1. Kajian Materi
Pembelajaran
Tahap
pertama yang harus dilakukan Gadik
sebagai penilai adalah mempelajari dan mengkaji
materi pembelajaran dari satu atau lebih kompetensi dasar. Kajian materi
ini dapat dilakukan melalui beberapa referensi untuk memperoleh bahan secara
komprehensif dari beragam sumber dengan bertolak pada kompetensi yang
diharapkan.
2. Memilih Teknik
Penilaian
Tahap kedua Gadik memilih atau
menentukan teknik penilaian sesuai
dengan kebutuhan pengukuran. Secara garis besar, teknik penilaian dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu penilaian
melalui tes dan non tes. Pusdik dan sekolah biasanya para Gadik banyak menggunakan teknik pertama, yaitu
dengan tes. Dalam menentukan keakuratan perlu
dipertimbangkan pemilihan teknik, yaitu tingkat ke-akurat-an dan
kepraktisan penyusunan dalam setiap butir soal. Pemberian nilai dengan cara tes
lebih mudah dibandingkan dengan non tes.
3. Perumusan Kisi –
Kisi
Tahap ketiga merumuskan dan
membuat matrik kisi-kisi sesuai dengan teknik penilaian yang telah ditentukan.
Kisi-kisi merupakan deskripsi mengenai informasi dan ruang lingkup dari materi
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman untuk menulis soal atau matriks
soal menjadi tes. Pembuatan kisi-kisi memiliki tujuan untuk menentukan
ruang lingkup dalam menulis soal agar menghasilkan perangkat tes yang sesuai
dengan indikator.
Kisi kisi dibuat berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang ingin dicapai serta bentuk
tes yang akan diberikan kepada peserta didik.
Tes dapat berbentuk tes
objektif benar-salah, pilihan ganda atau tes uraian serta non tes berupa penilaian
afektif dan psikomotorik.
Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman
dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adaya kisi-kisi penulisan soal menjadi terarah, komprehensif dan
representatif. Dengan pedoman kepada kisi-kisi penyusunan soal menjadi lebih
mudah dan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes.
1. Syarat penyusunan Kisi – kisi adalah,
a. Dapat mewakili isi silabus atau kurikulum.
b. Komponen-komponennya rinci, jelas dan mudah dipahami.
c. Materi yang hendak ditanyakan dapat
dibuat soalnya sesuai bentuk soal yang ditetapkan.
d. Sesuai dengan indikator.
2. Komponen kisi – kisi terdiri dari:
1) Komponen Identitas
2) Jenis Pendidikan dan jenjang Pendidikan.
3) Mata pembelajaran.
4) Tahun ajaran.
5) Jumlah soal.
6) Bentuk soal.
7) Standar Kompetensi.
8) Kompetensi Dasar.
9) Indikator
Dalam pembuatan kisi-kisi harus memenuhi kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik yang mengacu kepada teori
Bloom sebagai berikut:
1. Cakupan yang diukur dalam ranah Kognitif adalah:
a. Ingatan (C1) yaitu
kemampuan seseorang untuk mengingat. Ditandai dengan kemampuan
menyebutkan simbol, istilah, definisi, fakta, aturan, urutan, metode.
b. Pemahaman (C2) yaitu kemampuan
seseorang untuk memahami tentang sesuatu hal. Ditandai dengan kemampuan menerjemahkan,
menafsirkan, memperkirakan, menentukan, menginterprestasikan.
c. Penerapan (C3), yaitu kemampuan
berpikir untuk menjaring & menerapkan dengan tepat tentang teori, prinsip,
simbol pada situasi baru/nyata. Ditandai dengan kemampuan menghubungkan, memilih, mengorganisasikan, memindahkan,
menyusun, menggunakan, menerapkan, mengklasifikasikan, mengubah struktur.
d. Analisis (C4), Kemampuan berfikir secara logis dalam meninjau
suatu fakta/ objek menjadi lebih rinci. Ditandai dengan kemampuan membandingkan, menganalisis, menemukan,
mengalokasikan, membedakan, mengkategorikan.
e. Sintesis (C5), Kemampuan berpikir untuk memadukan konsep-konsep secara
logis sehingga menjadi suatu pola yang baru. Ditandai dengan kemampuan
mensintesiskan, menyimpulkan, menghasilkan, mengembangkan, menghubungkan,
mengkhususkan.
f. Evaluasi (C6), Kemampuan berpikir
untuk dapat memberikan pertimbangan terhadap sustu situasi, sistem nilai,
metoda, persoalan dan pemecahannya dengan menggunakan tolak ukur tertentu
sebagai patokan. Ditandai dengan kemampuan menilai,
menafsirkan, mempertimbangkan dan menentukan.
