AVERTEBRATA


Ilmu yang mempelajari tentang hewan atau Zoologi (yunani, Zoon = hewan + logo = ilmu) merupakan cabang dari Biologi. Biologi merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (science), maka untuk pengembangan Zoologi atau pemecahan masalah-masalah Zoologi perlu menggunakan cara pemecahan ilmiah (metode ilmiah). Langkah-langkah metode ilmiah: mengobservasi, mempersoalkan, membuat hipotesis, melakukan eksperimen dan menyusun teori.
Keberadaan hewan-hewan di muka bumi sangat beragam. Keberagaman inilah yang hendaknya dipelajari sebagai obyek yang diharapkan dapat diambil fungsi dan manfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia. Semua hewan yang ada di muka bumi ini berasal dari hewan-hewan pada zaman Archeozoicum yang hidup di dalam air. Hal ini dapat kita lihat dari fosil-fosil yang dijumpai. Sebagian dari hewan tersebut dalam perkembangannya pindah ke darat, tetapi sebagian tetap dalam air, misalnya beberapa kelompok Coelenterata sebaliknya semua Filum Echinodermata masih hidup di laut.
Bila kita bandingkan antara habitat air dan darat, maka habitat air lebih seragam, baik dalam kadar oksigen atau salinitas (kadar garamnya). Kadar garam air laut antara 34-36 bagian perseribu atau 3,4% -3,6%, tergantung letak dalam garis lintang bumi. Variasi sinar dan suhu sangat tergantung pada kedalaman air, sehingga kondisi habitat tidak seragam dalam air, padahal 71% permukaan bumi berupa air (terutama laut). Batas pulau atau benua dengan laut adalah pesisir yang landai mencapai kedalam antara 150-200 m, kemudian menjorok kedalam mencapai kedalaman 3000-5000 m lebih, sampai di dasar laut. Dengan perbedaan kedalaman itu terbentuklah habitat yang berbeda, maka hewan yang ada di lingkungan itu berbeda-beda pula.
Pada saat ini para ahi zoologi telah berhasil mendeskripsikan kurang lebih satu juta spesies hewan yang terdapat di muka bumi dan kurang lebih 5% mempunyai tulang berlakang terkenal sebagai Vertebrata. Sisa hewan yang ada (95) merupakan hewan yang tidak bertulang belakang (Avertebrata).
Di dalam dunia hewan telah diketahui bahwa hewan Avertebrata dibedakan atas dua golongan, yaitu hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel saja (Protozoa). Golongan hewan yang lain adalah termasuk hewan bersel banyak yang tubuhnya tersusun atas banyak sel (Metazoa). Dua hal inilah yang akan banyak diuraikan dalam buku ini.
Banyak klasifikasi membagankan rancangan pada masa lalu yang mencoba mencerminkan kelompok-kelompok yang diperkirakan menunjukkan filogeni itu terjadi. Karena perkembangan kelompok tersembunyi pada masa lalu, maka sebagian besar pembagian kingdom hewan kebanyakan berdasar morfologi, fisiologi dan pola perkembangan. Simetri, metameri, perkembangan coelom, dan tipe pembelahan dalam telur banyak dibahas sebagai dasar menentukan kekerabatan.
Walaupun bagan itu tidak semuanya lengkap dan diterima pada masa kini, tetapi kita hendaknya memahami pertimbangan yang telah dipakai (hubungan filogeni/kekerabatan) yakni:
1.            Simetri
Pembagian hewan menjadi Radiata dan Bilateria merupakan salah satu cara pembagian secara dichotomy dalam dunia hewan. Simetri merupakan salah satu bentuk yang dianggap stabil dan erat kaitannya dengan modifikasi untuk penyesuaiannya pada lingkungan. Oleh karena itu hewan sesil (yang menetap di suatu tempat) yang mempunyai bentuk simetri radial lebih menguntungkan daripada yang simetri bilateral. Sebaliknya simetri bilateral terjadi sehubungan dengan cara hidup yang banyak gerak. Bentuk simetri bulat banyak dimiliki oleh plankton. Penggolongan berdasar simetri itu merupakan konsekuensi klasifikasi secara filogentik.
2.            Metameri (berbuku-buku)
Pengulangan secara seri bentuk tubuh atau bagian dari tubuh yang sama digunakan untuk membedakan kelompok yang tanpa buku. Contoh dalam hal ini adalah America, Olygomeria, dan Polygomeria yang merupakan Filum Metazoa dari Avertebrata menurut Hadzi (1963). Dasar klasifikasi ini dalam penelitian lebih lanjut tidak diterima lagi, karena adanya usaha untuk mencoba menyatakan bahwa Coelenterata berasal dari Turbellaria, tidak dapat diterima oleh para ahli lain, karena tidak logis. Masalah lain dalam penggunaan metameri sebagai keriteria hanya berlaku pada salah satu kelompok Mollusca (Neopilina) saja. Pengurangan buku terjadi pada sejumlah Arthtropoda, misalnya pada kelompok yang terpisah secara filogenetik yaitu America dan Oligomeria.
3.            Coelom (rongga tubuh)
Tidak terdapat coelom, pseudocoelom, atau terdapat coelom sebenarnya meruapakan pertimbangan yang berbobot pada hubungan filogeni. Cara pembentukan coelom juga penting, karena coelom dapat dibentuk dengan berbagai cara, misalnya dengan cara pembentukan tunas dari anteron atau berkembang dari lipatan mesoderem, sehingga menunjukkan bahwa coelom dapat berasal dari berbagai lapisan sekaligus menunjukkan peningkatan adaptasinya.
