Teori Motivasi Enterpreneur

PENDAHULUAN

1.1.          Latar Belakang

Kata motivasi semakin sering digunakan akhir-akhir ini, baik dalam buku-buku popular, seminar-seminar atau lainnya terutama dalam hal yang menyangkut pengembangan diri. Kata motivasi itu sendiri berartikan perilaku yang ingin menapai tujuan tertentu yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga dimaknai sebagai sebuah kemampuan untuk memotivasi diri senditi tanpa memerlukan bantuan orang lain. Memotivasi diri juga sama pentingnya di mata banyak pihak, karena dianggap sebagai proses dimana seseorang berusaha menghilangkan faktor yang melemahkan dorongan terhadap dirinya.
Dalam melakukan wirausaha, banyak orang yang sering meniatkan diri untuk melakukan pengembangan diri, namun sering tidak dilakukan dan berhenti hanya sebagai niat saja. Hal tersebut dapat pula terjadi karena kurangnya motivasi, antusiame, keinginan dan disiplin. Motivasi mempunyai peranan penting dan strategis dalam aktivitas hidup seseorang  termasuk di dalamnya kegiatan kewirausahaan atau entrepreneur. Tidak ada seorangpun yang dapat menjalankan banyak aktivitas tanpa ada motivasi dalam dirinya. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka perlu diketahui lebih dalam mengenai teri-teori  motivasi entrepreneur, tidak hanya diketahui tetapi juga harus diterapkan dalam pelaksanaannya.
Dengan demikian, pada makalah ini kami akan membahas mengenai motivasi dan teori-teori motivasi entrepreneur. Untuk dapat membantu dalam pemahaman dan juga penerapannya dalam kehidupan nyata bagi banyak pihak.

1.2.          Rumusan Masalah

Dalam makalah ini ada beberapa masalah yang akan kami bahas, yaitu:
1.    Apa pengertian entrepreneur?
2.    Apa pengertian motivasi?
3.    Apa saja teori-teori motivasi entrepreneur?
4.    Bagaimana isi teori-teori motivasi entrepreneur tersebut?

1.1.          Tujuan Pembuatan Makalah

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui pengertian entrepreneur secara jelas
2.    Mengetahui pengertian motivasi secara jelas
3.    Mengetahui teori-teori motivasi entrepreneur
4.    Mengetahui isi teori-teori motivasi entrepreneur tersebut

























BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kewirausahaan

Wirausaha pada prinsipnya harus memiliki tiga kemampuan sekaligus dalam hal membeli (dari pemasok untuk proses internal), membuat (agar memiliki nilai tambah), dan menjual (kepada pelanggan).

A.     Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah konsep dasar yang menghubungkan berbagai bidang disiplin ilmu yang berbeda antara lain ekonomi, sosiologi, dan sejarah. Kewirausahaan bukanlah hanya bidang interdisiplin yang biasa kita lihat, tetapi ia adalah pokok-pokokyang menghubungkan kerangka-kerangka konseptual utama dari berbagai disiplin ilmu. Tepatnya, ia dapat dianggap sebagai kunci dari blok bangunan ilmu social yang terintegrasi.
Pelaku atau subjek kewirausahaan biasa di sebut wirausahawan, salah stau definisi wirausahawan diartikan sebagai pendiri atau manajer-pemilik perusahaan berukuran kecilatau menengah dengan potensi pertumbuhan, sedangkan arti lain mendefinisikan wirausahawan dalam bentuk fungsi ekonomi dia (pria atau wanita) perankan. (entrepreneurship, teori, Jejaring, sejarah. Mark casson. Jakarta rajawali Press 2012.) Pg. 3-4
Wirausahawan (entrepreneur) adalah seorang innovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan produk atau jasa yang mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, yang menyusun konsep strategi perusahaan, dan yang berhasil menerapkan ide-idenya. Wirausahawan juga adalah mereka yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju, termasuk juga mereka yang berani mengambil resiko, mengkoordinasi kegiatan, mengelola modal atau sarana produksi, yang mengenalkan fungsi produksi baru, dan mereka yang memiliki respon kreatif dan inovatif terhadap perubahan yang terjadi[1].

