BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Lokomosi pada hewan
sangat beranekaragam. Sebagian besar filum hewan meliputi speises yang
berenang, di darat, dan didasar laut dan danau, hewan merayap, berjalana, berlari
atau melompat. Terbang aktif ( berbeda dengan meluncur ke bawah dari pohon
tabah berbukit) telah dievoluisikan hanya pada beberapa kelompok hewan saja:
sserangga, reptilian burung, beberapa mamalia, dan kelelawar.
Sekelompok besar
reptilian terbang telah punah jutaan tahun silam, yang hanya menyisikan burung
dan kelelawar sebagai vertebrata satu-satunya.
Dalam segala bentuk, lokomosi pada seeko hewan memerlukan energi untuk mengatasi dua gaya yang cendeerung mempertahankannya untuk tetap diam: fiksi dan gravitasi. Gaya yang diberikan memerlukan kerja seluler yang menghabiskan energi.
Dalam segala bentuk, lokomosi pada seeko hewan memerlukan energi untuk mengatasi dua gaya yang cendeerung mempertahankannya untuk tetap diam: fiksi dan gravitasi. Gaya yang diberikan memerlukan kerja seluler yang menghabiskan energi.
Air adalah medium yang jauh lebih rapat dibandingkan dengan udara, dengan demikian permasalahan tahanan (fiksi) merupakan permasalahan utama bagi hewan aquatic. Bentuk sepeerti torpedo dan licin merupakan adaptasi yang umum bagi perenang cepat, dan berenang cenderung menjadi cara lokomosi yang paling efisien secara energi.
Hewan berenang dengan berbagai cara. Banyak serangga dan vertebrata berkaki empat menggunakan kakinya sebagai kayuh untuk mendorong air. Cumi-cumi, remis, dan beberapa cnidaria bergeerak dengan dorongan, yaitu mengambil air dan memencarkannya kel;uar dalam bentuk semburan. Ikan berenang dengan menggerakakn badan dan ekornya dari sisi ke sisi. Paus dan mamalia aquatic lainnya bergerak dengan menggerakakn dan melenggak-lenggokan badan dan ekornya keatas dan ke bawah.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa Pengertian Lokomosi dan Pergerakan ?
2. Apa Saja Tipe Otot dan Sistem Rangka?
3. Apa Saja Jenis Lokomosi dan Contohnya ?
4. Bagaimana Otot Rangka Vertebrata?
5.
Bagaimana Ongkos Energi Lokomosi ?
C. Tujuan
Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Tentang Lokomosi
dan Pergerakan
2. Untuk Mengetahui Tipe Otot dan
Sistem Rangka
3. Untuk Mengetahui Jenis Lokomosi
dan Contohnya
4. Untuk Mengetahui dan Memahami
Otot Rangka Vertebrata
5. Untuk Mengetahui Ongkos Energi
Lokomosi
D. Manfaat Penulisan
1.
Dapat
menyelesaikan tugas Fisiologi Hewan
2.
Dapat mengetahui dan
memahami lokomosi dan pergerakan
3.
Dapat mengetahui
dan memahami tipe otot dan sistem rangka
4.
Dapat mengetahui
dan memahami jenis lokomosi,contoh dan ongkos energinya
5.
Dapat mengetahui
dan memahami otot rangka vertebrata
E. Sistematika Penulisan
1. Tinjauan
Pustaka
Mencari
bahan dengan sumber buku dan internet.
Menyajikan
dalam bnetuk makalah tentang pergerakan dan lokomosi
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
INTERAKSI FISIK FILAMEN-FILAMEN PROTEIN
DIBUTUHKAN BAGI FUNGSI OTOT
Otot merupakan . Fungsi dari otot yaitu untuk
menghasilkan pergerakan; menyokong tubuh; dan menstabilkan sendi-sendi rangka.
Berbagai bentuk perilaku hewan misalnya,
manuver melarikan diri dari ngengat yang mendeteksi sonar kelelawar; gerakan
renang udang karang yang terbalik akibat statokista yang dimanipulasi, gerakan
mencari makan hydra ketika mengecap glutation; dan pergerakan planaria yang
menjauhi cahaya merupakan mekanisme-mekanisme fundamental yang umum terjadi.
Terbang, berenang, makan, dan merayap, semua membutuhkan aktivitas otot sebagai
respons terhadap masukan sistem saraf.
Fungsi sel otot bergantung pada
mikrofilamen-mikrofilamen yang merupakan komponen-komponen aktin dari
sitoskeleton yang berupa batang padat berdiameter sekitar 7 nm. Dengan bergabung dengan protein
lain, mikrofilamen sering membentuk jalinan tiga dimensi persis di dalam
membran plasma, yang membantu mendukung bentuk sel. Aktivitas mikrofilamen
menyebabkan pergerakan seperti aliran sitoplasma dan gerak ameboid. (gerak sel
tunggal protista, cendawan, dan hewan yang menggunakan protoplasmanya yang
mengalir keluar dari sel unuk membentuk semacam kaki semu atau pseudopod,
kemudian bagian sel yang tertinggal maju ke arah pseudopod hingga menghasilkan
gerak sel di suatu permukaan.[1]
Di otot, gerakan mikrofilamen yang
ditenagai oleh energi kimiawi menyebabkan kontraksi; pemanjangan otot hanya
berlangsung secara pasif.[2]
B.
OTOT RANGKA VERTEBRATA
Otot rangka (skeletal muscle) vertebrata, yang melekat ke tulang dan bertanggung
jawab terhadap pergerakannya, dicirikan oleh hierarki unit-unit yang semakin
kecil. Sebagian besar otot rangka terdiri dari seberkas serat-serat panjang
yang paralel terhadap panjang otot. Setiap serat adalah sel tunggal dengan
nucleus ganda, yang mencerminkan pembentukannya melalui fusi berbagai sel
embrionik. Satu serat otot mengandung seberkas miofibril (myofibril) yang lebih kecil dan tersusun secara longitudinal.