4.            Tingkat Struktur
Pembagian Metazoa menjadi diploblastik dan triploblastik pada makhluk hidup, bukan merupakan pembagian yang sangat berarti, karena filum yang diplobalastik misalnya Coelenterata hanya mempunyai dua lapisan jaringan yang diperikirakan sebagai hasil reduksi dari triploblastik pada perkembangan evolusinya. Kebanyakan dari Metazoa adalah triploblastik. Pada awal pembelahannya baik secara radial maupun tipe lain atau spiral ditentukan oleh tipe perkembangannya sehingga menjadi Metazoa ke arah perkembangan dichotomy. Satu tujuan terjadinya variasi dalam embriologi adalah terbentuk dalam satu filum, dan seperti telah dikemukakan di muka bahwa cara pembentukan coelom dalam embrio merupakan satu perkembangan yang signifikan. Kemiripan tipe larva dan beberapa hewan menunjukkan hubungan filogeni yang benar.
5.            Perbandingan Senyawa Biokimia
Perbandingan senyawa biokimia akan memberikan sumbangan yang berarti bila data lain tidak cukup tersedia untuk menarik hubungan perkerabatannya dengan baik. Zat chitin secara umum terdapat pada sebagian besar Avertebrata kecuali pada filum Deutrostome. Cytochrom c telah berhasil menunjukkan hubungan filogeni dari beberapa hewan dilihat dari asam amino yang dimiliki. Bila filogeni ini dipelajari dengan metode lain maka akan jauh lebih mahal biayanya. Studi hewan dengan cytochrom c secara luas yang pada saat ini dipakai, misalnya studi isozome telah membuktikan sebagai prosedur yang handal menaksir hubungan antara populasi hewan, karena sejumlah enzim menunjukkan variasi elektrofik dapat dipakai untuk meramalkan adanya populasi khusus yang terkembang dari suatu spesies.
6.            Perbandingan Morfologi
Kemiripan struktur pada organisme dapat dipakai sebagai criteria untuk menentukan kekerabatan. Sejumlah karakter sering nampak sebagai cerminan tuntutan aspek ekologi suatu makhluk sehubungan dengan simetrinya. Hewan-hewan Avertebrata anggota Lophophorata mempunyai lophophor (suatu bentuk barisan lingkaran atau tapal kuda dari tentakel) sebagai konsekuensi kehidupan yang tertambat (sesil) untuk penyaringan bahan makanan untuk kehidupannya. Adanya kesamaan struktur dalam seperti sel api dan bentuk modifikasinya menunjukkan hubungan kekerabatan. Tiadanya struktur tertentu menunjukkan terpisahnya makhluk itu dari makhluk lain yang mempunyai struktur tertentu itu. Misalnya hewan kecil yang hidup didasar laut yang gelap pasti tidak memiliki mata, sedang yang berpigmen hidup di daerah permukaan air. Hubungan antara bentuk dan fungsi membawa banyak kasus konvergensi (menuju titik) evolusi. Hewan-hewan yang bercangkang merupakan hewan yang secara bebas berkembang, sehingga agak sedikit sukar mendeteksi hubungan kekerabatannya dengan filum lainnya, yakni dengan Brachiopoda, dan Arthropoda.
Secara umum sejumlah tipe yang mirip dan berbeda dibahas untuk  menentukan ada atau tidak ada hubungan kekerabatan dalam tingkat filum. Sejumlah cirri yang bernilai tinggi dapat diangkat menjadi indicator kekerabatan yang signifikan (penting).
Urutan filum dalam bab-bab buku ini didasarkan atas semakin kompleksnya ciri dan sifat hewan. Hubungan garis lurus tidak tampak dalam pola filogeni, karena pola itu bercabang-cabang. Pola itu tampak sebagai penengah dari berbagai pola hubungan filogeni yang dikemukakan oleh berbagai ahli Zoologi. Semua pola hubungan kekerabatan tidak disusun secara gegabah, tetapi berdasar fakta-fakta yang dianut oleh para ahli tersebut, yang mungkin berbeda tekanannya satu dengan lainnya. Misalnya hubungan kekerabatan Annelida dengan Arthropoda adalah dekat dan telah didokumentasikan secara baik. Sebaliknya terdapat juga membingungkan, misalnya Chaetognotha sering diletakkan pada cabang yang sama dengan Echinodermata dan Chordata, tetapi mereka menempatkan beberapa dasar dekat dengan Nematoda. Barangkali beberapa orang berpendapat bahwa hal itu hanya merupakan divergensi (penyimpangan) saja. Dengan tiadanya bukti fosil, maka hubungan kekerabatan filogeni akan merupakan teka-teki dalam alam.
Dalam melacak hubungan kekerabatan antar filum hewan Avertebrata dan Hewan Vertebrata, yang sekaligus menggambarkan evolusi hewan tingkat rendah sampai terjadinya hewan tingkat tinggi, Hickman (1967) menyusun suatu batang filogenetik. Agar dapat dipelajari zoology dengan seksama dalam bahasan-bahasan selanjutnya, maka perlu memahami antara lain tentang: bentuk tubuh, penampang tubuh, istilah-istilah, saluran pencernaan, cara-cara perkembangbiakan, dan lain-lain.

