KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji
syukur kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat, karunia serta
hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam
semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda Muhamad saw, beserta
seluruh keluarga dan sahabat-Nya, serta pengikut-Nya yang senantiasa selalu
istiqomah di atas sunah-sunah, serta ajaran yang beliau bawa sampai hari kiamat
kelak.
Makalah yang berjudul
”Kepemimpinan Manusia Sebagai Khalifah” ini disusun untuk menyelesaikan tugas
kelompok pada mata kuliah Qur’an Hadist di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Program Studi Pendidikan Biologi. Maka harapan kami,
kiranya makalah ini sesuai dengan harapan Dosen pada mata kuliah yang dimaksud.
Penulis menyadari
bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis merasa berbahagia bila ada
pembaca yang mau memberikan saran dan masukan bagi perbaikan tulisan ini. Dan
akhirnya hanya kepada Allah swt jualah penulis memohon, semoga tulisan ini
memberikan manfaat yang baik guna kemajuan ilmu pengetahuan baik bagi penulis
khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Jakarta, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
..........................................................................................
i
DAFTAR
ISI
........................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang .................................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah
............................................................................................
2
1.3
Tujuan Penulisan ..............................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Manusia ........................................................................................ 3
2.2
Pengertian Khalifah .........................................................................................
3
2.3 Ayat tentang manusia sebagai
khalifah di bumi.............................................. 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................
11
3.2 Saran
..............................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Manusia
merupakan mahuk yang unik dimana berbeda dengan yang lain baik manusia satu
dengan yang lain ataupun manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain. Keunikan
tersebut dikarenakan manusia terlahir dan proses belajar berbeda antara satu
dengan yang lain. Dalam proses belajar dan lingkungannya tersebut memiliki
sifat yang berbeda dalam menentukan sesuatu. Penentuan keputusan terhadap suatu
permasalahan tidak dapat dilepaskan oleh lingkungan yang mempengaruhinya
sehingga keputusannya sesuai dengan lingkungannya.
Manusia diciptakan untuk mengemban tugas mulia yaitu
menjadi pemimpin atau khalifah di muka bumi ini. Fungsi dan kedudukan manusia
di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia
di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di
dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat.
Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan
oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah
untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Dalam
firman Allah surat Al-Baqarah ayat 30: “
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. ‘Mereka berakat: ‘Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang-orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kemi senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? ‘Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Apa
pengertian manusia menurut islam?
2.
Bagaimana
pengertian khalifah itu?
3. Jelaskan ayat Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan tentang tugas manusia sebagai khalifah di bumi?
4. Apa tugas manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi?
1.3
Tujuan
Berdasarkan
masalah yang telah dirumuskan, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian manusia menurut islam.
2.
Untuk mengetahui pengertian khalifah.
3.
Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an dan hadits yang
menerangkan tentang tugas manusia sebagai khalifah di bumi.
4.
Untuk mengetahui apa
tugas manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Manusia
Manusia
adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam
dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.[1]
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena
itu, ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari.[2]
2.2
Pengertian Khalifah
3.2.1 Menurut Tafsir Mufradat
Khalifah berarti pengganti, yaitu pengganti dari jenis makhluk
yang lain, atau pengganti, dalam arti makhluk yang diberi wewenang oleh
Allah agar melaksanakan perintahNya di muka bumi. (Tafsir
Al-Maraghi).
3.2.2 Tafsir Ijmali
Allah
menjadikan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Yang dimaksud dengan
khalifah ialah makhluk Allah yang mendapat kepercayaan untuk menjalankan
kehendak Allah dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya di muka bumi. Untuk
menjalankan fungsi kekhalifahan itu Allah mengajarkan kepada manusia ilmu
pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan manusia mempunyai kemampuan mengatur,
menundukkan, dan memanfaatkan benda-benda ciptaan Allah di muka bumi sesuai
dengan maksud diciptakannya.[3]
2.3
Ayat tentang manusia sebagai
khalifah di bumi
2.3.1 Surat An-Nahl ayat 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا
تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Bahwa manusia ketika dilahirkan pertama kali awalnya
tidak mengerti apa-apa, dan kondisinya sangat lemah sehingga membutuhkan orang
lain untuk menolongnya seperti dokter, bidan, perawat, dan orang tua kita. Pada
ayat tersebut Allah menegaskan bahwa sejak manusia lahir telah dibekali tiga
kemampuan dasar, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Ketiga bekal
tersebut agar manusia dapat mengembangkan sesuai dengan petunjuk Allah dalam Al
Qur’an sehingga akan dapat menjadi manusia yang sempurna yang dapat mengemban
tugas sebagai khalifah di bumi dengan baik.