2. Aspek Afektif
Aspek afektif tidak dapat diukur seperti halnya
ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
- Menerima (memperhatikan), meliputi
kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
- Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon,
merasa puas dalam merespon, mematuhi peraturan
- Menghargai,
meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai, komitmen terhadap
nilai
- Mengorganisasi,
meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan abstrak, mengorganisasi
sistem suatu nilai
- Karakteristik
suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya
3. Aspek Psikomotorik
Psikomotorik meliputi (1)
gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual;
diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris,
diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4)
keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa
bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Berikut ini contoh pembuatan
kisi-kisi dalam bentuk matrik dengan
bentuk tes objektif yang bervariasi dan nomor soal dibuat berurutan sesuai
dengan bentuk soal dan indikator.
Tabel 3.1
Contoh Matrik Kisi-kisi
Jenis Pendidikan dan jenjang Pendidikan :
Dik Tukba
Mata pembelajaran :
F.T. Lantas
Tahun ajaran :
2008
Jumlah soal :
10
Bentuk soal : Pilihan Ganda
Standar
Kompetensi :
- Memahami pengertian ruang lingkup tupoksiran Polri.
- Memahami proses pelaksanaan dikmas,
pengkajian masalah gakkum, rek ident PJR dan sistem informasi.
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Aspek
|
Jumlah
Butir
|
|||||
C1
|
C2
|
C3
|
C4
|
C5
|
C6
|
|||
Memahami pengertian tugas,
fungsi, peranan Polisi Lalulintas, dasar hukum, unsur dan permasalahan.
|
Peserta didik mampu :
-
Mendefinisikan
pengertian-pengertian yang berkaitan dengan fungsi teknis.
|
1, 2
|
2
|
|||||
-
Membedakan tugas dan fungsi Polantas.
|
3,4
|
2
|
||||||
-
Menjelaskan
peranan Polantas
|
5
|
1
|
||||||
- Menerapkan dasar hukum Polantas
di lapangan.
|
6
|
1
|
||||||
- Menjelaskan unsur-unsur
Polantas.
|
7
|
1
|
||||||
- Menganalisis faktor-faktor
penyebab timbulnya permasalahan Polisi Lalulintas.
|
8
|
1
|
||||||
- menyimpulkan suatu kasus pelanggaran di
lapangan
|
9
|
1
|
||||||
- menilai kinerja polantas
|
10
|
1
|
||||||
Total
|
2
|
4
|
1
|
1
|
1
|
1
|
10
|
4. Penulisan Butir Soal
Tahap keempat, Gadik menulis dan membuat butir-butir soal yang sesuai dengan kisi-kisi dan bentuk soal yang
telah ditentukan. Bila Gadik
menggunakan teknik non tes, maka diperlukan
untuk membuat pedoman pengisian
instrumen. Misalnya untuk observasi atau wawancara.
5. Penimbangan/Reviewe
Dalam tahap ini, butir soal
dan atau pedoman yang telah disusun Gadik, ditimbang secara rasional (analisis
rasional oleh Gadik) ; dibaca, ditelaah dan dikaji kembali butir-butir soal dan atau pedoman yang
dibuat telah memenuhi persyaratan.
6. Perbaikan
Pedoman diperbaiki sesuai dengan hasil penimbangan,
bagian-bagian mana yang perlu dikurangi atau ditambah kalimat atau kata-katanya
perbaikan inipun biasanya didasarkan kepada pemikiran peserta didik untuk
memahami isi dari kalimat yang diberikan, hal ini mengandung arti bahwa kalimat
yang disusun hendaknya mudah di pahami
oleh para peserta didik . .
7. Uji-coba dan
Penggandaan.
