KATA PENGANTAR
Alamdulillah, puji dan syukur kepada Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya kepada sekalian hamba-Nya serta atas
karunia-Nya jualah akhirnya penulis dapat menyelesaikan
proposal PKL yang berjudul “Pemijahan Ikan Mas Koki Carassius auratus) ”
dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan.
Proposal ini saya buat dengan tujuan
sebagai syarat untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Riset Budidaya Ikan
Hias , Depok. Proposal ini juga sebagai acuan
dalam pelaksanaan kegiatan PKL yang akan dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Juli
sampai 1 Agustus 2011.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak BRBIH Depok dan memohon bimbingannya
dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini.
Penulis menyadari bahwa proposal ini
masih terdapat kekurangan karena terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun .
Jakarta, 28 juni 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ikan mas koki merupakan ikan hias
air tawar yang poluler di tengah masyarakat.
Sebagai hobi ataupun sebagai sebuah usaha keduanya perlu dilakukan secara
serius dan perawatan yang baik. Sebagai Ikan yang termasuk dalam kategori ikan
hias, untuk menghasilkan Ikan Mas Koki berkualitas baik harus dipelihara dalam
lingkungan yang baik dan makanan yang mengandung nutrisi yang cukup bagi Ikan.
Nutrisi makanan yang baik akan mendukung warna, kesehatan dan kualitas anakan
yang baik. Dengan perawatan yang baik dan serius beberapa penghobi mampu Mendulang
“Emas” Dari Usaha Ikan Mas Koki .
Lingkungan Hidup Ikan Mas Koki adalah akuarium, Bak semen, Kolam, Bak Fiber
dan lain-lain, tergantung media yang dipilih untuk membudidayakan ikan mas
Koki. Media apapun yang dipergunakan yang paling penting adalah kualitas air
yang selalu terjaga kebersihan dan kondisinya. Air kolam Mas Koki yang baik
akan menunjang kelangsungan hidup dan keindahan ikan. Air kolam/akuarium ikan
mas koki tidak boleh mengandung zat-zat yang berbahaya bagi ikan seperti
amoniak yang dihasilkan oleh sisa makanan dan kotoran ikan. Dalam jumlah
tertentu amoniak tidak berbahaya bagi ikan mas koki tetapi dalam jumlah banyak
akan mengakibatkan kematian pada ikan Mas Koki. Untuk menghilangkan amoniak
perlu dilakukan proses filtrasi pada air kolam/akuarium atau mengganti air
dalam akuarium/kolam secara periodik. Ada banyak ragam model filter kolam yang bisa dipakai untuk kolam budi daya ikan koki.
B.
TUJUAN
Hasil Praktek
Lapangan Kerja ini diharapkan mencapai tujuan untuk:
1. Mengetahui dan memahami pemijahan pada ikan mas koki
2. Mengetahui kondisi
yang baik pada ikan mas koki
3. Mengetahui pengaruh
pemijahan
buatan dan alami
pada ikan mas koki
4.
Sebagai pengetahuan dan pengalaman mahasiswa
mengenai budidaya ikan hias
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Morfologi Ikan Mas Koki
Bentuk kepala maskoki menentukan tipe dan penamaannya.
Kepala tanpa jambul dengan ukuran kecil seperti kepala maskoki mutiara atau
tossa disebut kepala tikus atau rat head. Kepala dengan bentuk mirip kepala
katak seperti kepala maskoki mata balon disebut frog head. Sementara kepala
dengan bagian depan hidung membentuk jambul seperti maskoki pompom atau pompom
head.
