupakan hutan alam. Sedangkan Indonesia
mempunyai hutan tropik terluas ketiga di dunia, dengan ekosistem yang beragam
mulai dari hutan tropik dataran rendah dan dataran tinggi hutan rawa gambut, rawa air tawar dan hutan
bakau. Ekosistem hutan tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang penting.
Secara ekologis hutan merupakan sumber keanekaragaman hayati yang sangat kaya,
baik flora maupun faunanya dan juga sebagai paru-paru dunia.
Eksploitasi Hutan
Eksploitasi hutan tidak hanya
terbatas pada hasil hutannya saja, melainkan pada hutan itu sendiri seperti
pembukaan lahan untuk pemukiman, penambangan, pertanian, yang banyak dilakukan di negara-negara berkembang yang
mempunyai kepadatan penduduk yang relatif tinggi. Di Indonesia eksploitasi hutan disamping yang
disebutkan diatas juga karena adanya
pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak merata, kasus pemilikan tanah secara
tradisional, pembukaan lahan untuk program transmigrasi dsb. Untuk mengatasi
hal semacam ini diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi mengenai arti
pentingnya peranan hutan bagi manusia secara berkelanjutan.
Strategi Ekonomi
Dari aspek ekonomi, hutan
merupakan sumber pendapatan penting bagi negara terutama bagi negara-negara
yang sedang berkembang, juga bagi penduduk sekitar hutan merupakan sumber
pangan. Anonim pembangunan di sector kehutanan
selama PJP I telah memberikan dampak yang sangat berarti bagi pembangunan
ekonomi dan perbaikan lingkungan hidup di negara kita.
Hutan dan Perkembangan Bangsa
Apabila dilihat dari sejarah
perkembangan manusia, hutan memegang peranan yang berarti, karena kekuasaan,
pengaruh dan vitalitas kebudayaan beberapa masyarakat zaman dahulu banyak
bergantung kepada pengadaan hutan di lingkungan negaranya. Misalnya Athena dan Sparta adalah negara yang
kuat pada zaman sebelum Masehi, tetapi pada abad ke empat sebelum Masehi pengaruhnya
menurun sejalan dengan habisnya wilayah hutan di negara tersebut. Begitu pula
dengan negara Spanyol yang telah berjaya dengan kekuasaannya selama tiga abad
pada abad ke 17 menurun . Hal ini disebabkan karena menurunnya hasil hutan yang
dipakai untuk membangun armada kapalnya. Lain halnya dengan Amerika Serikat
yang agak beruntung, karena setelah penebangan
hutan kemudian ditemukan arang batu bara sebagai pengganti kayu bakar,
kemudian ditemukan pula minyak bumi, sehingga negara itu masih tetap eksis.
Disini dapat diartikan bahwa banyak negara tergantung dengan hutan karena
kemampuan mereka mengelolanya.
Sedangkan di negara Indonesia ,
banyak sekali kebudayaaan yang berkembang terutama pada masyarakat asli
pedalaman yang mempunyai keterkaitan dengan hutan. Misalnya suku-suku di pedalaman hutan Taman Nasional
Bukit Tiga Puluh Riau yang senantiasa menjaga kelestariannya, suku-suku di Kep.
Mentawai dsb.
Pengaruh Hutan terhadap Lingkungan
Hutan berpengaruh terhadap
faktor lingkungan yaitu iklim, tanah dan air. Contoh hasil penelitian tentang
pengaruh hutan terhadap iklim telah dilakukan dengan membandingkan hutan yang
sudah ditebang dan hutan yang masih utuh, hasilnya menunjukkan bahwa hutan
mempengaruhi iklim setempat (iklim mikro).
Pada hutan yang sudah ditebang dapat menimbulkan variasi iklim yang
besar dari panas ke dingin, dan dari basah ke kering sehingga kurang cocok
untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan pada hutan yang belum ditebang penuh
dengan belukar, karena pohon-pohonan mampu mengurangi kecepatan angin,
akibatnya mengurangi penguapan air (evaporasi) dari tumbuhan yang terlindung
olehnya, sehingga apabila dibawahnya ada tanaman pertanian maka pertumbuhannya
akan baik dan dapat meningkatkan hasil panen.
Pohon-pohon hutan juga
mempengaruhi struktur tanah dan erosi, sehingga mempengaruhi pengadaan air di
lereng gunung. Serasah di lantai hutan dapat mencegah rintikan air hujan untuk
langsung jatuh ke tanah, tanpa adanya serasah, tanah lantai hutan akan padat
oleh air hujan, dengan demikian daya serapnya berkurang.
Jadi apabila hutan di lereng
gunung habis ditebang, air hujan akan mengalir deras membawa partikel tanah
permukaan, yang kemudian bercampur menjadi Lumpur. Peristiwa ini akan menutupi
pori-pori tanah di permukaan, pada hujan berikutnya lebih banyak lagi air yang
mengalir di sepanjang lereng, karena makin berkurangnya daya serap tanah. Hal
ini menyebabkan tanah di lereng gunung menjadi gersang dan kerdil. Apabila
kejadiannya semakin parah, air yang mengalir dari lereng gunung tanpa rintangan,
maka menimbulkan banjir, banjir ini akan menghanyutkan lapisan humus pada
permukaan tanah.
Dari uraian di atas nampak
bahwa penebangan hutan dapat menciptakan “lingkaran setan”. Makin banyak pohon
yang ditebang, maka semakin besar perubahan ekstrim iklim mikro, sehingga makin
sukar tumbuhan akan hidup.
Pengaruh Hutan dalam Tataguna Tanah
Keadaan iklim mikro di suatu
daerah berhubungan erat dengan vegetasi yang terdapat di daerah itu. Berbagai
teori telah dikembangkan dalam mencari hubungan antara vegetasi dengan
iklimnya. Teori ini berkembang dalam dalam suatu bidang ekologi yang dikenal
dengan ekologi zona kehidupan (Life-zone ecology). Bidang keilmuan ini dapat
digunakan sebagai alat dalam perencanaan tataguna tanah pada tingkat nasional.
Apabila dapat ditentukan jenis tumbuhan yang dapat dipelihara di suatu daerah
dengan cukup menguntungkan, maka akan dapat ditentukan pola penggunaan wilayah
dengan keuntungan yang dapat diperoleh dalam jangka panjang.
Dalam hal ini hubungan antara
ekologi zona kehidupan dengan perencanaan tataguna tanah menurut Holdrige (1967) pada tingkat
nasional pada sebuah negara mempunyai
dua strategi. Strategi pertama
adalah dengan menentukan pola penghidupan yang sesuai dengan keadaan sumber alam yang ada di lingkungannya,
artinya tidak ada unsur paksaan bagi seseorang untuk hidup bertani, karena
lingkungan nya tidak cocok untuk pertanian. Strategi ini pertama harus
menentukan kapasitas manusia dan jenis tanah serta iklim daerah setempat,
kemudian menentukan penyebaran populasi manusia yang diatur dan disesuaikan menurut pembakuan
(standart) kehidupan yang diingini. Strategi yang kedua adalah membiarkan
populasi manusia tumbuh semaunya serta membuka kesempatan kepada mereka untuk memanfaatkan
setiap jengkal tanah yang dimanfaatkan untuk pertanian, untuk menyokong
penghidupan mereka, meskipun dengan produksi rendah (namun pilihan ini
bertentangan dengan asas ke empat).
Penelitian untuk menemukan
teknik yang terbaik dalam mengklasifikasikan wilayah telah banyak dilakukan, sehingga
dapat ditentukan jenis tumbuhan yang cocok di suatu daerah dengan berbagai
faktor lingkungannya dengan memanfaatkan sumber alam yang ada di dalamnya
sebaik mungkin.
Zona Kehidupan
Pengujian zona kehidupan telah
dilakukan oleh Holdridge, yang mendasarkan metodenya pada perkiraan bahwa:
1. Asosiasi tumbuhan yang
dijumpai dimanapun di bumi ini berdasarkan tiga faktor lingkungan, yaitu suhu,
curah hujan dan kelembaban udara. Kelompok/asosiasi tumbuhan tersebut dapat
dibatasi oleh ke tiga faktor tersebut, dan kelompok ini yang menempati zona
kehidupan tertentu. Zona ini mempunyai dua arti yaitu ditujukan pada tumbuhan
yang hidup didalamnya dan ditujukan pada batas kisaran nilai suhu dan curah
hujan dalam zona tersebut. Oleh karena itu berdasarkan hubungan antara kedua
faktor iklim tersebut dengan tumbuhan yang tersebar di dalamnya, dapat
ditentukan berbagai asosiasi tumbuhan yang ada di dalam zona tertentu.
2. Ekivalensi di antara
ketiga besaran faktor iklim dengan suatu jenis asosiasi tumbuhan dapat
dinyatakan dengan suhu, curah hujan, dan kelembaban udara dalam unit yang
memiliki relevansi biologi secara maksimum. Jad untuk suhu digunakan indeks
suhu biologi (biotemperatur) rata-rata
per tahun.
Holdridge menyatakan suhu biologi itu
sebagai suhu yang berada pada batas kisaran, yang masih memungkinkan
pertumbuhan vegetasi. Dan vegetasi diperkirakan tumbuh pada kisaran suhu antara
0 C – 30 C
Curah hujan dinyatakan dengan jumlah
rata-rata per tahun dalam millimeter. Kedua angka biotemperatur dan curah hujan
ini sudah cukup untuk menentukan zona kehidupan.
3. Pengaruh suhu, curah
hujan atau evapotranspirasi potensial pada tumbuhan berhubungan erat dengan
nilai logaritma nilai yang diukur dari ketiga besaran tadi.
4. Daerah lintang
mempunyai ekivalensi dengan jalur ketinggian tempat. Jadi, kalau seseorang
mendaki lereng gunung di daerah tropika, maka ia akan sampai pada ketinggian
yang keadaan vegetasinya sebanding dengan kondisi curah hujan yang serupa
dengan keadaan di kutub.
5. Satu macam kelompok
tumbuhan yang tumbuh di suatu kawasan tidaklah secara unik ditentukan oleh zona
kehidupan. Holdridge mengusulkan adanya tiga tingkat hirarki untuk
mengklasifikasikan lingkungan tumbuhan, yang tertinggi atau terluas (zona
kehidupan).
Dalam unit ini kemudian
terdapat tiga pembagian yang disebut asosiasi. Asosiasi ini kemudian
ditentukan oleh karena adanya pengaruh suhu, curah hujan, kelembaban, dan
modifikasi azonal, seperti angin yang keras searah, kabut tebal, pola curah
hujan menurut musim dst.
Jadi Holdridge mengenal
asosiasi suhu, asosiasi hidris, asosiasi tanah dst. Tiap asosiasi ini
kemudian dapat dibagi pembagian tingkat ketiga yang didasarkan pada perbedaaan
tataguna tanah.
Sistem di atas mempunyai arti
bahwa seorang ahli yang terlatih dapat meramalkan jenis komunitas di suatu
daerah berdasarkan pada data faktor lingkungan dan iklim di daerah tersebut,
kemudian dapat pula ditentukan jenis tumbuhan apa yang cocok ditanam di daerah
tersebut.
3. Sistem Danau
Danau merupakan salah satu
ekosistem dari sekian banyak ekosistem yang telah dikenal. Menurut seorang ahli
“danau sebagai sebuah mikrokosmos”. Tumbuhan dan hewan yang ada di dalam danau
adalah bagian dari pada sistem interaksi yang dinamis dan diantara mereka
saling pengaruh-mempengaruhi. Danau dapat digunakan untuk mengemukakan beberapa
asas penting bagi semua ekosistem.
Asas pertama, ekosistem lahir
karena perjalanan sejarah. Maksudnya adalah semua bentuk kekuatan yang
beroperasi pada setiap waktu di dalam sebuah ekosistem lama kelamaaan dapat
mengubah cirri dari ekosistem tersebut. Artinya semua ekosistem mengalami
suksesi, contoh nyata adalah danau. Suksesi dalam sebuah ekosistem, tidak hanya
berarti bahwa setiap spesies tumbuhan dan hewan dalam ekosistem itu mengalami
perubahan genetika untuk dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
Tetapi juga berarti bahwa karena perubahan yang berlalu dalam ekosistem itu,
maka spesies yang tak sesuai dengan keadaan baru telah diganti oleh spesies yang lebih mampu menyesuaikan
diri dengan keadaan lingkungannya. Komposisi spesies tumbuhan dan hewan dalam
danau juga berubah-ubah dan proses suksesi ini menyangkut berbagai gelombang
perubahan komposisi spesies.
Suksesi dalam Danau
Terjadinya sebuah danau berasal
dari berbagai akibat atau kejadian. Danau alam biasanya terbentuk oleh adanya
aktifitas vulkanik atau tektonik (Lehmusluoto,1999). Danau Toba misalnya adalah
danau yang terjadi karena akibat patahan di permukaan bumi yang kemudian
diikuti peristiwa klimat. Beberapa danau lain terjadi karena gejala vulkanik
misalnya danau Lamongan, karena belokan sungai yang terlalu dalam, karena
depresi tanah kapur, ada juga danau buatan seperti Jatiluhur.
