BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi Agama tidak cukup dipahami menggunakan pendekatan teologis normatif, tapi perlu menggunakan
pendekatan-pendekatan baru yang sesuai dengan perkembangan pemikiran, dinamika
sosial bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemahaman terhadap
agama saat ini mengalami pergeseran dari Idealitas ke historisitas, dari
doktrin ke sosiologis dan dari esensi ke eksistensi.(Abdullah, 1999: 9).
Memahami Islam dengan menggunakan berbagai pendekatan atau
cara pandang disiplin suatu keilmuan adalah amat mungkin dilakukan, bahkan
harus dilakukan karena Islam dengan sumber ajaran utamanya yang terdapat dalam
Al Qur’an dan as Sunnah memang bukan hanya berbicara masalah akidah, ibadah,
akhlak dan kehidupan akhirat saja, melainkan berbicara tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, sejarah, sosial, pendidikan,politik, ekonomi,
kebudayaan, seni dan lain sebagainya. ( Al Ghazali , 1996: 29 )
Namun demikian, perlu dicatat dan digarisbawahi bahwa
penggunaan teori dan pendekatan tersebut bukan untuk menguji benar atau
tidaknya aspek esensi ajaran Islam yang bersifat normatif, tetapi yang
dijadikan obyek penelitian adalah berkenaan aspek lahiriah atau aspek pengamalan
dari ajaran wahyu tersebut.( Nata, 2011: 202 )
Oleh karena itu, antropologi sebuah ilmu yang mempelajari
manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama. Antropologi mempelajari
tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan
kebudayaan manusia. Dengan dibekali oleh pendekatan yang holisik dan
komitmennya tentang manusia, sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang
penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai
budaya.( Baharun, 2011:234)
B. Rumusan Masalah
1. Apa
saja pendekatan dalam kajian studi Islam?
2. Apa
yang dimaksud pendekatan antropologis?
3. Bagaimana
aplikasi pendekatan antropologis dalam kajian studi Islam?
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk
1. Memenuhi
tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam .
2. Memahami
pendekatan dalam kajian studi Islam
3. Memahami
yang dimaksud pendekatan antropologis
4. Memahami
aplikasi pendekatan antropologis dalam kajian studi Islam
D.
Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulis dalam menyusun makalah dan dapat memudahkan pembaca dalam memahami makalah ini,
penulis membagi ke dalam beberapa bagian penting yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis
akan membahas permasalahan yang meliputi latar belakang, perumusan dan
identifikasi makalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan yang terkait
dengan makalah pendekatan
antropologis dalam Islam.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis
akan membahas pembahasan apa tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu mengenai
bagaimana
perkembangan Islam melalui pendekatan
antropologis.
BAB III PENUTUP
Dalam bab ini penulis
akan menyimpulkan beberapa kesimpulan yang telah dibahas mengenai bagaimana perkembangan Islam melalui pendekatan antropologis.
BAB II
ISI
A. Pendekatan dalam Studi Islam
Studi Islam dalam artian kegiatan
keilmuan sangatlah kaya nuansa sehingga dimungkinkan untuk dapat diubah,
dikembangkan, diperbaiki, dirumuskan kembali, disempurnakan sesuai dengan
semangat zaman yang mengitarinya, perubahan ini tidak perlu dikhawatirkan
karena inti pemikiran keislaman yang berporos terhadap ajaran tauhid dan
bermoralitas Al Qur’an tetap seperti adanya. ( Abdullah, 1999: 102).
Studi Agama
tidak cukup dipahami menggunakan pendekatan teologis normatif, tetapi perlu
menggunakan pendekatan-pendekatan baru yang sesuai dengan perkembangan
pemikiran, dinamika sosial bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemahaman
terhadap agama saat ini mengalami pergeseran dari Idealitas ke historisitas,
dari doktrin ke sosiologis dan dari esensi ke eksistensi.(Abdullah, 1999: 9).