Myofibril sendiri terdiri dari filamen tipis dan filamen tebal. Filamen tipis (thin filament) terdiri dari dua untai
aktin dan dua untai protein regulasi yang melilit satu sama lain. Filamen tebal
(thick filament) adalah susunan
molekul-molekul myosin yang terputus-putus.
Otot rangka disebut juga otot lurik
(striated muscle) karena susunan
filamen-filamen yang teratur menciptakan suatu pola pita terang dan gelap.
Setiap unit yang berulang disebut sarkomer (sarcomere),
unit kontraktil dasar otot. Perbatasan sarkomer berjejer pada myofibril
terdekat dan berkontribusi terhadap penampakan lurik yang terlihat dibawah
mikroskop cahaya. Filamen-filamen tipis melekat di garis Z dan menjulur ke tengah sarkomer, sementara filamen-filamen
tebal melekat di garis M di tengah sarkomer. Dalam serat otot pada kondisi
istirahat, filamen tebal dan tipis hanya tumpang-tindih sebagian. Di dekat tepi
sarkomer hanya terdapat filamen tipis, sementara zona di bagian tengah hanya
mengandung filamen tebal. Susunan ini merupakan kunci bagaimana sarkomer, dan
dengan demikian keseluruhan otot berkontraksi.[3]
Peraga 50.25 Struktur
Otot Rangka.
1.
MODEL FILAMEN LUNCUR DARI KONTRAKSI OTOT
Berdasarkan model
filamen-luncur (sliding-filament model)
dari kontraksi otot, panjang filamen-filamen tipis atau filamen-filamen tebal
tidak berubah ketika sarkomer memendek; sebagai gantinya, filamen-filamen
saling meluncur melewati satu sama lain secara longitudinal, sehingga
meningkatkan tumpang-tindih terhadap filamen tipis dan filamen tebal.
Peluncuran filamen
didasarkan pada interaksi antara myosin dan molekul-molekul aktin yang menyusun
filamen tipis dan tebal. Setiap molekul myosin terdiri dari wilayah “ekor” yang
panjang dan wilayah “kepala” membulat yang membentang ke samping. Ekor melekat
ke ekor dari molekul myosin lain yang membentuk filamen tebal. Kepala merupakan
pusat reaksi bioenergetik yang memberi tenaga bagi kontraksi otot. Kepala dapat
mengikat dan menghidrolisis ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik. Seperti yang
ditunjukkan pada peraga 50.27, hidrolisis ATP mengubah myosin menjadi bentuk
bernergi-tinggi yang dapat berikatan dengan aktin, membentuk jembatan-silang,
dan menarik filamen tipis ke arah pusat sarkomer. Jembatan-silang itu patah
ketika molekul ATP baru berikatan ke kepala myosin. Dalam siklus yang
berulang-ulang, kepala yang bebas menyibak ATP baru dan melekat ke situs
pengikatan baru pada molekul aktin lain yang terletak lebih jauh di sepanjang
filamen tipis. Masing-masing dari sekitar 350 kepala filamen tebal membentuk
dan membentuk kembali sekitar lima jembatan-silang per detik, mendorong
filamen-filamen melewati satu sama lain.
Serat otot yang khas
saat istirahat mengandung ATP yang hanya cukup untuk beberapa kontraksi. Energi
yang dibutuhkan untuk kontraksi berulang-ulang disimpan dalam dua senyawa yang
lain: keratin fosfat dan glikogen. Keratin fosfat dapat mentransfer gugus
fosfat ke ADP untuk menyintesis ATP tambahan. Suplai keratin fosfat saat
istirahat cukup untuk mempertahankan kontraksi selama sekitar 15 detik.
Glikogen dipecah menjadi glukosa, yang dapat digunakan untuk menghasilkan ATP
melalui respirasi aerobik atau glukolisis (dan fermentasi asam laktat). Dengan
menggunakan glukosa dari simpanan glikogen serat otot yang khas, glikolisis
dapat mendukung sekitar 1 menit kontraksi yang dipertahankan, sementara
respirasi aerobik dapat memberi tenaga untuk kontraksi selama hampir satu jam.[4]
Peraga 50.26 Model filamen-luncur dari
kontraksi otot.
Peraga 50.27 Interaksi myosin-aktin yang
mendasari kontraksi serat otot.
2.
Peran Kalsium dan Protein-protein Regulasi
Ion kalsium (Ca2+) dan protein-protein yang terikat ke aktin berperan
sangat penting dalam kontraksi dan relaksasi sel otot. Tropomiosin, suatu
protein regulasi dan kompleks troponin (tropinin kompleks),
seperangkat protein regulasi tambahan,terikat ke untaian aktin dari filamen
tipis. Dalam serta otot yang sedang beristirahat, tropomiosin menutupi situs
pengikatan miosin di sepanajang filamen tipis, mencegah aktin dan miosin
berinteraksi (Peraga 50.28a). Ketika Ca2+ terakumulasi di dalam
sitosol, ia beriakta dengan kompleks troponin, menyebabkan protein-protein yang
terikat di sepanjang untaian aktin menggeser posis dan memaparkan situs pengikatan
miosin di filamen tipis (Peraga 50.28b). Dengan demikian, ketika konsentrasi Ca2+
naik di sitosol, filamen tipis dan tebal meluncur melewati satu sama
lain, dan serat otot bekontraksi. Ketika konsentrasi Ca2+ menurun, situs pengikatan
menjadi tertutup dan kontraksi berhenti.
