B.
Tujuan Percobaan
Memahami status konservasi fauna di Indonesia (raja lelo,
Bengkulu)
C.
Landasan Teori
Indonesia sangat kaya dengan keragaman flora dan fauna.
Keanekaragaman hayati Indonesia bahkan termasuk 3 (tiga) besar dunia bersama
dengan Brazil di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika. Jumlah spesies tumbuhan
di Indonesia mencapai 8 ribu spesies yang sudah teridentifikasi dan jumlah
spesies hewan mencapai 2.215 spesies pada tahun 1999 (Data dari Departemen
Kehutanan dan Perkebunan). Spesies hewan di Indonesia terdiri atas 1.519
burung, 515 mamalia, 60 reptil, dan 121 kupu-kupu. Besar dan beragamnya
keanekaragaman hayati di Indonesia sangat berkaitan erat dengan kondisi iklim
dan kondisi fisik wilayah. Suhu dan curah hujan yang besar membuat tumbuhnya
beragam jenis tumbuhan. Hal itu terjadi disebabkan karena tumbuhan memerlukan
air serta suhu yang sesuai. Makin banyak air yang tersedia, maka makin banyak
pula tumbuhan yang dapat tumbuh dan karena itu makin banyak pula hewan yang
dapat hidup di daerah tersebut.
Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang
atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan
baik.” Pengertian ini sebenarnya
perlu diperluas lebih
spesifik yaitu pemeliharaan morfologi
(bentuk fisik) dan
fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh
kegiatan pemeliharaan sesuai
dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk
pemanfaatan lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka
konservasi kawasan atau
sub bagian kota
mencakup suatu upaya pencegahan adanya
aktivitas perubahan sosial
atau pemanfaatan yang
tidak sesuai dan bukan secara
fisik saja (Burra Charter, 1981).
Kegiatan manusia telah menyebabkan kepunahan banyak jenis makhluk
hidup. Kecepatan kepunahan semakin meningkat dan sebagian jenis-jenis yang
masih ada terancam punah. Upaya konservasi sangat diperlukan untuk menahan laju
kepunahan satwa-satwa yang rentan. Konservasi sumberdaya alam hayati dilakukan
melalui tiga kegiatan, yaitu: 1) perlindungan sistem penyangga kehidupan, 2) pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya, dan 3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Dalam konteks ini, konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan
bagian tak terpisahkan dari pengertian konservasi sumberdaya alam hayati (Akhmad, 2008).
D.
Data yang Dikumpulkan
Taman hutan reja lelo Bengkulu memiliki potensi fauna yang cukup
tinggi antara lain:
Mamalia 58 jenis dari 32 famili, 4 jenis di antaranya endemik pulau
Seram.Reptil 46 jenis dari 10 famili, 3 jenis diantaranya endemik pulau Seram,
antara lain Ular Seram (Calamaria ceramensis). Amphibi 8 jenis dari 3 famili
dengan jenis endemik Rana ceramensis. Burung 196 jenis dari 50 famili, 8 jenis
diantaranya endemik [pulau Seram, antara lain Cacatu a molucensis. Insekta 90
jenis, dengan jenis endemik (desias manuselaensis), Prosotaspia ceeremensis,
miletus ceramensis. Berbagai jenis ikan air tawar.Potensi objek ekowisata
mempunyai nilai tinggi, jika mempunyai keanekaragaman jenis fauna yang tinggi,
untuk itu dibuat kriteria kualitas keanekaragaman yang dikemukakan oleh Fandeli
(2000)
Tabel . Kriteria Kualitas Keanekaragaman Fauna
Skala
|
Jumlah jenis
|
Arti
|
1
|
Terdapat
1-2 jenis fauna
|
Buruk
|
2
|
Terdapat
3-5 jenis fauna
|
Agak
buruk
|
3
|
Terdapat
6-10 jenis fauna
|
Sedang
|
4
|
Terdapat
11-15 jenis fauna
|
Baik
|
5
|
Terdapat
> 15 jenis fauna
|
Sangat
baik
|
E.
