A. Retikulum Endoplasma
- Sejarah Retikulum Endoplasma
Pada tahun 1887, Garnier
mencatat bahwa sitoplasma sel kelenjar sering berbeda warna dengan bagian lain
dalam sitoplasma. Pada bagian ini sering terlihat adanya gambaran seperti
guratan atau lempen. Ia mengira bagian tersebut berhubungan dengan proses
sekresi dan bagian tersebut disebut sebagai ergatoplasma. Belakangan diketahui
bahwa bagian tersebut banyak mengandung RNA. RNA bersifat asam berarti memiliki
afinitas kuat terhadap basa, seperti metilen blue dan toloidin blue sehingga
disebut basofil. Ternyata sitoplasma yang basofil tidak hanya terdapat
pada sel kelenjar tetapi juga pada sel-sel yang giat tumbuh dan pada sel-sel
yang aktif mensintesis protein. Ergatoplasma di dalam sel saraf disebut dengan
Badan Nissl menjelang.yang disebut dengan retikulum endoplasma (artinya
jala-jala dalam plasma).
Porter dkk (1945)
menemukan jala-jala yang halus pada sitoplasma fibroblas ayam. Pada irisan
tipis jala-jala ini tampak seperti saluran buntu, gelembung memanjang atau
berupa terusan. Pada irisan seri yang diamati si bawah mikroskop elektron, Fry
Wyssling dan Muhlethaler (1965) menunjukkan bahwa terusan-terusan tersebut
saling berhubungan dan berjalinan di seluruh sitoplasma. Retikulum endoplasma
yang besar-besar dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya seperti
badan Nissl pada sel saraf tetapai struktur yang lebih rinci baru dapat dilihat
di bawah mikroskop elektron.
- Struktur Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE)
merupakan sistem membran yang sangat luas yang terdapat di dalam
sitoplasma 50% dari semua membran yang terdapat pada sebuah sel adalah membran
(RE). Membran RE berlipat lipat, membentuk suatu ruangan yang disebut lumen RE
atau sisterna RE yang berbentuk labirin. Terdapat dua daerah RE yang berbeda
secara fungsional yaitu daerah RE yang permukaan sitosolik membrannya ditempeli
ribosom, disebut retikulum endoplasma granular (REG). Daerah yang kedua tidak
terdapat ribosom pada permukaan sitosolik membran RE, disebut retikulum endoplasma
agranular (REA). Kedua macam retikulum endoplasma ini menyusun suatu sistem
membran yang melingkupi suatu ruang. Bagian dalam membran disebut dengan
luminal atau ruang sisterna (cisternal space) dan daerah diluar membran yang
disebut ruang sitosolik (cytololic space) Perbedaan morofologi antara retikulum
endplasma kasar dan halu terletak apa ada tidaknya ribosom yang terikat pada
membran yang berhadapan dengan ruang sitosolik. Retikulum endoplasma kasar
merupakan organel berbatas membran yang terusun dari suatu kantong pipih yang
disebut dengan sisterna. Sedangkan komponen membran dari retikulum
endoplasma halus berbentuk tubular.
Perbedaan jumlah antara
kedua jenis retikulum endoplasma ditentukan oleh jenis sel. Sebagai contoh, sel
yang mensekresi protein dalam jumlah besar seperti sel pancreas, kelenjar ludah
mempunyai retikulum endoplasma yang banyak. Kalau dilihat secara menyeluruh,
retikulum endoplasma kasar dan halus dibedakan tidak hanya berdasarkan ada
tidaknya ribosom pada membrannya tetapi juga pada susunannya dalam sitoplasma.
Retikulum endoplasma kasar tampak berupa saluran panjang, berjajar melengkung
teratur, sedangkan retikulum endoplasma halus berupak pembuluh (tubuler) atau
gelembung (vesikuler) yang tidak teratur. Retikulum endoplasma kasar dan halus
berhubungan di suatu tempat, karena dalam banyak hal kedua retikulum endoplasma
ini bekerja sama dalam melakukan aktivitas sel.
