Ketika kita
memperhatikan sekitar kita, maka kita akan mengetahui betapa Maha Kuasa dan Maha sempurnanya Allah swt yang
telah menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya yaitu mahluk hidup yang
salah satunya hewan. Keberadaan hewan dimuka bumi sangat beraneka ragam Allah
menciptakan berbagai ciptaannya agar kita dapat mengambil pelajaran dan
manfaatnya bagi kelangsungan hidup kita semua, sesuai ayat yang tertulis
yaitu Surat An-Nuur ayat 45 :
“Dan Allah Telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.
An-Nuur: 45)
Dengan penafsiran : Allah telah menciptakan
semua jenis hewan dari air yang memancar
sebagaimana Dia menciptakan tumbuhan dari air yang tercurah. Lalu Allah menjadikan
hewan-hewan itu beraneka ragam jenis,
potensi, dan fungsi, maka sebagian dari mereka yakni hewanitu ada yang berjalan
diatas perutnya, seperti buaya, ular, cacing,dan hewan melata lainnya. Sedang
sebagian yang lain berjalan dengan
dua kaki, seperti manusia, burung, sedang sebagian yang lain berjalan dengan empat kaki
seperti sapi, kambing, dll.
Memang Allah Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana
karena itu Allah secara terus
menerus menciptakan apa dan dengan cara serta bahan yang dikehendaki-Nya, sebagai bukti
kekuasaan-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Sumber: Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah).
Salah satu mahluk ciptaan Allah swt yang akan
kita bahas kali ini adalah
cacing. Cacing merupakan salah satu hewan yang berjalan dengan
perutnya, tidak bertulang belakang. Cacing ini beraneka ragam jenisnya salah
satunya adalah filum Platyhelminthes yaitu cacing daun yang umumnya bertubuh
pipih. Platyhelminthes merupakan
gabungan dua kata yang
berasal dari bahasa yunani, yaitu platy = pipih dan helminthes = cacing.
Platyhelminthes atau cacing pipih adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya
sudah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata.
Cacing
ini merupakan yang paling sederhana diantara semua hewan simetris bilateral.
Platyhelminthes memiliki tubuh padat, lunak, dan epidermis bersilia. Cacing
pipih merupakan hewan tripoblastik yang tidak mempunyai rongga tubuh
(acoelomata). Sebagian besar cacing pipih, seperti cacing isap dan cacing pita
adalah parasit. Namun, banyak yang hidup bebas yang habitatnya di air tawar dan
air laut, khususnya di pantai berbatu dan terumbu.
Filum ini terdiri atas 9000 spesies.
Pemberian nama pada organisme ini adalah sangat cepat. Sejumlah besar hewan ini
berbentuk hampir menyerupai pita. Hewan ini simetris bilateral dengan sisi kiri
dan kanan, permukaan dorsal dan ventral dan juga anterior dan posterior.
Cacing parasit ini mempunyai lapisan
kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa. Hewan ini mempunyai alat
pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel. Cacing pipih belum
mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan sistem
pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam 3
kelas, yaitu Kelas Turbellaria, Kelas Trematoda dan kelas Cestoda.
5.1.1
Definisi
Turbellaria
Turbellaria adalah
salah satu ordo dari filum platyhelmintes. Turbellaria ini merupakan cacing
yang berbulu getar atau memiliki silia, tidak memiliki rongga, tidak memiliki
anus, triplobastik yang hidup bebas di perairan jernih ataupun daratan yang
lembab, karena tubuh bagian ventral dan dorsal yang cukup tipis atau pipih maka
banyak yang menyebutnya flatworms (cacing pipih).
5.1.2
Klasifikasi
Turbellaria.
Berdasarkan
struktur tubuhnya, Platyhelminthes dibagi menjadi 3 kelas (Gegenbaur,1859) yaitu :
1.
Kelas Turbellaria
2.
Kelas Trematoda
3.
Kelas Cestoda
Pada Kelas Turbellaria (cacing rambut
getar) Berdasarkan poros kehidupannya dilihat dari ususnya Kelas Turbellaria dibagi menjadi 5 ordo,
yaitu;
Ordo 1 Acoela, contoh:
Convolutaw
Ordo 2 Rhabdocoela,
dibagi dalam 4 sub-ordo
§ Sub-ordo 1 Notandropora, contoh: Catenula,
Rhycoscolex
§ Sub-ordo 2 Opisthandropora, contoh:
Macrostomum, Microstomum
§ Sub-ordo 3 Lecithopora, contoh:
Anoplodium, Mesostoma
§ Sub-ordo 4 Temnocephalida, contoh:
Temnocephala, Monodiscus
Ordo
3 Alloeocoela, mempunyai 4 sub-ordo.
§ Sub-ordo 1 Archopola, contoh: Proporoplana
§ Sub-ordo 2 Lecithoepitheliata, contoh:
Prorhynchus
§ Sub-ordo 3 Cumulata, contoh: Hypotrichina
§ Sub-ordo 4 Seriata, contoh: Otoplana,
Bothrioplana
Ordo
4 Tricladida,mempunyai 3 sub-ordo.
§ Sub-ordo 1 Maricola, contoh: Bdelloura,
Ectoplana
§ Sub-ordo 2 Paludicola, contoh: Planaria
atau Dugesia
§ Sub-ordo 3 Tericolla, contoh: Bipalium,
Geoplana
Ordo
5 Polikladida, terdiri atas 2 sub-ordo.
§ Sub-ordo 1 Acotylea, contoh: Notoplana,
Yungia
§
Sub-ordo
2 Cotylea, contoh: Thysanozoon
Contoh Turbellaria yang paling umum adalah Planaria sp, klafikasi Planaria menurut barnes
(1987) klasifikasi planaria adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Sub Ordo : Paludicola
Famili : Planariidae
Genus : Euplanaria
Species : Euplanaria, sp Gambar 4.1
Phylum : Platyhelminthes
Class : Turbellaria
Ordo : Tricladida
Sub Ordo : Paludicola
Famili : Planariidae
Genus : Euplanaria
Species : Euplanaria, sp Gambar 4.1
Sumber
:http://www.scribd.com/doc/45264999/Plan-Aria
Taksonomi
Dugesia trigina atau Planaria sp.
Domain : Eukarya
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Super phylum :
Platyzoa
Phylum :
Platyhelminthes
Kelas :
Turbellaria
Ordo :
Seriata
Subordo :
Tricladida
Famili :
Planariidae
Genus :
Dugesia
Spesies : Dugesia tigrina
5.1.3
Ciri
Umum Turbellaria
Hewan dari kelas Turbellaria memiliki tubuh bentuk tongkat atau bentuk
rabdit (Yunani : rabdit = tongkat). Hewan ini biasanya hidup di air tawar yang
jernih, air laut atau tempat lembab dan hidup bebas. Tubuh memiliki dua mata
dan tanpa alat hisap. Turbellaria mungkin tidak
berwarna, putih, merah, kebiruan, hijau, hitam, coklat, atau kekuningan
tergantung pada pigmen epidermal dan parenkim, isi usus, dan ganggang
simbiotik. Turbellaria tidak mempunyai organ untuk melekatkan diri tubuh.
Hewan ini mempunyai kemampuan yang besar untuk
beregenerasi dengan cara memotong tubuhnya seperti tampak pada gambar di atas.
Contoh Turbellaria antara lain Planaria dengan ukuran tubuh kira-kira 0,5 – 1,0
cm dan Bipalium yang mempunyai panjang tubuh sampai 60 cm dan hanya keluar di
malam hari.
Permukaan tubuh Planaria bersilia. Belum memiliki alat peredaran darah dan pernafasaan. Alat pencernaanya belum sempurna karena tidak memiliki anus, sistem syarafnya berupa tangga tali. Sistem reproduksinya majemuk, karena bersifat hemaprodit. Metabolismenya ada dibagian tubuh atas. Tubuhnya tidak bersegmen (Aselomata).
Permukaan tubuh Planaria bersilia. Belum memiliki alat peredaran darah dan pernafasaan. Alat pencernaanya belum sempurna karena tidak memiliki anus, sistem syarafnya berupa tangga tali. Sistem reproduksinya majemuk, karena bersifat hemaprodit. Metabolismenya ada dibagian tubuh atas. Tubuhnya tidak bersegmen (Aselomata).
5.1.4
Struktur
Anatomi dan Morfologi Turbellaria
Gambar
4.2
Tubuh pipih
dorsoventral, kepala berbentuk segitiga memiliki tonjolan 2 keping disisi lateral atau kita
kenal sebagai bintik mata (eyespot) ekor meruncing. Pada kepala
ada yang berbentuk telinga (aurikel).Panjang tubuh ± 5-25 mm, tetapi bagi yang
hidup di darat panjangnya mencapai 60 cm. Bagian dorsal lebih berwarna gelap
dari pada ventral. Pada tengah dorsal kepala ada bintik mata (fungsinya
membedakan cahaya gelap dan terang) ini berkaitan dengan habitatnya di tempat
yang lembab, sehingga ia akan mencari tempat yang gelap agar tubuhnya tidak
kering.
Memiliki tiga
lapisan tubuh (triplobastik), pada lapisan epidermis terdapat banyak sel
kelenjar yang disebut rhabdoid yang berfungsi untuk melekat, membungkus mangsa,
dan sebagai jejak lendir pada waktu merayap.
Di bawah epidermis terdapat serabut-serabut otot melingkar,
longitudinal, diagonal, dan dorsoventral sehingga Turbelaria mudah memutar dan
meliuk-liuk. Panjang tubuh sekitar 0,1 -
600 mm. Lubang mulut terletak di tengah bagian ventral perut ke arah ekor.