Mas koki memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pendek dan bulat,
mata lebar dan
besar, di dalam air. Pada beberapa jenis mas koki, bagian atas kepala dan pipinya tampak ditumbuhi tumpukan daging tebal, sehingga jika dilihat sepintas bentuknya mirip kepala singa. Mata ikan mas koki umumnya berkuran besar, dan tidak bisa membuka dan menutup. Bentuk mata dari ikan maskoki berbeda-beda. Bentuk ini dapat digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi maskoki. Mas koki memiliki sisik yang berderet rapi, mengilap dan menutupi tubuh sepeti genteng rumah. Warnanya cukup menarik dan variatuf. Umumnya, sisik maskoki berwarna metalik, merah, kekukning-kuningan, kuning, hijau, hitam, atau gabungan dari warna-warna tersebut. Mas koki jantan memiliki warna yang mencolok atau terang serta gesit dalam bergerak. Berbeda dengan mas koki betina, warna mas koki betina tidak seterang mas koki janta dan memiliki gerakan lamban. Begitu pula dengan bentuk tubuhnya, mas koki jantan memiliki bentuk tubuh ramping dan dan panjang, sedangkan mas koki betina memiliki tubuh gendut, punggungnya agak melengkung ukuranya lebih pendek dan perutnya lebih besar. Maskoki tidak memiliki pelupuk mata sehingga tidak dapat membuka dan menutup. Lensa matanya juga tidak dapat berkontraksi luas. Jarak pandangnya dekat dan terbatas sehingga ketika mencari makan, maskoki mengandalkan penciumannya. Ada beberapa tipe mata yang menjadi ciri khas dan penamaan maskoki. Sisik maskoki berfungsi sebagai pewarna tubuh. Sisik mengandung Kristal guanine (C5H5N5O) sebagai bahan pembentuk warna. Di bawah deretan sisik terdapat kelenjar lendir yang berfungsi sebagai pelindung dari serangan penyakit dan penahan terhadap benturan. Bentuk dan warna maskoki menjadi ciri khas dan penamaan maskoki. Sisik yang menonjol dan berkilau layaknya mutiara disebut sisik mutiara. Sirip maskoki mempunyai dua fungsi pokok, yakni sebagai alat keseimbangan dan sebagai tenagan gerak yang dibantu oleh kontraksi otot tubuh atau otot ekor. Sirip maskoki terdiri dari sirip dada (pectoral fin), sirip perut (pelvic fin) , sirip punggung (dorsal fin), sirip dubur (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip perut dan sirip dada bekrjasama dengan gelembung udara berfungsi sebagai pengendali dan daya dorong tubuh untuk melekukan gerakan keatas dan kebawah.
besar, di dalam air. Pada beberapa jenis mas koki, bagian atas kepala dan pipinya tampak ditumbuhi tumpukan daging tebal, sehingga jika dilihat sepintas bentuknya mirip kepala singa. Mata ikan mas koki umumnya berkuran besar, dan tidak bisa membuka dan menutup. Bentuk mata dari ikan maskoki berbeda-beda. Bentuk ini dapat digunakan sebagai salah satu cara mengidentifikasi maskoki. Mas koki memiliki sisik yang berderet rapi, mengilap dan menutupi tubuh sepeti genteng rumah. Warnanya cukup menarik dan variatuf. Umumnya, sisik maskoki berwarna metalik, merah, kekukning-kuningan, kuning, hijau, hitam, atau gabungan dari warna-warna tersebut. Mas koki jantan memiliki warna yang mencolok atau terang serta gesit dalam bergerak. Berbeda dengan mas koki betina, warna mas koki betina tidak seterang mas koki janta dan memiliki gerakan lamban. Begitu pula dengan bentuk tubuhnya, mas koki jantan memiliki bentuk tubuh ramping dan dan panjang, sedangkan mas koki betina memiliki tubuh gendut, punggungnya agak melengkung ukuranya lebih pendek dan perutnya lebih besar. Maskoki tidak memiliki pelupuk mata sehingga tidak dapat membuka dan menutup. Lensa matanya juga tidak dapat berkontraksi luas. Jarak pandangnya dekat dan terbatas sehingga ketika mencari makan, maskoki mengandalkan penciumannya. Ada beberapa tipe mata yang menjadi ciri khas dan penamaan maskoki. Sisik maskoki berfungsi sebagai pewarna tubuh. Sisik mengandung Kristal guanine (C5H5N5O) sebagai bahan pembentuk warna. Di bawah deretan sisik terdapat kelenjar lendir yang berfungsi sebagai pelindung dari serangan penyakit dan penahan terhadap benturan. Bentuk dan warna maskoki menjadi ciri khas dan penamaan maskoki. Sisik yang menonjol dan berkilau layaknya mutiara disebut sisik mutiara. Sirip maskoki mempunyai dua fungsi pokok, yakni sebagai alat keseimbangan dan sebagai tenagan gerak yang dibantu oleh kontraksi otot tubuh atau otot ekor. Sirip maskoki terdiri dari sirip dada (pectoral fin), sirip perut (pelvic fin) , sirip punggung (dorsal fin), sirip dubur (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip perut dan sirip dada bekrjasama dengan gelembung udara berfungsi sebagai pengendali dan daya dorong tubuh untuk melekukan gerakan keatas dan kebawah.