- Retikulum Endoplasma Kasar
(Granular)
Retikulum endoplasma
halus (SER) berkembang dalam sejumlah jenis sel seperti sel otot rangka,
tubulus ginjal dan kelenjar steroid. Protein retikulum endoplasma bervariasi
antara satu sel dengan sel lain bergantung kepada fungsi, seperti:
i.
sintesis hormon steroid pada kelenjar gonad dan
korteks ginjal
ii.
detoksifikasi pada hati memiliki komponen organik yang
bervariasi seperti barbiturat dan etanol.
iii.
Pelepasan glukosa dari glukosa 6 fosfat pada hati.
Jejumlah besar glikogen di dalam hati disimpan sebagai granula yang terikat
dengan membran luar retikulum endoplasma halus.
- Retikulum Endoplasma Halus
(Agranular)
Retikulum endoplasma
kasar, karena pada membrannya melekat banyak sekali ribosom sehingga tampak
kasar di bawah mikroskop dan tidak tampak licin. Elemen karakteristik dari REG
adalah berupa lembaran tipis yang terdiri dari 2 membran bersatu pada bagian
tepi masing-masing dan dibatasi oleh suatu cavite berbentuk kantong yang
aplatis (sakulus). Letak dan jumlah dari sakulus bervariasi, tergantung pada
jenis sel dan fungsi dari aktivitasnya. Bila letak REG berkembang balk, letak
sakulus menjadi sistematis, terarah, paralel satu dengan yang lainnya. Pada
sel-sel glandula dari acini pankreas dan paratoide terdapat pada maxilla. Semua
sakulus menempati bagian basal dari sitoplasma. Pada sel yang kurang aktif juga
mengandung sakulus namun jumlahnya jarang dengan teknik ultrasentrifugasi differentielle
memisahkan membran RE dalam bentuk vesikula-vesikula kecil; mikrosom, tertutupi
atau tidak oleh ribosom. Analisa hiokimia dari membran tersebut memperlihatkan
bahwa membran RE mengandung:
- Protein yang terstruktur dan
lemak (30% atau 50%)
- Enzim, yang dibutuhkan pada
sintesa protein, pada metabolisme lemak, dan pada fenomena detoxifikasi.
REA dan REG saling
berhubungan, meskipun sukar untuk memisahkan membrannya, namun penyusun
biokimianya dari kedua sistem tersebut berbeda, yaitu:
- Kandungan fosfolipida lebih
tinggi pada REL dari REG.
- Perbandingan kuantitas
fosfolipidal kuantitas kolesterol adalah 15 untuk REG dan 4 untuk REL.
- Glukosa 6-fosfat terutama
terdapat pada REG.
- 5-nukleotidase terutama terdapat
pada REL.
- Susunan dari lemak dan protein
sesuai dengan model Singer - Nicolson.
C. Fungsi Endoplasma
Ada beberapa fungsi dari RE,
diantaranya adalah :
- Fungsi sintesa
Sintesa protein ini
dilakukan bersama-sama dengan ribosom, di mana protein yang dibebaskan masuk
dalam cavite RE.
Ø
Sintesa lemak : RE bertanggung jawab pada sintesa
lemak, membrannya mengandung sistem enzimatik yang bertanggung jawab pada
pemanjangan dan saturasi dari asam lemak.
Ø Sintesa
glyciprotein : protein disintesa oleh REG, dapat berasosiasi pada gula. Sintesa
glycoprotein ini disebut glycosilasi. Berawal pada REG dan berakhir pada AG.
Ø Sintesa membran;
Sistem membraner ini sangat berbeda di mana disintesa fosfolipida dan protein
yang berasal dari pembentukan membran sel.
- Fungsi Penyimpanan
RE menyimpan dan
mengkonsentrasikan substansi yang berasal dari miliu ekstraseluler, juga dapat
dari intraseluler
- Fungsi detoxifikasi
- Semua sel, mulai dari ruang
perinukleir sampai miliu ekstraseluler.
- Mekanisme Sorting dan Distribusi
Protein.
o
mRNA terikat pada ribosom bebas
o
Pada ribosom terjadi sintesis sinyal peptida (6-15
asam amino nonpolar) → diperlukan untuk penempatan polipeptida dalam lumen RE.
o
Sinyal peptida dikenali oleh “Partikel pengenalan
sinyal” (SRP): 7 polipeptida + 7S Rrna → SRP berikatan dengan reseptor →
Ribosom berikatan dengan RE → sinyal peptida terlepas dari SRP → masuk ke
channel protein – translokon – terikat pada ‘binding site’ → protein yang
disintesis masuk ke lumen RE _protein akan diikat oleh BiP atau chaperone lain
untuk diproses lebih lanjut.