Manusia akan
menjadi beriman dan berilmu ketika mereka bisa belajar melalui tiga bekal
tersebut sehingga dapat menangkap informasi-informasi di luar dirinya untuk
dapat dikembangkan yaitu, membaca melalui penglihatan, mendengar melalui
telinga, dan merasa melalui hati.[4]
Menurut
Tafsir Al Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah Allah melahirkan kamu
dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala sesuatu yang
sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa macam
anugerah berikut ini :
- Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu
- Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara,
- Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu.
- Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan
untuk mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu
dapat pula memilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang
jelek.
Semua
yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya kamu
bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut diatas
semata-mata untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu :
a.
يَبْتَغُوْنَ
فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ
: mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar di seluruh belahan
bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia.
b.
وَرِضْوَانًا : dan meraih
keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah hidupmu menjadi semakin
bermartabat.
Begitulah
selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai tugas hidupnya
sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi.
Dalam QS. 16 : 78 diawali dengan
dengan kata lata'lamuna syai'an yakni tidak mengetahui sesuatu apapun,
sebelum Allah Swt. menciptakan bagi manusia pendengaran, penglihatan dan af'idah
(hati, otak, akal) manusia sama halnya dengan kertas putih yang tidak
mengetahui apapun. Melalui pendengaran, penglihatan dan af'idah manusia
mulai mengalami proses perkembangan seiring dengan bertambahnya pengetahuan
mereka atas apa yang mereka lihat melalui penglihatan dan atas apa yang mereka
dengar melalui pendengaran.[5]
2.3.2 Surat
Al Baqarah ayat 30
Di dalam Al Qur’an telah disebutkan ayat tentang
manusia sebagai khalifah di muka bumi, yaitu di dalam Surat Al Baqarah ayat
30:
وَيَسْفِكُ فِيْهَا يُفْسِدُ مَن فِيْهَا أَتَجْعَلُ قَالُوْا خَلِيْفَةً الْأَرْضِ فِي جَاعِلٌ إِنِّيْ لِلْمَلاَئِكَةِ رَبُّكَ قَالَ إِذْ وَ
ن تَعْلَمُوْلاَ مَا أَعْلَمُ إِنِّيْ قَالَ لَكَ نُقَدِّسُ وَ بِحَمْدِكَ نُسَبِّحُ نَحْنُ وَ الدِّمَاءَ
Artinya : “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
خَلِيْفَةً (khalifah): pada mulanya berarti yang menggantikan atau
yang datang sesudah yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami
kata khalifah ini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya
dan menerapkan ketetapan-ketetapannya.
Agama
Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba
Allah (`abdullah) dan sebagai wakil
Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh
karena itu, fungsi sangat besar, karena tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan
berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi Allah
Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab
dan otoritas yang sangat besar.
Sebagai khalifah, manusia
diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia,
karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan
manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan
kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas
untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi
sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam
menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia
dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal,
hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk
menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil
untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di
muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia
sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua,
memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar
ri’ayah).
1. Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan
Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan
seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat
dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah.
Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu. Memakmurkan
bumi juga berarti menjaga lingkungan sekitarnya, menjaga kelestarian hutan dan
para penghuninya, karena jika semuanya terjaga benar oleh manusia, maka bencana
yang diakibatkan oleh kesalahan manusia akan sedikit kemungkinan terjadinya.
2. Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara
akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari
kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan
sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak
alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia.
Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai
khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh
Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk
yang dimaksud adalah agama (Islam). [6]
Menurut
Husein, QS. Al-Baqarah ayat 30 ini menjelaskan bahwa manusia mendapatkan tugas yang
berat yaitu khalifah yang berarti pengemban tugas kemakmuran, mengembangkan dan
melestarikan kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan hukum-hukum Allah SWT. [7]
2.3.3 Surat Adz-Dzariaat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-Dzaariat: 56)
Semua makhluk Allah, termasuk
jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri,
taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi
manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga
mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal),
dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang
menciptakan semua alam semesta ini.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT
agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari lafal
‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti menyadari dan
mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti
kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah
untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah
adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan
dan kesengsaraan bathin. Sedangkan diakhirat kelak, kita akan
memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT
yang istimewa. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri
kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah
kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara
beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur
sampai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.[8]
2.3.4 Hadits RS
660
وعَن
عوفِ بن مالكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : سمِعْتُ رسولِ الله صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ :
خِيَارُ
أَئمَتكُمْ الَّذينَ تُحِبُّونهُم ويُحبُّونكُم، وتُصَلُّونَ علَيْهِم ويُصَلُّونَ
علَيْكُمْ، وشِرَارُ أَئمَّتِكُم الَّذينَ تُبْغِضُونهُم ويُبْغِضُونَكُمْ
،وتَلْعُنونَهُمْ ويلعَنْونكم
قَالَ
: قُلْنا يا رسُول اللَّهِ، أَفَلا نُنابِذُهُمْ ؟ قالَ :
لا،
ما أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاةَ، لا، ما أَقَامُوا فيكُمُ الصَلاة .