2.2. Motivasi

A. Pengertian motivasi

Motif seringkali diistilahkan sebagai dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan driving force  yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan didalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu  (Moch. As’ad, 1995: 45).
Motivasi secara sederhana dapat diartikan “Motivating” yang secara implisit berarti bahwa pimpinan suatu organisasi  berada di tengah-tengah bawahannya, dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat dan koreksi jika diperlukan (Siagian, 1985: 129). Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsang untuk melakukan tindakan  (Winardi, 2000: 312). Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia melakukan sesuatu. [2]

B.     Teori Motivasi

Motivasi sebenarnya memiliki beberapa teori dari beberapa pendapat tokoh, teori tersebut antara lain teori Motivasi Klasik oleh F.W Taylor; teori Maslow’s Need Hierarchy oleh A.H. Maslow; Herzberg’s two factor theory oleh Frederick Herzberg; Mc. Clelland’s achievement Motivation Theory oleh Mc. Clelland; Alderfer Existence, Relatedness And Growth (ERG) Theory oleh Alderfer; teori Motivasi Human Relation; teori Motivasi Claude S. Geogre.

1.    Teori Maslow’s Need Hierarchy oleh A.H. Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa mausia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya. Salah satu hal menarik di awal karirnya adalah ketika melihat beberapa kebutuhan lebih didahulukan dibanding yang lainnya. Sebagai contohnya, ketika haus dan lapar, maka Anda akan terlebih dahulu mengatasi haus dibandingkan lapar. Karena tanpa makanan kita dapat bertahan selama  beberapa minggu, tetapi tanpa minuman hanya beberapa hari saja. Sehingga dapat dikatakan  bahwa kebutuhan akan minuman lebih kuat dibandingkan dengan makanan.
Setiap manusia mempunyai needs (kebutuhan, dorongan, intrinsic dan extrinsic factor), yang pemunculannya sangat tergantung dari kepentingan individu. Dengan kenyataan ini, kemudian A. Maslow (Siagian, 1996: 149) membuat needs hierarchy theory untuk menjawab tentang tingkatan kebutuhan manusia tersebut.

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-uH3GeYUFVsVv6Ru_tj3ZiIcw-zZZ2RUqyhOi5rH8h7uWxzTrmxfKhI6DRwdaVsNifkw3QYlRZ1H605EGC2G_FZYe6fHqo0Jo6nqd4GpIH_JBO40mR-THe-LXP2cAOlN0sIGV6tCDUrw/s1600/Maslow.png
Gambar 1. Maslow’s Hierarchy of Human Needs