A.      BENTUK TUBUH DAN ISTILAH-ISTILAH
Tentang bentuk luar dari tubuh hewan dapat dibedakan menjadi bentuk yang asimetris dan bentuk tubuh yang simetris.
Adapun bentuk tubuh yang simetris itu dapat dibagi lagi menjadi tiga yaitu:
a.       Universal simetris atau spherical simetris, artinya simetris seperti bola, bila dibuat penampang dari mana saja asal melalui titik pusatnya akan menghasilkan 2 belahan tubuh yang setangkup satu terhadap yang lain. Contoh binatang yang mempunyai bentuk tubuh universal simetris yaitu: Helizoa, Actinosphaerium.
b.      Radial simetris, artinya simetris seperti roda, bila dibuat penampang vertical melalui pusat tubuhnya maka penampang itu akan membagi tubuh menjadi lebih 2 belahan yang simetris satu terhadap yang lain. Contoh bentuk tubuh dari anemone laut, medusa dari ubur-ubur. Bagian tubuh yang saling bersimetris disebut: Antimeri.
c.       Bilateral simetris artinya simetris seperti pada papan, dalam hal ini hanya ada satu poros longitudinal yang membuat bagian tubuh menjadi simetris, artinya: bila dibuat penampang melaui poros longitudinal tersebut, maka tubuh akan terbelah menjadi 2 belahan yang saling bersimetris yaitu belahan tubuh kanan dan belahan tubuh kiri. Contoh bentuk tubuh yang bilateral simetris yaitu bentuk tubuh belalang atau bentuk tubuh hewan-hewan tingkat tinggi lainnya.