Hasil dan Analisis yang Dilakukan
Potensi Fauna
Komposisi jenis
vegetasi dan karakteriktik fisik kawasan yang khas pada kawasan zona inti dan
zona rimba pada raca lelo bengkulu, merupakan habitat yang sesuai pula untuk
jenis-jenis satwa tertentu. Interaksi dapat
terjadi antara jenis vegetasi dengan jenis satwa yang menempati habitat
tersebut maupun antar jenis satwa yang ada.
Berdasarkan hasil inventarisasi
dilokasi penelitian dengan menggunakan metode jalur didapati jenis-jenis fauna
sebagai potensiuntuk pengembangan objek daya tarik ekowisata (ODTE) adalah
jenis burung dan non burung, untuk jenis burung antara lain :Mata merah (Aplonis
metalica), perkici pelangi (Trihoglossus haematous), Rangkong
(Rhyticeros plicatus),Raja udang (Halcyon lazulli
),Kasturi tenguk ungu (Lorius domicella), nuri pipi merah (Geoffroyus
geoffroyi), hisap madu seram (Lichmera monticola), Pergam tarut (
Ducula concinna), cikukua seram (Philemon subcorniculatus), burung
madu sriganti (Nectarina jugularis), nuri telinga biru (Eos
semilarvata), nuri maluku (Eos bornea), bayan (Electus roratus),
kakatua seram (Cacatua Molucensis), uncal Ambon (Macropygia
amboinensis).
Sedangkan untuk jenis mamalia kecil
yang mendominasi adalah : kuskus abu-abu (Phalanger orientalis),
kus-kus totol hitam (Spilocuscusm aculatus),rusa timor (Rusa
timorensis), Babi hutan (Sus scrofa), kelelawar ekor trubus
kecil (Emballonura monticola).
Untuk jenis kupu-kupu didominasi
oleh jenis-jenis: Graphium sarpedon,Vindula sp, Papilio memnon,
Eurema candida, Ginautoceoa philomery, Cyrestis paulinus, Idea idea, Hebomoia
laucibbe.
Tabel.. Jenis-Jenis Satwa yang ditemukan pada Zona Inti dan Zona
Rimba Raja lelo Benkulu
|
|||||||
No
|
Nama
Lokal
|
Nama
Latin
|
Keterangan
|
||||
Status IUCN
|
Endemik
|
||||||
Jenis
Burung
|
|||||||
1.
|
Gagak hutan
|
Corvus
enca
|
DD
|
-
|
|||
2.
|
Nuri Maluku
|
Eos
bornea
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
3.
|
Mata merah
|
Aplonia
metalica
|
Vu (Rentan)
|
-
|
|||
4.
|
Perkici
pelangi
|
Trihoglossus
haematodus
|
Vu ((Rentan)
|
-
|
|||
5
|
Rangkong
|
Rhyticeros
plicatus
|
DD
|
-
|
|||
6
|
Bayan
|
Electus
roratus
|
DD
|
-
|
|||
7.
|
Nuri raja
ambon
|
Alisterus
amboinensis
|
Vu (Rentan)
|
-
|
|||
8.
|
Cekakak
lazuli
|
Halcyon
lazulii
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
9.
|
Kasturi
Tenguk ungu
|
Lorius
domicella
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
10.
|
Nuri pipi
merah
|
Cacatua
molucensis
|
DD
|
-
|
|||
11.
|
Isap madu
seram
|
Lichmera
monticola
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
12.
|
Pergam Tarut
|
Ducula
conccinna
|
Vu (Rentan)
|
-
|
|||
13.
|
Cikukua seram
|
Philemon
subcorniculatus
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
14.
|
Burung madu
sriganti
|
Nectarinia
jugularis
|
DD
|
-
|
|||
15.
|
Nuri telinga
biru
|
Eos
semilarvata
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
16.
|
Uncal ambon
|
Macropygia
amboinensis
|
DD
|
-
|
|||
17.
|
Kasuari
Gelambir ganda
|
Casuarius
casuarius
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
18.
|
Merpati
kenanga
|
Ptilinopus
viridis
|
DD
|
-
|
|||
19.
|
Raja perling
seram
|
Basilornis
corythaix
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
20.
|
Kepudang
seeram
|
Oriolusforsteni
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
Non
Burung
|
|||||||
1.
|
Rusa timor
|
Rusa
timorensis
|
Vu (Rentan)
|
√
|
|||
2.
