Pengamatan Pemeliharaan Benih 3 Jenis Rainbow Asal Papua Dalam Jaring Di Kolam


Siti Subandiyah
ABSTRAK
Pemeliharaan 3 jenis ikan hias Rainbow asal Papua telah dilakukan dalam jaring di kolam selama 90 hari dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan sintasan dari 3 jenis Rainbow.  Benih yang digunakan hasil pemijahan  (F2) yang berukuran bobot 0,3-0,5 gram dan panjang 1-1,5 cm, kepadatan 100 ekor setiap wadah. Selain pakan alami yang ada di kolam yang tumbuh setelah dipupuk dengan kotoran ayam juga diberi pakan tambahan yaitu pakan buatan secara satiasi sebannyak 3 kali setiap hari (pagi, siang, sore). Wadah yang digunakan adalah jaring berukuran 1x1x1 meter sebanyak 9 buah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pertumbuhann benih asal danau Kurumoi (Melanotaemia parva) memberikan hasil yang paling bagus yaitu bobot rata-rata 1,208 gram, panjang rata-rata 4,85 cm  dan sintasan 57%.
Kata kunci: Benih, Pertumbuhan, Rainbow, Jaring, Kolam.

PENDAHULUAN
Ikan Rainbow asal Papua memiliki bentuk dan warna yang sangat menarik , merupakan salah satu ikan hias komoditas ekspor. Ikan rainbow lebih dikenal dari pada ikan Melanotaenia , ikan ini memiliki jenis yang sangat banyak dan tersebar di perairan Papua dan Sulawesi bakan sampai benua Australia.(Axelrod et al 2004 ).
Ikan Rainbow merupakan ikan yang sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, baik di lingkungan baru maupun di habitat aslinya. Habitat asal di Papua merupakan daerah yang masih asli namun sering terjadi perubahanalam yang mengakibatkan beberapa species ikan Rainbow berkurang bahkan mengalami kepunahan. Ekspidisi Ikhtiologi hasil kerjasama IRD dengan Balai Penelitian Budidaya Ikan Hias BRKP-APBSOR pada tahun 2007 di Papua mendapatkan 18 spesies koleksi Rainbow fish dari taksa Melanotaenia. Salah satu jenis yang hamper punah karena habitatnya yang telah mengalami kerusakan adalah jenis Melanotaenia ayamaruensis dan M fasinensis dam merupakan jenis baru ( Kadarusman et al 2010 ).
Ikan Rainbow bisa memijah sepanjang tahun secara alami dan parsial sepanjang tahun namun masih banyak mengalami kendala ditingkat larva maupun pembesarannya untuk itu perlu didukung banyak dilakukan penelitian baik cara pemeliharaan ,pakan dan lingkungannya.
Bahan dan Metoda.
Benih ikan rainbow hasil pemijahan yang merupakan turunan ke 2 (F 2)  sebanyak 900 ekor dari 3 jenis yaitu Melanotaenia parva , rainbow asal sungai Gelap dan rainbow asal sungai Sawiat masing masing 300 ekor berukuran bobot rata-rata 0,40 gram dan panjang rata-rata 1,43 cm .Ditebar dalam 9 unit jaring ukuran 1 x1 x 1 m di pasang dalam kolam yang sebelumnya telah dilakukan dipemukan kotoran ayam dosis 1 kg /m 2  ,masing masing jenis dan setiap wadah diisi 100 ekor benih rainbow.
Selain pakan alami yang ada di kolam ,juga diberi pakan buatan sebagai pakan tambahan yang diberikan 3 kali sehari yaitu pagi siang dan sore secara satiasi. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 ulangan .Parameter yang diamati meliputi pertambahan bobot, pertambahan panjang , sintasan. Parameter penunjang meliputi kualitas air C02, 02,pH,suhu air ,amonia , nitrit dan plangton.