Hewan bentuk tubuhnya bilateral simetris dapat dibuat 3 macam penampang yaitu:
a.       Penampang horizontal, penampang ini membagi tubuh menjadi 2 bagian dari arah anterior-posterior sehingga tubuh terbagi menjadi 2 belahan yaitu belah atas (dorsal) dan belah bawah (ventral).
b.      Penampang longitudinal, penampang ini membagi tubuh menjadi 2 bagian dari arah anterior-posterior sehingga tubuh terbagi menjadi 2 belahan yaitu belah kanan dan belah kiri.
c.       Penampang transversal, penampang ini juga disebut penampang melintang, sebab arahnya tegak lurus dengan sumbu tubuh anterior dan posterior.
Appendages, ialah bagian tubuh yang mencuat keluar digunakan untuk alat gerak, alat penangkap mangsa, ataupun sebagai alat untuk mempertahankan dari dari serangan musuh.
Organ homolog, yaitu organ tubuh yang menurut sejarah perkembangan embrionalnya sama dan mempunyai bentuk fundamental yang sama, misalnya kaki depan katak – sayap burung – tangan manusia. Organ-organ homolog boleh jadi fungsinya sama tetapi dapat juga tidak sama, misalnya: fungsi yang sama, kaki belakang kuda dengan kaki manusia; fungsi yang tidak sama: sayap burung dengan tangan manusia.
Organ analog, yaitu organ yang fungsinya sama tetapi sejarang perkembangan embrionalnya tidak sama, misalnya: sayap kupu-kupu dengan sayap burung.
Metameri, yaitu kondisi tubuh beruas-ruas, tiap ruas disebut segmen, somite atau metameri. Ada sementara hewan yang ruas tubuhnya dapat dilihat dengan nyata dari luar, tetapi sementara ada yang tidak. Contoh ruas-ruas tubuh baik ruas dalam maupun ruas luar yang dapat dilihat dengan jelas dan nyata misalnya pada cacing tanah. Sedang ruas tubuh yang tidak dapat terlihat dari luar, misalnya pada vertebrata umumnya. Hewan-hewan yang bermetameri sama disebut hewan homonomous, sedang hewan yang metamerinya tidak sama disebut heteronomous. Hewan diplobalastik, yaitu hewan metazoa yang tubuhnya hanya terdiri dari 2 lapisan embrional, yaitu lapisan endodermis dan lapisan ektodermis. Misalnya: Porifera dan Coelenterata. Hewan triploblastik, yaitu hewan metazoa yang tubuhnya terdiri dari 3 lapisan embrional, yaitu lapisan endodermis, lapisan mesodermis, dan lapisan ektodermis. Misalnya hewan-hewan metazoan lainnya kecuali Porifera dan Coelenterata.
            Dalam perekembangannya, maka di dalam tubuh hewan-hewan triploblastik akan terbentuk suatu rongga tubuh. Bila rongga tubuh itu diselimuti oleh lapisan peritoneum (yang berasal dari lapisan mesodermis) maka rongga tubuh semacam ini disebut Coelom, dan hewan-hewan yang mempunyai Coelom disebut Eucoelomata. Bila ronga tubuh yang diselimuti oleh peritoneum itu mengalami reduksi dan kemudian diisi oleh darah maka rongga tubuh yang ada padanya tidak diselimuti oleh selaput peritoneum maka rongga tubuh semacam ini disebut rongga tubuh semu atau palsu atau pseudocoel.