Neuron
motorik menyebabkan kontraksi otot dengan memicu pelepasan Ca2+ ke
dalam sitosol sel otot yang membentuk sinapsis dengan neuron tersebut. Regulasi
konsentrasi Ca2+ ini merupakan proses multi langkah yag melibatkan
jejaring membran dan kompartemen di dalam sel otot (Peraga 50.29)
Kedatangan
potensi aksi di terminal sinapsis suatu neuron motorik menyebabkan pelepasan
neurotransmiter asetilkolin. Pengikatana asetilkolin ke reseptor di serat otot
menyebabkan depolarisasi, yang memicu potensial aksi. Didalam serat otot,
potensial aksi menyebar jauh kedalam interior,mengikuti pelipatan membran
plasma ke dalam yang disebut tubulus transversal (transverse [T] tubule). Tubulus T memiliki hubungan yang dekat dengan retikulum
sarkoplasmik (RS,
sarcoplasmikc reticulum),
suatu retikulum endoplasma yang terspealisasi. Penyebaran potensial aksi
disepanjang tubulus T memicu perubahan dalam RS, sehingga membuka saluran Ca2+.
Ion-ion kalsium yang tersimpan dalam interior RS mengalir melalui saluran yang
terbuka ke dalam sitosol dan berikatan ke kompleks troponin, sehingga memulai
kontraksi serat otot.
Ketika
masukan neuron berhenti, sel otot berlaksasi. Saat berlaksasi, filamen-filamen
meluncur kembali ke posisi awal. Selama fase ini, protein-protein di dalam sel
menyetel ulang otot untuk siklus kontraksi berikutnya. Relaksasi dimulai saat
protein transpor dalam RS memompa Ca2+ keluar dari sitosol. Ketika
konsentrasi Ca2+ dalam sitosol rendah, protein-protein regulasi yang
berikatan ke filamen tipis bergeser kembali ke posisi awal, sekali lagi menghalangi
situs pengikatan miosin. Pada saat yang sama, Ca2+ meyediakan
simpanan yang diperlukan untuk merespon potensial aksi berikutnya.
Sejumlah
penyakit menyebabkan paralisis dengan menggangu eksitasi serat otot rangka oleh
neuron motorik. Dalam sklerosis lateral amiotrfik (amyotrophic lateral sclerosis, ALS), juga disebut penyakit Lou Gehrig, neuron-neuron
motorik dalam sumsum tulang belakang dan batang otak berdegenerasi, dan
serat-serat otot yang bersinapsis dengan neuron-neuron motorik tersebut mengalami
atrofi. ALS bersifat progresif dan biasanya berakibat fatal dalam waktu lima
tahun setelah gejala-gejala muncul; saat ini tidak ada penyembuhan atau
pengobatan bagi penyakit ini. Myastenia gravis adalah penyakit autoimun yang
terjadi ketika seseorang memproduksi antibodi terhadap reseptor asetilkolin di
serat otot rangka. Seiring berkurangnya jumlah reseptor ini, transmisi sinapsis
antara neuron motorik dan serat otot menurun. Untungnya, pengobatan efektif
tersedia untuk penyakit ini.
3.
Kontrol Saraf dari
Tegangan Otot
Otot adalah spesialis
kontraksi pada tubuh. Otot rangka melekat ke tulang. Kontraksi otot rangka
menyebabkan tulang tempat otot tersebut melekat bergerak, yang memungkinkan
tubuh melaksanakan berbagai aktivitas motorik.
Otot rangka adalah
organ peka-rangsang yang dipersarafi oleh saraf motorik somatik dalam kesatuan
yang disebut unit motorik (motor unit). Sebuah sel otot rangka
dikenal sebagai serat otot. Ciri struktural yang paling menonjol adalah adanya
banyaknya miofibril, miofibril terdiri dari filamen tebal yang susunannya
khusus dari protein myosin dan filamen tipis yang dibentuk oleh
protein aktin.
Ada 2 mekanisme dasar saat system saraf
memproduksi kontraksi yang bergradasi dari keseluruhan otot :
1). Dengan memvariasikan jumlah serat otot yang
berkontraksi
2). Dengan memvariasikan laju perangsangan serat
otot.
Dalam otot rangka vertebrata, setiap serat
otot dikontrol hanya oleh satu neuron motorik, namun setiap ujung motorik
bercabang-cabang bisa membentuk sinapsis dengan banyak serat otot.
Suatu unit motorik(motor unit) terdiri
dari satu neuron motorik dan semua serat otot yang dikontrolnya.Ketika suatu
neuron motorik menghasilkan potensial aksi, semua serat otot dalam unit
motoriknya berkontraksi sebagai satu kelompok.
Gambar 50.30 Unit
Motorik dalam otot rangka vertebrata.
Setiap serat(sel) otot memiliki sinanpsis tunggal dengan satu neuron motorik
biasanya bersinapsis dengan banyak serat otot.Semua neuron motorik dan semua
serat otot yang dikontrolnya menyusun satu unit motorik.
Mekanisme kesatu, Kekuatan kontraksi yang dihasilkan
bergantung pada seberapa banyak serat otot yang dikontrol oleh neuron motorik
tersebut. Gaya tegangan yang dihasilkan oleh suatu otot meningkat secara
progresif seiring semakin banyaknya neuron motorik pengontrol yang diaktivasi
suatu proses yang disebut perekrutan(recruitment) neuron motorik.
Dari Gambar
tersebut tentu neuron motoriknya berbeda.Gaya tegangan(kontraksi) yang kuat
atau progresif akan banyak neuron motorik yang mengontrol.
Mekanisme
kedua, ketika system saraf memproduksi kontraksi keseluruhan otot yang
bergradasi adalah dengan memvariasikan laju perangsangan serat otot.Potensial
aksi tunggal menghasilkan sentakan yang bertahan selama kira-kira 100 mdetik
atau kurang.Jika potensial aksi kedua tiba sebelum serat otot relaksasi
sepenuhnya, kedua sentakan itu dijumlahkan, sehingga menghasilkan tegangan yang
lebih besar.