Ketika danau pertama kali
terbentuk, di dalamnya terkandung bahan organic yang jumlahnya sedikit, dan
airnya jernih, dengan kerapatan tumbuhan dan hewan rendah. Karena airnya
jernih, maka sinar matahari dapat menembus sampai ke dalam, sehingga suhunya
menjadi dingin.
Hewan terutama ikan yang
ditemukan di dalam danau tersebut merupakan hewan yang dapat menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungan yang sejuk, kurang bahan makanan tetapi kaya oksigen.
Danau semacam ini disebut danau oligotrofi artinya makanan sedikit.
Dalam keadaaan seperti ini bahan makanan juga sedikit, karena aktifitas biologi
sedikit. Oleh sebab itu, ada kemungkinan pada permukaan air juga terjadi
kekurangan bahan seperti fosfor, nitrogen dan kalsium. Padahal unsur kimia
tersebut sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Meskipun demikian kegiatan
biologis dalam danau lama kelamaan meningkat, kecuali kalau memang danau
tersebut sangat dingin atau sangat kekurangan bahan makanan. Bahan organik
seperti fitoplankton, zooplankton dan sampah organik lain yang ada di dalam
danau semakin lama semakin banyak menumpuk di daerah permukaan . Akibatnya
kejernihan air semakin lama semakin menurun air menjadi semakin keruh, ini
berarti sinar matahari tidak dapat menembus ke dalam perairan, hanya di
permukaan air saja, sehingga proses fotosintesis semakin terganggu, terjadi
hanya sebatas di permukaan perairan saja. Dengan meningkatnya jumlah total
kegiatan biologis per unit waktu dalam volume air tertentu, maka akan
menimbulkan produksi sampah organik meningkat yang mulanya terapung dipermukaan
air, tetapi lama kelamaan akan tenggelam di dasar danau. Ditambah pula adanya
pemasukan bahan dari luar melalui air sungai yang mengalir ke danau, lama
kelamaan danau akan menjadi dangkal karena adanya pengendapan bahan. Terutama
di tepi danau yang banyak kegiatan biologis, akan memperkaya bahan-bahan di
danau tersebut, sehingga danau yang tadinya oligotrofi menjadi mesotrofi.
Daya pengendapan bahan memang
bervariasi dalam danau mesotrofi. Ada
danau mesotrofi yang lama sekali berubah ke tingkatan berikutnya, tetapi ada
juga danau mesotrofi yang dengan cepat berubah menjadi dangkal bagian tepinya,
dengan bagian tengah mempunyai kedalaman tertentu (3-10m). Apabila kecepatan
aktifitas biologi bertambah tinggi dan konsentrasi organisme hidup besar, maka
produksi bahan organik menjadi bertambah, menyebabkan air danau menjadi keruh.
Akibatnya matahari hanya dapat menembus beberapa meter saja (1-3 m) saja,
sehingga danau airnya menjadi hangat dan terjadilah perubahan komposisi spesies
jasad hidup, danaupun akan menjadi lebih kaya dengan jasad hidup.. Hal ini
menyebabkan selalu tersedia cukup makanan di permukaan air untuk mendukung
berbagai kegiatan biologi. Danau ini kemudian berubah tingkatannya menjadi eutrofi.
Apabila terjadi pendangkalan terus menerus dengan jasad hidup yang sangat
melimpah, maka akhir dari suksesi ini akan terjadi distrofi.
Keadaan tersebut menunjukkan
perubahan dari danau menjadi rawa, lalu menjadi tanah daratan seperti biasa. Pada
keadaan distrofi, jumlah bahan organik yang dibusukkan menjadi begitu besar,
sehingga oksigen yang digunakan untuk aktifitas pembusukan melebihi kemampuan
tumbuhan untuk menyediakannya. Akibatnya tumbuhan aquatik dalam danau itu
menjadi sangat berkurang daya aktifitas biologinya, akhirnya danau
tersebut akan mati, kemudian lahirlah komunitas “daratan baru”. Urutan
perubahan suksesi pada danau tersebut akbat dari aktifitas manusia, misalnya
pembuangan sampah organik, pencemaran limbah pertanian dsb.
Manfaat Danau bagi Manusia
Danau mempunyai peranan penting
bagi kehidupan manusia, menjadi sumber alam yang dapat dimanfaatkan baik
langsung ataupun tidak langsung oleh manusia, karena sebagai sumber alam air
danau dapat dimanfaatkan untuk pengairan, suplai industri domestik, PLTU,
perikanan, transportasi, rekreasi dan konservasi keanekaragaman flora dan fauna
(Lehmusluoto, 1999). Keuntungan tehnis
dari danau adalah menghasilkan ikan dan sebagai sumber irigasi, di danau
Maninjau dan Singkarak, Batur dan Bratan danau dapat dimanfaatkan untuk tempat
rekreasi, dan irigasi.
Danau merupakan sumber bahan
makanan yang penting bagi manusia, contohnya adalah ikan. Meskipun demikian
jumlah bahan makanan (ikan} yang dapat diambil oleh manusia dari danau
tergantung dari tingkat suksesinya (kesuburannya), sehingga diperlukan strategi
manusia dalam pengambilan hasil dari dalam danau itu. Disini dibutuhkan
pengelolaan secara berkelanjutan agar tidak habis dan punah.
4. Sistem Padang Rumput
Gambar Bagan alir hubungan timbal-balik hewan –
tumbuhan - manusia di dalam ekosistem padang
rumput.
Hubungan Tumbuhan-Hewan dan Manusia
Hubungan antara hewan, tumbuhan
dan peranan manusia dalam sebuah padang
rumput dapat ditunjukkan secara sederhana pada gambar di atas. Meskipun pada
kenyataannya padang
rumput dihuni oleh oleh banyak spesies hewan dan tumbuhan dengan bermacam kelas
umurnya yang berbeda-beda, namun untuk memudahkan ilustrasi pada gambar, hanya
akan dicantumkan dua spesies hewan ternak dan dua spesies tumbuhan. Dalam
gambar tersebut terlihat bahwa manusia dapat mengambil hasil dari kedua spesies
hewan ternak yang terdapat dalam padang
rumput tersebut.
Artinya, setiap tahun manusia
dapat mengambil X% dari daging yang dihasilkan oleh spesies hewan yang satu,
dan Y% dari spesies hewan yang kedua. Kedua spesies hewan ini mempengaruhi
spesies tumbuhan , bukan saja spesies stumbuhan tersebut dijadikan bahan
makanan, tetapi juga karena pengaruh jejak kakinya. Manusia dalam usaha
meninggikan produksi hewan, dapat secara tidak langsung memberi pupuk kepada
kawasan padang
rumput, yang kemudian akan terdapat penambahan zat makanan dalam tanah bagi
tumbuhan untuk hidup lebih subur. Sungguhpun demikian perlu diingat, bahwa tiap
tumbuhan yang terdapat dalam padang
rumput itu mempunyai keperluan bahan makanan yang berbeda-beda.
Sebaliknya tumbuhan merupakan
faktor yang penting juga dalam mempengaruhi sifat serta cirri tanah sebagai
penyumbang bahan organic. Gambar tersebut tidak menampung hubungan timbal balik
sistem hewan-tumbuhan-manusia secara kritis, misalnya bagaimana pengaruh faktor
lingkungan terhadap keseimbangan hidup sapi di padang rumput. Untuk lebih menjelaskan
hubungan yang dinamis antara spesies tumbuhan dan hewan di padang rumput , dirumuskan hubungan tersebut
sbb:
1. Berbagai spesies hewan
pemamah biak yang hidup di padang
rumput yang sama mempunyai pilihan tumbuhan yang berbeda sebagai bahan
makanannya.
2. Adanya pilihan
tertentu terhadap tumbuhan sebagai makanannya, maka hewan dapat mengubah
komposisi tumbuhan di padang
rumput tsb, karena adanya seleksi terhadap tumbuhan, ada kemungkinan spesies
tumbuhan yang kerapatannya menjadi berkurang.
3. Timbulnya perubahan
kerapatan relatif spesies tumbuhan yang berlainan, berakibat pada timbulnya
perubahan spesies hewan yang mencari makanan di daerah tsb.
Pilihan Bahan Makanan oleh Ternak
Disini dicontohkan oleh Taibott
(1996) yang melaporkan bahwa setiap spesies pemamah biak di Afrika Timur dan
Tengah mempunyai pilihan bahan makanan yang berlainan. Jerapah lebih memilih
daun dari pohon-pohon yang tinggi, badak memakan daun semak-belukar, sedangkan
“wilde beest” lebih senang makan rumput yang eksklusif. Hal yang serupa berlaku
di padang
rumput Cagar Alam Ujung Kulon. Badak lebih suka makan daun dan kayu dari semak
belukar yang muda, banteng hampir secara eksklusif memakan rumput-rumputan,
sedangkan rusa memakan pucuk muda dari beberapa tumbuhan semak Sedangkan di
California sapi dan biri-biri bahan makanannya menurut perjalanan musim
(table).
Apabila dianalisa cara makan
kedua hewan ternak tersebut dalam segi hubungan antara frekuensi tumbuhan
sebagai bahan makanan dengan frekuensi pemakanan oleh kedua hewan tersebut,
nampak adanya perbedaan baik pada pilihan hewan terhadap suatu jenis tumbuhan
maupun pada intensitas pemakanan tumbuhan tertentu oleh hewan tersebut.
Begitu pula di Australia ,
di negara tersebut hujan sangat tidak menentu waktunya, sehingga penggembalaan
mempengaruhi perubahan komposisi
tumbuhan. Akibatnya biri-biri sangat menekankan plihan makanannya kepada
tumbuhan yang mempunyai pertumbuhan vegetatif di luar musim hujan. Dengan
demikian spesies tumbuhan yang masa pertumbuhannya di musim hujan tidak begitu
terpengaruh oleh biri-biri. Semua itu menyebabkan penggembalaan yang
berlangsung sepanjang tahun mengubah
komposisi tumbuhan ke arah spesies yang mempunyai periode pertumbuhan yang
pendek dan akar yang tidak begitu dalam, yaitu cirri-ciri tumbuhan di luar
musim penghujan, sehingga tumbuhan musim penghujan makin-lama makin unggul
(dominan). Konsekuensi penggembalaan biri-biri tersebut, maka kanguru terusir
dari lingkungan hidup aslinya, yaitu padang
rumput. Meskipun demikian akibat sebaliknya, kanguru bukit turun ke padang rumput karena menemukan makanan yang cocok dengan
adanya perubahan komposisi tumbuhan di padang
rumput tersebut. . Perubahan serupa ini menyebabkan kerugian besar pada manusia
karena perbuatannya sendiri, yaitu dengan menurunnya kapasitas bawa di daerah
tersebut sebesar 25%. Jadi penggembalaan yang terlalu intensif tadi, yang
ditujukan untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar dalam jangka yang
pendek, ternyata menngakibatkan kerugian yang sangat besar dalam waktu yang
relatif pendek dan merupakan kerugian dalam jangka panjang.
Pengaruh Perubahan Distribusi Umur Hewan Ternak
terhadap Komposis Tumbuhan di Padang Rumput
Perubahan komposisi spesies
tumbuhan di padang
rumput tidak hanya disebabkan oleh
perubahan komposisi spesies hewan saja, tetapi juga oleh distribusi umur hewan
dalam spesies yang sama. Contohnya di Inggris barat laut (kawasan biri-biri).
Di daerah ini masalah yang paling serius adalah terdapatnya penyebaran jenis
rumput matgrass. Jenis rumput ini biasanya sebagai indikator jenis tanah
miskin, sebagai akibat menurunnya kesuburan tanah di bukit. Tetapi kemudian
jenis rumput ini menjadi umum dijumpai di padang
rumput. Analisis kadar zat makanan yang terdapat pada matgrass dibandingkan
dengan spesies rumput yang lain dalam padang
rumput itu menunjukkan lebih rendah kadarnya hampir pada setiap zat makanan.
Pada saat musim dingin, biri-biri dewasa memakan rumput ini hampir seluruh
tumbuhan dapat tercabut sampai ke akar-akarnya, namun demikian sisa penyebaran
rumput ini masih dapat terlihat di sela-sela batu atau di tepi dinding.
Sementara itu kebutuhan daging
domba makin meningkat, menyebabkan distribusi dan komposisi umur domba itu
berubah. Perubahan ini menunjukkan bahwa dalam populasi biri-biri itu terdapat
lebih banyak biri-biri muda dan anak-anak dari pada yang dewasa, dan mereka ini
memilih rumput lain sebagai bahan makanannya, tidak memilih matgrass.
Akibatnya matgrass justru mendesak rumput lain yang mempunyai mutu
makanan lebih baik, hasilnya matgrass tumbuh menyebar yang sebenarnya
tidak diingini oleh manusia karena menurunkan produksi ternak.