Maslow menggunakan piramida (gambar 1) sebagai peraga untuk memvisualisasikan gagasannya mengenai teori hierarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hierarki, mulai yang paling rendah (bersifat dasar) sampai yang paling tinggi.
 Maslow membagi kebutuhan manusia menjadi lima tingkatan, antara lain sebagai berikut:
a.    The Physiological Needs 
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling mendasar dan sangat penting untuk bertahan hidup. Diantaranya adalah kebutuhan udara, air, makanan, tidur, dll. Maslow  percaya bahwa kebutuhan fisiologis sangat penting dan naluriah di dalam hierarki kebutuhan karena kebutuhan yang lain menjadi sekunder sampai kebutuhan ini terpenuhi.
Kebutuhan ini dinamakan juga basic need sayang jika tidak terpenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrim maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu
b.   The Safety and Security Needs
Ketika kebutuhan fisiologis telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan akan keamanan. Diantaranya;
·      physical security  (aman dari kejahatan dan agresi),
·      security of employment   (keselamatan kerja),
·      security of revenues and resources (keamanan sumber daya),
·      moral and physiological security (keamanan fisiologis),
·      familial security (keamanan keluarga),
·      security of health (keamanan kesehatan), dan
·      security of personal property against crime (keamanan kekayaan pribadi dari kejahatan).
Karena adanya kebutuhan inilah maka dibuat aturan, undang-undang,mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi, pensiun, dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs , kalau safety needs ini terlalu lama dan banyak tidak terpenuhi maka pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun  perilakunya akan cenderung ke arah negatif.
c.    The Love and Belonging Needs
Manusia biasanya membutuhkan rasa dimiliki dan diterima, apakah datang dari kelompok sosial yang luas (kelompok, kantor, perkumpulan keagamaan, organisasi profesional, tim olahraga,  geng , dll.) atau koneksi sosial yang kecil (anggota keluarga,  pasangan, mentor, teman kuliah, sahabat karib). Mereka membutuhkan untuk mencintai dan dicintai oleh yang lainnya. Tidak terpenuhinya kebutuhan ini maka orang akan menjadi rentan merasa sendirian, gelisah, dan depresi. Kekurangan rasa cinta dan dimiliki juga  berhubungan dengan penyakit fisik seperti penyakit hati.
d.   The Esteem Needs
Menurut Maslow, semua manusia membutuhkan penghargaan, menghargai diri sendiri, dan juga menghargai orang lain. Orang perlu melibatkan diri untuk mendapatkan  pengakuan dan mempunyai kegiatan atau kontribusi kepada orang lain dan juga nilai diri,  baik di dalam pekerjaan ataupun hobi.
Terdapat dua tingkatan kebutuhan penghargaan/penghormatan. Tingkatan yang lebih rendah terkait dengan unsur-unsur ketenaran, rasa hormat dan kemuliaan. Tingkatan yang lebih tinggi mengikat pada konsep kepercayaan diri, kompetensi, dan prestasi. Tingkatan yang lebih rendah umumnya dianggap miskin. Hal ini tergantung orang lain atau seseorang membutuhkan diyakinkan karena harga diri yang lebih rendah. Orang dengan harga diri yang rendah membutuhkan penghargaan dari orang lain. Namun, keyakinan, kompetensi, dan  prestasi hanya membutuhkan satu orang dan orang lain tidaklah penting untuk kesuksesan sendiri.
Semua empat tingkatan sebelumnya disebut deficit needs , atau D-needs . Yaitu, jika Anda tidak memiliki cukup sesuatu (defisit) maka akan merasa perlu. Tetapi jika Anda mendapatkan semua yang dibutuhkan maka tidak akan merasakan apa-apa. Seperti halnya, “You don’t miss your water till your well runs dry!”
e.    Self Actualization Needs
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah manusia untuk memanfaatkan kemampuan mereka yang unik dan berusaha menjadi yang terbaik. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai berikut:
Self Actualization is the intrinsic growth of what is already in the organism, or more accurately, of what the organism is[3].  
Selain menggambarkan apa yang dimaksud dengan aktualisasi diri dalam teorinya, Maslow juga mengidentifikasi beberapa karakteristik kunci dari aktualisasi diri seseorang, antara lain:
·       Acceptance and Realism
Mempunyai persepsi realistis dari diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungan di sekitar mereka.
·      Problem-centering 
Prihatin dengan pemecahan masalah di luar diri mereka, termasuk membantu orang lain dan mencari solusi terhadap permasalahan di lingkungan luar mereka. Orang-orang seperti ini sering termotivasi oleh tangggung jawab pribadi dan etika.
·      Spontaneity
Spontan dalam pikiran internal dan perilaku mereka keluar. Mereka dapat menyesuaikan diri dengan aturan dan harapan sosial, cenderung terbuka dan tidak konvensional.
·      Autonomy and Solitude
Karakteristik lain dari aktualisasi diri seseorang adalah kebutuhan akan kebebasan dan  privasi. 
·      Continued Freshness of Appreciation
Melihat dunia dengan penghargaan, kekaguman yang berlangsung terus menerus. Bahkan,  pengalaman sederhana terus menjadi sumber inspirasi dan kesenangan.
·      Peak Experiences
Individu yang mencapai aktualisasi diri sering memiliki apa yang dimaksud pengalaman  puncak Maslow, atau saat suka cita. Setelah semua pengalaman
ini orang merasa terinspirasi, diperkuat, diperbaharui atau ditransformasikan.

2.    Teori Motivasi Howthrone
 Teori ini ditemukan  pada tahun 1925 oleh sekelompok peneliti dari Harvard yang memulai penelitian di Hawthorne Works of Western Electric di luar kota Chicago.
Hasil penelitian tersebut lebih dikenal dengan nama ‘’Effek Hawthorne/Hawthorne Effect’’yaitu sebuah teori yang mempunyai pengaruh besar tehadap teori hubungan manusia. Juga, terjadinya kecenderungan meningkatnya produktifitas apabila para pekerja yakin mereka menerima perhatian khusus dari manajemen.Teori ini bertujuan meyakinkan manajemen bahwa memperhatikan karyawan adalah hal yang penting.[4] Untuk meningkatkan prestasi kerja karyawan, perlu adanya faktor hubungan manusia. Jika karyawan mendapat perhatian khusus secara pribadi terhadap dirinya dan juga terhadap kelompoknya, maka produktivitasnya akan meningkat.[5]