Lubang mulut berhubungan dengan kerongkongan dengan dinding yang dilengkapi
otot daging sirkular dan longitudinal. Kerongkongannya bisa ditarik dan
dijulurkan.
Kerongkongan
dalam keadaan menjulur seperti belalai gajah (proboscis). Pada sepanjang
pinggiran tubuh bagian ventral terdapat “zona adesif” penghasil lendir (untuk
melekatkan diri ke permukaan yang ditempelinya). Bagian ventral ditutupi
rambut-rambut getar (silia) halus sebagai alat gerak.
5.1.5
Fisiologi
Tubuh Turbellaria
Gambar 4.3 Struktur
Turbellaria
Sistem pencernaan
makanan
Makanannya berupa
bangkai hewan atau hewan kecil (dafnia) lainnya. Alat pencernaannya terdiri
dari 1. Mulut 2. Faring 3. Esofagus
dan usus
halus
(intestine). Lubang mulut dilanjutakan oleh kantung silindris memanjang dan
disebut rongga mukut ( rongga faringeal). Esofagus merupakan persambungan dari
faring yang langsung bermuara ke usus. Usus bercabang tiga , satu menuju ke anterior,
yang dua secara berjajar bersebelahan menuju ke posterior. masing-masing
bercabang lagi ke arah lateral yang buntu “divertikulata”. Percabangan ini
berfungsi untuk peredaran bahan makanan dan memperluas bidang penguapan Faring
masing-masing terletak dalam sarung otot, probosis (faring) dapat keluar
melalui mulut dan di belakang mulut terdapat porus genital. Planaria sebagian
besar karnivora. Pada faring yang berotot tebal yang dapat dijulurkan berfungsi
sebagai penangkap mangsa kecil seperti Dafnia, cacing lainnya ataupun bangkai.
Planaria memiliki kemoreseptor pada sisi kanan dan kiri anterior, sehingga
memungkinkan untuk bereaksi terhadap zat makanannya yang berupa rangsangan zat
protein. Jika mangsanya tersentuh maka ujung anterior akan berbelok dengan
cepat kearah mangsa dan kemudian akan melingkarinya. Dengan lendir di
ekskresikan oleh kelenjar mukosa dan “ rhabdites” mangsa dapat diikat erat.
Kemudian faring ditonjolkan keluar untuk
mengambil mangsa dan segera di tarik kembali kedalam rongga mulut bersama-sama
mangsa tersebut.
Gambar 4.5 Susunan saluran pencernaan Planaria
Pencernaan
pada planaria terjadi di dalam sel (interseluler) dan diluar sel
(ekstraseluler) untuk pencernaan dalam sel terjadi dengan pertolongan vakuola
makanan yang berupa rongga untuk
mencerna makanan. Untuk pencernaan luar sel dibantu oleh enzim yang dibentuk
usus . Cara menagkap mangsanya pertama-tama makanan ditangkap oleh probiosis
kemudian diselaputi lendir ( lendir yang diproduksi oleh kelejar lendir) atau
cairan pencernaan yang ditempatakan disekitar makanan, makanan yang larut
kemudian diserap usus. Makanan di cerna secara ekstraseluler, kemudian sel-sel
tertentu pada epitel usus dapat membentuk pseudopodia dan mencerna makananannya
/ mangsanya di dalam vakuola makanan (pencernaan intraseluler). Sari-sari
makanan di serap (absorpsi) dan secara difusi masuk keseluruh jaringan tubuh. Planaria tidak memiliki anus pada saluran pencernaan
makanan sehingga buangan / sisa makanan yang tidak
dicerna di keluarkan kembali dari usus melalui mulut. Jika persediaan
makanannya habis atau tidak ada maka ia akan memakan tubuhnya sendiri. Dan
organ pertama yang dikorbankan adalah organ bagian reproduktif, kemudaian
sel-sel parenkim, otot dan seterusnya sehingga tubuhnya berukuran kecil. Dan
planaria ini dapat meregenerasikan sel-selnya yang sudah hilang (rusak) atau
termakan oleh dirinya sendiri ketika ia telah menemukan makanan kembali.
Sistem ekskresi
Gambar 4.6 a) Susunan saluran eksresi pada Planaria;
b) Sel api (flame cell);
c) Ekkresi Planaria
Sistem
ekskresinya terdiri atas sepasang saluran longitudinal yang berbentuk seperti
jala yang bercabang ke seluruh bagian
tubuh , yang mana pada ujung cabang-cabang yang halus itu ujungnya membesar
yang kita sebut sel api atau flame cell
(protonephridia). Sel api mengandung silia yaitu rambut getar yang didalamnya
membetuk seperti api dan berfungsi
mendorong air dan sisa metabolisme masuk kedalam saluran ekskresi. Limbah sisa
secara difusi masuk kedalam sel api, menuju ke ruang tengah yang bersilium dan bermuara
dalam tabung-tabung . Karena gerakan silium maka limbah akan terdorong keluar
melalui pori-pori ekskresi. Pengeluaran sisa metabolisme berlangsung selain
melalui saluran eksresi, juga melalui lapisan gastrodermis.
