BAB
II
KALOR
1.
Pengertian
Kalor
Penggunaan
istilah kalor pertama kali diperkenalkan oleh ahli kimia Prancis yang bernama
Antoine Leurent Lavoiser (1743-1794). Dimana kalor diartikan sebagai fluida
(zat cair), dan digunakan satuan kalor yaitu kalori. Dalam hal ini satu kalori
adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk memanaskan satu gram air sehingga
suhunya naik sebesar 1˚C.
Namun,
teori tersebut tidak bertahan lama, karena James Prescott Joule (1818-1989)
melakukan percobaan untuk menghitung jumlah energy mekanik yang ekivalen dengan
kalor sebanyak satu kalori. Berdasarkan percobaan Joule tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa kalor merupakan salah satu bentuk energy. Joule menemukan
kesetaraan antara satuan kalor (kalori) denan satuan energy (joule), yaitu:[1]
1 kalori = 4,2 joule atau 1 joule = 0,24 kalori
Secara umum kalor adalah suatu jenis energy yang dapat
menimbulkan perubahan suhu pada suatu benda. Secara alami kalor berpindah dari
benda yang bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, sehingga terjadi percampuran
suhu dari kedua benda itu.[2]
2.
Pengaruh
Kaor Terhadap Kenaikan Suhu Suatu Benda
Jika
suatu benda diberikan kalor (panas), maka benda tersebut akan mengalami
kenaikan suhu. Perubahan atau kenaikan suhu yang dialami oleh benda ketika
ketika diberi kalor bergantung pada jumlah kalor yang diterima atau diserap
oleh benda, dan jenis bendanya.
Semakin
banyak kalor yang diterima oleh suatu benda maka kenaikan suhunya juga semakin
besar. Sedangkan dalam kaitannya dengan jenis benda, beberapa benda hanya membutuhkan
sedikit kalor untuk menaikan suhunya, dan beberapa jenis benda lain membutuhkan
kalor yang cukup besar untuk menaikan suhunya sehingga mencapai nilai tertentu.
Dalam
mekanisme pelepasan atau penyerapan kalor oleh suatu benda berlaku hokum
kekekalan energy untuk kalor yang dinyatakan oleh Joseph Black, yaitu “kalor
yang dilepaskan sama dengan kalor yang diterima”. Pernyataan ini dikenal dengan
istilah asas Black. Jika kalor dinyatakan dengan symbol Q, maka pernyataan
matematis mengenai asas Black adalah:
a.
Kapasitas
Kalor
Kapasitas kalor adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1˚C atau 1K.
[3] Misalnya banyaknya kalor
adalah Q dan besarnya kenaikan suhu adalah
T, maka kapasitas kalor suatu benda (C) dapat ditentukan sebagai
berikut:
Atau
dapat ditentukan juga dengan cara ke2, jika yang diketahui adalah benda yang
mempunyai massa m dan kalor jenis c mempunyai kapasitas kalor sebesar:
Keterangan:
C = kapasitas kalor
m = massa benda (Kg)
c = kalor jenis (J/Kg.K)
Karena
dalam system SI satuan kalor adalah Joule dan satuan suhu adalah Kelvin, maka
satuan kapasitas kalor adalah Joule/Kelvin (J/K).
b.
Kalor
Jenis
Kalor
jenis (c) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 kilogram at
sehingga suhunya naik 1˚C atau 1 K. Secara matemtis kalor jenis suatu zat dapat
ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Keterangan:
c = Kalor jenis
C = Kapasitas kalor
M = massa zat
Berdasarkan
persamaan di atas, maka satuan kalor jenis SI adalah joule/kg/K.
Kalor
jenis suatu zat menyatakan sifat termal zat terhadap kemampuannya menyerap
kalor dan berdasarkan nilai besaran inilah, maka dapat memperkirakan kemampuan
suatu zat dalam menyerap kalor. Berikut table kalor jenis pada beberapa zat.
Table Kalor Jenis Beberapa Zat Pda Suhu
20˚C dan Tekanan 1 atm
Jenis Benda
|
Kalor Jenis (c)
|
|
J/kg
Co
|
kkal/kg
Co
|
|
Air
|
4180
|
1,00
|
Alkohol
(ethyl)
|
2400
|
0,57
|
Es
|
2100
|
0,50
|
Kayu
|
1700
|
0,40
|
Aluminium
|
900
|
0,22
|
Marmer
|
860
|
0,20
|
Kaca
|
840
|
0,20
|
Besi
/ baja
|
450
|
0,11
|
Tembaga
|
390
|
0,093
|
Perak
|
230
|
0,056
|
Raksa
|
140
|
0,034
|
Timah
hitam
|
130
|
0,031
|
Emas
|
126
|
0,030
|
c.
Pengukuran
Kalor
Pengukuran
jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan oleh sebuah benda didasarkan oleh
sebuah benda didasarkan pada perubahan suhu. Meskipun demikian, banyaknya kalor
juga tergantung pada massa dan jenis zat. Jika dirumuskan secara matematis
dapat dituliskan sebagai berikut:
Keterangan:
Q
= jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan
m
= massa zat (kg)
c
= kalor jenis zat (J/kg˚C)
C
= kapasitas kalor (J/˚C atauJ/K)
ΔT
= perbedaan suhu (˚C atau K)
T2
= suhu akhir (˚C atau K)
T1
= suhu awal (˚C atau K)
Ketika
suhu benda naik maka benda menyerap sejumlah kalor. Ketika suhu benda turun
maka benda melepaskan sejumlah kalor.
Contoh
soal
1. Sebatang
logam membutuhkan kalor sebanyak 2.500 joule agar mengalami kenaikan suhu
sebesar 50˚C. hitunglah nilai kapasitas kalor tersebut!
2. Suatu
zat cair bermassa 500 gr dipanaskan dan mengalami kenaikan suhu sebesar 10˚C.
jika kalor yang diberikan untuk pemanasan tersebut adalah 100 joule, tentukan
kalor jenis zat cair tersebut!
3. Sepotong
besi dengan massa 1 Kg, suhu 25˚C, dipanaskan hingga mengalami kenaikan suhu
menjadi 100˚C. jika diketahui jenis besi adalah 4,6 x 102 J/Kg˚C,
berapa kalor yang akan diserap leh besi tersebut?
Penyelesaian:
1. Berdasarkan
persamaan C ,
Q = 2.500 joule
ΔT = 50˚C
Jawaban: C
Jadi, nilai kapasitas kalor dari logam itu adalah 50 J/˚C.
2. Dengan
menggunakan persamaan kalor jenis diperoleh
jadi, kalor jenis zat cair tersebut adalah 20 J/Kg˚C
3. Berdasarkan
persamaan kalor jenis,
m = 1 kg
T1 = 25˚C
T2 = 100˚C
c = 4,6 x 102 J/Kg˚C
jawaban: Q = m. c. ΔT = (1). (4,6x102). (100-25) =
34,5 kJ.
Jadi, kalor yang diserap besi tersebut sebesar 34,5 kJ atau
34.500 J
[1]
Drs.Muslim,M.Ed, dkk, Konsep Dasar Fisika, (Bandung: UPI PRESS, 2008), halm 64
[2] Dewi Purnawati, Kalor dan Perpindahan Kalor, http://dewipurnawati1.weebly.com/uploads/7/3/1/6/7316436/bab_10_kalor_dan_perpindahan_kalor.pdf (Diakses tanggal 20 September 2014).
[3]
Anonym, Kimia Bahanajar, http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700746/entalpi1.htm
(Diakses tanggal 20 September 2014)
No comments:
Post a Comment