Gambar 50.31 Sumasi sentakan.Grafik ini
membandingkan tegangan yang terbangun dalam serat otot sebagai respons terhadap
potensial aksi tunggal dalam neuron motorik, sepasang potensial aksi dan
serangkaian potensi aksi.Garis putus-putus menunjukkan tegangan yang terbangun
hanya jika potensial aksi pertama telah terjadi. Sumasi yang lebih lanjut
terjadi seiring peningkatan laju perangsangan. Ketika laju tinggi sehingga
serat otot tidak bisa berelaksasi sama sekali diantara 2 rangsangan,sentakan
itu berfungsi menjadi satu dan berkelanjutan disebut tetanus(namun jangan diartikan penyakit).Neuron motorik
menghantarkan potensial aksi yang cepat
dan sumasi tegangan mengakibatkan kontraksi yang mulus tidak terputus.
C.
Tipe-tipe Otot
Rangka
Unit
Struktural jaringan otot ialah serat otot.Serat otot rangka berdiamater 0,01-0,1
mm dengan panjang 1-40mm.Besar dan jumlah jaringan, terutama jaringan elastic
akan mengikat sejalan dengan penambahan usia. [5]
Tipe serat-serat otot
Rangka
|
Serat Oksidatif dan Glikolitik
|
Serat Sentakan Cepat dan Sentakan Lambat
|
1.
Serat Oksidatif
dan Glikolitik
Serat
Oksidatif yaitu serat yang mengandalkan respirasi aerobic.Memiliki
banyak mitokondria, suplai darah yang kaya dan protein penyimpan O2
dalam jumlah besar(mioglobin). Serat Glikolitik yaitu glikolisis sebagai
sumber utama ATP.Memiliki diameter lebih besar dan mioglobin yang sedikit.
2.
Serat
Sentakan-cepat dan serat sentakan lambat
a).
Serat Sentakan-cepat(Fast-twitch fiber)
•
Membangun tegangan hingga 3 X
lebih cepat
•
Digunakan untuk kontraksi singkat,cepat dan kuat.
•
Memiliki banyak retikulum endoplasma & memompa Ca2+ lebih cepat
•
Dapat bersifat glikolitik & oksidatif
•
dihub dgn sistem saraf besar, kec rangsangan 8-40m/dt
b). Serat Sentakan-lambat(Slow-twicth fiber)
•
Ditemukan dalam otot yang menjaga postur tubuh, dapat mempertahankan
kontraksi yg lama.
•
Memiliki sedikit retikulum endoplasma & memompa Ca2+ lebih lambat
•
Bersifat oksidatif
Dari gambar ini tentu
berbeda serat sentakan ototnya.
D.
Tipe-Tipe
Otot Lain
Walaupun semua otot
memiliki mekanisme fundamental yang sama untuk kontraksi, ada berbagai tipe
otot yang berbeda. Contohnya pada vertebrata yang memiliki otot jantung dan
otot polos selain otot rangka.
Otot jantung (cardiac
muscle) vertebrata ditemukan hanya di satu tempat
yaitu jantung. Seperti otot rangka, otot jantung bersifat lurik. Akan tetapi,
perbedaan struktural antara serat otot rangka dan otot jantung menghasilkan
perbedaan pada sifat-sifat listrik dan membran. Sementara serat otot rangka
tidak menghasilkan potensial aksi kecuali dirangsang oleh neuron motorik, sel
otot jantung memiliki saluran ion di membran plasma yang menyebabkan
depolarisasi ritmis, memicu potensial aksi tanpa masukan dari sistem saraf.
Potensial aksi sel otot jantung bertahan 20 kali lebih lama daripada serat otot
rangka. Membran plasma sel-sel otot jantung di sebelahnya saling mengunci pada
wilayah terspesialisasi yang disebut cakram interkalar (intercalated disk), tempat
sambungan celah memberikan pengopelan listrik langsung di antara sel-sel.
Dengan demikian, potensial aksi yang dibangkitkan oleh sel-sel terspesialisasi
di satu bagian jantung menyebar ke semua sel otot jantung yang lain, sehingga
seluruh jantung berkontraksi. Periode refraksi yang lama mencegah sumasi dan
tetanus.
Otot
polos (smooth muscle)
pada vertebrata terutama ditemukan di dinding organ yang berongga, misalnya
pembuluh darah dan organ-organ saluran pencernaan. Sel-sel otot polos tidak
berlurik karena filamen aktin dan miosin tidak tersusun teratur di sepanjang
sel. Sebagai gantinya, filamen tersebar di seluruh sitoplasma, dan filamen
tipis meekat ke struktur yang disebut badan padat, beberapa di antaranya
terikat ke memberan plasma. Ada sedikit miosin daripada di dalam serat otot
lurik, dan miosin tidak terasosiasi dengan untai aktin spesifik. Beberapa sel
otot polos berkontraksi hanya jika dirangsang oleh neuron dari sistem saraf
otonom. Yang lain dapat membangkitkan potensial aksi tanpa masukan dari neuron,
mereka terkopel secara elektris satu sama lain. Otot polos berkontraksi dan
berelaksasi lebih lambat daripada otot lurik.[7]
Walaupun kontaksi otot
polos diregulasi oleh Ca2+, mekanisme untuk regulasi berbeda dari
otot rangka dan otot jantung. Sel otot polos tidak memiliki kompleks troponin
atau tublus T, dan retikulum sarkoplasmanya tidak berkembang dengan baik.
Selama potensial aksi, Ca2+ ion kalsium menyebabkan kontraksi
melalui pengikatan ke protein kalmodulin, yang mengaktifkan sejenis enzim yang
memfosforilasi kepala miosin, sehingga
memungkinkan aktivitas jembatan-silang.