Uji-coba terhadap tes/soal
yang dibuat adalah untuk menentukan apakah butir soal yang dibuat telah
memenuhi criteria yang dituntut, sudahkah mempunyai tingkat ketetapan,
ketepatan, tingkat kesukaran dan daya pembeda yang memadai. Untuk bentuk non
tes kriterianya dituntut adalah tingkat ketepatan (validitas) dan ketetapan
(reliabilitas) sehingga diperoleh perangkat alat tes ataupun non tes yang baku
(standar)
8. Diuji (diteskan)
Setelah diperoleh perangkat
alat tes ataupun non tes yang memenuhi persyaratan sudah barang tentu perangkat
alat ini diorganisasikan, disusun berdasarkan pada bentuk-bentuk atau
model-model soal bagi perangkat tes, dan untuk perangkat non tes.Setelah
perangkat tes maupun non tes digandakan kemudian siap untuk diujikan.
9. Pemberian Skor
Lembar jawaban peserta didik dikumpulkan dan disusun
berdasarkan nomer induk peserta didik untuk memudahkan dalam memasukkan skor
peserta didik. Kemudian dilakukan
pemberian skor sesuai dengan kunci jawaban, sehingga diperoleh skor setiap peserta didik. Untuk bentuk soal
objektif diberi skor 1 jika benar dan 0 jika salah, sedangkan skor bentuk essay
bergantung kepada tingkat kesulitan soal. Untuk menafsirkan siapa yang lulus
dan tidak lulus bergantung pada batas
lulus yang dipergunakan oleh Gadik.
10. Putusan.
Setelah pengelolaan, sampai
pada menafsirkan, Gadik memperoleh
putusan akhir dari kegiatan penilaian. Putusan yang diambil diharapkan obyektif
sesuai dengan aturan.
PENILAIAN PSIKOMOTORIK
Psikomotorik meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3)
keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual,
diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang
terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non
diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Penilaian psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan kata lain, observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses
belajar atau psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik,
kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan
penggunaan ALINS ketika belajar.
Observasi dilakukan pada saat proses kegiatan itu
berlangsung. Pengamat terlebih dahulu harus menetapkan kisi-kisi tingkah laku apa yang hendak diobservasinya,
lalu dibuat pedoman agar memudahkan dalam pengisian observasi. Pengisian hasil
observasi dalam pedoman yang dibuat sebenarnya bisa diisi secara bebas dalam
bentuk uraian mengenai tingkah laku yang tampak
untuk diobservasi, bisa pula dalam bentuk memberi tanda cek (V) pada
kolom jawaban hasil observasi.
Tes
untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan
tes unjuk kerja.
1) Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan
melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang
dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat dinilai tentang
penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau berperaga
seolah-olah menggunakan suatu alat yang
sebenarnya.
2) Tes unjuk
kerja (work sample)
Kegiatan
psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui
apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat tersebut.
Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas di lapangan
yang sebenarnya
Tes
simulasi dan tes unjuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung
ketika peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat
menggunakan daftar cek (check-list)
ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik
yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang
dari sangat baik, baik, kurang, kurang,
dan tidak baik
PENGEMBANGAN
INSTRUMEN OBSERVASI
a
Hal yang diperhatikan dalam mengembangkan butir
tes keterampilan :
§ Mengacu indikator
kompetensi yang dikembangkan.
§ Mengidentifikasi
langkah kerja yang diobservasi.
§ Menentukan model
skala yang dipakai, yakni rating scale atau check list.
§ Membuat
rubrik/pedoman penskoran yang dilengkapi dengan kategorisasi keberhasilan
kompetensi yang dikembangkan.
§
Mata
Pelajaran : PBB
|
Nama :DESI WIJAYANTI, SPd
|
Kompetensi Dasar :…………………
|
Nosis : 226
|
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Keterangan
|
|||||||||||||
1. Memperaktekkan aba-aba
petunjuk.
a. Intonasi dan Volume Suara
yang cukup.
b. Ketepatan
antara suara dengan gerakan.
c. Mempraktekkan
“Untuk Perhatian-istirahat di tempat =
Gerak”.
d. Mempraktekan “Untuk Istirahat – B u b a r = JALAN”.
e. Mempraktekkan
“PELETON I –
S i a p = GERAK”.
|
|||||||||||||||||||
2. Memperaktekkan aba-aba peringatan.
a.