Hal ini sebenarnya sudah
diramalkan pada asas ke 13, apabila manusia terlalu banyak mengambil hasil
ternak, maka akan terjadi perubahan distribusi umur dalam populasi biri-biri
itu, yang berakibat pada ketidak mantapan dalam lingkungan padang rumput. Hasilnya dapat menurunkan
keanekaragaman distribusi umur dan ratio jantan/betina dalam populasi itu, dan
akibat terakhir adalah menimbulkan ketidak mantapan pada populasi tumbuhan yang
menjadi makanannya dan mengalami suksesi dari stabil menjadi tidak stabil.
Untuk mengatasi hal tersebut,
maka dilakukan pemupukan tanah padang
rumput dengan penambahan fosfat, hasilnya terjadi kenaikan produksi enam kali
lipat.
Dari kenaikan produksi
tersebut, timbul sebuah polemik, karena untuk meningkatkan produksi harus
diperlukan energi baik di sektor pertanian ataupun peternakan, kemudian timbul
masalah baru karena adanya ketergantungan penambahan energi, sehingga menambah
beban, karena sumber energi habis dalam perjalanan waktu.
KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan
pada BAB VI ini, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang konservasi
sumberdaya alam dan pengelolaan lingkungan.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam
bab ini akan dibahas hal-hal mengenai konservasi sumberdaya alam dan
pengelolaan lingkungan, yang akan diberikan dalam dua kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Pengertian Konservasi
Akhir-akhir ini telah terjadi
pengeksplotasian dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan tanpa
memperhatikan kelestariannya. Contoh
kecil adalah penggunaan dan pengolahan lahan yang berlebihan tanpa
nenperhatikan kaidah-kaidah pelestarian atau konservasi. Kaidah-kaidah
konservasi sumber daya alam pada umumnya adalah penghematan penggunaan sumber
daya alam dan memperlakukannya berdasarkan hukum alam.
Pengertian konservasi itu
sendiri suatu upaya atau tindakan untuk menjaga keberadaan sesuatu secara terus
menerus berkesinambungan baik mutu maupun jumlah. Menurut Wartaputra (1990)
titik tolak konservasi sumberdaya alam
hayati bersumber dari strategi konservasi dunia yang pada tahun 1980 diumumkan
di Indonesia
(bersama dengan 30 negara lain di dunia) oleh empat orang menteri: Menteri
Pertanian, Menteri Penerangan, Menteri RISTEK dan Menteri PPLH yang mengandung tiga
aspek yaitu:
1. Perlindungan sistem
penyangga kehidupan
Yaitu perlindungan proses ekologis yang
penting sebagai sistem penyangga kehidupan (yang mendukung sistem penyangga
kehidupan), karena sistem penyangga kehidupan harus dalam keadaan yang
seimbang. Disini ada perbedaan antara lingkungan asli (sudah dalam keseimbangan
yang optimal/stabil) dan lingkungan buatan (dalam keadaan tidak stabil). Siklus
udara, air, tanah dan hara merupakan sub sistem penyangga kehidupan.
2. Pengawetan/pelestarian
aneka ragam genetik yang ada
Kegunaan pelestarian genetik adalah untuk
kesinambungan pembangunan. Hampir dari seluruh industri tergantung dari
kelestarian jenis unggul untuk keperluan kehidupan manusia. Misalnya padi yang terus menerus diteliti sampai ditemukan
jenis unggul.
3. Pelestarian manfaat
Pemanfaatan spesies flora dan fauna sudah
banyak dilakukan. Pemanfaatan spesies-spesies yang tidak dilindungi dapat
terjamin dalam keseimbangan alam. Sedangkan pemanfaatan spesies-spesies yang
dilindungi diperlukan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan CITES
(Convention International Trade of Dangered Flora and Fauna Species).
Perkembangan prinsip
konservasi, semula pendekatan konservasi jenis menjadi konservasi dengan
pendekatan ekosistem. Disini ada beberapa masalah dalam menangani konservasi
sumber daya alam:
1. Jumlah penduduk dengan
penyebaran yang tidak merata, yang sebagian besar berada di P. Jawa
2. Pertumbuhan penduduk
yang relatif tinggi
3. Mata pencaharian yang
bersifat agraris akan memerlukan lahan,
dan terjadi tumpang tindih kepentingan antara konservasi dan eksploitas
4. Sumber daya alam
adalah modal dasar pembangunan yang harus dimanfaatkan baik sebagai obyek
maupun subyek pembangunan
Oleh karena itu untuk
melestarikan sumber daya alam terutama sumberdaya alam hayati, sebagai benteng
terakhir oleh pemerintah adalah
ditetapkannya kawasan konservasi sebagai perwakilan berbagai ekosistem (di
Indonesia terdapat kurang lebih 80
ekosistem)
Pengertian Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam berdasarkan
manfaat yang diperoleh dapat dibagi menjadi:
1. Sumberdaya alam Stock atau non-renewable
Yaitu sumberdaya alam yang apabila tidak
dimanfaatkan ketersediaanya tidak bervariasi secara nyata menurut waktu. Dengan
kata lain menurut waktu keadaannya tidak bertambah atau berkurang. Dengan demikian
setiap bentuk pemanfaatan sumberdaya alam tersebut saat ini akan menurunkan
ketersediaannya (dalam bentuk penggunaan yang sama) di masa mendatang contohnya
minyak bumi, batubara, emas, dan barang tambang lainnya.
2. Sumberdaya alam flow
atau renewable
Yaitu sumberdaya alam yang ketersediaannya
bervariasi menurut waktu, walaupun tidak dimanfaatkan laju ketersediaannya
mungkin meningkat atau menurun menurut waktu. Sumberdaya alam ini terbagi
menjadi :
a. Sumberdaya alam dengan
zona kritis (“with critical zone”)
Seperti hutan, ikan satwa liar, dan tanah
yang semuanya dapat menjadi habis jika pemanfaatannya melebihi produksinya,
disini aspek pengelolaan merupakan hal yang penting mengingat sumberdaya alam
ini dapat diperbaharui
b. Sumberday alam “flow”
yang tidak mempunyai zona kritis (“with no critical zone”).
Misalnya sinar matahari, angin dan ombak.
Untuk sumberdaya alam ini dapat diperoleh menurut waktu asal terdapat “flow”
yang permanen.
Konservasi Tanah
Tujuan utama dari konservasi
tanah adalah untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan produksi lahan dengan
menjaga laju kehilangan tanah tetap di bawah ambang batas yang diperkenankan,
yang secara teoritis dapat dikatakan bahwa laju erosi harus lebih kecil atau
sama dengan laju pembentukan tanah. Erosi merupakan proses alam yang sama
sekali tidak dapat dihindari, khususnya untuk lahan pertanian, maka yang dapat
dilakukan adalah dengan mengurangi laju erosi, untuk itu maka diperlukan
strategi konservasi tanah:
1. Melindungi tanah dari
hantaman air hujan dengan penutup permukaan tanah
2. Mengurangi aliran
permukaan dengan meningkatkan kapasitas infiltrasi
3. Meningkatkan
stabilitas agregat tanah
4. Mengurangi kecepatan
aliran permukaan dengan meningkatkan kekasaran permukaan lahan
Secara garis besar metode
konservasi tanah dapat digolongkan menjadi 3, yaitu:
1. Konservasi secara
agronomis
2. Konservasi secara
mekanis
3. Konservasi secara
kimiawi
Konservasi secara Agronomis
Konservasi tanah secara
agronomis adalah penggunaan tanaman atau tumbuhan atau sisa tumbuhan dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi laju erosi dengan cara
mengurangi daya rusak hujan yang jatuh dan jumlah daya rusak aliran permukaan.
Konservasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1. Penanaman tanaman
tumbuhan penutup tanah secara terus menerus (permanent plant cover)
2. Penanaman dalam
strip (strip cropping)
3. Penanaman berganda (multilple
cropping)
4. Penanaman bergilir (rotation
cropping)
5. Pemanfaatan mulsa (residue
management)
6. Sistem pertanian hutan
(agroforestry)
Tanaman Penutup Tanah
Yang dimaksud tanaman penutup
tanah adalah tanaman yang dengan sengaja ditanam untuk melindungi tanah dari
erosi, menambah bahan organic tanah dan sekaligus meningkatkan produktivitas
tanah. Tanaman penutup tanah ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Tanaman penutup tanah rendah,
jenis rumput-rumputan dan tanaman merambat atau menjalar yang dipergunakan pada
pola penanaman rapat, dalam barisan, untuk keperluan khusus dalam perlindungan
tebing, talud, teras, dinding saluran irigasi maupun drainase
2. Tanaman penutup tanah
sedang berupa semak, digunakan dalam pola penanaman teratur diantara barisan
tanaman pokok, digunakan dalam barisan pagar, dan ditanam di luar tanaman pokok
yang merupakan sumber mulsa atau pupuk hijau
3. Tanaman penutup tanah
tinggi, dipergunakan dalam pola penanaman teratur diantara barisan tanaman
pokok, ditanam dalam barisan, dan dipergunakan khusus untuk melindungi tebing
dan penghutanan kembali
4. Tumbuhan rendah alami
(semak dan belukar)
5. Tumbuhan pengganggu
Penanaman dalam strip
Adalah cara bercocok tanam dengan
beberapa jenis tanaman yang ditanam berselang seling dalam strip-strip pada
sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau kontur. Cara ini ada beberapa
tipe yaitu:
1. Penanaman dalam strip
menurut garis kontur (Contour strip cropping) susunan stripstrip harus
tepat sejajar dengan kontur dengan urutan pergiliran yang tepat pula
2. Penanaman dalam strip
lapangan (field strip contour) terdiri dari stripstrip tanaman yang tidak perlu sejajar, namun
lebarnya seragam dan disusun melintang/memotong arah lereng
3. Penanaman dalam strip
penyangga (buffer strip cropping) terdiri dari strip-strip rumput atau
leguminosae yang dibuat diantara strip-strip tanaman pokok, strip lebarnya
dapat seragam atau tidak.
Penanaman berganda
Penanaman ini berguna untuk
meningkatkan produktivitas lahan sambil menyediakan proteksi terhadap tanah dari erosi. Sistem ini dapat dilakukan
baik dengan cara penanaman beruntun, tumpang sari atau tumpang gilir
1.
Penanaman beruntun (sequential cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan menggunakan
dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman kedua dan
ketiga ditanam pada saat tanaman pertama panen yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas penggunaaan lahan
2.
Penanaman tumpangsari (inter cropping)
Yaitu sistem bercocok tanaman dengan
menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak atau bersamaan
pada sebidang tanah baik secara campuran ataupun terpisah dalam baris yang
teratur, sistem ini mampu menekan laju erosi dan aliran permukaan
3.
Penanaman tumpang gilir (relay cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan
menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana tanaman
kedua atau berikutnya ditanam setelah tanaman pertama berbunga, sehingga
apabila tanaman pertama dipanen, tanaman kedua sudah tumbuh, sistem ini
bertujuan untuk meningkatkan intensitas penggunaan lahan sekaligus meningkatkan
frekuensi tanam.
4.
Penanaman lorong (allay cropping)
Yaitu sistem bercocok tanam dengan
menggunakan dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana salah satu
jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman non pangan, tanaman pokok ditanam di
lorong diantara tanaman non pokok sebagai pagar, sedangkan fungsi tanaman pagar
adalah sebagai sumber pupuk hijau, dapat mengurangi erosi, sumber kayu bakar
dan sumber makanan ternak.
Penggunaan mulsa
Mulsa adalah sisa-sisa tanaman
yang disebarkan di atas permukaan tanah. Dari segi konservasi penggunaan mulsa
mempunyai beberapa keuntungan yaitu memberi pelindung terhadap permukaan tanah
dari hantaman air hujan sehingga mengurangi laju erosi, mengurangi volume dan
kecepatan aliran permukaan, memelihara temperatur dan kelembaban tanah,
meningkatkan kemantapan struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan organic
tanah dan mengendalikan tanaman pengganggu. Bahan mulsa yang paling baik adalah
tanaman yang sukar lapuk seperti batang jagung, jerami, sorgum.
Penghutanan kembali (reboisasi)
Penghutanan kembali merupakan
cara yang cocok untuk menurunkan erosi dan aliran permukaan, terutama jika
dilakukan pada bagian hulu daerah tangkapan air untuk mengatur banjir, secara
lebih luas, penghutanan kembali dapat diartikan sebagai usaha untuk memulihkan
dan menghutankan kembali tanah yang mengalami kerusakan fisik, kimia, maupun
biologi, baik secara alami maupun oleh ulah manusia. Tanaman yang digunakan
biasanya tanaman yang bisa mencegah erosi, baik dari segi habitus maupun umur,
juga tanaman keras yang bernilai ekonomi. Dari segi konservasi, tanaman yang
dipilih harus mempunyai perakaran yang kuat, dalam dan luas sehingga membentuk
jaringan akar yang rapat, mempunyai pertumbuhan yang cepat, mempunyai nilai
ekonomi dan dapat memperbaiki kualitas kesuburan tanah.