|
Kelelawar
ekor trubus kecil
|
Emballonura
monticola
|
-
|
-
|
|||
Pteropus
melanopogon
|
DD
|
-
|
|||||
Pteropus
ocularis
|
DD
|
-
|
|||||
3.
|
Laba-laba
|
-
|
-
|
||||
4
|
Kupu-kupu
|
Graphium
sarpedon
|
DD
|
-
|
|||
Ideopsis
juventa
|
DD
|
-
|
|||||
Vindula
sp
|
DD
|
-
|
|||||
Papilio
memnon
|
DD
|
-
|
|||||
Eurema
candida
|
DD
|
-
|
|||||
5.
|
Kus-kus
abu-abu
|
Phalanger
orientalis
|
DD
|
√
|
|||
Kus-kus totol
hitam
|
Spilocuscus
maculatus
|
DD
|
√
|
||||
Berdasarkan hasil inventarisasi pada
tabel diketahui bahwa potensi fauna dilokasi penelitian sangat beragam.Dengan
mengacu pada kriteria Fandeli (2000), maka dapat dikatakan bahwa fauna yang
ditemukan dalam kawasan zona inti dan zona rimba pada raja lelo bengkulu sangat
tinggi (> 15 jenis). Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
potensi objek daya tarik ekowisata (ODTE) mempunyai nilai kompetitif
tinggi.Namun jika dianalisis lebih mendalam dapat dilihat bahwa satwa burung
yang ada, didominasi oleh jenis endemik Seram dan berstatus rentan(Vulnerable).Kriteria
rentan berdasarkan ketentuan IUCN (International Union for
Conservation of Nature and Natural Resources) adalah jika taxon tersebut
tidak termasuk kategori kritis atau genting tetapi menghadapi resiko
kepunahan tinggi di alam. Sehingga dalam menentukan pengembangan objek daya
tarik ekowisata harus memperhatikan kelestarian populasiburung dengan kriteria
yang ada, sehingga melalui kegiatan ekowisata satwa tersebut semakin memiliki
nilai yang dapat mendukung kegiatan pengelolaan kawasan yang berintikan pada
konservasi keanekaragaman hayati setempat. Untuk itu dalam pengembangan atraksi
perilaku satwa, ekowisata yang akan dikembangkan tidak diperkenankan merubah
perilaku satwa, sedangkan dalam perencanaan amenitas harus disesuaikan dengan
settingan alam setempat dan agar tidak memotong lintasan/jalur satwa.
F.
Kesimpulan
Komposisi jenis
vegetasi dan karakteriktik fisik kawasan yang khas pada kawasan zona inti dan
zona rimba pada raca lelo bengkulu, merupakan habitat yang sesuai pula untuk
jenis-jenis satwa tertentu. Interaksi dapat
terjadi antara jenis vegetasi dengan jenis satwa yang menempati habitat
tersebut maupun antar jenis satwa yang ada.
G.
Daftar Pustaka
Fandeli,
C., 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. PT. (Persero) Perhutani dan
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.Yogjakarta.
Hidayati,
dkk., 2003. Ekowisata: Pembelajaran dari Kalimantan Timur.
Jakarta:Pustaka Sinar Harapan dan LIPI
McNelly,JA., 1990. Ekonomi dan Keanekaragaman
Hayati (terjemahan). Yayasan Obor. Jakarta.
Elisa. 2010. Konservasi
Biodiversitas. http://elisa1.ugm.ac.id/files/t3hermawan/.../10-Konservasi%20Biodiversitas.doc (diakses 5 November 2015).
Dahe, Rahnan. 2009. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/584/jbptunikompp-gdl-rahnandahe-29153-8-unikom_p-i.pdf (diakses 5 November 2015).
Kholid . 2012. Konservasi Ex-situ.
http://eprints.undip.ac.id/3212/1/KHOLID_2.BAB_I.doc (diakses 5 November 2015).
Sakuran, Fitria. 2008.
Pengembangan Saran dan Prasarana. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/125239-R210854-Pengembangan%20sarana-Literatur.pdf (diakses 5 November 2015).
Widyatama. 2011. Keanekaragaman
Satwa. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/1465/Bab1-2.pdf?sequence=2 (diakses 5 November 2015).
No comments:
Post a Comment