- Mekanisme Targeting Protein ke
RE
Protein nasens yang
dibentuk pada ribosom mengandung sinyal yang menentukan tujuan akhirnya. Pada
organism prokariotik, protein yang baru disintesis mungkin tinggal di sitosol
atau dikirim ke membrane plasma. Pada sel eukariotik protein hasil sintesis
akan dikirim menuju lisosom, mitokondria kloroploas dan inti. Pada sel
eukariotik langkah proses pemindahan protein akan segera terjadi setelah
selesai disintesis. Suatu ribosom yang terdapat pada sotosol akan menuju ke RE
oleh suatu sinyal protein nasens yang sedang disintesis. Rantai polipeptida
yang dibentuk oleh ribosom yang terikat pada membrane dipindahkan melintasi
membrane RE, dalam lumen RE banyak protein ini yang mengalami glikosilasi dan
diubah dengan cara lain.
Ribosom yang berada di
membrane RE mensintesis 3 kelas protein utama, yaitu protein sekresi (protein
yang diekspor sel). Protein lisosom dan protein yang terlentang lintas tebal
membrane. Ribosom yang bebas diambil sitosol dan ditambahkan ke membrane RE
yang telah dilucuti dari ribosom. Ribosom yang diperoleh dari RE berbintil
sepenuhnya mampu mensintesis protein yang biasanya dilepaskan di sitosol.
Ribosom yang terikat pada membrane dan yang terbebas secara intrinsic sama,
macam perotein yang dibuatlah yang menentukan melwekat atau tidaknya ribosom ke
RE. Pelekatan ribosom yang sedang mensintesis protein ke membrane RE adalah
peristiwa kunci untuk memindahkan protein melintasi membrane. Protein yang
disintesis ribosom mempunyai gugus asam amino bebas, gugus ini yang diduga
adalah urutan sinyal yang memadu inisiasi transkripsi. Sifat dari gugus ini
adalah bagian ujung amino pada ujung sinyal bermuatan positif, suatu bentangan
yang sangat hidrofob menjadi pusat urutan sinyal dan apabila residu non poloar
di bagian hidrofob diganti, maka kemampuan urutan sinyal sebagai pemandu akan
hilang. Namun tidak semua protein sekresi/ membrane plasma mengandung suatu
urutan sinyal ujung amino yang dipotong setelah melintasi membrane RE. sejumlah
oprotein mengandung suatu urutan sinyal internal yang berperan sama.
Cara untuk mengetahui
bahwa protein sinyal dapat menembus membrane RE dilakukan dengan teknik DNA
rekombinan. Dalam percobaan ini urutan sinyal berasal dari beta laktamase.
Urutan sinyal sepanjang 25 residu dan 5 residu yang bersebelahan diikatkan ke
ujung amino rantai alfa hemoglobin dengan membentuk gen hybrid. Penambahan
suatu urutan sinyal ke global alfa mengubah protein ini dari protein sotosol
menjadi protein sekresi. Percobaan ini juga menunjukkan bahwa urutan sinyal
bakteri dan eukariotik sama.
Blobel dan Peter Walter
memperlihatkan bahwa yang merangkaikan pesawat sintesis protein dalam sitosol
dengan pesawat pemindah protein dengan protein dalam membrane RE adalah suatu
adalah suatu ribonukleoprotein bersama partikel pengenal sinyal (SRP).
SRP yang berikatan erat dengan ribosom yang mengandung polipeptida nasens
beserta urutan sinyal yang tidak berikatan dengan ribosom lain. Pengikatan ini
segera terjadi ketika munculnya urutan sinyal ujung amino dari ribosom.
Perpanjangan polipeptida berhenti atau melambat ketika SRP diikat. Selanjutnya
komplek SRP ribosom. Selanjutnya komplek SRP ribosom berdifusi ke membrane RE
ke tempat terikatnya SRP ke reseptor SRP (protein penghalang). Suatu proses
yang digerakkan GTP menggerakkkan ribosom dengan polipeptida nasens. Ke pesawat
penmindah. Pelepasan SRP dari ribosom secara bersamaan memungkinkan lagi
terjadinya perpanjangan. SRP bertindak secara katalitik untuk mengikatkan
ribosom dengan suatu urutan sinyal ke membrane RE. SRP juga mencegah
perpanjangan dan pelipatan diri polipeptida nasens, yang dapat menggangu
perpindahan.