Konservasi secara Mekanis
Prinsip dasar konservasi tanah
adalah mengurangi banyaknya tanah yang
hilang akibat erosi. Dalam hal ini konservasi secara mekanis mempunyai fungsi,
yaitu:
1. memperlambat aliran
permukaan
2. menampung dan
mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak tanah
3. memperbesar kapasitas
infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki erosi tanah
4. menyediakan air bagi
permukaan.
Adapun usaha konservasi tanah
termasuk kedalam metode mekanis adalah prngolahan tanah, pengolahan tanah
menurut garis kontur, pembuatan teras, pembuatan saluran air, pembuatan dam.
Pengolahan tanah
Konservasi mekanis dengan cara
pengolahan tanah bertujuan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman, menyiapkan tempat untuk tumbuh bagi benih, menggemburkan
tanah pada daerah perakaran, membalikan tanah sehingga sisa-sisa tanaman bisa
terbenam di dalam tanah dan memberantas gulma. Untuk mencapai hasil pengolahan
yang baik bagi pertanian dan usaha konservasi, maka yang dilakukan adalah
1. Tanah diolah
seperlunya saja
2. Pengelolaan tanah
dilakukan pada saat kandungan air yang tepat
3. Pengolahan tanah
dilakukan menurut garis kontur
4. Merubah kedalaman
pengolahan tanah
5. Pengelolaan tanah
sebaiknya dilakukan dengan pemberian mulsa
Pengolahan tanah menurut kontur
Pengolahan tanah dan penanaman
menurut kontur dapat mengurangi laju erosi. Efektifitas pengolahan tanah dan penanaman
menurut kontur tergantung pada kemiringan dan panjang lereng. Keuntungan utama
mengolah tanah menurut kontur adalah terbentuknya penghambat aliran permukaan
air, terjadinya tempat penampungan air sementara sehingga memungkinkan
penyerapan air dan dapat mengurangi
terjadinya erosi.
Pengolahan tanah menurut guludan
Guludan adalah tumpukan tanah
yang dibuat memanjang memotong kemiringan lahan (lereng). Fungsi guludan untuk
menghambat aliran permukaan, menyimpan air di bagian atas dan untuk memotong
panjang lereng
Terras
Terras adalah timbunan tanah
yang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk
menangkap aliran permukaan yang memungkinkan terjadinya penyerapan air dan
berkurangnya erosi. Fungsi teras adalah terras pengelak (diversion terrace),
teras retensim (retention terrace), terras bangku (bench terrace).
Terras pengelak berfungsi untuk
menangkap aliran permukaan dan mengalirkannya memotong kontur melalui outlet yang tepat, bentuk ini cocok
untuk kemiringan kecil. Sedangkan terras retensi diperlukan untuk penyimpanan
air dengan menampungnya di bagian bukit, dalam hal ini diperlukan bagian tanah
yang datar yang mampu menyimpan aliran permukaan dengan periode ulang sampai 10
tahunan dengan tanpa terjadi luapan, biasanya untuk tanah dengan kemiringan 4,5
0. Terras bangku dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di
bagian bawah sehingga terbentuk suatu deretan anak tangga atau bangku yang
dipisahkan oleh talud.
Konservasi Air
Konservasi air penting untuk
kehidupan manusia. Konservasi air bertujuan untuk meningkatkan volume air
tanah, meningkatkan efisiensi penggunaannya sekaligus memperbaiki kualitasnya
sesuai dengan peruntukannya. Konservasi air mempunyai efek ganda, diantaranya
mengurangi kerugian akibat banjir, mengurangi biaya pengolahan air, mengurangi
ukuran jaringan pipa. Dalam dua decade terakhir, konservasi air telah menjadi
kunci untuk meningkatkan suplai air bersama dengan meningkatkan memanajemen
kebutuhan. Konservasi air yaitu menyimpan air dikala berlebihan dan
menggunakannya sehemat mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif.
Sehingga konservasi air secara domestik, berarti menggunakan air sehemat
mungkin untuk keperluan rumah tangga, dan konservasi air untuk industri berarti
menggunakan air sehemat mungkin untuk kepentingan produksi. Konservasi air
untuk pertanian berarti menggunakan air sehemat mungkin untuk menghasilkan
hasil pertanian yang sebanyak-banyaknya.
Konservasi Hutan
Konservasi hutan bukan hanya
melalui penghutanan kembali lahan kritis, hutan lindung, hutan yang rusak,
dengan jalan penghiajuan, tetapi lebih dari itu harus memperhatikan
kaidah-kaidah ekologi di dalam mengeksploitasi hutan produksi, dan hutan rawa.
Pada usaha konservasi di kawasan hutan lindung dan hutan suaka
Pengelolaan Lingkungan
Usaha melestarikan lingkungan
dari pengaruh pembangunan di berbagai bidang adalah salah satu usaha yang perlu
dijalankan. Pengelolaan lingkungan yang baik dapat mencegah kerusakan
lingkungan sebagai akibat pembangunan. Tujuan pengelolaan lingkungan terutama
untuk mencegah kemunduran populasi sumber daya alam yang dikelola dan sumber
daya alam lain yang ada di sekitarnya dan mencegah pencemaran limbah atau
polutan yang membahayakan lingkungan.
Pengelolaan sumber daya alam
mencakup beberapa upaya yang dilakukan secara terpadu dan bertahap. Upaya ini
disebut upaya terpadu karena dalam pengelolaan terdapat beberapa kegiatan yang
dilakukan bersama-sama diantaranya kegiatan pemanfaatan, pengendalian,
pengawasan, pemulihan, dan pengembangan lingkungan. Dengan melaksanakan urutan
kegiatan tersebut, maka kualitas lingkungan dapat dijaga kelestariannya, agar
selanjutnya dapat tetap mendukung kesejahteraan manusia. Disini harus pula
disertai dengan mental si pengelola yang dengan segala tanggung jawab dan
kesadaran harus berusaha memelihara sumber daya alam yang tersedia untuk
mengelola hingga masa yang akan datang.
Pengelolaan lingkungan
merupakan upaya yang dilakukan secara bertahap karena tindakan yang dilakukan
dalam pengelolaan diawali dengan penyusunan rencana, disusul dengan tahap
pelaksanaan yang berupa pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan. Tahap
selanjutnya berupa pemulihan dan pengembangan lingkungan untuk menjaga
kelestarian kualitas lingkungan.
Pengelolaan Lahan
Pengelolaan lahan disini
termasuk pengelolaan lahan pertanian, pengelolaan lahan untuk pemukiman maupun
industri. Dengan makin berkembangnya ilmu dan teknologi, maka manusia semakin
berupaya untuk mendapatkan strategi baru dalam bidang penggunaan lahan.
Strategi tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil yang maksimal dengan
menggunakan waktu, tenaga dan biaya yang semaksimal mungkin untuk memperoleh:
1. hasil atau produksi
yang maksimum dari setiap unit lahan
2. memilih tata cara
pengelolaan lahan yang memberi keuntungan maksimum
3. menekan sekecil
mungkin ketidakmantapan kondisi lahan potensial sehingga dapat meningkatkan
hasil maksimal
4. mencegah menurunnya
potensi lahan potensial
Pengelolaan Hutan
Hutan mempunyai fungsi dan
pengaruh yang sangat besar bagi kehidupan dan kelangsungan lingkungan, terutama
berpengaruh terhadap iklim mikro yaitu iklim yang berlaku pada daerah dalam
hutan tersebut. Dikenal suatu pengelolaan hutan yang merupakan campuran
kegiatan kehutanan dengan kegiatan perkebunan, pertanian dan peternakan.
Pengelolaan tersebut disebut “agroforestry” yang menganut sistem diversifikasi
usaha berbagai macam komoditi, tetapi dengan tetap menjaga pemeliharaan hutan
secara optimal. Adapun strategi “agroforestry” adalah:
1. Meningkatkan
produktivitas lahan hutan secara keseluruhan antara produktivitas hutan dengan
pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan
2. Mengatasi sempitnya
lahan pertanian
3. Pemerataan penduduk ke
daerah pinggiran hutan dengan meningkatkan taraf hidupnya
Hutan serbaguna merupakan hutan
yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, antara lain sebagai sumber plasma
nutfah, sarana penelitian, sarana pendidikan, serta tempat wisata.
Pengelolaan Air
Air merupakan sumber daya alam
yang sangat diperlukan oleh manusia dan mahluk hidup lainnya. Manusia
memerlukan air baik untuk proses kimia dan fisika tubuh maupun untuk aktifitas
kehidupan lainnya.
Sekalipun air merupakan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi kualitas air sangat dipengaruhi oleh
peranan manusia dalam pengelolaannya. Pengelolaan air disini termasuk
pengelolaan perairan pantai dan ekosistem danau.
Strategi pengelolaan air meliputi:
1. Melindungi perairan
agar tetap terjaga kebersihannya sehingga dapat menjaga kelangsungan flora
dengan menjaga perakaran tanaman dari gangguan fisik maupun kimiawi
2. Mengusahakan cahaya
matahari dapat menembus dasar perairan, sehingga proses fotosintesis dapat
berjalan dengan lancar
3. Menjaga agar fauna
mangsa dan predator selalu seimbang dengan mempertahankan rantai makanan
4. Mempergunakan sumber
daya alam berupa air seefisien mungkin, sehingga zat hara yang ada dapat
tersimpan dengan baik yang berarti sebagai penyimpan energi dan materi
Pada prinsipnya pengelolaan
sumberdaya alam air ini sangat bergantung bagaimana kita mempergunakan dan memelihara sumber air itu menjadi seoptimal
mungkin, tetapi tanpa merusak ataupun mencemarinya dan mempertahankan keadaan
lingkungan sebaik-baiknya.
Usaha Mencegah Pencemaran Air
Usaha pencegahan ini bukan
merupakan proses yang sederhana, tetapi melibatkan berbagai faktor sebagai
berikut:
1. Air limbah yang akan
dibuang ke perairan harus diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi standar air
limbah yang telah ditetapkan pemerintah
2. Menentukan dan
mencegah terjadinya interaksi sinergisme antar polutan satu dengan yang
lainnya.
3. Menggunakan bahan yang
dapat mencegah dan menyerap minyak yang
tumpah di perairan
4. Tidak membuang air
limbah rumah tangga langsung ke dalam
perairan, untuk mencegah pencemaran air oleh bakteri.
5. Limbah radioaktif
harus diproses terlebih dahulu agar tidak mengandung bahaya radiasi
6. Mengeluarkan atau
menguraikan deterjen atau bahan kimia lain dengan menggunakan aktifitas mikroba
tertentu sebelum dibuang ke perairan umum.
Pengelolaan Lahan
Pencemaran tanah mempunyai
hubungan yang erat dengan pencemaran air dan udara. Air yang terbuang ke tanah
akan masuk ke dalam tanah dan menimbulkan pencemaran tanah.
Usaha Pencegahan Pencemaran Tanah
Untuk menanggulangi sampah plastik, maka
sebelum dibuang, sampah plastik dibakar terlebih dahulu
1. Limbah yang mengandung
radioaktif hendaknya dibiarkan dahulu dalam waktu lama sebelum dibuang
2. Sampah radioaktif yang
berbentuk padat harus dibungkus dengan bahan yang terbuat dari Pb untuk menahan
sinar radioaktif, lalu dimasukkan dalam tromol baja anti karat sebelum dibuang
3. Pembuangan sampah
berbahaya dilakukan ke dasar laut, ke
pulau karang kosong, dibuang ke dalam bekas tambang kosong atau ke dalam sumur
yang dalam dan jauh dari pemukiman penduduk
Pengelolaan Udara
Secara umum pencemaran udara
diartikan sebagai udara yang mengandung satu atau beberapa zat kimia dalam
konsentrasi tinggi, sehingga mengganggu manusia, hewan dan tumbuhan serta
mahluk hidup lain di dalam suatu lingkungan. Berdasarkan terjadinya
polusi, udara dikategorikan menjadi dua
tipe utama pencemar udara yaitu:
1. Polutan primer
Yaitu zat kimia yang mengandung toksik dan
masuk secara langsung ke udara dalam konsentrasi yang merugikan manusia. Zat
kimia tersebut dapat berupa komponen alami udara yang konsentrasinya meningkat
misalnya CO2
2. Polutan sekunder
Yaitu zat kimia yang merugikan manusia yang
terbentuk dalam atmosfir melalui reaksi kimia diantara komponen udara yang ada
Usaha Pencegahan Pencenaran Udara
1. Mengurangi pemakaian
bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan lainnya
agar tidak mencemarkan lingkungan
2. Melakukan penyaringan
asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan penyerap polutan
atau saringan
3. Mengalirkan gas
buangan ke dalam air atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas dibuang ke
udara bebas
4. Membangun cerobong
asap yang cukup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi thermal
agar tidak menambah polutan yang terperangkap di atas suatu pemukiman atau kota
5. Mengurangi sistem
transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi angkutan
pribadi
6. Memperbanyak tanaman
hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaaan tumbuhan
adalah sebagai indikator pencemar udara, selain sebagai penahan debu dan bahan
partikel lain.