رَوَاهُ
مُسْلِمٌ
قوله
: تُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ : تَدْعونَ لهُمْ .
Dari 'Auf Ibn Malik, berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw. bersabda:
Sebaik-baiknya
pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun
mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka
pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian
ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian,
juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.
'Auf
berkata: Kami berkata: Ya
Rasulullah, bolehkah kita memberontak kepada mereka? Beliau saw. bersabda: Jangan,
selama mereka masih mendirikan shalat di tengah kalian. (HR Muslim)
2.3.5 Hadits RS 665
رَضِيَ اللهُ
عَنْه قَالَ : قال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم :
اسْمَعُوا
وأطيعوا، وإنِ اسْتُعْمِل علَيْكُمْ عبْدٌ حبشىٌّ، كَأَنَّ رَأْسهُ زَبِيبَةٌ .
رَوَاهُ
البُخَارِيّ.
Dari Anas ra. berkata: Rasulullah
saw. bersabda:
Dengarlah dan taatlah, meskipun
kamu dipimpin oleh seorang budak hitam,yang kepalanya seperti kismis.
2.3.6 Hadits RS 670
وَعَنْ أبي هُريرةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : قال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم :
مَنْ أَطَاعَني
فَقَدْ أَطَاعَ اللَّه، وَمَنْ عَصَاني فَقَدْ عَصَى اللَّه، وَمَنْ يُطِعِ
الأمِيرَ فَقَدْ أطَاعَني، ومَنْ يعْصِ الأمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي .
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah ra.
berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa yang taat kepadaku, maka
ia telah taat kepada Allah, dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia
telah bermaksiat kepada Allah, dan barangsiapa yang taat kepada pemimpin, maka
sungguh ia telah taat kepadaku, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada
pemimpin, maka ia bermaksiat kepadaku.[9]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia
adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang
tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan,
perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam
dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Manusia diciptakan untuk mengemban tugas mulia yaitu menjadi pemimpin atau
khalifah di muka bumi ini. Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah
sebagai khalifah di bumi.
Menurut bahasa, khalifah berarti “pengganti”, yaitu
pengganti dari jenis makhluk yang lain, atau pengganti, dalam arti
makhluk yang diberi wewenang oleh Allah agar melaksanakan perintahNya di
muka bumi.
Sebelum Allah Swt. menciptakan bagi manusia pendengaran,
penglihatan dan af'idah (hati, otak, akal) manusia sama halnya dengan
kertas putih yang tidak mengetahui apapun. Melalui pendengaran, penglihatan dan
af'idah manusia mulai mengalami proses perkembangan seiring dengan
bertambahnya pengetahuan mereka atas apa yang mereka lihat melalui penglihatan
dan atas apa yang mereka dengar melalui pendengaran.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah
Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan
manusia sampai hari kiamat, yaitu memakmurkan bumi dan memelihara bumi.
3.2 Saran
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia
mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa
(pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan
kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya.
[2] Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H., Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008) Hlm 10
[3] Anonim, Manusia Sebagai Khalifah, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20KEPEMIMPINAN.pdf, diakses tanggal 20 September 2014
[4] Mukhamad Fathoni, Hakikat Manusia
dan Pengetahuan, http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/qoxb1336983491.pdf,
diakses tanggal 21 September 2014
[5] Anonim, Kandungan Surat An-Nahl ayat 78, http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-nahl-ayat-70-83.html, Diakses tanggal 20 September 2014
[6]
Arif, Ayat-Ayat Al-Quran Tentang
Penciptaan Manusia Dan Tugas-Tugasnya, http://www.hkm-arif.com/userfiles/file/Bab%201.%20Manusia%20dan%20Tugasnya.pdf,
diakses tanggal 19 September 2014
[9]
Anonim. http://masuksurga.pusatkajianhadis.com/id/index.php/kajian/temadetail/777/wajib-taat-kepada-pemerintah-semampu-mungkin. Diakses tanggal 19 September 2014
No comments:
Post a Comment