3.    Teori Dua Faktor Hezberg (Herzberg’s two factor theory oleh Frederick Herzberg)
Frederick Herzberg (1923-2000), adalah seorang ahli psikolog klinis dan dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang manajemen dan teori motivasi. Frederick I Herzberg dilahirkan di Massachusetts pada 18 April 1923. Sejak sarjana telah bekerja di City College of New York. Lalu tahun 1972, menjadi Profesor Manajemen di Universitas Utah College of Business. Hezberg meninggal di Salt Lake City, 18 Januari 2000. Frederick Herzberg  mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator[6]. Berdasarkan hasil penelitian terhadap akuntan dan ahli teknik Amerika Serikat dari berbagai Industri, Herzberg mengembangkan teori motivasi dua faktor[7].Menurut teori ini ada dua faktor yang mempengaruhi kondisi pekerjaan seseorang, yaitu faktor pemuas (motivation factor) yang disebut juga dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor kesehatan (hygienes) yang juga disebut disatisfier atau ekstrinsic motivation.
Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong karyawan termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja.
Jadi karyawan yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaan yang memungkinnya menggunakan kreaktivitas dan inovasinya, bekerja dengan tingkat otonomi yang tinggi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak terutama dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang lebih terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi[8].Adapun yang merupakan faktor motivasi menurut Herzberg adalah: pekerjaan itu sendiri (the work it self), prestasi yang diraih (achievement), peluang untuk maju (advancement), pengakuan orang lain (ricognition), tanggung jawab (responsible).
Menurut Herzberg faktor hygienis/extrinsic factor tidak akan mendorong minat para pegawai untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial (Cushway & Lodge, 1995 ).
Sedangkan faktor motivation/intrinsic factor merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis) (Leidecker & Hall dalam Timpe, 1999).
Dari teori Herzberg tersebut, uang/gaji tidak dimasukkan sebagai faktor motivasi dan ini mendapat kritikan oleh para ahli. Pekerjaan kerah biru sering kali dilakukan oleh mereka bukan karena faktor intrinsik yang mereka peroleh dari pekerjaan itu, tetapi kerena pekerjaan itu dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka (Cushway & Lodge, 1995 ).

  1. Teori Tiga Motif Sosial (Mc. Clelland’s achievement Motivation Theory oleh Mc. Clelland)
David Clarence McClelland (1917-1998) mendapat gelar doktor dalam psikologi di Yale pada 1941 dan menjadi profesor di Universitas Wesleyan. McClelland dikenal untuk karyanya pada pencapaian motivasi. David McClelland memelopori motivasi kerja berpikir, mengembangkan pencapaian berbasis teori dan model motivasi, dan dipromosikan dalam perbaikan metode penilaian karyawan, serta advokasi berbasis kompetensi penilaian dan tes. Ide nya telah diadopsi secara luas di berbagai organisasi, dan berkaitan erat dengan teori Frederick Herzberg.
a.    Tiga motif sosial menurut Mc. Clelland
David McClelland dikenal menjelaskan tiga jenis motivasi, yang diidentifikasi dalam buku ”The Achieving Society”:
o    Motivasi untuk berprestasi (n-ACH)
o    Motivasi untuk berkuasa (n-pow)
o    Motivasi untuk berafiliasi/bersahabat (n-affil)
David Mc. Clelland[9] dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theory atau teori motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk mendukung hipotesa yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.
Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi (achievement), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi. Model motivasi ini ditemukan diberbagai lini organisasi, baik staf maupun manajer. Beberapa karyawan memiliki karakter yang merupakan perpaduan dari model motivasi tersebut.
1)      Kebutuhan akan prestasi (n-ACH)
Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan ini pada hirarki Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Ciri-ciri inidividu yang menunjukkan orientasi tinggi antara lain bersedia menerima resiko yang relatif tinggi, keinginan untuk mendapatkan umpan balik tentang hasil kerja mereka, keinginan mendapatkan tanggung jawab pemecahan masalah.
n-ACH adalah motivasi untuk berprestasi , karena itu karyawan akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Karyawan perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
2)   Kebutuhan akan kekuasaan (n-pow)
Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan.
n-pow adalah motivasi terhadap kekuasaan. Karyawan memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.
3)      Kebutuhan untuk berafiliasi atau bersahabat (n-affil)
Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.
McClelland mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki kombinasi karakteristik tersebut, akibatnya akan mempengaruhi perilaku karyawan dalam bekerja atau mengelola organisasi.