Pengelolaan Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia penting
untuk menunjang pembangunan. Pencemaran sebagai akibat pembangunan dapat pula
mempengaruhi manusia atau masyarakatnya. Dalam hal ini selain dengan
menghilangkan atau memperkecil resiko penularan, masyarakat dapat diberi
sekedar ganti rugi dan ganti rugi ini dalam bentuk:
1. memberikan uang
2. mengangkat mereka
menjadi karyawan proyek
3. meningkatkan
pengetahuan mereka agar dapat menghindari bahaya limbah
4. menciptakan hubungan
yang baik dan saling menguntungkan antara proyek dan masyarakat di sekitarnya
agar tidak terjadi konflik dan kecemburuan sosial
5. sebagai bapak asuh
terhadap proyek-proyek kecil yang diselenggarakan masyarakat
Disamping itu terhadap karyawan
proyek yang dapat secara langsung terkena pencemaran, selain dilakukan tindakan
perlindungan sebagai usaha memperkecil pencemaran, juga diadakan pendidikan
ketrampilan khusus, sehingga kalau suatu saat mereka tidak dapat dipekerjakan
di tempat dimana mereka bekerja karena berbagai alasan, khususnya yang
menyangkut bahaya pencemaran kepada dirinya, selanjutnya mereka dapat bekerja
sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperolehnya. Dengan
demikian menghindari terjadinya pengangguran, bahkan berarti menciptakan sumber
pekerjaan baru di luar proyek dan meningkatkan ekonomi.
LINGKUNGAN HIDUP MANUSIA DAN PENYAKIT
MENULAR
TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VII ini,
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang lingkungan hidup manusia dan
penyekit menular.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan
dibahas hal-hal mengenai lingkungan hidup manusia dan penyakit menular yang
akan diberikan dalam dua kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
Sanitasi lingkungan sangat
penting bagi masyarakat terutama dalam penyediaan air bersih, pembuangan
kotoran, pemberantasan nyamuk, lalat, tikus dan pencegahan penyakit menular
agar tetap terjamin kesehatan lingkungan yang baik, pemeliharaan rumah tangga
yang baik, keadaan perumahan yang baik dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebersihan sangat bermanfaat bagi kesehatan
yang meliputi :
1. Penyediaan air yang
baik dan bersih untuk keperluan minum, memasak, dan mencuci.
2. Penyediaan tempat
pembuangan kotoran, baik itu berupa sampah atau tinja dengan membuat kakus dan
tempat membuang kotoran yang baik sehingga tidak bisa dipakai untuk sarang
nyamuk dan bibit penyakit.
3. Keadaan perumahan dan
halaman yang terawat
4. Keadaan yang tidak
menimbulkan bersarangnya nyamuk dan parasit lain.
Selain itu sanitasi harus
membantu usaha pemberantasan penyakit menular dengan jalan:
1. Memberantas dan
mengontrol penularan penyakit menular
2. Mengadakan
tindakan-tindakan efektif untuk mencegah masuknya atau bersarangnya
serangga-serangga parasit lain.
3. Mengadakan immunisasi
dari penyakit-penyakit menular
4. Menaikkan gizi
masyarakat.
Kesehatan Lingkungan pada Pendudukan atau Masyarakat
Sedikit sekali masyarakat yang
menyadari bagaimana pentingnya lingkungan yang baik dan bersih untuk kesehatan.
Banyak sekali timbul berbagai penyakit di masyarakat yang berjangkit secara
epidemi, yang sebetulnya hal ini dapat kalau kesehatan lingkungan cukup baik.
Penyakit usus yang berbahaya seperti tipus dan kolera yang masih membawa
kematian, dapat dicegah atau dikurangi kalau masyarakat membiasakan diri untuk
makan atau minum makanan atau minuman bersih yang telah dimasak terlebih dahulu,
membiasakan diri untuk tidak membuang kotoran di sembarang tempat dan
membiasakan diri membuang kotoran besar seperti di kolam, sungai atau tegalan,
tetapi di tempat-tempat yang telah disediakan untuk itu yang tidak merusak
lingkungan. Demikian juga kebiasaan jelek lainnya yang harus dihilangkan,
seperti meludah di sembarang tempat, minum bekas orang lain penderita
tuberkulosa. Untuk mendapatkan kesehatan lingkungan yang baik, setiap anggota
masyarakat harus hidup bersih dan teratur.
Untuk menciptakan manusia
Indonesia yang sehat dengan lingkungan yang sehat dan bersih, maka pemerintah
melaksanakan berbagai program kesehatan, yang mengharapkan masyarakat turut
aktif melaksanakan program-program pemerintah seperti penyedaaan air bersih,
pemberantasan nyamuk, pemberantasan penyakit menular, perumahan sehat,
peningkatan gizi masyarakat dll. untuk program kesehatan lingkungan.
Penyediaan Air Bersih
Yang dimaksud dengan air bersih
adalah air yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan tidak mengandung
mineral atau kuman yang membahayakan tubuh. Dalam penyediaan air bersih
ini pertama-tama harus memberikan
penyuluhan kepada masyarakat tentang perlunya air bersih untuk menunjang
kehidupan yang sehat. Mengingat masih banyaknya masyarakat kita yang belum
memahami betul akan hal ini terutama di pedesaan yang menggunakan air sungai, air kolam untuk
keperluan mandi, mencuci bahkan untuk keperluan memasak, makan dan minum,
sementara di sungai dan kolam tersebut mereka buang air besar. Sedangkan kita tahu
bahwa di dalam tinja manusia terdapat bibit penyakit seperti bakteri tipus,
kolera dan bakteri patogen lainnya.
Untuk menjamin kehidupan yang
sehat, maka penyediaan air bersih untuk keperluan sehari-hari merupakan hal
yang penting dan perlu diusahakan sebaik-baiknya. Usaha ini meliputi :
1. Pemanfaatan sumber
mata air yang perlu dikelola dengan baik dan dijaga terhadap adanya kemungkinan
pencemaran yang dapat mengganggu kesehatan
2. Pembuatan sumur bor
dan artesis serta sumur gali yang sesuai dengan persyaratan untuk kesehatan
seperti jangan terlalu dekat dengan tempat pembuangan kotoran minimal jaraknya
10 m dan pinggir sumur ditembok
3. Penyediaan air ledeng
(terutama untuk masyarakat kota )
Pemberantasan Nyamuk, Tikus dan Serangga lain
Beberapa penyakt seperti demam
berdarah, malaria, dan beberapa penyakit virus lainnya, penularannya dapat
melalui gigitan nyamuk. Tikus dapat menyebabkan penyebaran penyakit pes dan
leptospirosis. Oleh karena itu penanggulangan penyakt dan pemberantasannya
dengan memberantas binatang-binatang tersebut. Misalnya dengan penyemprotan
rumah-rumah dengan insektisida, menghindari adanya genangan air yang bisa
dipakai untuk sarang, tidur dengan berkelambu dan menjaga kebersihan rumah dan
pekarangan yang baik. Untuk pemberantasan tikus dapat menggunakan hama tikus dan membuat
konstruksi rumah sedemikian rupa sehingga tidak dapat untuk bersarang tikus.
Pemberantasan Penyakit Menular
Berbagai penyakit menular
seperti dipteri, tuberkulose, batuk rejan, tipus, kolera dan influenza serta
yang lainnya, masing-masing sering menyerang masyarakat bahkan diantaranya
masih sering menimbulkan endemik atau epidemi. Untuk menghindari
penyakit-penyakit tadi, yang penyebabnya adalah jasad renik, maka disini
diperlukan pengertian dan kesadaran masyarakat, mengingat berjangkitnya
penyakit tersebut pada umumnya akibat kelalaian masyarakat yang kurang
memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan.
Usaha terpenting dalam rangka
pemberantasan dan penanggulangan penyakit menular ini adalah:
1. Sanitasi lingkungan yang
sehat dan baik, antara lain rumah dan halaman yang bersih, tersedianya tempat
pembuangan tinja, tidak menumpuknya sampah dan kotoran lain, sikap hidup yang
bersih dan teratur
2. Pemberian kekebalan
terhadap penyakit-penyakit tersebut dengan jalan vaksinasi. Namun perlu diingat
bahwa vaksinasi ini tidak memberikan kekebalan 100%, karena itu yang terpenting
adalah menjaga diri agar terhadap hal-hal yang dapat menularnya penyakit
tersebut.
3. Memberikan pengobatan
yang cepat terhadap orang-orang yang terserang penyakit ini dan kepada
orang-orang yang dianggap sebagai “carier” dari penyakit ini.
Peningkatan Gizi Masyarakat
Gizi dapat mempertinggi daya
tahan tubuh manusia sehingga tidak mudah terserang penyakit. Masalah kekurangan
gizi tidak semata-mata oleh kemiskinan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kekurangan gizi pada seseorang. Salah satu faktor adalah ketidaktahuan akan
manfaat gizi bagi kesehatan, contohnya adalah masyarakat di pedesaaan.
Masyarakat di pedesaaan yang kurang
berpendidikan mempunyai pola makan banyak nasi dengan sedikit lauk
bahkan cukup dengan garam saja, ditambah pula ada anggapan bahwa ada
jenis-jenis lauk tertentu dapat menimbulkan penyakit, misalnya makan telur
dapat menimbulkan borok atau bisul. Sebetulnya mereka cukup mampu untuk membeli
lauk pauk, namun karena keterbatasan pengetahuan tentang manfaat gizi yang
baik. Faktor-faktor lain yang berperan terhadap terjadinya kekurangan gizi
adalah:
1. Nutrisi yang kurang
dalam konsumsi makanan sehari-hari, ini tergantung pada nilai gizi (cara
mengolah, memasak, menyimpan makanan) dan jumlah makanan yang masuk
2. Gangguan yang terjadi
pada tubuh masing-masing individu, seperti gangguan pencernaan, absorpsi,
metabolisme dan pengeluaran kembali dari tubuh
3. Meningkatnya kebutuhan
nutrisi tubuh oleh suatu sebab, misalnya pada orang hamil
4. Faktor yang
mempengaruhi konsumsi makanan, seperti faktor social, ekonomi, budaya,
lingkungan jumlah penduduk, produksi bahan makanan dan politik pemerintah.
Menurut Supardi (2003)
berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi menyebutkan beberapa penyakit kekurangan gizi:
a. Kurang Kalori Protein
(KKP), KKP ini biasa diderita oleh anak-anak usia prasekolah dan ibu hamil
serta ibu menyusui
b. Kurang vitamin A
banyak diderita oleh anak-anak prasekolah
c. Gondok endemik sebagai
akibat kekurangan yodium
d. Kekurangan zat besi
mengakibatkan anemia gizi
Penderita rentan terhadap
kekurangan zat gizi adalah anak-anak prasekolah, ibu hamil dan ibu menyusui
serta golongan masyarakat yang kurang mampu.
Menyadari hal tersebut di atas,
untuk membentuk jiwa dan jasmani masyarakat Indonesia yang sehat dan penuh
vitalitas, maka pemerintah berusaha meningkatkan gizi masyarakat dengan jalan :
1. Untuk jangka pendek
a. Mengadakan penyuluhan
dan penerangan kepada segenap masyarakat
b. Penanggulangan gondok
endemik dengan yodisasi garam
c. Mengintensifkan dan
memperluas program perbaikan gizi keluarga (UPGK)
d. Diversivikasi bahan
makanan
e. Peningkatan pemakaian
dan pemanfaatan air susu ibu
f.
Pemanfaatan halaman rumah untuk penanaman tanaman
bergizi seperti sayur mayur
2. Untuk jangka panjang
a. Meningkatkan
penyediaan pangan yang merata dan mencukupi kebutuhan gizi serta terjangkau
oleh daya beli masyarakat
b. Penganekaragaman pola
konsumsi pangan masyarakat dengan mengusahakan agar konsumsi bahan pangan
selain beras terus meningkat
c. Meningkatkan keadaan
gizi rakyat dengan mengusahakan langkah-langkah yang dapat mengurangi
penyakit-penyakit akibat kekurangan gizi
Klasifikasi Penyakit
Penyakit dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori, berdasarkan sifat jalur sebab-akibatnya yang
berhubungan dengan pengaruh keadaan lingkungan, yaitu:
1. Penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri, protozoa, cacing, jamur dan virus
2. Penyakit yang
disebabkan oleh pencemaran alam seperti kanker, bronchitis
3. Penyakit yang
disebabkan oleh tekanan keadaan, kesibukan dan kekhawatiran (lingkungan social
manusia) misalnya tekanan darah tinggi, jantung
4. Penyakit yang
disebabkan karena pengaruh ekonomi, cara mengolah makanan seperti kekurangan
gizi
5. Penyakit yang diakibatkan
oleh faktor lingkungan seperti alergi
6. Penyakit yang
disebabkan oleh penggunaan obat-obatan sehingga mempengaruhi janin pada ibu
yang sedang hamil contohnya kelainan bentuk sehingga anak yang dilahirkan
cacat.
