PENGKULTUSAN GURU

(Saiful Millah, Mahasiswa Prodi Tadris Fisika Semester III)

Dalam KBBI 1989, Guru merupakan orang yang pekerjaan/profesinya mengajar. Dalam perspektif kejawaan guru merupakan singkatan daro orang yang digugu dan ditiru. Sehingga guru tidak hanya dituntut untuk menyampaikan ilmu/pelajaran tetapi juga dapat menjadi suri teladan bagi para muridnya.
Perkembangan dunia pendidikan saat ini, khususnya di Indonesia, ternyata tidak lagi menempatkan guru sebagai sumber Ilmu, tetapi hanya sebagai mediator. Sehingga dengan paradigma seperti ini perkataan guru tidak mutlak benar. Tentu saja iini berbeda dengan paradigma guru sebelumnya. Guru dianggap satu-satunya sumber ilmu, apa yang dikatakan guru mutlak kebenarannya. Jika guru mengatakan “x”, maka semua murid harus patuh terhadap “x” tersebut, tak peduli “x” itu baik/benar atau jelek/salah.
Di saat dunia pendidikan mengubah paradigma guru tersebut, ternyata masih ada saja yang berfikiran tradisional dan menganggap guru itu mempunyai kebenaran yang mutlak. Orang tersebut salah satunya adalah teman saya sendiri sebut saja namanya “Bizi” (nama samaran).
Hal ini bermula saat teman saya tersebut masuk dalam perguruan kebathinan, di daerah Bogor. “Bizi” ini mulai bertingkah laku aneh. Dia mulai mengkultuskan guru spiritualnya tersebut, yang disebut dengan “Abi”, dan tidak lagi mempercayai guru-guru yang lain. Seakan-akan dalam pikirannya “Abi”-nya sajalah yang benar yang lain salah.
Dia menganggap gurunya itu selalu benar dan merupakan orang yang suci. Apapun yang diperintah gurunya, dia akan selalu melaksanakannya, walaupun yang diperintahkan gurunya tersebut mengandung kemusyrikan.
Saya menganggap teman saya ini menyeleweng dalam hal akidah Islamiyah, karena beberapa alasan berikut:
1.    Menduakan Allah, yaitu dengan pengkultusan terhadap gurunya, dia menganggap gurunya suci, dan selalu benar. Padahal sifat selalu benar dan suci ini hanya milik Allah. Gurunya pun wajib salah, karena dia merupakan makhluk yang berupa manusia. Pengkultusan terhadap guru ini, tentunya sangat bertentangan dengan Akidah Islamiyah tersebut.
2.    Dalam salah satu pernyataannya, si bizi ini pernah menyatakan bahwa. Guru spiritualnya yang biasa disebut abi ini akan kembali muda pada saat-saat tertentu. Logikanya, jika dia akan selalu kembali muda, dia ini akan abadi,padahal keabadian itu hanyalah milik Allah SWT.
3.    Dalam pengajarannya, Abi ini menawarkan benda-benda yang dianggapnya berkhasiat bagi para muridnya. Seperti pin (pin ini berisi foto gurunya tersebut), sabuk, samurai, dll. Untuk mendapatkannya para murid diwajibkan membayar mahar dan melakukan amalan-amalan tertentu. Tentu saja ini adalah perbuatan syirik, karena menganggap benda-benda tersebut mempunyai kekuatan. Bahkan saat shalat, pin yang berisi foto gurunya tersebut sering sekali mereka pakai.

Saya sudah berdialog beberapa kali dengan Bizi ini, tetapi ia tetap saja dlam keyakinannya tersebut. Bahkan berdasarkan keterangan dari teman-temannya yang lain, Bizi ini jarang kuliah, hanya untuk menemui guru spiritualnya tersebut. Tentu saja ini sangat merugikan khususnya bagi dirinya sendiri.
Guru merupakan sosok yang harus kita hormati dan hargai, tetapi haram untuk dikultuskan, karena yang boleh kita kultuskan hanya Allah SWT. Terlebih lagi dengan fanatisme sempit terhadap satu guru tertentu saja.
Kasus penyelewengan akidah Bizi ini, tidak hanya merugikan secara spiritual, tetapi juga secara materiil, karena sudah jarang kuliah, dll. Dalam pikirannya kepentingan Abi diatas segalanya.
Sampai saat ini, Bizi tetap dalam keyakinannya, walaupun MUI Kab. Bogor sudah menyatakan bahwa ajaran yang diajarkan guru spiritualnya tersebut adalah sesat. Semoga saja Allah memberikan Hidayah dan Taufiq-Nya sehingga ia bisa kembali ke jalan yang benar. Amiin.


No comments:

Post a Comment