Memahami Islam
dengan menggunakan berbagai pendekatan atau cara pandang disiplin suatu
keilmuan adalah amat mungkin dilakukan, bahkan harus dilakukan karena Islam
dengan sumber ajaran utamanya yang terdapat dalam Al Qur’an dan as Sunnah
memang bukanhanya berbicara masalah akidah, ibadah, akhlak dan kehidupan
akhirat saja, melainkan berbicara tentang ilmu pengetahuan, teknologi, sejarah,
sosial, pendidikan,politik, ekonomi, kebudayaan, seni dan lain sebagainya..( Al
Ghazali , 1996: 29 )
Namun
demikian, perlu dicatat dan digarisbawahi bahwa penggunaan teori dan pendekatan
tersebut bukan untuk menguji benar atau tidaknya aspek esensi ajaran Islam yang
bersifat normatif, tetapi yang dijadikan obyek penelitian adalah berkenaan
aspek lahiriah atau aspek pengamalan dari ajaran wahyu tersebut.
( Nata, 2011: 202 )
B. Pengertian Pendekatan Antropologi
Antropologi sendiri secara etimologis berasal dari Bahasa
Yunani, yaitu kata anthropos yang berarti "manusia" atau
"orang", dan logos yang berarti "wacana" (dalam pengertian
"bernalar", "berakal"). Antropologi mempelajari manusia
sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan
Dawam Rahardjo, lebih mengutamakan pengamatan secara langsung, bahkan sifatnya
partisipatif.
Oleh karena itu,
antropologi sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk
memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku
mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dengan dibekali oleh
pendekatan yang holisik dan komitmennya tentang manusia, sesungguhnya
antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan interaksi
sosialnya dengan berbagai budaya.( Baharun, 2011:234)
Pendekatan Antropologis yaitu pendekatan
kebudayaan; artinya, Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat
diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud
praktik dan sistem keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat sebagai suatu sistem ide,wujud ataupun nilai dan norma
yang dimiliki oleh anggota masyarakat yang mengikat seluruh anggota masyarakat.
Sistem budaya agama itu memberikan pola
kepada seluruh tingkah laku anggota masyarakat, dan melahirkan hasil karya
keagamaan yang berupa karya fisik, dari bangunan tempat ibadah
seperti mesjid, gereja, Pura & klenteng,sampai pada upacara yang
sangat sederhana seperti tasbih.
Nurcholish Madjid menjelaskan hubungan agama dan budaya. Menurutnya,
agama dan budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat
dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan
tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu
ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama;
tidak pernah terjadi sebaliknya. Oleh karena itu, agama adalah primer, dan
budaya adalah sekunder.Budaya bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena
itu subordinat terhadap agama, dan tidak pernah sebaliknya (Nurcholish Madjid
dalam Yustion dkk. (Dewan Redaksi, 1993:172-3)
C. Contoh
Pendekatan Antropologis
Sebagai
contoh dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat di temukan adanya
hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik. Golongan
masyarakat yang kurang mampu dan golongan miskin pada umumnya, lebih tertarik
pada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat mesianis, yang menjanjikan
perubahan tatanan sosial kemasyarakatan.Sedangkan golongan orang kaya lebih
cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan secara
ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
Melalui
pendekatan antropologis di atas, kita melihat bahwa agama berkolerasi dengan
etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dalam hubungan ini, jika
kita ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang, maka dapat
dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamaannya.Selanjutnya, melalui
pendekatan antropologis ini, kita dapat melihat pengorganisasian (social
organization) juga tidak kalah menarik untuk diketahui oleh para peneliti
sosial keagamaan. agama dalam hubungannya dengan mekanisme.
Melalui
pendekatan antropologis fenomenologis ini kita juga dapat melihat hubungan
antara agama dan negara (state and religion).Seperti yang terlihat di negara
Turki modern yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi konstitusi
negaranya menyebut sekularisme sebagai prinsip dasar kenegaraan yang tidak
dapat ditawar- tawar.Belum lagi meneliti dan membandingkan Kerajaan Saudi
Arabia dan negara Republik Iran yang berdasarkan Islam. Orang akan bertanya apa
sebenarnya yang menyebabkan kedua sistem pemerintahan tersebut sangat berbeda,
yaitu kerajaan dan republik, tetapi sama-sama menyatakan Islam sebagai asas
tunggalnya. Belum lagi jika dibandingkan dengan negara kesatuan Republik
Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi menjadikan
Pancasila sebagai asas tunggal.Selanjutnya, melalui pendekatan antropologis ini
juga dapat ditemukan keterkaitan agama dengan psikoterapi.Seperti yang
dikemukakan C.G. Jung menemukan hasil temuan psikoanalisanya.Menurutnya, ada
korelasi yang sangat positif antara agama dan kesehatan mental.