Hasil dan Pembahasan.  
Pengamatan
 terhadap pertumbuhan bobot, panjang dan sintasan benih ikan rainbow 3 jenis asal Papua menunjukkan bahwa ikan rainbow asal danau Kurumoi memberikan hasil yang paling bagus yaitu memiliki bobot 1.208 gram, panjang 4.85 cm dan sintasan 48%.
Hasil pengamatan bobot rata-rata benih ikan rainbow untuk rainbow asal Danau Kurumoi rata-rata 1.208 gram adalah paling bagus, diikuti rainbow asal Sungai Sawiat 1.146 gram dan untuk rainbow asal Sungai Gelap 0.910 gram, begitu juga dengan pertambahan panjang paling bagus adalah rainbow asal Danau Kurumoi dengan rata-rata 4.85 cm dan rainbow asal Sungai Sawiat 4.54 cm dan rainbow asal Sungai Gelap adalah 4.41 cm (tabel 1 dan gambar 1). Pertumbuhan terjadi akibat pemberian pakan alami yang telah memenuhi syarat pakan yang baik bagi benih, seperti dikatakan Effendi (2004) bahwa persyaratan yang sesuai adalah mudah dicerna, ukuran.yang sesuai dengan bukaan mulut dan mengandung nutrisi yang tinggi. Menurut Handayani (2006) bahwa pemberian pakan yang bermutu dan disenangi oleh ikan selain dapat memacu pertumbuhan berat maupun panjang. Pengamatan selama penelitian tersaji pada tabel 1,  tabel 2 dan tabel 3.



Tabel 1. Pengamatan bobot benih 3 jenis Ikan Rainbow di kolam selama penelitian

Ulangan
Bobot (g)
Panjang (cm)
Danau Kurumoi
1
1.241
4.78
2
1.253
4.84
3
1.130
4.93
Rata-rata
1.208 ± 0.07
4.85 ± 0.08
Sungai Sawiat
1
1.141
4.03
2
1.170
4.68
3
1.128
4.90
Rata-rata
1.146 ± 0.02
4.54 ± 0.45
Sungai Gelap
1
0.959
4.67
2
0.962
4.42
3
0.810
4.14
Rata-rata
0.910 ± 0.09
4.41 ± 0.27

Gambar 1. Grafik bobot dan panjang benih 3 jenis Ikan Rainbow
Tabel 2 Pengamatan sintasan benih 3 jenis Ikan Rainbow hasil penelitian di kolam selama penelitian

Ulangan
Sintasan (%)
Danau Kurumoi
1
46
2
42
3
57
Rata-rata
48 ± 7.77
Sungai Sawiat
1
16
2
20
3
12
Rata-rata
16 ± 4.00
Sungai Gelap
1
22
2
26
3
24
Rata-rata
24 ± 2.00

Gambar 2. Grafik Sintasan benih 3 jenis Ikan Rainbow

Tabel 3. Pengamatan pertambahan bobot, panjang, dan sintasan larva 3 jenis Ikan Rainbow selama 1 bulan dipelihara dalam akuarium.
Asal ikan rainbow
Bobot (gram)
Panjang (cm)
Sintasan (%)
Danau Kurumoi
Sungai Sawiat
Sungai Gelap
0.0559
0.0358
0.0279
1.49
0.75
1.18
43
38
27
Pemeliharaan 3 jenis benih ikan Rainbow asal Papua yang dilakukan di jaring plastik dalam kolam sintasan untuk benih rainbow asal Danau Kurumoi berkisar antara 42-57% sedang untuk benih rainbow asal Sungai Gelap antara 22-26% dan yang paling rendah adalah benih yang berasal dari Sungai Sawiat antara 12-20% (tabel 3. Rendahnya nilai sintasan ini disebabkan predator yang masuk ke dalam jaring berupa ikan nila, diperkirakan waktu masuk masih berukuran kecil yaitu larva dan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dengan kondisi ketersediaan pangan yang banyak dan akhirnya memakan benih ikan rainbow. Selain itu diduga terjadinya fluktuasi suhu yang ekstrim karena perubahan cuaca yang panas dan mendadak menjadi hujan deras.sebagai terlihat dalam tabel 4.
Kisaran suhu yang sangat tinggi terutama pada waktu pagi dan sore hari mencapai 26-32ºC, sedangkan menurut Tappin (2010) bahwa kualitas air ikan rainbow yang direkomendasikan adalah suhu berkisar antara 22-24ºC, oksigen terlarut > 5 ppm, pH optimum 6.5-7.8, sedangkan ammonia dan nitrit tidak dapat ditemukan kisaran yang direkomendasikan, jadi diduga ikan rainbow tidak toleran terhadap nilai air, sehingga menyebabkan terjadinya kematian pada ikan rainbow. Sedangkan untuk kisaran yang lain masih dalam kisaran normal. Secara umum ammonia diatas 0.5 ppm berbahaya bagi ikan (Anonim, 2010), bila ammonia terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan insang dan ginjal, pertumbuhan terhambat, fungsi otak terganggu (Durborow et al, 1997). Menurut Satyani (2002) bahwa di alam kebanyakan ikan hias merupakan ikan tropis yang diambil dari perairan stabil dengan ekologi vegetasi hutan lebat. Pada daerah demikian, suhu dan kualitas airnya sangat stabil disepanjang tahun. Suhu optimal untuk ikan tropis terutama ikan hias, berada pada suhu 22-27ºC. Hanya saja adaptasi ke suhu toleransi tersebut harus dilakukan secara perlahan, yaitu tidak lebih dari 3ºC per hari. Selain dari jenisnya, kisaran suhu optimal juga ditentukan oleh asal atau genetisnya. Toleransi individual dapat berubah secara genetis karena perubahan lingkungan atau habitat. Sebagai contoh ikan maskoki yang saat ini ada di Indonesia asalnya dari Cina yang beriklim sedang (dingin). Namun, karena adaptasinya sudah berlangsung lama hingga beberapa generasi maka saat ini ikan tersebut menjadi toleransi yang lebih sempit dengan kemampuan adaptasi rendah, yaitu 1-2ºC per hari, terjadi saat ikan memijah, stadia telur, dan stadia larva atau benih.
Menurut Chapman (1992), perubahan suhu akan mempengaruhi pengambilan makanan, proses metabulisme, proses enzimatis, sintesa protein dan difusi molekul-molekul kecil, bahkan bila perubahan suhu terjadi secara mendadak akan menyebabkan kematian. Pada ikan betutu pada stadia benih hanya dapat mentolerir suhu dalam kisaran yang sempit sehingga perubahan suhu sebesar       3-4ºC akan mengganggu proses fisiologis ikan (Taufik, et al. 2008).
Tabel 4. Kisaran parameter kualitas air yang diukur selama penelitian
Parameter
Pagi
Sore
Suhu (ºC)
26-27
26-32
pH
6.5-7.5
7-9.5
CO2 (ppm)
2-11.997
2-13.997
O2 (ppm)
0.706-2.118
1.059-13.414
Alkalinitas (ppm)
22.66-45.31
33.98-45.31
Hardness (ppm)
24.06-46.62
31.10-48.13
NH3 (ppm)
0.080-0.395
0.0277-0.0421
NO2 (ppm)
0.0099-0.0539
0.0011-0.0487