Invertebrata memiliki sel
otot yang serupa dengan sel otot rangka dan sel otot polos vertebrata,
sementara otot rangka artropoda nyaris identik dengan vertebrata. Akan tetapi,
otot terbang serangga mampu melakukan kontraksi ritmis dan mandiri, sehingga
sayap dari beberapa serangga bisa benar-benar mengepak lebih cepat daripada
potensial aksi yang datang dari sistem saraf pusat. Adaptasi evolusioner
menarik yang lain ditemukan pada otot ini mengandung suatu protein bernama
paramiosin yang memungkinkan otot tetap berkontraksi selama sebulan dengan laju
konsumsi energi yang rendah.[8]
E.
Sistem
Rangka Mentransformasi Kontraksi Otot menjadi Lokomosi
Sejauh ini telah
diketahui bahwa otot merupakan efektor untuk keluaran sistem saraf. Untuk
menggerakan sebagian atau seluruh tubuh hewan, otot-otot harus bekerja secara
bersamaan dengan rangka. Tidak seperti jaringan yang lebih lunak dalam tubuh
hewan, rangka memberikan struktur kaku yang dapat dilekati oleh otot. Karena
otot mengeluarkan gaya hanya selama kontraksi menggerakan bagian tubuh maju dan
mundur biasanya memerlukan dua otot yang melekat ke bagian rangka yang sama.
Kita dapat melihat susunan otot semacam itu di bagian atas lengan manusia atau
tungkai belalang.
Peraga
50.32 Interaksi otot dan rangka dalam
pergerakan. Gerakan maju-mundur dari bagian tubuh
umummnya dilakukan oleh otot-otot antagonistik. Susunan ini berlaku pada rangka
internal, misalnya pada mamalia atau rangka eksternal pada serangga.
Walaupun kita menyebut otot-otot
semacam itu sebagai pasangan yang antagonistik, fungsinya sebenarnya
kooperatif, dikoordinasikan oleh sistem saraf. Misalnya, ketika Anda meluruskan
lengan, neuron-neuron motorik memicu otot trisep Anda untuk berkontraksi,
sementara ketiadaan masukan neuronal memungkinkan bisep Anda berelaksasi.
Rangka berfungsi sebagai pendukung
dan pelindung serta pergerakan. Sebagian besar hewan darat akan terkulai karena
berat tubuhnya sendiri jika tidak memiliki rangka sebagai pendukung. Bahkan
hewan yang hidup di air akan menjadi massa yang tak berbentuk tanpa rangka yang
mempertahankan bentuknya. Pada kebanyakan hewan, rangka yang keras juga
melindungi jaringan yang lunak. Misalnya, tengkorak vertebrata melindungi otak,
sementara rusuk vertebrata darat membentu snagkar di sekitar jantung,
paru-paru, dan organ-organ internal yang lain.[9]
F.
Tipe-tipe
Sistem Rangka
Rangka sebenarnya
memiliki banyak bentuk yang berbeda bukan seperti yang dibayangkan selama ini,
bahwa rangka merupakan seperangkat tulang yang saling berhubungan.
Struktur-struktur pendukung yang mengeras bisa menjadi eksternal (seperti pada
eksoskeleton), internal (seperti pada endoskeleton), atau bahkan tidak ada
(seperti pada rangka hidrostatik berbasis-cairan).
Rangka
Hidrostatik
Rangka
hidostatik (hydosrtatic skeleton)
terdiri dari cairan yang berada di bawah tekanan dalam kompartemen tubuh yang
tertutup. Ini adalah tipe rangka utama pada sebagian besar knidaria, cacing pipih,
nematoda, dan anelida. Hewan-hewan ini mengontrol bentuk dan pergerakannya
meggunakan otot-otot untuk mengubah bentuk kompartemen yang tersisi cairan. Di
antara knidaria, misalnya hidra memanjang dengan menutup mulutnya dan
menggunakan sel-sel kontraktil pada dinding tubuhnya untuk menyempitan rongga
gastrovaskular sentral. Karena air tidak bisa terlalu terkompresi, penurunan
diameter rongga memaksa rongga itu menjadi lebih panjang.
Cacing menggunakan rangka
hidrostatik dalam berbagai cara untuk bergerak dalam lingkungannya. Pada
planaria dan cacing pipih lainnya, cairan interstisial tetap tertekan dan
berfungsi sebagai rangka hidrostatik utama. Gerakan planaria terutama
dihasilkan dari otot-otot di dinding tubuh yang memberikan gaya lokal melawan
rangka dalam rongga tubuhnya, yang merupakan peudoselom. Kontraksi otot-otot
longitudinal menggerakan hewan maju melalui undulasi, atau gerakan mirip
gelombang pada tubuhnya. Pada cacing tanah dan anelida yang lain, cairan
selomik berfungsi sebagai rangka hidrostatik. Rongga selom pada banyak anelida
dibagi oleh septa di antara segmen-segmen, memungkinkan hewan tersebut mengubah
bentuk setiap segmen secra individual, menggunakan otot-otot sirkular maupun
longitudinal. Anelida semacam itu menggunakan rangka hidrostatiknya untuk
peristalsis, suatu tipe gerakan yang dihasilkan oleh gelombang ritmis kontraksi
otot yang merambat dari depan ke belakang.
Peraga 50.33 Merayap melalui peristalsis. Kontraksi
otot-otot longitudinal mempertebal dan memperpendek cacing tanah; kontraksi
otot-otot sirkular mempersempit dan memperpanjang cacing tersebut.
Rangka hidrostatik cocok sekali untuk
kehidupan di lingkungan akuatik. Rangka itu juga bisa membantali organ-organ
internal dari guncangan dan menyediakan dukungan bagi gerakan merayap dan
meliang pada hewan darat. Akan tetapi, rangka hidrostatik tidak dapat mendukung
aktivitas darat yang menjaga tubuh hewan menjauhi tanah, misalnya berjalan atau
berlari.