Penyakit menular menurut seorang ahli dapat
dibedakan menjadi:
1. Penyakit menular
kompleks dua faktor yaitu menyangkut patogen dan hostnya saja seperti influenza
dan penyakit yang disebabkan oleh virus lainnya
2. Penyakit menular
kompleks tiga faktor yaitu penyakit malaria, demam berdarah, yang memerlukan
patogen-host dan vektor
3. Penyakit menular
kompleks empat faktor yaitu yang menyangkut host-vektor-host perantara- patogen
seperti tipus, pes dll.
Asal Mula Epidemi (Penyakit Menular)
Sejarah kedokteran banyak
menerangkan tentang dinamika epidemi, ternyata interaksi berbagai faktor dapat
menjadi cirri epidemi, yaitu:
1. Faktor yang
berhubungan dengan kepadatan populasi (density dependent faktor), misalnya
berhubungan dengan kepadatan populasi manusia sebagai tuan rumah (host)
penyakit menular. Epidemi tergantung pada faktor ini, hal ini dapat diartikan
bahwa orang yang sakit dapat diatur oleh orang yang sehat dan manusia
sebetulnya memiliki motif yang kuat untuk tidak terlalu padat, sebab makin
padat manusia apabila terjadi wabah penyakit semakin banyak yang sakit dan
mati.
2. Faktor yang berhubungan dengan sifat biologi
dari patogen, tuan rumah dan patogen kaitannya dengan daya tahan atau daya
resisten.
3. Faktor yang tidak
tergantung pada kepadatan populasi misalnya naik turunnya perubahan cuaca, sanitasi
lingkungan manusia
Poin kedua dan ketiga tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, contohnya penyebaran penyakit influenza. Penyakit
ini sewaktu-waktu dapat menyerang anggota keluarga yang mempunyai daya tahan
tubuh yang kurang bagus. Namun penyakit ini juga dapat menjadi wabah secara
meluas dan dapat mematikan contohnya adalah penyakit flu burung yang mematikan
sekitar tahun 2001-2002 yang menyerang sebagian besar Asia
dan beberapa negara Eropa. Kekebalan tubuh manusia terhadap virus influenza ini
berlainan, artinya kebal terhadap virus jenis A belum tentu kebal terhadap
virus jenis B. Cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kondisi seseorang. Di
Indonesia khususnya pada musim pancaroba atau pergantian musim dari kemarau ke
penghujan atau sebaliknya seringkali banyak dijumpai orang dewasa maupun
anak-anak yang terkena influenza, batuk dan pilek. Penyakit ini mudah sekali
ditularkan karena pengaruh cuaca yang buruk.
PENGEMBANGAN TATAKOTA, TATAWILAYAH, DAN
PERENCANAAN NASIONAL
TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB VIII ini, diharapkan
mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengembangan tatakota, tatawilayah dan
perencanaan nasional.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas hal-hal
mengenai pengembangan tatakota, tatawilayah dan perencanaan nasional, yang akan
diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Hubungan antara Ilmu Lingkungan
dengan pengembangan wilayah semakin penting dan nyata, karena banyak gejala
yang harus dipertimbangkan dalam melakukan perencanaan dan perancangan
pengembangan wilayah memiliki dampak secara ekologis. Contohnya banyak ciri
penting dari materi dan energi yang mengalir dalam sebuah kota raya atau wilayah yang mempunyai dasar
serta pengaruh pada faktor demografi. Modal dan energi yang berkembang di suatu
wilayah erat hubungannya dengan pertumbuhan populasi, penyebaran struktur umur
penduduk, dan hal lain yang menyangkut penggunaan ruang sebagai sumber alam.
Juga banyak asas yang telah dibicarakan muncul dalam kejadian yang timbul di
banyak kota . Kota secara wujudnya
adalah sebuah sistem, demikian pula secara sosial dan ekonomi.
Oleh karena itu tidaklah heran
kalau kota juga
mempunyai pengaruh terhadap lingkungan fisik misalnya cuaca.. Pengaruh tersebut
tentunya tergantung dari bagaimana sebuah kota
itu dirancang yang terkait erat dengan asas 1 dan 2, “waktu, ruang, materi,
energi dan berbagai informasi adalah sumberalam (asas 3). Semua sumber alam
mengalami pengurangan dan penjenuhan (asas 4) hal ini berlaku untuk semua,
tidak hanya terjadi pada komunitas atau ekosistem hutan, ataupun masalah
pencemaran alam saja, tetapi juga pada sebuah kota yang padat penjenuhan waktu
dan tempat pada sistem transportasi. Semua ini merupakan peringatan yang
penting pada sistem pengembangan kota ,
wilayah bahkan yang berskala nasional.
Pengembangan kota , wilayah harus tetap selalu mengingat
asas-asas dasar ilmu lingkungan, karena sistem perkotaan sama halnya dengan sistem yang terjadi di dalam komunitas alam.
Komunitas biologi nampaknya cenderung untuk berevolusi menuju ke arah efisiensi
penggunaan energi (asas 10). Berdasarkan pada asas ini, apabila manusia
mengabaikan contoh secara biologis
tersebut dan mengabaikannya untuk mempertahankan kemantapannya, kemudian apa
yang terjadi? Sistem yang mantap dapat mengeksploitasi sistem yang rawan (asas
11) juga merupakan hal yang penting untuk diterapkan pada sistem perkotaan,
bagaimana pajak, modal, dan energi mengalir dari kota
ke kota .
Hubungan antar kemantapan dan keanekaragaman dalam biologi (asas 13) nampaknya
juga berhubungan dengan kelesuan dan kesegaran ekonomi wilayah kota .
Pengembangan Kota
Sebuah kota dapat bertambah tua dan mati, disamping
itu juga dapat tumbuh dan berkembang. Sebuah kota
tidak akan dapat akan mati apabila kota tersebut
masih mempunyai sumber alam, kerusakan yang menimpa kota
seperti karena kebakaran, peperangan, banjir, dan bencana alam sekalipun tidak
dapat menyebabkan kota
akan mati. Sebuah contoh nyata kota Bandung yang menjadi lautan api pada saat terjadinya masa
perang, kota tersebut tidak mati, bahkan
sekarang hidup, tumbuh dan berkembang
menjadi kota
besar.
Sumber alam ternyata menjadi
nyawa dari hidupnya sebuah kota .
Kota kuno seperti Persepolis ,
Palmyra , dan Babylon
yang dulunya menjadi kota
impian kini hanya tinggal puing-puing belaka yang ditandai dengan reruntuhan.
Kota-kota di lembah sungai Efrat dan Tigris yang sekarang dikenal dengan negara
Irak, dulunya juga merupakan kota-kota yang subur, namun kota-kota tersebut
hancur karena hancurnya sumber alam yang dapat menghambat perkembangan kota . Tanah-tanah
pertanian menjadi tidak berfungsi karena kadar garam tanah naik di atas ambang
batas untuk tanaman pertanian, ini disebabkan karena air sebagai penunjang
kehidupan menjadi asin, sehingga merusak sistem irigasi di daerah sekitarnya,
hal ini menyebabkan kota
tersebut hancur.
Sebuah kota dapat dikatakan berkembang secara sehat
apabila di dalam kota
tersebut terdapat dinamika keseimbangan dari berbagai fenomena seperti keadaan
penduduk seimbang baik dalam umur,
pekerjaan, kekayaan, kesehatan, kepandaian dsb. Adanya proporsi keseimbangan
kegiatan antara usaha memperbesar modal bagi kehidupan kota dan keperluan biaya untuk memenuhi
kebutuhan masyarakatnya. Dinamika keseimbangan juga dibutuhkan dalam penggunaan
tanah untuk berbagai keperluan, misalnya sebuah kota memanfaatkan tanahnya untuk keperluan
lalu lintas, sarana pelabuhan, sehingga terlalu banyak tanah yang dimanfaatkan
untuk sarana tersebut juga tidak baik. Pendek kata semua aspek harus dalam
kondisi yang seimbang agar kotanya dapat tumbuh dan berkembang. Sebaliknya
ketidakseimbangan yang mencolok pada proporsi keadaan penduduk, maka kota tersebut menunjukkan
gejala yang buruk. Perluasan kota mengurangi
efisiensi penggunaan energi, energi akan terhambur karena jarak antara satu
simpul kegiatan dengan yang lain di kota tersebut terlalu
jauh. Lalu lintas yang banyak memakan energi dan waktu yang meningkat di kota yang besar, kehidupan
erat hubungannya dengan perpajakan. Kejahatan, pencemaran alam, kependudukan
juga meningkat, sehingga memerlukan banyak energi.
Rasa aman, nyaman dan tentram
menjadi menurun ketika terjadi suatu kejahatan. Contohnya kota Jakarta, yang
merupakan kota metropolitan, keseimbangan menjadi semakin berkurang, karena
kota tersebut tumbuh dengan pesat, wilayah kota yang dulu terletak di Jakarta
Kota kini telah berubah menjadi pusat perniagaan, perbankan. Pusat keramaian,
kebudayaan, kesenian, taman hiburan menjauh dari tempat yang dulu menjadi pusat
kota .
Apabila kota
serupa dengan komunitas tumbuhan atau hewan di alam, maka apabila kota semakin besar, maka ada sistem yang meregulasi
komunitas kota
tersebut. Pertumbuhan komunitas tumbuhan atau hewan alam yang terlalu besar
akan mengurangi kemampuan sumber alam untuk mendukungnya, sehingga akan terjadi
persaingan perebutan bahan makanan, yang kuat akan menang, dan yang lemah akan
mati, artinya akan menghambat kelahiran, dan meningkatkan kematian bagi yang
lemah, sehingga akan terjadi keseimbangan dan komunitas menjadi seimbang dengan
kemampuan lingkungan. Namun kenyataannya kota
sangat berlainan dengan komunitas tumbuhan atau hewan di alam. Apabila kota berkembang diluar kemampuan sumber alam untuk
mendukungnya, maka terjadi spekulasi pertumbuhan kota . Penentuan batas kota menjadi semakin meluas dengan terusirnya
golongan yang lemah ke daerah tepi, dan diganti oleh golongan yang kuat.
Kemudian kota terus berkembang, apabila sumber
alam sebagai energi habis, maka akan mendatangkan dari kota di sekitarnya yang lebih kecil sehingga
berlaku asas 11 yaitu sistem yang mantap akan mengeksploitasi sistem yang tidak
mantap. Perkembangan sebuah kota
seharusnya direncanakan dengan matang karena menyangkut berbagai aspek
kehidupan masyarakatnya.
Menurut Cartenese (1988) pola
perencanaan kota
klasik di zaman purba harus dibangun berdasarkan empat dasar yaitu:
1. Dasar fisik
Sebuah kota
adalah wujud yang kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman dan
benda-benda lain yang menciptakan bentuk kota
tersebut.
2. Dasar ekonomi
Sebuah kota memberikan alasan bagi eksistensinya
3. Dasar sosial
Sebuah kota dibangun supaya mempunyai arti bagi
penduduknya
4. Dasar politik
Sebuah kota penting bagi ketertiban
Pola perencanaan kota klasik tersebut tetap bertahan sampai lama, dengan
ciri pola jaringan jalan yang teratur selalu diterapkan, berbeda dengan kota non klasik dengan
jalan yang berkelok-kelok. Pusat kota
biasanya didominasi oleh bangunan ibadah, pemerintah (kekuasaan), dan bisnis.
Perumahan menempati bagian yang
lain dan jarang sekali perumahan memberikan bobot. Perencana kota klasik menciptakan berbagai desain yang
sesuai dengan pihak penguasa bukan berdasarkan kepuasan artistik dan
kepentingan pribadi.
Patrick Geddes berpendapat
bahwa dalam merancang sebuah kota
perencanaan fisik saja tidak akan meningkatkan kondisi kehidupan di kota-kota,
kecuali jika diterapkan secara terpadu dengan perencanaan sosial, ekonomi yang
berkaitan dengan lingkungan. Seorang perencana pengembangan kota
Burnham pada tahun 1909 telah membangun kota
ideal di pantai Chicago , dalam membangun kota haruslah merupakan
satu kesatuan tujuan rasional maupun keindahan. Di bidang transportasi dapat
diciptakan kota
yang lebih efisien dengan mengadakan konsolidasi jalan kereta api dan terminal,
memisahkan pengangkutan barang dan orang pada tingkat yang berbeda, dan membuat
jalan-jalan besar yang mampu menampung arus lalu lintas dengan baik sampai masa
yang akan datang.
Tempat-tempat penting di kota untuk kesenangan akan sama pentingnya yaitu dengan
menciptakan jalan-jalan besar yang dihiasi dengan pancuran dan patung-patung
serta jalur taman untuk menggugah rasa nyaman setiap lingkungan pemukiman dan
memberikan kesan sebagai kota
besar.