Sistem
respirasi
Belum memiliki
organ respirasi khusus sehingga pertukaran gas berlangsung secara difusi
melalui seluruh permukaan tubuhnya. Pada Planaria, O2 yang terlarut di dalam air berdifusi melalui permukaan
tubuhnya. Demikian juga dengan pengeluaran CO2. Perhatikan Gambar
Gambar
4.7 Pertukaran gas pada Planaria
Sistem saraf
Gambar 4.7 Sistem saraf Planaria
Sistem saraf
(tangga tali), terdiri dari ganglion serebral terletak di bagian kepala dan
berfungsi sebagai otak. Pada planaria terdapat otak yang terdiri dari dua
lobus, dari otak keluarlah 2 tali saraf yang menuju kearah belakang dalam
mesenkim bagian ventral, yang disebut tali saraf longitudinal. Dari saraf
longitudinal keluarlah cabang-cabang saraf lateral ke tepi badan. Kedua tali
saraf itu saling berhubungan karena adanya saraf-saraf transversal, sehingga
bentuknya seperti tangga. Dari otak (ganglion serebral) keluar pula saraf-saraf
ke bagian depan kepala.
Otak pada planaria
ini tidak dibutuhkan untuk koordinasi kontraksi badan karena pada penelitian
ketika otaknya diambil tetapi masih terlihat adanya pergerakan, kontraksi otot.
Tetapi di temukan jika otak dapat berfungsi untuk menyelenggarakan pergantian
sensori yang menerima stimulus dari indera ke bagian lain.
-
Sel-sel
sensori
Terdapat
pada permukaan tubuh di dalam sel-sel epitel, dan ujungnya lancip serta
berhubungan dengan dunia luar. Terdapat bermacam-macam sifat antara lain peka
terhadap suhu, bahan kimia serta lainnya. Di kepala, sel-sel indera terkonsentrasi
membentuk indera.
-
Lobus
sensori
Berupa
penjuluran ke setiap sisi kepala, sensitif pada perabaan, aliran air, makanan,
dan bahan makanan. Mata indera peka terhadap pencahayaan. Masing-masing terdiri
dari mangkuk pigmen hitam, penuh dengan sel-sel sensori khusus, dengan ujung
berupa saraf masuk kedalam otak. Pigmen melindungi sel-sel sensori. mata sensitif terhadap cahaya yang
datang ujung yang terbuka dari mangkuk
pigmen.
Alat Indera
Alat indera pada
planaria adalah bintik mata dan indera aurikel yang keduanya terletak di bagain
kepala. Bintik mata berupa titik hitam yang terletak dibagian dorsal kepala.
Masing-masing bintik mata terdiri dari sel pigmen yang mana tersusun dalam
bentuk mangkok yang yang dilengkapi dengan sel-sel syaraf sensoris yang
sensitif pada cahaya atau sinar. Bintik mata hanya bisa membedakan warna gelap
dan terang saja.
Planaria
bersifat photonegatif (takut cahaya). Dari kenyataan bila planaria terkena
cahaya salah satu sisinya maka cacing tersebut segera bergerak menjauhi
cahaya.kenapa dikatakan menjauhi cahaya karena planaria butuh tempat yang
lembab, dan tubuhnya tidak tahan akan wilayah yang kering. Aurikel merupakan
indera rasa , bau dan sentuhan. Jika aurikelnya tidak berfungsi maka hewan
tersebut tidak dapat mengetahui jenis makanan kesukaannya.
Sistem reproduksi
Gambar 4.8 Sistem reproduksi Planaria
Reproduksi pada cacing pipih seperti Planaria dapat
secara aseksual dan secara seksual. Reproduksi aseksual (vegetatif) dengan
regenerasi yakni memutuskan bagian tubuh. Sedangkan reproduksi seksual
(generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada hewan yang bersifat
hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria terdiri dari perkawinan
silang dan perkawinan sendiri. pada reproduksi seksual terdiri atas sistem
reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan
reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis. Perhatikan
gambar sistem reproduksi Planaria.
Planaria
bersifat hemaprodit, yang bisa memiliki kelamin jantan dan betina. Untuk organ
kelamin jantan terdiri atas :
1.
Testis (berjumlah
ratusan, berbentuk bulat tersebar disepanjang sisi kedua tubuh)
2.
Vasa eferensia
(pembuluh berjumlah dua buah yang masing-masing membentang pada setiap sisi
tubuh yang keduanya bertemu dan bermuara pada kantung yang disebut vesiculus
seminalis (ruang yang fungsinya menampung dan menyalurkan sperma menuju penis
3.