Melalui
pendekatan antropologis sebagaimana tersebut di atas terlihat dengan jelas
hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula
agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan
manusia.Pendekatan antropologis seperti itu sangat diperlukan, sebab banyak hal
yang dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan
antropologis. Dalam Al-Qur’an, sebagai sumber utama ajaran Islam misalnya, kita
memperoleh informasi tentang kapal Nabi Nuh di gunung Arafat, kisah Ashabul
Kahfi yang dapat bertahan hidup dalam gua lebih dari tiga ratus tahun lamanya.
Di mana kira-kira bangkai kapal itu; di mana kira-kira gua itu; dan bagaimana
pula bisa terjadi hal yang menakjubkan itu; ataukah hal yang demikian merupakan
kisah fiktif. Tentu masih banyak lagi contoh lain yang hanya dapat dijelaskan
dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi. (Nata, 2011 : 35-38 )Dengan
demikian, pendekatan antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama,
karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat
dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi.
Contoh Pendekatan Antropologis telah
dilakukan diantaranya oleh EB.Taylor. Tylor mengadakan penelitian pada
bangsa-bangsa primitif. ia meneliti suku bangsa yang palingsederhana
di Afrika dan Asia.salah satunya suku Asmat.berdasarkan penelitiannya, ternyata
suku bangsa yang paling sederhana (primitif) mempercayai
roh animisme. Menurutnya,tahap awal agama adalah kepercayaan
animisme;kepercayaan bahwa alam semesta ini mempunyai jiwa. Bentuk
sekecil apa pun dari benda bagian alam semesta mempunyai roh
yangmenggerakkan dan yang membuat ia hidup.
Kepercayaan ini fundamental dan
universal. Artinya, bisa berada di semua bangsa dan masyarakat serta
bisa menerangkan pemujaan terhadap orang mati, pemujaan
terhadap leluhur atau nenek moyang, juga menjelaskan asal mula para
dewa. Dalam tahap berikutnya, animisme
berkembang menjadi pemujaanterhadap dewa-dewa (politeisme), dan dalam
perkernbanganselanjutnya, kemudian berkembang lagi
menjadi pemujaanterhadap Tuhan Yang Esa (monoteisme).
Dengan demikian, pendekatan antropologis
sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama serta menjelaskan hubungan agama
dengan berbagai masalah kehidupan manusia,karena dalam ajaran agama tersebut
terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan antropologi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Studi Agama tidak cukup dipahami
menggunakan pendekatan teologis normatif, tetapi perlu menggunakan
pendekatan-pendekatan baru yang sesuai dengan perkembangan pemikiran, dinamika
sosial bahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Perlu dicatat dan digarisbawahi
bahwa penggunaan teori dan pendekatan tersebut bukan untuk menguji benar atau
tidaknya aspek esensi ajaran Islam yang bersifat normatif, tetapi yang
dijadikan obyek penelitian adalah berkenaan aspek lahiriah atau aspek
pengamalan dari ajaran wahyu tersebut.
3. Antropologi
secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani, yaitu kata anthropos yang berarti
"manusia" atau "orang", dan logos yang berarti
"wacana" (dalam pengertian "bernalar",
"berakal"). Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis
sekaligus makhluk sosial.
4. Antropologi mempelajari tentang
manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan
manusia.
5. Pendekatan
Antropologis yaitu pendekatan kebudayaan; artinya, Pendekatan antropologis
dalam memahami agama.
6. Sebagai
contoh dalam berbagai penelitian antropologi agama dapat di temukan adanya
hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan politik.
B. Saran
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Namun, dengan segala kekurangan dalam makalah ini, semoga tetap bisa
bermanfaat bagi yang membaca dan mempelajarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,Amin.1999.Studi Agama, Normativitas atau Historisitas?.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Al
Ghazali. 1996.Berdialog dengan Al Qur’an.Bandung:Mizan.
Baharun,
Hasan, dkk. 2011.Metodologi Studi Islam.
Yogyakarta:PT Ar-ruz Media.
Nata,
Abuddin. 2011.Metodologi Studi Islam.Jakarta:PT
RajaGrafindo Persada.
No comments:
Post a Comment