Sirip punggung dan sirip belakang berfungsi untuk menjaga
agar tubuh tidak bergulir ke samping. Seperti namanya, sirip punggung maskoki
terletak di bagian punggung. Sementara itu, sirip belakang terletak didepan sirip ekor yang berdekatan dengan lubang kelamin. Bentuk sirip maskoki cukup bervariasi, terutama sirip ekornya. Sirip ekor maskoki ada yang tunggal, berpasangan, atau gabungan dari bentuk tunggal dan bentuk berpasangan. Bagian ujung ekor pada sirip gabungan tampak menggarpu, membulat dan memanjang.
terletak di bagian punggung. Sementara itu, sirip belakang terletak didepan sirip ekor yang berdekatan dengan lubang kelamin. Bentuk sirip maskoki cukup bervariasi, terutama sirip ekornya. Sirip ekor maskoki ada yang tunggal, berpasangan, atau gabungan dari bentuk tunggal dan bentuk berpasangan. Bagian ujung ekor pada sirip gabungan tampak menggarpu, membulat dan memanjang.
B.
Klasifikasi
Klasifikasi ikan maskoki adalah
sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
Spesies : Carassius auratus
Pemberian nama ilmiah ini tidak terlepas dari sejarah maskoki. Seperti
diketahui, awalnya maskoki bernama ilmiah Cyprinus auratus, kemudian diubah
menjadi Carassius auratus. Penetapan nama ilmiah tersebut didasarkan pada
penelusuran sejarah perkembangbiakan maskoki di China. Meskipun maskoki sudah
berubah bentuk dan warna, tetapi maskoki yang ada saat ini merupakan hasil
pengembangbiakan Carassius auratus.
C. Tingkah Laku
Maskoki tergolong mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ikan
maskoki ini lebih cocok hidup di perairan beriklim tropis atau kisaran suhu 27-
30C dengan pH dan kesadahan normal. Kondisi lingkungan yang ideal menjadi
factor penting dalam memaksimalkan pertumbuhan dan produktivitas koki. Di
daerah yang mempunyai 4 musim, maskoki melakukan aktivitasnya pada musim semi
yaitu, ketika suhu lingkungan mencapai 12-20oC sehingga mampu memijah sepanjang
tahun. Air yang digunakan sebagai media hidup maskoki harus memiliki
perbandingan gas karbondioksida (CO2) dan gas oksigen (O2) yang seimbang. Kadar
CO2 yang lebih tinggi maka akan mangakibatkan maskoki mati.
Maskoki senang hidup di air yang jernih dan bersih, dapat hidup di air
keruh dan jenis-jenis air lainnya asal kadar oksigennya terjamin. Di daerah
tropis ternyata cukup baik untuk perkembangbiakan ini. Untuk pemeliharaan dalam
akuarium diperlukan khusus karena air dalam akuarium cepat kekurangan oksigen
karena tempatnya kecil sehingga kandungan oksigen pun terbatas.
C.
Penyakit
Penyakit pada maskoki bisa disebabkan oleh pakan yang diberikan kurang
bersih, air akuarium kotor, atau peralatan seperti serokan, sekop net, selang
penyifonan sudah terkontaminasi bibit penyakit. Jenis penyakit yang menyerang
maskoki ada beberapa macam. Penyebabnya bisa oleh bakteri, jamur, protozoa, dan kutu parasit. Gejala yang ditimbulkan juga berbeda-beda, seperti gatal, kehilangan nafsu makan, terjadi pendarahan dikulit dan kesulitan bernafas.
maskoki ada beberapa macam. Penyebabnya bisa oleh bakteri, jamur, protozoa, dan kutu parasit. Gejala yang ditimbulkan juga berbeda-beda, seperti gatal, kehilangan nafsu makan, terjadi pendarahan dikulit dan kesulitan bernafas.
Berikut ini
diuraikan jenis penyakit yang umum menyerang maskoki di
BBPABT Sukabumi :
BBPABT Sukabumi :
(1)
Penyakit Kutu Parasit
Kutu parasit termasuk golongan udang renik, family Copepoda dengan nama ilmiah Argullus indicus. Tubuhnya bulat seperti kura-kura berwarna hijau muda transparan. Kutu parasit ini mengisap darah maskoki. Maskoki yang terserang menjadi liar, dan tampak menggesek – gesekkan punggungnya pada dasar kolam, kehilangan nafsu makan, dan bisa menyebabkan kematian. Untuk mengatasinya dapat menggunakan pinset atau tangan dengan cara mengambil argullus yang menempel pada tubuh maskoki.
Untuk lebih
memberantasnya kita dapat menggunakan NaCl dtau Kalium
Permanganat.
Permanganat.