B.                 SALURAN PENCERNAAN
Berdasarkan ada tidaknya saluran pencernaan maka hewan-hewan Metazoa dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Parazoa dan Enterozoa.
Parazoa, yaitu Metazoa yang tidak mempunyai saluran pencernaan makanan. Misalnya: Porifera. Enterozoa, yaitu Metazoa yang mempunyai saluran pencernaan makanan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah hewan-hewan lain kecuali Protozoa dan Porifera. Dalam hal ini ada 2 jenis Enterozoa, yaitu: Enterozoa inkomplit dan Enterozoa komplit.
a.       Enterozoa inkomplit, artinya hewan-hewan ini hanya mempunyai mulut tanpa mempunyai anus, misalnya: Coelenterata dan Platyhelminthes.
b.      Enterozoa komplit, artinya hewan-hewan ini saluran pencernaan makanannya sudah lengkap baik mempunyai mulut maupun anus. Yang termasuk dalam golongan ini ialah Metazoa pada umumnya kecuali Porifera, Coelenterata, dan Platyhelminthes.
     
C.      CARA-CARA PERKEMBANGBIAKAN
Cara perkembangbiakan itu dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu: cara reproduksi aseksual dan cara reproduksi seksual. Reproduksi aseksual, dalam perkembangbiakan semacam ini tanpa terlibatnya germ-cell atau sel gamet/sel kelamin, misalnya: dengan cara pembelahan, dengan cara pembentukan kuncup (bud). Reproduksi seksual, dalam cara perkembangbiakan semacam ini ditandai dengan terlibatnya sel-sel gamet atau germ-cell. Dalam hal ini masih dibedakan menjadi 2 macam cara, yaitu: dengan cara parthenogenesis (parthenos = perawan) yang berarti bahwa makhluk baru berasal dari sel telur yang tanpa dibuahi oleh spermatozoid. Dengan perkawinan artinya disini terjadi peleburan bersama antara gamet betina atau sel telur/ovum dengan gamet jantan atau spermatozoid.
Bila didasarkan pada macam alat kelamin yang ada padanya maka hewan itu dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Hewan Monoecious atau hermaphrodite, yaitu hewan yang disamping mempunyai kelamin betina juga mempunyai kelamin jantan. Dalam perkawinannya bila ovumnya sendiri dikawini oleh spermatozoidnya sendiri perkawinan semacam ini disebut perkawinan sendiri atau sel fertilization. Tetapi bila ovumnya dikawini oleh spermatozoid hewan lain yang sejenis maka perkawinan semacam ini disebut perkawinan silang atau cross fertilization. Hewan Dioecious yaitu hewan yang hanya mempunyai 1 jenis kelamin saja, apakah jantan saja atau betina saja. Hewan ini juga biasa disebut hewan yang kelaminnya terpisah.  

D.      HUBUNGAN ANTARA ZOOLOGI DENGAN ILMU-ILMU YANG LAIN
Zoologi dan Botani bersama-sama merupakan bagian dari ilmu hayat atau Biologi.
a.       Botani adalah ilmu yang membicarakan tentang segala sesuatunya mengenai tanaman dan hal-hal yang bersangkut paut dengan kehidupan tanaman.
b.      Zoologi adalah ilmu yang membicarakan tentang segala sesuatunya mengenai hewan dan hal-hal yang bersangkut paut dengan kehidupan hewan.
Untuk dapat mempelajari zoologi secara mendalam, maka perlu pertolongan imu-ilmu lain, misalnya: Kimia, Fisika, Geografi, Geologi, Matematika dan lain-lain. Jadi kesimpulannya, baik Zoologi maupun Botani tidak merupakan ilmu-ilmu yang berdiri sendiri melainkan berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lain yang saling melengkapi.