b.   Karakteristik dan sikap motivasi prestasi ala Mc.clelland:
·      Pencapaian adalah lebih penting daripada materi.
·      Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan.
·      Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).
c.       Penelitian David Mcclelland
Penelitian McClelland terhadap para usahawan menunjukkan bukti yang lebih bermakna mengenai motivasi berprestasi dibanding kelompok yang berasal dari pekerjaan lain. Artinya para usahawan mempunyai n-ach yang lebih tinggi dibanding dari profesi lain.
Kewirausahaan adalah merupakan kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumberdaya untuk mencari peluang sukses (Suryana, 2006). Kreativitas adalah kemampuan mengembangkan ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2006). Inovasi adalah kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan masalah dan menemukan peluang (Suryana, 2006). Ciri-ciri pokok peranan kewirausahaan (McClelland, 1961 dalam Suyanto, 1987) meliputi Perilaku kewirausahaan, yang mencakup memikul risiko yang tidak terlalu besar sebagai suatu akibat dari keahlian dan bukan karena kebetulan, kegiatan yang penuh semangat dan/atau yang berdaya cipta, tanggung jawab pribadi, serta pengetahuan tentang hasil-hasil keputusan; uang sebagai ukuran atas hasil.  
Ciri lainnya, minat terhadap pekerjaan kewirausahaan sebagai suatu akibat dari martabat dan ‘sikap berisiko’ mereka. Seorang wirausaha adalah risk taker. Risk taker dimaksudkan bahwa seorang wirausaha dalam membuat keputusan perlu menghitung risiko yang akan ditanggungnya. Peranan ini dijalankan karena dia membuat keputusan dalam keadaan tidak pasti. Wirausaha mengambil risiko yang moderat, tidak terlalu tinggi (seperti penjudi), juga tidak terlalu rendah seperti orang yang pasif (Hanafi, 2003). Dari hasil penelitiannya, McClelland (1961) menyatakan bahwa dalam keadaan yang mengandung risiko yang tak terlalu besar, kinerja wirausaha akan lebih tergantung pada keahlian- atau pada prestasi - dibanding pekerjaan lain.
Seorang wirausaha untuk melakukan inovasi atau pembaharuan perlu semangat dan aktif. Mereka bisa bekerja dalam waktu yang panjang, misal 70 jam hingga 80 jam per minggu. Bukan lama waktu yang penting, namun karena semangatnya mereka tahan bekerja dalam waktu yang panjang. Bagi individu yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu tertarik pada pengakuan masyarakat atas sukses mereka, akan tetapi mereka benar-benar memerlukan suatu cara untuk mengukur seberapa baik yang telah dilakukan.
Dari penelitiannya, McClelland menyimpulkan bahwa kepuasan prestasi berasal dari pengambilan prakarsa untuk bertindak sehingga sukses, dan bukannya dari pengakuan umum terhadap prestasi pribadi. Selain itu juga diperoleh kesimpulan bahwa orang yang memiliki n-ach tinggi tidak begitu terpengaruh oleh imbalan uang, mereka tertarik pada prestasi. Standar untuk mengukur sukses bagi wirausaha adalah jelas, misal laba, besarnya pangsa pasar atau laju pertumbuhan penjualan.
5.    Teori Motivasi Douglas McGregor (teori motivasi X dan Y).
Douglas McGregor yang menyatakan bahwa ada dua pandangan tentang manusia : yang pertama pada dasarnya negatif (teori-X) dan kedua pada dasarnya positif (teori-Y). McGregor berkesimpulan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan atas pengelompokan asumsi tertentu dan manmusia cenderung menyesuaikan perilakunya terhadap bawahannya sesuai dengan asumsi-asumsi tersebut .
Ada empat asumsi yang dianut oleh para manajer dalam teori-X, yaitu :
a)      Pada dasarnya pegawai tidak menyukai pekerjaan, jika mungkin berusaha menghindarinya.
b)      Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
c)      Para pegawai akan mengelakkan tanggung jawab dan mencari pengarahan yang formal sepanjang hal itu terjadi.
d)      Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman diatas faktor lain yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan memperlihatkan sedikit ambisi.
Sedangkan pandangan yang positif (teori-Y) adalah :
a.       Para pegawai dapat mnelihat pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya istirahat dan bermain.
b.      Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan mengendalikan diri, jika mereka merasa terikat kepada suatu tujuan.
c.       Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima dan mencari tanggung jawab.
d.      Kreativitas-kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang baik-tersebar luas pada seluruh populasi dan tidak selalu merupakan hak dari mereka yang menduduki fungsi manajerial.
Implikasi dari teori-X dan teori-Y terhadap teori organisasi, McGregor berargumentasi bahwa asumsi teori-Y lebih disukai dan dapat membimbing para manajer dalam merancang organisasi mereka serta dapat memotivasi pegawai-pegawainya. Secara singkat teori ini menyatakan bahwa dua pandangan yang jelas berbeda mengenai manusia, pada dasarnya satu negatif (teori X) yang mengandaikan bahwa kebutuhan order rendah mendominasi individu, dan satu lagi positif (teori Y) bahwa kebutuhan order tinggi mendominasi individu.
6.    Teori pola A dan pola B Arygyris
a.      Teori Pola A
Teori pola A beranggapan bahwa setiap orang atau individu tidak punya perasaan, tidak terbuka, suka menolak eksperimen dan tidak mau menolong orang lain.
b.      Teori Pola B
Teori pola ini sangat berlawanan dengan teori pola A, dimana setiap orang atau individu beranggapan bahwa setiap orang memiliki perasaan, punya tenggang rasa, bersifat terbuka, mau melakukan eksperimen dan mau menolong orang lain.
Agryris menyatakan bahwa meskipun pola A serupa dengan teori X dan pola B serupa dengan teori Y, sebenarnya tidak selalu demikian. Dalam keadaan tertentu pola A bisa berhubungan dengan teori Y dan pola B bisa berhubungan dengan teori X, atau sebaliknya. Kombinasi XA, XB, atau YA dan YB bisa saja terjadi.[10]
7.    Teori Motivasi Model Porter dan Lawyer