Eksoskeleton
Eksoskeleton (exoskeleton) adalah
pembungkus yang terdeposit di permukaan hewan. Biasanya dimiliki oleh hewan
avertebrata. Contohnya pada sebagian besar moluska memiliki cangkang yang
mengandung kalsium karbonat (CaCo3). Selama pertumbuhan dan
perkembangan tubuh dari moluska bercangkang ini akan memperbesar pula ukuran
cangkangnya dengan cara mensekresikan kalsium karbonat oleh mantel dan
menambahkannya dibagian tepi luar cangkang. Untuk bivalvia cara menutuo
cangkang berengselnya menggunakan otot yang menempel pada bagian dalam dari
eksoskeleton (cangkang) tersebut.
Eksoskeleton yang dimiliki oleh
artropoda adalah kutikula. Kutikula ini 30-50% mengandung zat kitin. Pada
kutikula juga terdapat otot yang melekat pada lempeng kutikula yang membentang
ke dalam interior tubuh. Kutikula diperkeras dengan senyawa-senyawa organik
yang bertautan dengan protein-protein eksoskeleton. Artropoda juga harus
membuang eksoskeletonnya dan menggantinya dengan yang lebih besar. Salah satu kelas
dari artropoda yaitu krustasea yang eksoskeletonnya berupa kutikula. Beberapa
jenis krustasea seperti lobster memperkeras bagian eksoskeletonnya dengan
menambahkan garam-garam kalsium. Sebaliknya hanya sedikit menggunakan pertautan
protein atau penumpukan garam anorganik.[10]
Endoskeleton
Endoskeleton adalah struktur dukungan
internal dari hewan. Endoskeleton terdiri dari unsur-unsur pendukung yang
keras. Contohnya tulang yang tertanam pada hewan lunak, seperti spons yang
diperkuat oleh struktur mirip jarum-jarum dan materi organik. Pada
echinodermata endoskeleton terdiri dari lempeng keras yang disebut osikel,
terletak dibawah kulit. Osikel ini tersusun dari Kristal magnesium karbonat dan
kalsium karbonat yang biasanya bersatu dengan serat protein. Sementara itu pada
bulu babi dan bintang laut osikelnya lebih longgar, fungsinya untuk
memungkinkan mereka mengubah bentuk lengannya.
Chordata juga memiliki
endoskeletonnya terdiri dari tulang rawan (kartilago) dan tulang sejati
(osteon). Rangka pada mamalia tersusun dari 200 tulang. Ada tulang yang
menyatu, adapula yang dihubungkan dengan persendian.
Ukuran
dan skala rangka
Ukuran dan skala rangka penting untuk
menentukan bentuk tubuh dari makhluk hidup. Dianalogikan seperti insinyur yang
mendisain bangunan. Missal kekuatan bangunan bergantung pada pondasinya, yang
berkaitan dengan diameternya. Sebaliknya, regangan pada bangunan tergantung
pada bobot bangunannya. Untuk itu, struktur tubuh hewan harus mendukung
ukurannya. Sebagai akibatnya, hewan yang besar memiliki proporsi yang berbeda
dengan hewan kecil.
Dengan analogi bangunan tadi, kita
dapat memprediksi bahwa ukuran tulang tungkai hewan berbanding lurus dengan
regangan yang dihasilkan oleh bobot tubuh. Ternyata postur tubuh posisi tungkai
terhadap tubuh lebih penting dalam menyokong bobot tubuh. Seperti pada mamalia
dan aves. Otot yang melekat pada tulang yang menahan tungkai hewan besar agar
relative lurus dan tedpat di tubuh bagian bawah untuk menahan sebagian bobot
tubuh.
G.
Tipe-tipe
Lokomosi
Pergerakan adalah
ciri khas hewan.Untuk memperoleh makanan, seekor hewan harus bergerak dalam
lingkungannya atau menggerakkan air atau
udara di sekelilingnya.Hewan yang sesil tetap diam menempel, namun melambaikan
tentakel yang dapat menangkap mangsa atau menggerakkkan silia yangbergetar
untuk membuat aliran air yang menarik dan menjerat partikel makanan kecil.Akan
tetapi sebagian besar hewan adalah mobil dan menghabiskan banyak waktu dan
energinya secara aktif mencari makanan, dan untuk melarikan diri dari bahaya
serta mencari pasangan kawin.Lokomosi atau perjalanan aktif dari suatu tempat
ke tempat lain.
Lokomosi
memerlukan energi untuk mengatasi friksi dan gravitasi
Modus lokomosi hewan
sangat beraneka ragam.Sebagian besar filum hewan meliputi spesies yang
berenang.Di darat dan di dasar laut atau danau, hewan merayap, berjalan,
berlari, atau melompat.Terbang aktif (yang berbeda dengan meluncur kebawah dari
pohon atau tanah berbukit) telah dievolusikan hanya pada beberapa kelompok
hewan: serangga,reptilia,burung, beberapa mamalia, dan kelelawar.Sekelompok
besar reptilia terbang telah punah jutaan tahun silam, yang hanya menyisakan
burung dan kelelawar sebagai vertebrata terbang satu-satunya.
Dalam segala bentuknya,
lokomosi pada seekor hewan memerlukan energi untuk mengatasi dua gaya yang
cenderung mempertahankannya untuk tetap diam: friksi dan gravitasi.Gaya yang
diberikan memerlukan kerja seluler yang menghabiskan energi.Dengan demikian, kajian
lokomosi akan mengembalikan kita pada tema bioenergetika hewan.