Pengendalian pembangunan yang
cukup mampu meyakinkan bahwa bangunan pribadi merupakan latar belakang bangunan
umum yang megah dan bentuk fisik lain yang merupakan kebanggaan masyarakat kota . Burnham juga
mengemukakan bahwa nilai rencana kota yang indah
untuk lingkungan pemukiman penduduk, taman dan jalan taman, dan pembaharuan
menyeluruh wilayah kota yang tidak sedap
dipandang (perkembangan kota
di abad kedua puluh). Mudahnya pengenalan bentuk kota
(teratur secara geometric), dengan memperlihatkan daerah hijau, menciptakan
kawasan umum yang mencerminkan symbol usaha kolektif, dan menggambarkan secara
jelas bentuk kota
yang akan datang.
Tatakota dan Lingkungan Fisik
1. mengukur langsung suhu
udara kota di
berbagai tempat dan waktu;
2. mengambil foto-udara kota tersebut dengan
menggunakan film yang mempunyai kepekaan terhadap spektrum energi;
3. menggunakan model
simulasi komputer.
Dalam sebuah penelitian yang
menggunakan simulasi komputer, Myrup (1969) mencoba mencarai pelbagai faktor
yang mempengaruhi suhu udara kota .
Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1. Beberapa proses fisik
yang berlainan, berinteraksi dalam menentukan pengaruh terhadap suhu udara di
beberapa bagian kota
selama 24 jam. Pada umumnya, pelbagai proses itu cenderung untuk saling
meniadakan semua kesan yang terjadi. Akibatnya kesan bersih dari seluruh faktor
itu lebih kecil pengaruhnya daripada kalau hanya satu faktor saja beroperasi.
Jadi, daya penguapan air yang rendah pada permukaan daun tanaman di tengah kota , yang kesannya meninggikan suhu lingkungan,
dikompensasi oleh tinggi gedung di pusat kota
yang lebih banyak memancarkan panas ke atas.
2. Salah satu faktor
penting, untuk mengurangi panas dalam kota , ialah
bertambahnya permukaan dalam kota ,
yang memudahkan proses penguapan (evaporasi). Penambahan luas permukaan bagi
proses penguapan dari 0,0 menjadi 0,5 dapat menurunkan suhu maksimunm udara
dari 34oC ke 26,2oC, menurut simulasi komputer. Implikasi
kesimpulan ini adalah, bahwa taman, air mancur, jalur hijau, dan pohon di tepi
jalan mempunyai kesan yang lebih daripada hanya sebagai penghias kota belaka. Semua ini
turut memberikan kesan sejuk dalam kota .
Hal ini jelas dapat dibuktikan oleh siapa saja yang berjalan kaki pada tengah
hari di tempat terbuka. Ia akan merasa sejuk dan nyaman pada waktu mendekati
dan memasuki sebuah taman atau jalan dengan pohon peneduh yang bereret di
tepinya. Padahal, jalan aspal yang tak berpohon pelindung memancarkan panas yang
sangat kuat.
3. Pembangunan gedung
tinggi dan bertingkat menurunkan suhu maksimum dalam kota sampai kurang-lebih 6oC.
gedung yang relatif rendah dan terbuat dari bahan yang menyerap panas dapat
menimbulkan lingkungan yang panas dalam kota .
Hal inilah yang mendorong perencana kota
di negara yang sudah maju untuk membangun tempat parkir mobil dalam bentuk
bangunan bertingkat.
Gejala suhu udara kota yang lebih panas di pusatnya daripada suhu di
sekeliling kota itu menjadi masalah yang sangat
penting di kota
yang terletak di daerah tropik atau subtropik.
Dari uraian di atas dapatlah
kiata menyadari, bahwa di dalam perencanaan pengembangan kota ,
peranan taman, tanaman, dan pohon cukup besar, bukan saja berguna sebagai
penghias kota ,
tetapi juga untuk menciptakan suasana lingkungan yang nyaman.
Keanekaragaman dan Kemantapan dalam Kota
Asas 13 yang menyinggung
hubungan antara keanekaragaman dan kemantapan mempunyai implikasi terhadap
organisasi ekonomi kota .
Kota dengan satu jenis industri mempunyai
kecermatan penggunaan energi yang tinggi, karena kota yang serupa itu mampu menghasilkan
produksi yang besar dengan pembiayaan yang sekecil-kecilnya. Tetapi kota semacam itu mempunyai tingkat keanekaragaman yang
rendah, sebab seluruh kota
telah dikuasai oleh hampir satu jenis industri saja. Ekonomi kota
menjadi sangat rawan terhadap segala bentuk stagnasi ekonomi, misalnya apabila
terjadi hambatan pemasaran hasil
industri, maka kota
tersebut menjadi lumpuh. Ada kesamaan yang menarik antara komunitas alam dan
industri besar, keduanya merupakan suatu lingkungan dengan keanekaragaman hidup yang rendah, sehingga apabila terjadi
perubahan yang drastis pada perusahaan tersebut, maka perusahaan tersebut tidak
dapat bereaksi dengan perubahan, akibatnya perusahaan akan bangkrut dan banyak
karyawan yang di rumahkan, karyawan banyak yang kehilangan pekerjaan dan tidak
dapat berbuat apa-apa karena tidak dapat mencari pekerjaan lain (pekerjaan
sudah terspesialisasi). Meskipun kesamaan antara alam dan dunia industri tidak
sempurna.
Untuk mengatasi hal tersebut,
sebaiknya kota-kota mempunyai industri kecil serta industri-industri rumah
tangga yang dapat menyokong kelangsungan hidup kota
tersebut, apabila salah satu industri terkena goncangan masih ada industri lain
yang dapat menopang kelangsungan hidup sebuah kota .
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Telah diketahui sejak dahulu,
semakin jauh jarak antara dua daerah, biaya angkutan produksi semakin mahal.
Sejak tahun 1826, Thunen mengetahui adanya hubungan antara harga hasil
pertanian dan pola pelaksanaan tataguna tanah. Artinya, terdapat suatu cara
yang optimum untuk menentukan tanah pertanian dalam hal jaraknya dari pusat
pemakaian dan pemasaran hasil pertanian. Jelasnya, ialah, makin dekat tanah itu
kepada pusat penyebaran penduduk yang padat, makin tinggi nilai tanah itu,
karena produksi bersih (setelah diambil biaya angkutan) memang makin tinggi.
Asas ini memang benar baik untuk hubungan jarak antara kota , wilayah, maupun negara. Ini berarti
pula penduduk di kampung, di kota kecil, atau di
kota besar
cenderung untuk sedapat mungkin berusaha menekan pengeluaran biaya angkutan.
Oleh karena itu, dalam
perencanaan pengembangan wilayah patut diperhatikan, bahwa penekanan biaya
angkutan dalam membangun wilayah perlu dipertimbangkan secara khusus dan
dilaksanakan sebesar mungkin. Terutama dengan makin sukarnya bahan energi untuk
angkutan, di masa yang akan datang maslah pengangkutan akan membawa akibat yang
semakin berat. Kalau angkutan pupuk ke daerah pertanian ternyata semakin mahal,
hasil produksi pun akan didukung oleh pembiayaan pengolahan yang mahal pula.
Hal ini akan mengakibatkan pula naiknya harga hasil pertanian itu. Adanya
kenyataan, berkembangnya pusat pertanian di daerah pertanian yang subur seperti
yang nampak sekarang dihindarkan di mas yang akan datang. Kita harus mempunyai
pandangan yang baru dalam merencanakan pengembangan wilayah di hari kemudian,
dengan efisiensi penggunaan energi menjadi dasar pertimbangan nyata.
Perencanaan Nasional
Dalam membahas pertimbangan
yang menyangkut perencanaan nasional pertama sekali memang perlu diingat adanya
kenyataan, bahwa bahan bakar (minyak dan gas bumi) akan semakin mahal dan
semakin susah diperoleh di kemudian hari. Jadi sistem angkutan di dalam negeri
dan di luar negeri harus diatur serasional mungkin. Perencanaan yang rasional
diperlukan pula dalam hal penggunaan bahan pangan. Ekosistem yang paling
memenuhi harapan untuk menghasilkan bahan pangan di masa yang akan datang
adalah daerah di sekitar daratan dan lepas pantai. Setiap bentuk pengrusakan
daerah ini di masa sekarang akan mempunyai pengaruh fatal di masa yang akan
datang. Misalnya, pengrusakan dalam bentuk pengaliran sisa bahan pestisida,
metal, dan bahan buangan dari daerah pertanian dan industri ke muara sungai,
kemudian ke daerah subur di tepi pantai. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya
pengaruh pada sumber alam biologi di sekitar daerah lepas pantai.
Persoalan paling berat yang
dihadapkan kepada ilmu lingkungan, ialah yang menyangkut tujuan nasional.
Apakah sebaiknya tujuan akhir sebuah negara itu? Apakah perkembangan ekonomi
yang maksimum ataukah kecermatan ekonomi yang sebaik mungkin? Perlukah
dipertimbangkan penggunaan energi secermat mungkin dalam usaha pembangunan dan
perkembangan di sebuah negara. Menarik sekali adalah cara Jepang meningkatkan
Penghasilan Nasional Kotor, antara lain dengan jalan menekan jumlah serta
kecepatan kelahiran. Dalam bab sebelumnya memang dikemukakan, bahwa kecepatan
kelahiran bayi yang terlalu tinggi akan mengubah struktur-umur dalam populasi
manusia. Hal ini akan mengurangi keuntungan ekonomi yang sepatutnya diperoleh
suatu negara. Sebabnya, ialah karena biaya banyak diserap bagi kepentingan
memelihara dan mendidik anak serta bentuk pelayanan sosial yang lain. Dalam
waktu yang sama, sebuah negara baru dapat meningkatkan penghasilan ekonominya,
kalau penduduk memang sedemikian rupa, sehingga berada dalam batas kemampuan
sumber alam dalam negara itu, untuk mendukung peningkatan tersebut. Patut
diharapkan, bahwa suatu negara memahami pentingnya sumber alam sebagai penentu
vitalitas bangsa, dan kemudian akan mengelola sumber daya alam secara wajar dan
sepantasnya. Baik sumber alam itu merupakan materi, energi, ruang, waktu,
maupun keanekaragaman.
STRATEGI UMUM BAGI UMAT MANUSIA
TIK : Setelah selesai mengikuti perkuliahan pada BAB IX ini,
diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang strategi umum bagi umat manusia.
MATERI :
PENDAHULUAN :
Dalam bab ini akan dibahas mengenai
strategi umum bagi umat mamusia, yang akan diberikan dalam satu kali pertemuan.
PENYAJIAN :
Penduduk dunia sudah terlampau
penuh dihuni oleh manusia, hal ini menjadi perbincangan bagi pihak-pihak yang
merasa optimis dan yang sudah merasa pesimis kalau bumi ini sudah terlampau
penuh sesak dengan manusia.
Pandangan Pihak Optimis
Pandangan ini berpendapat bahwa
dunia sama sekali tidak kritis karena adanya kepadatan manusia yang tinggi. Hal
yang menyokong pendapat ini adalah:
1. Banyak bagian di muka
bumi ini yang masih belum dihuni oleh manusia secara padat, bagian yang padat
adalah di perkotaaan, sementara itu di luar kota atau di desa-desa penduduknya masih
jarang
2. Banyak bagian di bumi
ini yang memiliki penduduk yang lebih padat di masa lampau dibandingkan dengan
di masa sekarang, bagian bumi yang masih kosong tersebut dapat menampung
penduduk bumi di masa yang akan datang.
Adanya hubungan yang erat
antara peningkatan populasi dan perkembangan serta kemajuan bangsa menurut Clark (1967) ada empat macam pendapat:
1. Ekonomi skala
Dalam sektor non pertanian suatu sistem
ekonomi, peningkatan input buruh pada suatu usaha akan meningkatkan hasil per
unit buruh itu. Populasi yang tinggi justru akan menurunkan biaya per unit
dalam melatih orang untuk memiliki profesi tertentu. Ekonomi skala menunjukkan
bahwa pada skala populasi yang besar akan nampak dibutuhkan modal yang lebih
kecil per unit produksi dibandingkan dengan populasi kecil, demikian pula biaya
hidup perkapita akan menurun apabila populasi itu naik. Meskipun demikian pasti
ada aspek yang menurun yaitu aspek social.
2. Alasan daya
peningkatan
Dalam populasi yang sedang meningkat dengan
pesat, suatu kekeliruan dalam menanamkan modal mempunyai kesempatan baik untuk
ditukarkan ke usaha yang lebih tepat.
Dalam ekonomi yang cepat tumbuhnya, suatu hambatan pertumbuhan usaha
akan menimbulkan kerugian yang berat.
3. Lokasi berbagai
kemudahan
Pengeluaran biaya upah buruh tinggi dalam
negara yang padat penduduknya, namun demikian kota besar dengan berbagai perusahaan
tersebut mempunyai kompensasi upah buruh dengan cara buruh mendapatkan barang
adalah mudah
4. Hubungan antara
pertumbuhan populasi dengan kebebasan pribadi
Populasi yang menurun di Eropa pada abad
14-15 ternyata menimbulkan kekakuan dalam kehidupan ekonomi. Sebaliknya
kemungkinan orang mendapatkan posisi yang lebih tinggi pada perusahaan yang
sedang maju memang lebih besar dari pada perusahaan yang sedang mengalami
kemunduran.