E.       KLASIFIKASI ZOOLOGI
a.    Urutan-urutan dalam Klasifikasi (Kategori)
Satuan terkecil dari pada makhluk hidup yang dapat berdiri sendiri disebut individu. Bila dalam kondisi alami individu itu dapat mengadakan perkawinan dan dari perkawinan itu dapat diperoleh keturunan yang fertile (subur) dan normal, maka individu semacam itu disebut spesies. Dua spesies atau lebih yang mempunyai kesamaan sifat-sifat tertentu tergabung dalam suatu himpunan yang disebut genus (bila jamak disebut genera). Beberapa genus yang mempunyai sifat sama bergabung membentuk filum (jamaknya: phyla/fila). Akhirnya gabungan dari phyla akan merupakan kerajaan atau kingdom secara keseluruhan.
Bila dibuatkan skema maka klasifikasi tersebut dapat diibaratkan sebagai suatu pohon dimana daun-daunnya dapat disamakan dengan spesies, tangkai daun dapat disamakan dengan genus. Sedangkan ranting-rantingnya sebagai ordo selanjutnya cabang-cabang yang besar diibaratkan sebagai kelas, akhirnya batangnya diibaratkan sebagai Filum. Sehingga secara keseluruhan akan terwujudlah suatu pohon Animal Kingdom.

b.        Sistem Penamaan (Nomenclature)
Nama daerah atau vernacular name: daerah satu dengan yang lain akan memberi nama yang berbeda-beda pada hewan yang sama. Hal ini kurang menguntungkan dalam ilmu pengetahuan sebab akan mengundang banyak kesalahpahaman saja. Oleh sebab itu dalam terminology ilmiah nama daerah tidak dipergunakan.
Nama ilmiah/scientific name: agar tidak mengundang kesalahpahaman maka perlulah diadakan keseragaman pada pemberian nama terhadap binatang maupun tumbuh-tumbuhan, secara ilmiah. Pemberian nama secara ilmiah dipergunakan system yang disebut binomial atau binomial nomenclature. Sistem ini dicetuskan pertama kali oleh Carolus von Linneus (Swedia), yaitu semua hewan maupun tumbuh-tumbuhan diberi nama dengan dua buah perkataan dengan bahasa latin. Kata pertama menunjukkan genusnya dan nama ini generic-name,  sedangkan kata yang kedua menunjukkan spesiesnya, nama ini disebut specific name. Tetapi bila spesiesnya masih dibagi lagi menjadi sub spesies maka scientific-name untuk hewan atau tumbuhan itu terdiri dari 3 buah perkataan  atau disebut trinomial nomenclature, sehingga nama yang ketiga menunjukkan sub spesiesnya. Nama ilmiah tersebut ditandai dengan huruf besar pada permulaan nama genusnya sedangkan nama spesiesnya dimulai dengan huruf kecil dan dibelakang nama ilmiah itu dicantumkan huruf inisial dari penemu atau pengarangnya yang mempublisir pertama kali nama tersebut. Misalnya bila pengarangnya Linnous maka dibelakang nama ilmiah untuk hewan dan tumbuhan tersebut diberi tambahan Linn. Untuk buku, cetakan nama ilmiah tersebut dicetak dengan huruf miring, sedangkan bila ditulis tangan nama itu diberi garis bawah yang terpisah (digaris bawahi); contoh: Paramaecium caudatum.
Pada tumbuhan apabila nama jenis itu akan dibentuk dari tiga kata, maka kata kedua dan ketiga, harus disatukan atau diberi tanda hubung. Nama jenis tumbuhan tidak boleh merupakan tautonim; (dua kata yang persis sama atau hampir sama) nama jenis hewan boleh. Contoh: Gallus gallus (ayam).
Nama hewan yang kita jumpai dalam bentuk kombinasi tiga kata dimaksudkan sebagai nama takson tingkat anak jenis (subspecies). Bila sesuatu jenis memiliki lebih dari satu anak jenis, maka salah satu nama takson tingkat anak jenis itu harus memiliki nama petunjuk anak jenis yang sama dengan nama petunjuk jenisnya. Contoh: Gallus gallus bankiwa.
Nama tumbuhan yang menunjukkan takson di bawah jenis berlaku ketentuan bahwa di belakang petunjuk jenis harus disebutkan istilah takson anak jenis yang dimaksud (biasanya disingkat), baru kemudian disebutkan penunjuk takson di bawah tingkat jenis itu.
Baik bagi tumbuhan maupun hewan, nama takson tingkat marga terdiri atas satu kata berbentuk jamak, huruf pertama ditulis dengan huruf besar. Nama takson tingkat suku, pada tumbuhan dibentuk dari salah satu nama takson tingkat marga yang dipilih dari berbagai tipenya ditambah akhiran aceae, pada hewan perbedaannya terletak pada akhirannya yaitu berupa idae.
Untuk kategori-kategori di atas suku, bagi hewan tidak ada akhiran tertentu, kecuali bagi nama takson tingkat bangsa akhiran iformes khusus bagi kelompok burung dan ikan. Contoh: Columbiformes.
Garis besar pengelompokkan (klasifikasi) hewan yang ada di muka bumi diantaranya adalah sebagai berikut:
Klasifikasi dunia animalia/hewan avertebrata (Round, 1972)
Sub dunia hewan I      : Protozoa, hewan-hewan bersel satu.
                                      Filum Protozoa
Sub-dunia hewan II    : Metazoa, hewan-hewan bersel banyak.
II.1 Diploblastik          : Hewan-hewan yang mempunyai dua lapisan embrional.
            1.1 Cabang A  : Mesozoa
Mempunyai satu lapisan sel yang mengelilingi satu atau banyak sel reproduksi.
            1.2 Cabang B  : Parazoa
                  Mempunyai dua lapisan sel yang belum terkoordinasi
            1.3 Cabang C  : Eumetazoa
Mempunyai dua lapisan sel yang mempunyai koordinasi berupa sel-sel syaraf.
                  1.3.1 Radiata: Hewan yang mempunyai tubuh yang bersifat simetrik radial. Filum Coelenterata, Filum Ctenophora.
   