Penis (alat
kopulasi pada perkawinan silang dengan palnaria lain ke ruang genitalis).
4.
Ruang genitalis
Organ kelamin betina
terdiri atas :
a.
Ovari, dua buah,
berbentuk bulat dibagian anterior tubuh .
b.
Oviduck (saluran telur), tiap ovarium akan
menuju ke arah posterior sebuah saluran yang kita kenal adalah oviduct, antara saluran yang kiri dan kanan
bersejajar yang masing-masing dilengkapi dengan kelenjar yang menghasilkan
kuning telur.
c.
Kelenjar kuning
telur (yolk gland), menghasilkan
kuning telur untuk sel telur bila telah diproduksi oleh ovarium.
d.
Vagina , saluran
spermatozoid dari planaria lain yang kemudian spermatozoid akan disimpan dalam
ruangan receptaculus seminalis.
e.
Uterus
(receptaculus seminalis), ruangan yang menggelembung untuk menyimpan
spermatozoid planaria lain.
f.
Genital
atrium(ruang genital), muara bersama antara dua oviduct
Proses reproduksinya
terbagi menjadi 2:
1)
perkawinan silang maka terjadi kopulasi pada kedua cacing yang saling
bertempelan di bagian posterior pada bagian ventral, kemudian penisnya
dimasukkan kedalam genital atrium pasangannya. Selanjutnya sperma dan vesikal
cacing yang satu di transfer pada cacing yang lain dan di tampung di dalam
uterus untuk di pertemukan dengan ovum yang ada dalam oviduk, setelah pertemuan
sperma selesai maka cacing akan terlepas.
Gambar 4.9 perkembangbiakan seksual planaria
Sumber : http://www.flickr.com
2)
Perkawinan sendiri yang mana pada cacing ini karena
hemaprodit maka dapat membuahi sel telurnya sendiri, jadi ovumnya di kawinkan
dengan spermatozoidnya sendiri yang kita kenal sebagai internal fertilization.
Reproduksi
aseksual pada planaria ;
Gambar 4.10 Reproduksi aseksual Planaria
A. Terpotong secara alami
B. Dibelah dua
C. Dibelah tiga
B. Dibelah dua
C. Dibelah tiga
Daya
regenerasi pada planaria sangat baik bila hewan ini dipotong menjadi 2 bagian, maka bagian depan akan
tumbuh ekor baru dan bagian posterior akan tumbuh kepala baru. Sehingga dapat
membentuk 2 individu baru (fragmentasi). Potongan-potongan lain juga dapat
membentuk individu baru dengan membentuk ekor atau kepala baru. Bila dalam
keadaan lapar tak ada makanan maka dapat memakan organ tubuhnya sendiri dari
organ reproduksi, parenkim, usus , otot sehingga menjadi kecil ukurannya,
setelah menemukan makanan maka organ-organ yang termakan akan beregenerasi.
Gradien antero-posterior
Planaria memiliki
gradien asal dari depan ke belakang, proses metabolisme terjadi dari ujung
anterior menuju ke posterior. Misalkan : jika planaria terpotong menjadi 4
bagian , maka bagian kepala akan menghabiskan O2 dan memberikan CO2
lebih banyak dari bagian lainnya.
5.1.6
Ciri
khusus pada Bangsa Turbellaria
a.
Bangsa Acoela
Gambar
4.11 Acoela
Ciri
umum bangsa acoela :
1.
Habitat lautan
2.
Berukuran kecil ,
berstruktur sederhana.
3.
Tidak ada sistem
usus ataupun ekskresi.
Dari
kelas turbellaria, ordo acoela merupakan hewan laut kecil yang dapat ditemukan
diantara batu-batu dan diantara ganggang laut. Pada tubuh hewan ini tumbuh
ganggang laut dan hewan ini memanfaatkan makanan yang dihasilkan ganggang
tersebut untuk makanannya. Simbiosis ini begitu lengkap sehingga cacing
turbellaria kehilangan system pencernaannya. Ada satu jenis, Convoluta heuseni, hidup bebas sebagai
plankton. Bangsa ini merupakan bangsa yang paling sederhana dari Turbellaria.
Bangsa Acoela ini tidak memiliki system usus dan tidak memiliki system ekskresi, serta tidak
memiliki saluran telur sehingga mereka menumpahkan telur mereka melalui kulit
atau mulut mereka. Bangsa Acoela ini berukuran kecil dan mempunyai struktur yang sederhana.
Saat dewasa mereka tinggal di semacam simbiosis dengan ganggang flagellated
dari genus Chlamydomonas. Ganggang yang dimakan tetapi tidak di cerna, sehingga
mereka hidup dalam tubuh cacing. Ganggang
memiliki rumah yang aman dan Acoela menyerap nutrisi yang dihasilkan oleh ganggang,
dan dengan demikian mereka kehilangan kebutuhan untuk makan sama sekali dan
dapat bertahan hidup tanpa system pencernaan. Bangsa Acoela bertempat tinggal
(habitat) di lautan. Contoh: Convoluta
heuseni, Convoluta rescoffensis.
b.