Pada gambar di atas ditunjukkan bahwa upaya tergantung pada nilai imbalan serta probablitas untuk memperoleh imbalan tersebut. Sebaliknya, persepsi upaya dan proabilitas imbalan dipengaruhi juga oleh hasil penampilan sesungguhnya. Jelas bahwa bila seseorang tahu dia mampu mengerjakan suatu tugas atau punya pengalaman mengerjakannya maka dia memiliki perkiraan yang lebih baik mengenai upaya yang dibutuhkan dan probabilitas imbalannya.
Penampilan sesungguhnya dari suatu pekerjaan ditentukan oleh upaya yang dicurahkan serta dipengaruhi oleh kemampuan untuk melaksanakan dan persepsinya tentang tugas. Penampilan, sebaiknya dilihat dari imbalan intrinsik (misalnya rasa keberhasilan dan aktualisasi diri) dan imbalan ekstrinsik (seperti kondisi kerja dan status). Setelah imbalan diangggap seimbang, maka terjadilah kepuasan. Model motivasi Porter dan Lawyer ini lebih kompleks dari teori motivasi lainnya tetapi jelas memberi gambaran yang lebih lengkap dari sistem motivasi.
Dalam organisasi bisnis, para wirausahawan harus menilai struktur imbalan dengan hati-hati melalui perencanaan yang teliti, dan uraian yang jelas tentang tugas-tugas, agar didapatkan hasil yang jelas apakah perusahaan itu mengalami keuntungan atau kerugian.