Urutan sinyal polipeptida
nasens harus dikungkung oleh SRP sampai penyerahan pesawat pemindah di membran
RE. Reseptor GTP akan mengikat dengan erat sekali. Sehingga SRP melepaskan
genggamannya pada peptida sinyal. Peptida sinyal yang dibebaskan dengan cepat
beriakatan di pesawat pemindah. Ribosom yang mengemban urutan sinyal akan
dipandu ke membran RE secara vektorial karena jalur GTP=GDP berjlan satu arah,
seperti yang terlihat pada ilustrasi diatas.
Pesawat pemindah yang
dinamai translokon adalah gabungan sub unit protein membran yang perifer dan
integral. Penyelldikan elektrofisiologi akhir-akhir ini memperlihatkan adanya
saluran penghantar protein dalam mebran RE, yang mungkin sekali dibentuk oleh
translokon yang diaktifkan. Penambahan peptida sinyal ke sisi sitosol dan bukan
ke sisi periplasma dari membran dwilapis datar yang mengandung membran sel
bakteri yang terlebur menyebabkan terbukanya saluran. Gerbang hanya terbuka
bila ada protein nasens yang siap untuk dipindahkan. Protein seperti bakal
perkawinan pada ragi dapat dipindahkan dengan sintesis lengkap dan dibebaskan
dari ribosom. Sehingga dapat diketahui bahwa perpindahan dan perpanjangan
adalah proses yang berbeda. Polipeptida yang belum terlipat adalah substrat
optimum yang mudah dipindahkan ke membran. Ribosom juga ikut memungkinkan
protein nasens dipindahkan. Perlu diketahui bahwa tidak semua rantai
polipeptida dipindahkan
Rantai polipeptida nasens
dalam lumen RE tidak segera terlipat,polipeptida ini mengikat protein chaperon.
Protein nasens berpeluang untuk sangat besar untuk berinteraksi sembarang yang
mengacaukan. Chaperon membantu pelipatan dengan menghalangi interaksi
intermolekul yang tidak dibenarkan. Chaperon mempertahankan protein bagian
nasens yang baru muncul sampai sintesis lengkap terlaksana. Chaperon utama
dalam lumen RE adalah BiP(protein pengikat, yaitu suatu anggota kelompok
protein kejut panas. Selain chaperon, lumen RE juga mengandung protein
disulfida isomerase juga mempercepat pelipatan protein. Glikoprotein memperoleh
gula inti dari dolikol sebagai donor ke RE.apabila gula inti ini telah tiada
maka suatu glikoprotein telah terlipat sempurna dan siap dikirim ke aparatus
golgi. Jalur perolehan dan penghilangan glukosa yang terjadi berulang-ulang dan
kalneksin yang hanya mengikat glikoprotein, sangat penting dalam mengendalikan
mutu bahan kiriman dari RE.
Kompleks golgi adalah
pusat pemilahan sebelum protein diarahkan ke lisosom, vesikel sekresi dan
membran plasma. Fungsi utama kompleks golgi adalah mengubah dan menyempurnakan
unit karbohidrat pada glikoprotein serta sebagai pusat pemilahan protein utama
dalam sel. Sisi cis menerima vesikel dari RE. Seperangkat vesikel lain
memindahkan protein kompartmen golgi. Cis ke medial selanjutnya ke trans. Sisi
trans mengirimkan protein yang berbeda-beda ke berbagai tujuan. Protein juga
dipindahkan oleh vesikel dari kompartmen golgi yang satu dengan kompartmen
golgi yang lain. Unit karbohidrat pada glikoprotein diubah di tiap kompartmen
ini. Enzim yang akan dikirim ke lisosom mengandung suatu corak dengan
konformasi yang menyebabkan penambahan unit manosa 6 posfat. Gula posfat ini
dikendali dengan suatu reseptor membran yang membawa glikoprotein ke prelisosom
yang selanjutnya melebur dengan lisosom.
No comments:
Post a Comment