Berenang
Karena sebagian besar
hewan mengembang dalam air, mengatasi gravitasi bukanlah masalah yang terlalu
berarti bagi hewan yang berenang dibandingkan dengan spesies yang bergerak di darat
atau udara.Air adalah medium yang jauh lebih rapat dibandingkan dengan udara,
dengan demikian permasalahan tahanan (friksi) merupakan permasalahan utama bagi
hewan akuatik.Bentuk seperti torpedo dan licin adalah adaptasi yang umum bagi
perenang cepat, dan berenang cenderung menjadi cara lokomosi yang paling
efisisen secara energi.
Hewan berenang dalam
berbagai cara.Sebagai contoh, banyak serangga dan vertebrata berkaki empat
menggunakan kakinya sebagai kayuh untuk mendorong air.Cumi-cumi, remis, dan beberapa
cnidaria bergerak dengan dorongan, yaitu mengambil air dan memancarkannya
keluar dalam bentuk semburan.Ikan berenang dengan cara menggerakkan badan dan
ekornya dari sisi ke sisi.Paus dan mamalia akuatik lainnya bergerak dengan
menggerak-gerakkan dan melenggak-lenggokan badan dan ekornya ke atas dan ke
bawah.
1.
Lokomosi
di Darat
Secara umum, lokomosi di
darat adalah lawan dari permasalahan yang ditemukan di air.Di darat, hewan yang
berjalan, berlari, melompat, atau merambat harus mampu menopang dirinya sendiri
dan bergerak melawan gravitasi, akan tetapi, paling tidak pada kecepatan
sedang, udara mempunyai tahanan yang relatif kecil.Ketika seekor hewan darat
sedang berjalan, berlari, atau melompat, otot kakinya menghabiskan energi baik
untuk mendorongnya maupun untuk menjaganya supaya tidak jatuh.Pada setiap
langkah otot kakinya juga harus mengatasi inersia (kelembaman) dengan cara
mempercepat kaki dari titik berdiri.Untuk bergerak di darat, otot yang
bertenaga dan kerangka pendukung yang kuat sangat penting dibandingkan dengan
sekedar bentuk yang streamline.
Kanguru mempunyai otot
yang besar, yang membangkitkan banyak kekuatan di kaki belakangnya untuk
berpindah tempat dengan melompat.Ketika seekor kanguru mendarat (dari lompatannya), tendon di kaki
belakangnya menyimpan energi untuk sementara.Semakin tinggi kanguru melompat,
semkin banyak energi yang disimpan dalam tendon tersebut.Analog dengan tegangan
sebuah pegas pada sebuah pogo stick, energi yang tersimpen tersebut digunakan
untuk lompatan berikutnya dan menjai tambahan energi gratis yang mengurangi
total jumlah energi yang harus dikeluarkan, seperti yang dikatakan oleh Terry
Dawson pada wawancara di hal 1-3.Analogi pogo stick berlaku bagi banyak hewan
darat; kaki seekor serangga, anjing, atau manusia, misalnya, mempertahankan
sejumlah pegas ketika sedang berjalan atau berlari, meskipun jauh lebih kecil
dibandingkan dengan pegas kanguru yang sedang melompat.
Menjaga keseimbangan
merupakan persyaratan lain untuk berjalan, berlari, atau melompat.Ekor kanguru
yang besar membantu menyeimbangkan
tubuhnya selama melompat dan membentuk tripoda (kaki tiga) yang stabil
dengan kaki belakangnya ketika duduk atau bergerak secara lambat.Dengan prinsip
yang sama, seekor kucing, anjing, atau kuda yang berjalan menjaga supaya tiga
kaki tetap menyentuh tanah.Hewan bipedal, seperti manusia dan burung,
mempertahankan paling tidak satu kaki berada pada tanah ketika sedang
berjalan.Ketika berlari, keempat kaki (atau kedua kaki pada hewan bipedal) bisa
lepas dari tanah untuk sementara waktu, akan tetapi pada saat berlari momentum
kecepatan yang lebih besar dari sentuhan kaki menjaga tubuh agar tetap tegak.
Merayap merupakan situasi
yang sangat berbeda.Sebagian besar dari tubuh hewan yang merayap bersentuhan
dengan tanah, dan hewan itu harus menggunakan banyak upaya untuk mengatasi
friksi (gerakan).Cacing tanah merayap secara peristaltis, suatu jeni s lokomosi
yang bergantung pada kerangka hidrostatik, yang akan kita bahas
kemudian.Kebanyakan ular merayap dengan meliuk-liukan keseluruhan tubuhnya dari
sisi ke sisi.Dibantu oleh sisik yang besar dan dapat di gerakkan pada bagian
bawah tubuhnya, tubuh seekor ular mendorong melawan tanah, yang menggerakkan
hewan itu ke arah depan.
Ular boa constrictor dan
ular piton merangkak lurus maju, di gerakkan oleh otot yang mengangkat sisik
perutnya menjauh dari tanah, memiringkan sisik itu ke arah depan, dan kemudian
mendorongnya ke arah belakang kembali melawan tanah.
2.
Terbang
Gravitasi menjadi
permasalahan utama bagi seekor hewan yang terbang.Supaya hewan tetap terbang di
udara, sayapnya harus mengembangkan cukup daya angkat untuk mengatasi gaya
tarik gravitasi ke bawah.Kunci terbang itu adalah bentuk sayap.Semua jenis
sayap, termasuk sayap pesawat udara, adalah airfoil struktur yang bentuknya
mengubah aliran udara dengan cara yang menciptakan daya angkat.