Pihak optimis ini merasa yakin
bahwa manusia akan dapat mengatasi hampir semua masalah , selama masih dapat
memperoleh energi dan teknologi. Kecerdikan manusia akan selalu dapat menemukan
cara untuk memperoleh energi yang murah serta inovasi teknologi yang
dikehendaki.
Pandangan Pihak Pesimistis
Pandangan pihak optimis
ditentang oleh pihak pesimis dalam hampir semua alasan yang dikemukakan.
Perikemanusiaan dihadapkan pada berbagai masalah yang berbeda-beda karena
peningkatan populasi. Masalah social, kekeliruan pengelolaaan faktor lingkungan
dan demografi, masalah sanitasi dan kesehatan masyarakat, penurunan jumlah
persediaaan sumberalam, degradasi sifat fisika dan kimia bumi, semua itu akibat
meningkatnya populasi manusia di dunia.
Penentang teori optimisme
beranggapan bahwa pihak optimis itu bergantung pada kebingungan yang didasarkan
atas empat perkiraan mutlak dan tegas, tetapi rapuh. Keempat perkiraan tersebut
adalah:
1. Manusia sebagai suatu
spesies jasad hidup tak akan mampu
menghancurkan peradaban
2. Sumber alam tak pernah
akan habis oleh karena itu tidak perlu dilindungi dan diawetkan pemakaiannya.
3. Penambahan ilmu
pengetahuan manusia beserta penemuan teknologinya tidak akan kunjung habis,
oleh karena itu kehadirannya di muka bumi dapat dijamin.
4. Oleh sebab itu
populasi manusia dapat terus meningkat setinggi-tingginya menurut keinginan
manusia itu sendiri
Suatu fakta yang diabaikan oleh
manusia bahwa manusia di tempat dimana dia tinggal telah merusak alam misalnya
adanya kebakaran hutan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia telah mampu
merusak kehidupan planet bumi. Hal lain lagi bahwa daerah tapak kebudayaaan
manusia yang hancur sekarang disebabkan karena kerusakan lingkungan berupa
penggundulan hutan sehingga terjadi kebanjiran, eksploitasi sumberalam tanpa
mengindahkan kebijakan akan berakibat pada degradasi tanah pertanian.
Ditinjau dari Ilmu Lingkungan
bahwa sejarah manusia memang didasari pada cirri nomaden. Manusia mampu
mengembangkan peradaban sampai pada tingkat tertinggi di muka bumi ini, selama
disana terdapat cukup sumber alam. Dalam rangka mengembangkan peradabannya itu
sumberalam dalam lingkungan nya akan semakin habis dan rusak, pada saat itu
kekayaan peradaban akan semakin menurun, dan pada saat itu mereka akan
meninggalkan daerah tersebut dan
kemudian mencari tempat yang baru.
Keadaan Demografi
Pertambahan penduduk dunia
meningkat dengan pesat tanpa kecuali dimanapun termasuk darah tropik dan
subtropik. Menurut Holdrigde daerah ini peningkatan populasi manusia meningkat
dengan cepat sehingga kebutuhan akan tanah untuk pemukiman dan pertanian makin
meningkat pula.
Sedangkan di Indonesia
kepadatan penduduk ditandai oleh beberapa karakteristik:
1. Laju pertambahan
penduduk yang besar dan cepat
2. Penyebaran penduduk
yang tidak merata
3. Komposisi penduduk
menurut umur
4. Arus urbanisasi yang
tinggi
Cepatnya perkembangan penduduk
tersebut, disamping tingginya tingkat kelahiran, juga menurunnya tingkat kematian
karena makin banyaknya sarana-sarana kesehatan. Penyebaran penduduk yang tidak
merata ini seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa antara pulau yang
satu dengan yang lainnya penyebaran penduduk tidak merata, Pulau Jawa merupakan
daerah yang paling padat penduduknya. Komposisi penduduk menurut umur dan
kelamin penduduk Indonesia adalah 0 – 14
tahun berjumlah 44,1%; kelompok umur 15 – 64 tahun berjumlah 53,4% dan kelompok
umur diatas 65 tahun berjumlah 2,5%. Perbedaan kelompok umur ini mempunyai arti
sangat penting, karena kelompok umur dibawah 15 tahun ini merupakan kelompok
yang belum produktif dan merupakan beban. Kelompok produktif adalah berumur
antara 15 – 64 tahun, sedangkan diatas 65 tahun juga termasuk usia tidak
produktif. Besarnya proporsi menurut golongan umur ini akan menentukan produksi
nasional dan beban pemeliharaan di bidang pendidikan, kesehatan, dan proteksi
sosial lainnya. Arus urbanisasi terjadi akibat bertambahnya penduduk di
pedesaan . Sarana desa yang tidak mungkin memberikan penghidupan yang layak
kepada penduduknya, sehingga dapat menurunkan tingkat kehidupannya. Tingginya
tingkat kelahiran di pedesaan, menurunnya lahan pertanian, menyebabkan banyak
penduduk desa yang pindah ke kota .
Arus perpindahan penduduk ini menyebabkan cepatnya perkembangan penduduk di
daerah perkotaan disamping penambahan alami penduduk perkotaan itu sendiri.
Pertambahan penduduk yang cepat ini mempengaruhi berbagai masalah di bidang
tenaga kerja, pendidikan, kesehatan, penyediaan pangan, perumahan dan
lingkungan.
Dalam rangka penekanan laju
pertambahan penduduk dan menaikkan taraf hidup masyarakat, maka dilakukan
berbagai usaha seperti mendorong masyarakat ke arah pembentukan keluarga kecil
melalui program Keluarga Berencana, usaha perbaikan di bidang pendidikan dan
kesehatan untuk mendapatkan masyarakat yang berkwalitas tinggi baik fisik
maupun mental spiritual untuk menopang pembangunan nasional.
Bahan Mineral
Dalam jangka waktu yang pendek
kita akan menghabiskan bahan mineral. Kaum optimis menentang pendapat ini,
karena kaum ini beranggapan bahwa dalam waktu singkat kita akan menemukan
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang dapat dimanfaatkan untuk mengeruk
bahan mineral dari dasar laut, atau dapat digunakan untuk membuat bahan mineral
sebagai pengganti yang habis. Ada
sebuah ramalan bahwa PLTN akan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
pada tahun 2010.
Namun ada hambatan yang cukup
berat karena harga uranium oksida sebagai bahan bakunya terlalu mahal, sehingga
era nuklir menjadi sesuatu yang mahal. Kebutuhan akan nuklir meningkat dengan
pesat sedemikian rupa di masa datang, sehingga keperluan akan energi nuklir
akan berlipat dua kali dalam kurun waktu 2,4 tahun; lain dengan kebutuhan
minyak bumi yang berlipat dua kali dalam 10 tahun.
Pengadaan energi bagi kebutuhan
manusia semakin hari semakin memprihatinkan, sehingga diperlukan strategi untuk
mendapat sumber energi baru yang lain (misalnya energi geothermal) dan
penghematan pemakaian energi, kondisi ini harus ditempuh dengan penuh
kesadaran.
Pengaruh Peningkatan Populasi terhadap Penghidupan
Ekonomi
Untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia, faktor ekonomi menjadi faktor yang paling dominan,
sehingga dibutuhkan pengelolaan. Pengelolaan perekonomian ini berhubungan erat dengan berbagai masalah
lingkungan tempat yang bersangkutan tinggal. Dalam hal-hal tertentu pembangunan
perekonomian terjadi tanpa langsung berpengaruh pada lingkungan seperti
pendirian perbankan, lembaga-lembaga pendidikan. Akan tetapi pembangunan
perekonomian yang meliputi penggalian sumberalam bumi, pembangunan
proyek-proyek industri jelas akan mempengaruhi keseimbangan lingkungan. Tanpa
penggarapan dan pengelolaan yang bijaksana
Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Sifat
Kimia - Fisika Bumi
Manusia mendapatkan unsur-unsur
yang diperlukan dalam hidupnya dari lingkungan. Semakin tinggi kebudayaan
manusia, semakin beranekaragam kebutuhan hidupnya, maka semakin besar jumlah
kebutuhan hidupnya yang diambil dari lingkungan. Oleh sebab itu semakin besar
pula perhatian manusia terhadap lingkungan.
Perhatian dan pengaruh manusia
terhadap lingkungan semakin meningkat pada zaman teknologi yang maju. Kegiatan
manusia ternyata mulai mempengaruhi kseimbangan berbagai gas planet bumi,
mempengaruhi siklus nitrogen serta komponen lain yang dinamis. Mekanisme
tentang bagaimana cara manusia mempengaruhi sifat kimia dan sifat fisika bumi
pada dasarnya serupa untuk berbagai gejala. Contohnya adalah bagaimana manusia
mempengaruhi lingkungan secara kimiawi dengan kata lain bagaimana manusia
mencemari lingkungan ?.
Pencemaran lingkungan adalah
perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan
manusia, disebabkan karena perubahan pola penggunaan energi dan materi,
tingkatan radiasi bahan-bahan fisika dan kimia. Perbuatan ini dapat
mempengaruhi langsung kepada manusia, atau tidak langsung melalui air, , hasil pertanian-peternakan, perilaku
manusia di alam bebas.
Mahluk hidup seperti manusia
selalu mencemari lingkungan karena tingkat lakunya, karena membuang kotoran
akibat proses pencemaran dan metabolisme. Kepadatan penduduk dan peningkatan
kebudayaan mensyaratkan kenaikan standar hidup. Hal ini terjadi dengan
mengorbankan sumber-sumber alam dengan
membuang sisa-sisa (limbah ) ke alam. Manusia telah menguasai lingkungan baik
karena jumlahnya yang banyak maupun karena ulahnya yang semakin cerdas.
Seberapa besar bahaya di Teluk Jakarta ,
para ahli memang belum sepakat, tetapi gejala penyakit Minamata memang ada di
perkampungan di wilayah itu (Sastrawijaya, 1991). Penyakit yang melumpuhkan “pusat jaringan
syaraf”, karena penderita keracunan air raksa. Logam berat tersebut masuk
melalui ikan-ikan, ikan-ikan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat disana. Hal
yang sama terjadi di teluk Buya Minahasa yang baru-baru ini diributkan orang.
Gambaran di atas adalah
sekelumit mengenai pengaruh kimia
terhadap lingkungan besar sekali., apa yang harus dilakukan oleh instansi
terkait khususnya pemerintah?. Untuk mengelola bahan kimia beracun agar ramah
lingkungan dan mempunyai derajat keamanan tinggi diperlukan peningkatan upaya
pengelolaan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional.
Pada tahun 1987 Indonesia
melalui Departemen Kesehatan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup telah membuat
Undang-Undang mengenai bahan berbahaya. Anonim pada dasarnya ada dua masalah
pokok :
1. Kurangnya informasi
ilmiah yang memadai untuk menilai resiko penggunaan bahan kimia
2. Kurangnya sumberdaya
manusia untuk menilai bahan kimia yang datanya telah ada.
Untuk mengatasi hal tersebut
dan guna tercapainya sasaran pengelolaan bahan kimia beracun dalam menunjang
pembangunan, maka strategi pengelolaan bahan kimia beracun dibagi kedalam empat
bidang, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan
dan kapasitas nasional dalam pengelolaan bahan-bahan kimia
2. Penyerasian klasifikasi
dan pelabelan bahan-bahan kimia beracun
3. Penyebarluasan
informasi tentang bahan-bahan kimia beracun dan resiko-resiko kimia
4. Penurunan resiko dan
pencegahan lalu lintas domestik maupun internasional yang tidak sah.
Tercapainya strategi di atas
tidak akan terlepas dari partisipasi semua pihak, baik itu melalui komitmen
pribadi, kapasitas intelektual, perilaku dari struktur legalisasi yang mengatur
dan mendorong guna tercapainya sasaran di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1997, Ringkasan Agenda 21 Indonesia
(Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan), Kantor Menteri Negara
Lingkungan Hidup, United Nations Development Program.
Catenese, A.J. and Sayder, J.C., 1988,
Perencanaan Kota, Wahyudi (Ed.), Edisi ke-II, Erlangga, Jakarta .
Sastrawijaya, A.T., 2000, Pencemaran
Lingkungan, Cet. II, Rineka Cipta, Jakarta .
Sipardi, I, 2003, Lingkungan Hidup dan
Kelestariannya, Cet. II, Alumni, Jakarta .
Soeriaatmadja, R.E., 1989, Ilmu Lingkungan,
Edisi ke-IV, ITB, Bandung .
Suripin, 2002, Pelestarian Sumber Daya
tanah dan Air, ANDI, Yogyakarta .
Wartasaputra, S., 1990, Prioritas
Pelestarian Hidupan Liar, dalam Majalah Hidupan Liar Indonesia , Vol. I No. 1, Masyarakat
Pelestarian Hidup Liar Indonesia .
No comments:
Post a Comment