8.    Teori Z ,Ouchi
William G.ouchi (1982) meneliti rahasia kesuksesan yang dialami oleh salah satu perusahaan Jepang. Penelitian ini menemukan bahwa produktivitas dan kepercayaan saling berkaitan satu sama lain. Ouchi kemudian memberikan gambaran organisasi tipe-Z, sebagai berikut:
·         Mengharapkan pekerja akan bekerja seumur hidup di perusahaan tersebut.
·         Bekerja dengan penuh rasa intim, seperti sebuah clan (paguyuban).
·         Penuh dengan system informasi mutakhir.
·         Keputusan diambil secara kolektif.
·         Tidak menetapkan laba sebagai tujuan akhir, laba dipandang sebagai imbalan terhadap perusahaan yang telah melayani konsumen dengan baik dan benar, yang telah memberi hidup yang layak pada karyawannya, dan cukup bertanggungjawab sebagai warga.
·         Menganut sifat egalitarian
Teori-teori motivasi di atas dapat membantu seorang wirausaha mengembangkan strategi untuk meningkatkan motivasi baik untuk diri sendiri maupun orang lain (terutama apabila dalam usaha yang dilakukan terdapat karyawan/anak buah). Seseorang yang belum memulai usahanya dan baru akan memulai berwirausaha, bisa mempelajari beragam teori mengenai motivasi namun yang lebih penting adalah menumbuhkan motivasi dalam diri untuk berwirausaha.
9.      Teori Harapan (Ekspektasi)
Victor Vroom (1964) mengembangkan sebuah teori motivasi berdasarkan kebutuhan internal, tiga asumsi pokok Vroom dari teorinya adalah sebagai berikut:[11]
·         Setiap individu percaya bahwa bila ia berprilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh hal tertentu. Ini disebut sebuah harapan hasil (outcome expectancy) sebagai penilaian subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa suatu hasil tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.
·         Setiap hasil mempunyai nilai, atau daya tarik bagi orang tertentu. Ini disebut valensi (valence) sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharapkan.
·         Setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil tersebut. Ini disebut harapan usaha (effort expectancy) sebagai kemungkinan bahwa usaha seseorang akan menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Dengan kata lain, motivasi dalam teori harapan adalah keputusan untuk mencurahkan usaha.
Ada pendapat lain mengenai teori harapan (Ekspektasi) yang dikemukakan oleh Bandura (1986), beliau menyatakan bahwa teori outcome expectancy bukanlah suatu perilaku, melainkan keyakinan tentang konsekuensi yang diterima setelah seseorang melakukan suatu tindakan tertentu. Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa keyakinan seseorang mengenai hasil yang aan diperolehnya jika ia melakukan suatu tindakan. Seseorang memperkirakan bahwa keberhasilan dalam melaksanakan tugas akan mendapatkan ibalan yang sesuai dengan apa yang telah dikerjakannya. Menurut Badru, ada beberapa jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan setiap individu:[12]
·         Insentif primerà merupakan imbalan yang berhubungan dengan kebutuhan fisiologi, seperti makan, minum, dan lain sebagainya. Insentif ini dapat diperkuat jika seseorang dalam keadaan sangat kekurangan.
·         Insentif sensorià suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh umpan balik yang terdapat di lingkungan. Contohnya seseoraang yang mendapat stimulus berupa bunyi yang berasal dari alat music yang ia dengar, kemudia ia mempraktekan pada alat music yang sama untuk mendapatkan bunyi yang ia dengar.
·         Insentif sosialà merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sekitar. Penghargaan dan penerimaan tersebut berfungsi sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari individu.
·         Insentif token ekonomià merupakan imbalan yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan pangkat, kenaikan tunjangan, dan lain-lain.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari paparan materi yang telah disajikan dapat diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya:
1.      Jiwa Wirausaha pada prinsipnya harus memiliki tiga kemampuan sekaligus dalam hal membeli (dari pemasok untuk proses internal), membuat (agar memiliki nilai tambah), dan menjual (kepada pelanggan).
2.      Wirausahawan adalah mereka yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat untuk maju, termasuk juga mereka yang berani mengambil resiko, mengkoordinasi kegiatan, mengelola modal atau sarana produksi, yang mengenalkan fungsi produksi baru, dan mereka yang memiliki respon kreatif dan inovatif terhadap perubahan yang terjadi
3.      Teori pola A dan pola B sangat bertolak belakang, namun keduanya sangat diperlukan dalam motivasi entrepreneur.
4.      Teori motivasi model porter an lawyer disebut sebagai teori yang sangat sempurna, karena lebih kompleks dari teori motivasi lainnya tetapi jelas memberi gambaran yang lebih lengkap dari sistem motivasi.