II.2 Triploblastik                 : Hewan yang mempunyai tiga lapisan embrional.
           2.1   Bilateral            : Hewan yang mempunyai tubuh bersifat simetri bilateral.
                  2.1.1 Acoelomata
                           Hewan dengan mesoderm padat, jadi belum mempunyai coelom (rongga tubuh).
                           Filum Platyhelminthes, Filum Nemertiana (Rhinchocoela)
                  2.1.2 Pseudocoelomata
                                            Hewan-hewan yang mempunyai rongga tubuh antara mesoderm dan endoderm (=Pseudocoelom). Filum Achanthocephala, Filum Aschelminthes (Rotifera, Gastrotricha, Kinorhynca, Nematoda, Nematophora), Filum Entoprocta.
                  2.1.3 Coelomata
                           Hewan dengan rongga dalam mesoderm. Filum Achanthocephala, Filum Aschelminthes (Rotifera, Gastrotricha, Kinorhynca, Nematoda, Nematophora), Filum Entoprocta.
                           2.1.3.1 Protostomia: mulut berkembang dari blastopor
                                       2.1.3.1.1 Protosmia lebih rendah
                                                      Protosmia tidak bersegmen yang paling sederhana.
                                                      Filum Priapulida, Filum Sipunculida, Filum Echiurida.
                                       2.1.3.1.2 Protosoma Lofoforata
                                                      Protosoma yang mempunyai lofofora.
                                                      Filum Ectoprocta, Filum Phoronida, Filum Brachiopoda.
                                       2.1.3.1.3 Protosmia lebih tinggi
                                                      Protosmia bersegmen dan kompleks.
                                                      Filum Mollusca, Filum Annelida, Filum Arthropoda.
                           2.1.3.2 Deutorosmia: anus berkembang dari blastopor.
                                                     Filum Chaetognatha, Filum Echinodermata, Filum Pogonophora (Brachiata), Filum Hemichordata, Filum Chordata.
Klasifikasi yang ditunjukkan seperti dibawah ini:
Sub Kingdom I  : Protozoa (Hewan bersel tunggal)
Filum I               : Protozoa
Sub Kingdom II : Metazoa (Hewan bersel banyak atau hewan berjaringan)
Filum II              : Mesozoa
Filumm III         : Porifera
Filum IV            : Coelenterata
Filum V              : Ctenophora
Filum VI            : Platyhelminthes
Filum VII           : Nemerthinae
Filum VIII         : Entoprocta
Filum IX            : Nemathelminthes (Aschelmintes)
Filum X              : Ascanthocephala
Filum XI            : Bryozoa
Filum XII           : Phoronidae
Filum XIII         : Brachiopoda
Filum XIV         : Chaetognatha
Filum XV           : Annelida
Filum XVI         : Molusca
Filum XVII        : Arthtopoda
Filum XVIII      : Echinodermata
Filum XIX         : Chordata, terbagi atas:
                              Sub Filum Hemichordata
                              Sub Filum Urochordata/Tunicata
                              Sub Filum Cephalocordata
                              Sub Filum Vertebrata, terbagi atas:
                                       Superklas Pisces       : 1. Kelas Agnatha
                                                                        : 2. Kelas Placodermata
                                                                        : 3. Kelas Chondrichtyes
                                                                        : 4. Kelas Osteichthyes
                                       Superklas Tetrapoda : 1. Kelas Amphibia
                                                                        : 2. Kelas Aves
                                                                        : 3. Kelas Reptilia
                                                                        : 4. Kelas Mamalia
           Pada pembahasan selanjutnya dalam buku ini hanya dibahas Phyla tertentu saja, yaitu: Protozoa, Porifera, Coelenterata, Plathyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda, dan Echinodermata.

