Bangsa
Rhabdocoella
(a)
(b)
Gambar 4.12 (a) dan (b) Rhabdocoela
Bangsa
ini memiliki usus yang berupa kantung, berukuran kecil dan habitat mereka
adalah di laut, air tawar, terrestrial. Contoh: Microstomum lineare, Stenostonum leucops.
§ Sub-ordo 1 Notandropora, contoh: Catenula,
Rhycoscolex
§ Sub-ordo 2 Opisthandropora, contoh: Macrostomum,
Microstomum
§ Sub-ordo 3 Lecithopora, contoh: Anoplodium,
Mesostoma
§ Sub-ordo 4 Temnocephalida, contoh: Temnocephala,
Monodiscus
c.
Bangsa Alloeocoela
Gambar 4.13 Alloeocoela
Bangsa
ini memiliki usus yang berupa kantung atau ventrikulum dan bangsa ini merupakan
kelompok yang agak artificial. Contoh: Plagiostomum,
Prorhyncus
§ Sub-ordo 1 Archopola, contoh: Proporoplana
§ Sub-ordo 2 Lecithoepitheliata, contoh:
Prorhynchus
§ Sub-ordo 3 Cumulata, contoh: Hypotrichina
§ Sub-ordo 4 Seriata, contoh: Otoplana,
Bothrioplana
d.
Bangsa Polycladila
(a) (b)
Gambar 4.14 (a) dan (b) Polycladila
Bangsa
ini memiliki usus yang bercabang banyak , berukuran besar, dan daur hidupnya
dapat melibatkan fase larva yang berenang bebas. Bangsa ini bertempat tinggal
di laut. Contoh: Planocera inquilina, Stylocus ellipticus
§ Sub-ordo 1 Acotylea, contoh: Notoplana,
Yungia
§ Sub-ordo 2 Cotylea, contoh: Thysanozoon
e.
Bangsa Tricladida
(a) (b) (c)
Gambar 4.15 (a), (b) dan (c) Tricladida
Bangsa ini dikenal sebagai non-parasit platyhelmintes.
Mereka dapat ditemukan di laut, di air tawar dan di daratan yang lembab atau
bahkan sangat lembab. Dari mulutnya, kira-kira ditengah terdapat proboscis
(tenggorok yang ditonjolkan keluar) yang berlanjut ke ruang digesti (usus yang
terdiri dari 3 cabang utama: 1 anterior, 1 posterior). System ekskresinya
terdiri dari 2 tabung ekskresi longitudinal. System syaraf, bagian anteriornya
berhubungan silang dan 2 ganglia anterior terletak dibawah mata. Bangsa ini
memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi. Dimana pecahan dari bagian anterior
tubuhnya beregenerasi lebih pada fragmen yang berasal dari posterior tubuhnya.
Pada tricladida dapat diklasifikasikan jadi 3 sub ordo yaitu:
-
Sub Ordo
Paludicola
Contoh: Planaria,Polycelis
-
Sub Ordo Maricola
Contoh: Procerodes
wheatlandi, Bdelloura candida (melekat pada lumut)
-
Sub Ordo
Terrocoela
Contoh: Bipalium kewensis
Gambar 4.16 Bipalium
kewensis
Kami
menemukan 2 ordo lain pada kelas Turbellaria yaitu Macrostomida, Temnocephalida.
1. Bangsa
Macrostomida
Gambar
4.17 Macrostomida
Bangsa
ini dapat ditemukan di perairan tawar dan di laut. Pada satu spesies, Appendiculatum dapat hidup dihabitat
yang baik. Hal yang menarik di bangsa ini adalah member makan pada polip air
tawar Cnidaria yang dilakukan oleh
Macrostomum lineare. Ketika ia menyerap nematocysts Cnidaria (organ
menyengat), mereka mengeluarkannya melalui kulit sehingga dapat melindungi diri
mereka sendiri. Spesies ini bereproduksi secara aseksual dengan tunas yang
tumbuh di ujung ekornya.
f.
Bangsa
Temnocephalida
(a) (b)
Gambar 4. 18 (a) dan (b) Temnocephalida
Bangsa
ini merupakan kelompok yang paling canggih dari kelas Turbellaria dalam hal
evolusi. Semua spesies di bangsa ini merupakan komensal dan parasit. Spesies
dari Eropa Scutariella didactyla
adalah parasit pada udang. Ia tinggal di insang dan menghisap cairan tubuh
udang yang keluar dari filament insang.