Intonasi dan Volume Suara yang cukup.
b. Ketepatan
antara suara dengan gerakan.
c. Mempraktekkan
“Lencang Kanan = GERAK dan bukan LENCANG = KANAN.
d. Mempraktekan Istirahat di tempat = GERAK dan
bukan istirahat ditempat = GER.
|
|||||||||||||||||||
3. Memperaktekkan aba-aba pelaksanaan.
a.
Intonasi dan Volume Suara yang cukup.
b. Ketepatan
antara suara dengan gerakan.
c.
Mempraktekkan Lencang Kanan = GERAK dan bukan
LENCANG = KANAN
d. Mempraktekan “Duduk
Siap = GERAK dan bukan ditempat duduk siap = GERAK”
e. Mempraktekkan “ Istirahat di
tempat = GERAK dan bukan istirahat ditempat”
|
|||||||||||||||||||
4. Memperaktekkan sikap sempurna.
a. Badan/tubuh berdiri tegap,
b. Kedua tumit rapat,
c. Kedua kaki membentuk sudut 450
d. Lutut lurus dan paha dirapatkan
e. Berat badan dititik beratkan pada kedua kaki.
f. Perut ditarik sedikit dan dada
dibusungkan
g. Pundak ditarik ke belakang sedikit dan tidak dinaikkan.
h. Lengan rapat pada badan.
i. Pergelangan tangan lurus
j. Jari-jari tangan mengepal tidak
terpaksa dan dirapatkan pada paha.
k. Punggung ibu jari menghadapkan ke depan merapat pada jahitan celana
l. Leher lurus dan dagu ditarik
sedikit ke belakang
m. Mulut ditutup, mata memandang lurus menghadap ke depan, bernafas
sewajarnya.
|
|||||||||||||||||||
5.
Memperaktekkan sikap istirahat.
a
Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri dengan jarak
sepanjang telapak kaki (lebih kurang 30 Cm).
b
Kedua belah tangan dibawa kebelakang dibawah pinggang
c Punggung tangan kanan di atas telapak
tangan kiri
d Tangan kanan dikepalkan dan dilemaskan
e Tangan kiri memegang pergelangan tangan
kanan diantara ibu jari dan telunjuk
f Dada di busungkan.
|
|||||||||||||||||||
6.
Memperaktekkan Lencang kanan/kiri
a
Gerakan
ini diawali dengan sikap sempurna.
b
Mengangkat
lengan kanan/kiri kesamping kanan/kiri
c
Jari-jari
tangan kanan/kiri menggenggam
d
Punggung
tangan menghadap ke atas
e
Kepala
dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa kecuali penjuru kanan/kiri
tetap menghadap ke depan.
f
Meluruskan
diri hingga dapat melihat dada orang-orang yang ada di sebelah kanan/kiri
sampai kepada penjuru kanan/kiri
g
Jari-jari
menyentuh bahu kiri orang yang berada di sebelah kanannya.
|
|||||||||||||||||||
7. Memperaktekkan perubahan arah.
a . Hadap Kanan/Kiri.
§ Kaki kiri/kanan diajukan melintang di depan
kaki kanan/kiri
§ lekuk kaki kiri/kanan berada ujung di kaki
kanan/kiri,
§ berat badan berpindah ke kiri/kanan.
§ Tumit kaki kanan/kiri dengan badan diputar
ke kanan/kiri 900.
b. Hadap serong kanan/kiri.
§ Kaki kiri/kanan diajukan ke muka berjajar
dengan kaki kanan/kiri.
§ Berputar arah 450 ke kanan/kiri.
§ Kaki kiri/kanan dirapatkan kembali ke kaki
kanan/kiri.
c. Balik kanan
§ Kaki kiri diajukan melintang (lebih dalam
dari hadap kanan) didepan kaki kanan.
§ Tumit kaki kanan beserta dengan badan
diputar ke kanan 1800.
§ Kaki kiri dirapatkan pada kaki kanan
|
|||||||||||||||||||
8. Memperaktekkan Cara Berhitung
a
Di mulai dengan
perintah berhitung.
b
Berturut-turut
tiap anggota mulai dari penjuru kanan menyebutkan nomornya dengan penuh,
sambil memalingkan muka dan kembali ke depan.
c
Tetap dalam sikap sempurna.
|
|||||||||||||||||||
|
Penilaian Afektif
Ranah afektif tidak dapat
diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah afektif kemampuan yang
diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon, Menghargai, Mengorganisasi, dan Karakteristik
suatu nilai.