Rounded Rectangle: RINGKASAN 




Ilmu yang mempelajari tentang hewan atau zoologi merupakan bagian dari biologi. Telah banyak para ahli Zoologi berhasil mendeskripsikan kurang lebih satu juta hewan yang terdapat dimuka bumi, sebagian ± 5% hewan-hewan tersebut mempunyai tulang belakang (Vertebrata) dan sisanya terdiri dari hewan-hewan yang tidak mempunyai tulang belakang (Avertebrata).
Para ahi telah mengelompokkan (mengklasifikasikan) hewan-hewan tersebut, dengan maksud untuk: memudahkan untuk mengenal, mempelajari hewan-hewan tersebut secara lebih mendalam, secara umum perlu memahami lebih dahulu antara lain: bentuk tubuh secara umum, istilah-istilah, saluran pencernaan, cara-cara perkembangbiakan, hubungan antara Zoologi dengan ilmu-ilmu yang lain, cabang-cabang Zoologi dan klasifikasi Zoologi itu sendiri.
Pengelompokkan (klasisifikasi) hewan berbeda-beda bagi para ahli, masing-masing mempunyai dasar dan alasan tersendiri.
 
Rounded Rectangle: SOAL LATIHAN 





1.      Bagaimana hubungan Zoologi dengan ilmu-imu yang lain? Jelaskan!
2.      Terangkan bentuk tubuh hewan: bilateral simetris, radial simetris, beserta contoh hewannya.
3.      Sayap kupu-kupu dan sayap burung, merupakan organ analog, sayap burung dengan tangan manusia adalah homolog. Jelaskan pengertian tersebut.
4.      Bandingkan antara saluran pencernaan hewan-hewan Enterozoa inkomplit dengan Enterozoa komplit.
5.      Buatlah ikhtisar cara-cara perkembangbiakan hewan secara umum disertai contoh-contoh hewannya.
6.      Sebutkan salah satu contoh hewan, kemudian buatlah urutan dalam klasifikasi (kategori)

7.      Terkait dengan permasalahan nomor 6 di atas, jelaskan sistem penamaan ilmiahnya.

No comments:

Post a Comment