5.1.7
Habitat
dan Ekologi
Hidup bebas di
perairan air tawar yang jernih dan tidak mengalir, biasanya di tempat-tempat
yang teduh( batuan, bawah daun yang jatuh). namun beberapa spesies hidup di darat. Banyak dari spesies kecil
Turbellaria hidup antara butiran pasir di habitat berair. Spesies yang lebih besar hidup di air terbuka atau
di antara bahan terendam seperti batu, koral,
dan ganggang. Pada planaria dia hidup di perairan tawar yang
jernih dan tidak tercemar karena membutuhkan oksigen yang cukup sehingga bisa
menjadi bioindikator perairan bersih, karena hewan photonegatif maka habitatnya
kebanyakan dibawah daunan dan batuan karena takut cahaya matahari, keberadaan
planaria berkurang drastis akibat makin tingginya pencemaran.
Kebiasaan
hidup cacing turbellaria kebanyakan hidup bebas jarang sebagai parasit, dan
biasanya menempel pada dedaunan atau batuan yang tergenang air dan kondisi
lembab, cacing ini biasanya memangsa mangsa-mangsa kecil, bangsa krustaseae
(dapnia). Hewan itu dalam perairan tidak mudah
tampak, kecuali jika sedang bergerak. Hal ini disebabkan oleh ukuran tubuhnya
yang kecil, pipih, warnanya gelap. Dugesia
(planaria sp) tersebar di seluruh
dunia, kebanyakan di tempat lembab, tropic, dan subtropik.
Penyebaran turbellaria ini biasanya
ada pada daerah-daerah yang berair jernih, lembab dan banyak kandungan oksigen,
seperti diselokan-selokan yang belum tercemar, di saluran irigasi persawahan, sungai
yang belum tercemar dan banyak lainnya. Secara umumnya turbellaria hidup bebas,
tetapi kebanyakan turbellaria di daerah eropa yang sampai sekarang masih
diselidiki merupakan hewan ectoparasit yaitu hewan yang menumpang sementara
pada tubuh krustaseae. Sebagian tersebar di daerah laut dan benthic, tetapi
juga ada yang hidup didaerah tropis.
Mayoritas Planaria
laut aktif di malam hari atau cryptozoic, bersembunyi selama periode rendah pasang
untuk menghindari kekeringan
dari tubuh lunak mereka lengket dan keluar pada malam hari atau saat pasang
tinggi untuk memberi makan. Mereka sebagian besar karnivora, dan gerakan mereka
berkorelasi sebagian besar dengan sifat makanan mereka. Di
Selandia Baru banyak ditemukan cacing turbellaria ada sekitar 100 spesies lebih
di daerah selandia baru. Di Inggris, Autralia dan Finladia juga tedapat banyak
spesies.
5.1.8
Manfaat Turbellaria
Salah satu contoh
yang kita kenal, adalah Planaria sp., cacing ini digunakan oleh manusia sebagai
bioindikator air bersih karena planaria hanya dapat hidup di daerah yang belum
tercemar dan banyak mengandung oksigen. Selain itu, planaria juga dimanfaatkan
untuk pakan ternak ikan.
5.2.1
Ciri-Ciri
Umum
Trematoda
juga dikenal dengan cacing daun atau cacing hisap. Cacing ini memiliki dua
batil hisap yaitu batil hisap anterior yang terletak di anterior tubuh dan
batil hisap ventral yang terletak di sepertiga badan bagian bawah. Trematoda
tidak memiliki rongga badan (tidak bersegmen) . Tubuh biasanya pipih dorso-ventral,
biasanya tidak bersegmen, kebanyakan
bentuk seperti daun, ada juga bentuk panjang langsing (Schistosoma sp.) dan berbentuk conus (Paramphistoma sp.). Bentuk tubuhnya simetris bilateral. Mempunyai
lekukan yang ditengahnya ada lubang yang disebut alat penghisap (batil isap/sucker) berjumlah dua buah, yang satu
mengelilingi mulut dikenal dengan istilah ”Oral
Sucker ” dan yang lain berada 1/3 anterior tubuh dibagian ventral atau pada
ujung posterior disebut ” Ventral
Sucker” (Asetabulum). Kutikula atau tegumen cacing ada yang licin dan ada
yang berduri, berfungsi sebagai pembungkus badan juga bertanggung jawab dalam
mengedarkan makanan. Daur hidup
umumnya melalui stadium larva.