(2) Penyakit Bercak Merah
Penyebab penyakit ini adalah Aeromonas sp. Gejala awal ditandai dengan terlepasnya lendir dari tubuh maskoki. Selanjutnya, kondisi fisik maskoki segera turun drastis, gerakannya menjadi lambat dan napasnya tersengalsengal. Pada bagian tubuh terlihat bercak-bercak merah dan akhirnya maskoki mengalami kematian. Aeromonas sp. Adalah bakteri paling ganas menyerang maskoki dalam jumlah banyak hanya dalam waktu 2-3 hari. Penyakit ini menular dan maskoki yang sudah terserang jarang bisa bertahan hidup. Penyebab timublnya penyakit ini adalah kondisi air yang buruk, kandungan nitrit tinggi dan DO (Disolved Oksigen) rendah. Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kandungan oksigen terlarut di dalam air, ini dapat dilakukan dengan pemberian Oxydan dengan dosis seperti yang tertulis pada kemasan. Sedangkan untuk mengontrol kadar nitrit, dilarutkan Seper Clean C atau tetra Black Water dengan dosis 1 tetes/5 liter air.
D.
Reproduksi
Teknik pemijahan ikan maskoki ada beberapa teknik yaitu alami, semi buatan
dan buatan. Pada pemijahan alami, ikan dibiarkan memijah sendiri tanpa campur
tangan manusia, cukup hanya diberi kakaban untuk penempelan telurya. Pemijahan
semi buatan dilakukan pertama kali yaitu dengan menggunakan perangsang berupa
ovaprim untuk mempercepat pematangan gonad, setelah itu ikan dibiarkan memijah
secara alami. Sedangkan pada pemijahan buatan tahap pertama yang dilakukan
adalah penyuntikan induk dengan ovaprim, setelah itu ikan diletakkan
berpasangan, ketika ikan terlihat saling mengejar maka ikan diambil dari
wadahnya dan dilakukan striping untuk pengeluaran sperma dan telur, setelah itu
telur dan sperma disatukan dalam wadah yang sama dan direndam air. Pada Praktik
Kerja Lapang ini teknik yang dilakukan adalah teknik pemijahan alami secara
massal, dimana induknya tidak hanya satu yaitu 5 betina dan 10 jantan.
Karena induk telah dipelihara dalam satu wadah sebelumnya, maka kita tidak
perlu memindahkan induk dalam wadah yang sama. Induk diberi makan pada pagi
hari (07.00), dan pada siang hari (13.00) induk diberi makan kembali.
Pada pukul 16.00 paralon yang menjadi penutup bak fiber dibalikkan sehingga
lubangnya yang semula berada dibawah menjadi diatas, hal ini bertujuan agar
permukaan air dalam bak fiber naik sehingga merangsang koki untuk memijah
pada malam hari. Prinsip rangsangan ketinggian ini adalah memanfaatkan kesukaan koki terhadap ketinggian air, pada pemeliharaan induk ketinggian air hanya sebatas pada tinggi tubuhnya. Koki tidak dapat memijah pada kondisi ketinggian air rendah maka ketika air ditinggikan maka koki – koki tersebut akan langsung memijah.
Selain membalikkan paralon untuk meninggikan air hal berikutnya adalah pemberian kakaban sebagai media menempelnya telur. Pada satu wadah bak fiber diberi 2 – 3 buah kakaban atau bisa lebih. Setelah semua tahap dilakukan maka pada pagi harinya telur telah dapat dipanen
pada malam hari. Prinsip rangsangan ketinggian ini adalah memanfaatkan kesukaan koki terhadap ketinggian air, pada pemeliharaan induk ketinggian air hanya sebatas pada tinggi tubuhnya. Koki tidak dapat memijah pada kondisi ketinggian air rendah maka ketika air ditinggikan maka koki – koki tersebut akan langsung memijah.
Selain membalikkan paralon untuk meninggikan air hal berikutnya adalah pemberian kakaban sebagai media menempelnya telur. Pada satu wadah bak fiber diberi 2 – 3 buah kakaban atau bisa lebih. Setelah semua tahap dilakukan maka pada pagi harinya telur telah dapat dipanen
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi Praktik
Waktu :
Juli-Agustus, tanggal 1 Juli- 1 Agustus 2011
Tempat :
BALAI RISET BUDIDAYA IKAN HIAS – PUSAT
RISET PERIKANAN BUDIDAYA. BADAN RISET KELAUTAN DAN PERIKANAN – DEPOK
B. Metode Pelaksanaan Praktik
Data yang didapatkan tidak hanya dari data primer, tetapi dapat diperoleh
dari data sekunder, adalah
· Data Primer
·
Melakukan Penelitian langsung ikan botia di Loka Riset Budidaya Ika Hias
·
Observasi terhadap objek secara langsung
· Data Sekunder
·
Hasil wawancara langsung dengan peneliti
·
Studi Pustaka
BAB IV
RENCANA KEGIATAN
1.