3.2. Saran

Banyak sekali Kesempatan emas dan potensi luar biasa yang dimiliki setiap orang namun sangatt minim akan kesadaran. Dalam konteks pembangunan bangsa yang potensial bukanlah dilihat dari banyaknya sumberdaya yang melimpah, melainkan kualitas sumber daya manusia yang produktif yang mampu bersaing di garda terdepan dalam komunitas global.
Semoga kedepan dengan pengetahuan akan pentingnya berwiirausaha menjadikan lebih banyak generasi bangsa yang kreatif dan produktif sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas dan berdaya saing tinggi di masyarakat

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. http://ow.ly/KNICZ. Diakses pada 25 September 2015 Pukul 20.00 WIB
Anonim. http://ut-manajemen.blogspot.co.id/2012/10/teori-teori-motivasi.html , Diakses pada tanggal 27 september 2015, pada pukul 21.08 WIB
Anonim. Psychological Review, diakses dari  http://psycnet.apa.org/index.cfm.  1949. Diakses pukul  21.00 WIB  Pada tanggal 27 september 2015.
Anonim. Teori Motivasi, http://web.unair.ac.id. Diakses pada 25 September 2015 Pukul 08.15 WIB
Anonim. Teori-teori motivasi. http://andrydaplun.blogspot.co.id/2010/02/teori-motivasi.html, Diakses pada tanggal 27 september 2015 , pada pukul 21.13 WIB
Arikunto, S. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek, Edisi Revisi  Kelima, Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
Cushway & Lodge ,Organisational Behavior and Design,Kategori: Manajemen, 199,. Bahasa: Indonesia. ISBN: 9796631933.
Haerani, Ryzka, dkk..  Konsep Dasar Kewirausahaan dan Proses Kewirausahaan. http://ymayowan.lecture.ub.ac.id/files/2012/09/konsep-dasar-kewirausahaan.pdf. 2012. Diakses pada 25 September 2015 pukul 08.30 WIB.
Hasibuan, S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: CV Haji Masagung. 2012
Nasution, Arman Hakim dkk. Membangun spirit entrepreneur muda Indonesia, , Jakarta: Gramedia. 2001
Sita, D Alrisna. ‎, Motivasi Kerja. http://eprints.uny.ac.id/9579/2/.pdf. 2012. Diakses pada 13. 59 WIB 28 September 2015.
Supriadi. Motivasi Wirausaha, https://www.academia.edu/6916634/ MOTIVASI_WIRAUSAHA_Dosen. Diakses pada 25 september 2015 Pukul 08.00 WIB.



[1] Arman Hakim Nasution dkk. membangun spirit entrepreneur muda Indonesia, , (Jakarta: Gramedia. 2001) Pg. 1
[2] Wursanto, D Alrisna SitaMotivasi Kerja. (http://eprints.uny.ac.id/9579/2/.pdf. ‎2012)

[3] Anonim. Psychological Review, 1949 diakses dari  http://psycnet.apa.org/index.cfm?fa=buy.optionToBuy&uid=1949-05297-001, Pada tanggal 27 september 2015, pukul 21.00 WIB.
[4] Anonim. Teori-teori Motivasi. http://ut-manajemen.co.id/2012/10/teori-teori-motivasi.html , Diakses pada tanggal 27 september 2015, pada pukul 21.08 WIB
[5] Anonim. Teori-teori Motivasi . http://andrydaplun.blogspot.co.id/2010/02/teori-motivasi.html, Diakses pada tanggal 27 september 2015 , pada pukul 21.13 WIB
[6] S. P Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, CV Haji Masagung,Jakarta, hlm.177.
[7] Cushway & Lodge ,Organisational Behavior and Design, (Kategori: Manajemen, 199,. Bahasa: Indonesia. ISBN: 9796631933) hlm.138-139.
[8] Arikunto, S. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek, Edisi Revisi  Kelima, (Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002) hlm.107

[9]Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, (Professional Edition: Expert , 2001),hlm.173
[10] Supriadi. Motivasi Wirausaha, (https://www.academia.edu/6916634/. MOTIVASIWIRAUSAHADosen) Diakses pada 25 september 2015 Pukul 08.00 WIB.
[11] Anonim. Teori Motivasi, http://web.unair.ac.id. Diakses pada 25 September 2015 Pukul 08.15 WIB

[12] Anonim. http://ow.ly/KNICZ. Diakses pada 25 September 2015 Pukul 20.00 WIB

No comments:

Post a Comment