Skala yang digunakan untuk
mengukur ranah afektif seseorang
terhadap kegiatan suatu objek diantaranya skala sikap. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung
(positif), menolak (negatif), dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah
kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni
kognisi, afeksi, dan konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya. Afeksi berkenaan dengan
perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan
dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut. Oleh sebab itu,
sikap selalu bermakna bila dihadapkan
kepada objek tertentu.
Skala sikap dinyatakan dalam
bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung
atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan
yang diajukan dibagi ke dalam dua kategori, yakni pernyataan positif dan
pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang
sering digunakan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan
yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif, dinilai oleh subjek
dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat, tidak setuju, sangat tidak
setuju. Sebagai contoh dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
NO
|
PERNYATAAN
|
SS
|
S
|
R
|
TS
|
STS
|
Keterangan:
SS :
sangat setuju
S :
setuju
R :
tidak punya pendapat/ ragu-ragu
TS :
tidak setuju
STS :
sangat tidak setuju
Beberapa petunjuk untuk menyusun Skala Likert
a) Tentukan objek yang
dituju, kemudian tetapkan variabel yang akan diukur dengan skala tersebut.
b) Lakukan analisis
variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau dimensi variabel, lalu
kembangkan indikator setiap dimensi tersebut.
c) Dari setiap indikator
di atas, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap yang berkenaan dengan aspek
kognisi, afeksi, dan konasi terhadap objek
d) Susunlah pernyataan
untuk masing-masing aspek tersebut dalam dua kategori, yakni pernyataan positif
dan pernyataan negatif, secara seimbang banyaknya.
B. Pengembangan Kisi-kisi Instrumen
AfekTIF
Tahapan mengembangkan kisi-kisi
instrumen afektif adalah sebagai
berikut:
- pilih
ranah afektif yang akan dinilai, misalnya sikap
- tentukan
indikator sikap
- pilih
tipe skala yang digunakan, misalnya; skala Likert dengan lima skala,
seperti sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak
setuju.
- Tentukan
nomor butir soal sesuai dengan indikator sikap
- Buatlah
kisi-ksi instrumen dalam bentuk matrik
- telaah
instrumen oleh teman sejawat atau ahli di bidangnya;
- perbaiki
instrumen sesuai dengan hasil telaah instrumen oleh teman sejawat/ahli
dengan memperhatikan kesesuaian
dengan indikator
No
|
Indikator
Sikap
Nama Peserta didik
|
Keterbukaan
|
Ketekunan belajar
|
Kedisiplinan
|
Kerjasama
|
Kepedulian
|
Tanggung jawab
|
Total
|
1
|
Amanda
|
4
|
3
|
5
|
4
|
3
|
4
|
23
|
2
|
Nur
|
2
|
4
|
4
|
3
|
4
|
4
|
21
|
3
|
Hafiz
|
3
|
4
|
4
|
5
|
3
|
3
|
22
|
4
|
Faiz
|
4
|
3
|
5
|
3
|
4
|
3
|
22
|
Skor untuk masing
masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada tahap akhir skor tersebut
dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala penilaian
dibuat dengan rentangan dari 1 s/d 5. Penafsiran angka-angka 1 = sangat kurang
, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, 5 = amat baik.
Jadi skor
maksimum = 5 (skor maks setiap indikator)
X 6 (indikator) = 30
Nilai afektif diberikan dalam bentuk huruf, oleh karena
itu total skor yang telah diperoleh harus dikonversi. Banyak
cara untuk mengkonversi skor menjadi
nilai, salah satunya yang sederhana yaitu menggunakan kriteria
Nilai
konversi
|
NILAI
KONVERSI
|
|
Kualifikasi
|
STANDAR
4
|
|
91 -
100
81
- 90
71
- 80
61
- 70
kurang
dari 61
|
Baik
sekali
baik
sedang
kurang
Gagal
|
4
3
2
1
gagal
|
Skor total jawaban
benar siswa
Konversi Nilai
= ---------------------------------------- X 100
skor maksimum
perangkat tes
Jadi siswa yang memperoleh skor 23 setelah
dikonversi nilainya menjadi:
23
----
X 100 = 76,7
30
Nilai afektif hasil konversi untuk Amanda adalah C
No comments:
Post a Comment