Jadwal kegiatan
Kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) dilaksanakan selama 30 hari kerja efektif
yaitu dari awal bulan Juli – awal Agustus 2010, dengan deskripsi kegiatan
disajikan pada table1
Table 1. Deskripsi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
No.
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Alokasi
Waktu (bulan)
|
|||||||||||||||
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
||||||||||||||
1
|
Survei Lokasi
|
||||||||||||||||
2
|
Pembekalan
|
||||||||||||||||
3
|
Praktik Kerja Lapangan (PKL)
|
||||||||||||||||
4
|
Pembuatan Laporan
|
2.
Pengenalan Umum Lokasi
Pengenalan Praktik Kerja Lapangan yang akan dilakukan, mahasiswa akan
melakukan pengenalan umum dengan lokasi Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok,
yang meliputi pengenalan tentang tata tertib, mengenali jenis ikan , dan pengakraban dengan peneliti dan pegawai yang ada, serta pengenalan
sarana prasarana pembenihan yang ada di Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok.
3.
Pembenihan
Dalam Praktik Pembenihan, dilakukan kegiatan berupa penyiapan wadah
pembenihan, pemilihan induk ynag telah matang gonad dan siap memijah serta
memiliki cirri-ciri fisik yang baik dan sehat, perawatan induk dengan pemberian
makan berprotein tinggi agar proses pemijahan dapat berlangsung dengan baik,
pengontrolan kualitas air agar sesuai dengan kondisi saat ikan melakukan proses
meijah.
Setelah persiapan selesai dilakukan proses pemijahan dengan harapan
prosenatse telur yang dibuahi dan telur yang menetas tinggi. Setelah proses
pemijahan dan penetasan, maka dilakukan pendederan larva, manajemen pakan alami
dan buatan, dan penanganan hama serta penyakit yang mungkin terjadi pada larva
ikan tersebut. Jadwal kegiatan yang akan dilakukan dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pembenihan
Kegiatan
Praktikum
|
Alokasi
Waktu (bulan)
|
|||||||
Juli
|
Agustus
|
|||||||
Penyiapan Wadah Pembenihan
|
||||||||
Pemilihan Induk
|
||||||||
Perawatan Induk
|
||||||||
Pengontrolan Kualitas Air
|
||||||||
Pemijahan
|
||||||||
Pendederan Larva
|
||||||||
Manajemen Pakan Alami dan Buatan
|
||||||||
Penanganan Hama dan Penyakit
|
4.
Pengamatan
1.
Tata cara Pemijahan
Tata cara yang benar dalam pemijahan sangatlah penting, karena pemijahan
sangat menetukan berhasil atau tidaknya pembenihan.
2.
Morfologi Tubuh Induk dan Larva (sampe dewasa)
Berkaitan dengan pendidikan kuliah saya yaitu pendidikan biologi, maka
pengamatan morfologi tubuh induk dan larva (samapai dewasa) sangatlah penting.
3.
Perawatan larva
Yang perlu diperhatikan dalam perawatan larva diantaranya adalah tempat dan
media yang dipakai, pakanan seperti apa yang diperlukan oleh larva,
memperhatikan perkembangan larva, dan memperhatikan kualitas air.
4.
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Bagaimana cara mencegah dan mengobati penyakit yang menyerang ikan Botia,
dan kenapa sih penyebabnya.
5.
Daya tetas telur/ Hatching rate (HR)
HR merupakan persentase jumlah telur yang menetas dibandingkan dengan
jumlah telur yang yang dikeluarkan pada saat ikan memijah. Nilai daya tetas
telur (HR) dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
|
HR=
Jumlah telur yang menetas
Jumlah telur seluruhnya
6.
Kelangsungan Hidup/ Survival rate (SR)
Tingkat kelangsungan hidup dapat dihitung setelah proses pemanenan benih dilakukan.
SR merupakan presentase jumlah ikan yang berhasil bertahan hidup pada akhir
masa pemijahan dibandingkan jumlah ikan yang menetas. Rumus yang digunakan
dalam menghitung kelangsungan hidup benih adalah:
|
SR=
Jumlah benih yang dipanen
Jumlah telur yang menetas
No comments:
Post a Comment