Dasar
seluler dan kerangka pada lokomosi
Yang mendasari bentuk
lokomosi yang beragam adalah mekanisme
fundamentalyang sama bagi semua hewan.Pada tingkat seluler, semua pergerakan
hewan didasari oleh salah satu dari dua sistem kontraktil dasar, yang keduanya
mengkonsumsi energi untuk menggerakkan untai protein satu sama lain.Kedua
sistem motilitas
sel ini mikrotubula dan
mikrofilamen dibahas pada bab 7.Mikrotubula bertanggung jawab atas pergerakan
silia (rambut getar) dan gerakkan meliuk-liuk pada flagela.Mikrofilamen
memainkan peranan penting dalam pergerakan amoeboid, dan menjadi elemen
kontraktil sel otot. Kontraksi otot inilah yang menjadi perhtian pada bab ini,
akan tetapi kerja otot itu sendiri tidak dapat diterjemahkan sebagai pergerakan
hewan.Berenang, merayap, berlari, melompat, dan terbang semuanya dihasilkan
oleh kerja otot terhadap beberapa jenis kerangka.
H.
Ongkos
Energi Lokomosi
Selama tahun 1960-an,
tiga saintis di Duke University tertari terhadap penelitian tetntang
bioenergetika lokomosi. Para ahli fisiologi biasanya menentukan laju penggunaan
energi seekor hewan selama lokomosi dengan mengukur konsumsi oksigen atau
produksi karbon dioksida. Onkos energi digunakan sebagai istilah jumlah bahan
bakar yang diperlukan untuk mentranspor bobot tubuh tertentu sejauh jarak
tertentu.
Kalkulasi Schmid-Nielsen
menunjukkn bahwa biaya energi lokomosi bergantung pada mode lokomosi dan
lingkungan. Hewan yang berlari umumnya menghabiskan lebih banyak energi
permeter yang ditempuh daripada hewan berukuran sebanding yang berenang,
sebagian karena berlari dan berjalan membutuhkan energi untuk melawan
gravitasi. Berenang adalah mode lokomosi ang paling efisien(dengan asumsi bahwa
hewan itu terspesialisasi untuk berenang. Jika kita membandingkan konsumsi
energi permenit, bukan permeter kita menemukan bahwa hewan yang terbang
menggunakan lebih banyak energi daripada hewan yang berenang atau berlari
dengan massa tubuh yang sama.
Pada gambar, dapat disimpulkan bahwa bagi sebagian
besar hewan dengan massa tubuh tertentu, berenang adalah mode lokomosi yang
paling efisien, sementara lari adalah yang paling boros energi. Selain itu,
hewa kecil biasanya menhhabiskan lebih banyak energi perkilogram massa tubuh
daripada hewan besar, terlepas dari tipe lokomosi yang digunakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah mengenai Lokomosi dan
Pergerakan.Maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1.
Dalam
otot rangka vertebrata, setiap serat otot dikontrol hanya oleh satu neuron
motorik, namun setiap ujung motorik bercabang-cabang bisa membentuk sinapsis
dengan banyak serat otot.
2.
Tipe
Serat-serat otot diantaranya serat oksidatif , glikolitik, sentakan
cepat(fast-twitch fiber) dan sentakan lambat(slow-twich fiber) masing-masing
teradaptasi untuk seperangkat fungsi tertentu.
3. Rangka
berfungsi sebagai pendukung dan pelindung serta pergerakan. Sebagian besar
hewan darat akan terkulai karena berat tubuhnya sendiri jika tidak memiliki
rangka sebagai pendukung.
4. Sebagian
besar hewan dengan massa tubuh tertentu, berenang adalah mode lokomosi yang
paling efisien, sementara lari adalah yang paling boros energi.
B.
Saran
Pendidik sebaiknya mengetahui
tentang lokomosi dan pergerakan.Karena pentingnya pergerakan pada mahkluk hidup
dengan mengaitkan lokomosi pergerakan pada kehidupan sehari-hari yang pasti
hidup akan selalu bergerak. Pendidik mampu menangani peserta didiknya dalam
proses pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, A. Neil and Reece. 2008. Biologi
Jilid 3 Edisi Kelima.
Jakarta:Erlangga
Campbell, A. Neil and Reece. 2010. Biologi Jilid 3 Edisi Kedelapan.
Jakarta:Erlangga
Salisbury FB. Ross CW. 1995. Fisiologi Hewan, Jilid Satu. terjemahan
Lukman DR, Sumaryono.
Bandung:
Penerbit ITB
Anonim. Movement and
Locomotion.2014.
http://wps.pearsoncustom.com/wps/media/objects/5697/5834441/ebook/htm/ch30_1.htm.
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2014 pukul 20.07 WIB.
http://wps.pearsoncustom.com/wps/media/objects/5697/5834441/ebook/htm/ch30_1.htm.
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2014 pukul 20.07 WIB.
Benjamin,Pearson.SensoryandMotorMechanisms.2008.http://slideplayer.us/slide/273822/.
Diakses pada
tanggal 24 Oktober 2014 pukul19.53WIB.
Kintarti. Sistem Saraf Motorik
Otot.2010.http://staff.ui.ac.id/sites/default/files/Kintarti/S.kp/SistemSaraf Motorik.Pdf
Otot.2010.http://staff.ui.ac.id/sites/default/files/Kintarti/S.kp/SistemSaraf Motorik.Pdf
Diakses 22 Oktober 2014 Pukul 20.30 WIB
[1] Salisbury
FB. Ross CW. 1995. Fisiologi Hewan, Jilid Satu. terjemahan Lukman DR,
Sumaryono. Hal: 18-19. Bandung: Penerbit ITB. ISBN 979-8591-20-8
[2] Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2008.
Biologi, Edisi Kelima, Jilid III. Jakarta: Erlangga. Hal: 279.
[5] http://staff.ui.ac.id/sites/default/files/Kintarti/S.kp/SistemSaraf
Motorik.Pdf/2014/09/22/Sistem Saraf Motorik
[6] Ibid., 282-284
[8]
Ibid, hlm. 285
[9]
Ibid, hlm. 286
No comments:
Post a Comment