Tabel 5. Pengamatan warna benih ikan dicocokkan berdasarkan Toca Colour Finder (TCF)
Jenis Rainbow
Badan
Linealateralis
Ekor
Danau Kurumoi



Jantan
1011
3102
1011
Betina
2801
3102
2801
Sungai Sawiat



Jantan
2801
3102
5112
Betina
2801
3102
0512
Sungai Gelap



Jantan
2802
3102
0513
Betina
2802
3102
0513
Dari hasil pengamatan untuk ikan Rainbow asal Danau Kurumoi pada sampling ke 3 sudah timbul warna sedangkan pada ikan Rainbow asal Sungai Gelap dan ikan Rainbow asal Sungai Sawiat baru muncul pada sampling ke 4.

Tabel 6. Hasil analisa identifikasi plankton untuk inokulasi di media pemeliharaan.
Jenis

Jumlah
Phytoplankton


Phormidium
Pediastrum
Dictiospaerum
Spirogyra
Selenastrum
Botryoccoccus/ Microcystrus flosaqua kirch
Merismopoda
Cladopora
Dilrispaerina
Chaetopora
Closterium
Scenedesmus
Protococus
Alga hijau
(chlorophyta)












*****
*****
****
***
***
***
**
**
**
*
*
*
*
*
Spirulina
Oksilatoria
Rivularia
Alga biru
(cyanophyta)

***
*
*
Gyrosigma
Pleurosigma
Synedra
Nidzsche lorenziama
Eunotia
Diatoms
(Bacillarihyceae phytoplankton
***
**
*
*
*
Zooplankton


Rotaria (Brachionus, Rotifers
Mitelena, Brachionus, Keratella Maytly nympres, Epeorus)
Tetramastik, Keratella
Entomostraca (cyclop moina, nauplius)
Crustaceans  ( apus nauplius)
Rotaria/ Rotifers
*****
**
*
*
**
*
Micraterias
Gonatozygom
Desmids
(Desmidiaceae)
*
*

Dari hasil pengamatan plankton yang terdapat di kolam tanah (tabel 6) ternyata jenis Pormidium,Pediastrum,Rotaria dan Dictiospaerum cukup banyak sedangkan hasil pengamatan plankton dari isi perut adalah Scenedesmus, Spirogira, Cladopora, Rotaria, Etnomostraca dan Crustacea.
KESIMPULAN
·         Pemijahan 3 jenis ikan rainbow asal Papua Danau Kurumoi, Sungai Gelap, dan Sungai Sawiat shelter rumbai plastik merupakan shelter terbaik, dari ketiga ikan rainbow, ikan rainbow asal danau Kurumoi menghasilkan larva terbanyak (1785 ekor).
·         Larva asal danau Kurumoi yang dipelihara di dalam akuarium selama 1 bulan, pertumbuhan paling bagus yaitu pertambahan bobot 0.609 gram, pertambahan panjang 1.43 cm dan sintasan 44 persen.
·         Benih asal danau Kurumoi yang dipelihara dalam jaring memberikan pertumbuhan paling bagus yaitu bobot 1.208 gram, panjang 4.85 cm dan sintasan 48 persen.
·         Benih ikan rainbow yang dipelihara di kolam setelah umur 3–4 bulan muncul warna .

DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2010. Peneliti Indonesia Temukan Spesies Baru Ikan Rainbow. http://www.globlue.or.id/peneliti-indonesia-temukan-spesies-baru-ikan-raimbow-papua. 15/07/2010.
Anonim. 2010. TAN. http//theaquariumwiki.com/TAN.26.07/2010.
Allen,G.R. 1991.Field Guide to Freshwater Fishes of New Guinea. Publicationo 9 of the Christensen Research Institue. Papua New Guinea.
Axelrod, H.R.,G.S Axelrod,W.B. Burgess,N. Pronek, B.M. Scott & J.G. Wall.2004. Atlas of Freshwater Aquarium Fishes 10 ed. TFH Publication,FFH Plaza. Nepture City, NJ 07753, 1158 p
Chumaedi, et al. 2009. Pemijahan dan perkembangan ikan rainbow  (Melanotaenia spp.,) asal sungai Gelap, Papua. J.Pen. Perik. Indonesia. (4.2). hal 147-156.
Durborow, R.M., David M. Crosby, Marti W. Brunson. 1997. Ammonia in Fish Ponds SRAC, Publication No 463.
Effendi, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Cetakan I. Yayasan Dewi Sri, Bogor 112 hal.
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta 184 hal.
Huet, H. 1971. Texbook of Fish Culture Breeding and Cultivation of Fishing New Ltd. London.
Jefries, M. and Mills, D. 1996. Freswater Ecology, Principles, and Aplications. John Wiley and Sons, Chichester, UK. 285 p.
Kadarusman, Sudarto, E. Paradis, dan L. Pouyaud. Description of Melanotaenia fasinensis, a new species of rainbowfish  (Melanotaeniidae) from West Papua, Indonesia with comments on the rediscovery of M. ajamaruensis and the endangered status of M.parva. Journal of Cybium 2010, 34 (2): 207-215.
Nasution, S.H. 2000. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Puoyaud. L., Kadarusman dan Sudarto 2007. Laporan Ekspidisi Ilmiah Rainbowfish. Kerjasama IRD Indonesia, Akademi Perikanan Sorong dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Tidak dipublikasikan.
Rohmy, et al. 2010. Pengamatan Pemeliharaan Larva Ikan Hias Pelangi (Melanotaenia sp) asal sungai Gelap, Papua dengan Kepadatan yang Berbeda. Dalam proses.
Satyani, D. 2002. Kualitas AirnmUntuk Ikan Hias Air Tawar, Panebar Swadaya. Hal 13.
Subandiyah, et al. 2010. Pemeliharaan Larva Ikan Hias Pelangi asal Danau Kurumoi Umur 7 Hari dengan Pakan Alami. Dalam proses.
Tappin, A.R. 2010. Rainbowfishes, Their Care and Keeping in Captivity. Art Publication.
Taufik, et al. 2008. Pengaruh Sistem Pergantian Air yang Berbeda Pada Pemeliharaan Benih Ikan Betutu (Oxyleutris marmorata Blkk ). J.Pen. Perik. Indonesia. (3.1). hal 53-61.

KENDALA
·         Banyaknya terjadi kematian di tingkat larva karena terlalu padat dalam pemeliharaan dan kualitas pakan benih yang daya tetasnya rendah.
·         Dalam pemeliharaan di kolam, tingginya tingkat kematian disebabkan karena fluktuasi suhu yang sangat tinggi dan banyaknya predator yang masuk dalam jaring.

TINDAK LANJUT
·         Untuk selanjutnya sebaiknya kepadatan dikurangi yaitu 7 ekor setiap liter dalam pemeliharaan larva, penyediaan pakan alami artemia mutunya ditingkatkan.
·         Sebaiknya pembesaran dilakukan dalam bak beton.









LAMPIRAN
Pengamatan warna benih ikan rainbow menggunakan TCF (Toca Colour Finder)

Berbagai macam predator dalam kolam pemeliharaan ikan rainbow

No comments:

Post a Comment