5.2.2
Anatomi
Dan Fisiologi Secara Umum
a. Sistem digesti
Dinding luar atau tegumen
cacing daun disusun oleh kutikula halus atau berduri.
b. Sistem
pencernaan
Masih
sangat sederhana, mulai dari mulut pada bagian anterior yang dikelilingi oral
sucker, makanan masuk dan berelanjut ke posterior menuju faring yang berotot
kemudian esofagus dan akhirnya menuju usus yang terbagi menjadi 2 sekum
bercabang-cabang dan akhirnya buntu. Kebanyakan Trematoda tidak mempunyai anus, sehingga sisa bahan
makanan harus diregurgitasi.
c. Sistem
syaraf
Sangat sederhana, ditemukan cincin
serabut syaraf dan ganglia mengelilingi esophagus, dan juga tidak berkembang
normal karena hidupnya parasit. Sistem saraf utama terdiri dari sepasang ganglia serebral atau otak dan 1-3
pasang tali saraf longitudinal yang dihubungkan satu dengan yang lain oleh komisura saraf transversal. Tipe sistem
saraf seperti ini disebut sistem saraf
tangga tali.
d. Sistem sirkulasi dan Sistem respirasi
Tidak ada.
e. Sistem ekskresi
Tersusun oleh ginjal primitif (protonefridia) yang
disebut sel api atau sel obor (sel ekskresi berupa
kantung yang mengumpulkan sisa-sisa metabolisme) dan sebuah kantong kemih posterior.
f.
Sistem reproduksi
Pada kelas Trematoda
sistem reproduksi sangat kompleks, sebagian besar Trematoda adalah
Hermaphrodit (satu individu memiliki organ jantan dan betina) kecuali Schistosomatidae, tetapi pada umumnya
terjadi pembuahan silang dan pembuahan sendiri kurang umum.
Sistem reproduksi jantan terdiri
dari 2 testis berbentuk lobus atau bercabang-cabang, selanjutnya dari
masing-masing testis dilanjutkan dengan sebuah vas deferens, vas deferens
kemudian bergabung membentuk vas deferens. Pembuluh ini kadang-kadang melebar
membentuk vesika seminalis yang dikelilingi oleh glandula prostata dan terakhir
cirrus.
Sistem reproduksi
betina secara berturutan dimulai dari ovarium yang tunggal berlobi-lobi atau
bercabang-cabang, oviduk, reseptabulum seminalis, saluran vitelina yang
menampung kelenjar viteliria, terusan laurel, kemudian menuju ootipe, uterus
yang berkelok-kelok, metratem dan akhirnya keluar dari lubang kelamin (Porus
genitalis).
|
Gambar 4.20 Sistem pencernaan, eksresi dan saraf
trematoda
5.2.3
Siklus Hidup Trematoda
Sub
kelas Monogenea mempunyai daur
hidup secara langsung sedangkan sub kelas Digenea tidak langsung atau
memerlukan inang antara untuk daur hidupnya. Telur Trematoda Digenea biasanya
dikeluarkan melalui feses dan urin dengan ciri khas yaitu terdapat operculum
pada salah satu kutubnya. (Gambar 4.21 (a)). Sub kelas Digenea merupakan
trematoda yang paling sering menyerang pada hewan ternak maupun satwa liar.
Trematoda dewasa biasanya ditemukan pada saluran empedu serta saluran
pencernaan (Taylor et al 2007). Telur Schistosoma mempunyai ciri
khusus yang agak berbeda dibandingkan telur trematoda pada umumnya, yaitu
terdapat spina yang menjadi dasar identifikasi telur Schistosoma (Gambar
4.21 (b)). Telur yang keluar dari inang definitif akan tumbuh menjadi larva
bersilia yang disebut sebagai mirasidium. Mirasidium akan mencari inang antara
(siput) sebagai tempat untuk pertumbuhan selanjutnya menjadi sporokista.
Sporokista tumbuh menjadi redia dan bermigrasi ke hepatopankreas yang kemudian
tumbuh menjadi larva, disebut serkaria. Serkaria ini mempunyai ekor yang
berfungsi untuk berenang di air menuju rumput. Serkaria yang melepaskan ekornya
dan membentuk kista disebut sebagai metaserkaria. Serkaria dan metaserkaria
adalah larva infektif bagi trematoda, jika larva masuk ke dalam inang definitif,
larva akan tumbuh menjadi Trematoda dewasa
(Taylor et al 2007).
|
|
|
|
Gambar 4.21 Telur trematoda dengan
operculum (a) dan telur Schistosoma sp
yang memiliki spina (b)
5.2.4 Klasifikasi
Kelas Trematoda terdiri dari 3 ordo, antara lain:
a.
Ordo Monogenea
Ordo Monogenea
terbagi menjadi 2 subordo:
1)
Subordo
Monopisthocotylea
Contohnya: Ancyrocephalus, Dactylogyrus,
dan Gyrodactylus.
2)
Subordo
Polyopisthocotylea
Contohnya:
Polystoma integerrimum, Diplozoon dan Polystoma megacutyle
b.
Ordo Aspidocotylea
Ordo ini hanya mempunyai satu famili :
Aspidogastridae
Contohnya:
Aspidogaster
c.
Ordo Digenia
Ordo
Digenea terbagi menjadi 9 famili,
antara lain:
1)
Bucephalidae atau Gasterostometidae
Contohnya: Bucephalus gracilescens
2)
Paramphistomatidae
Contohnya: Megalodiscus temperatus dan Gastrodiscoides hominis.
3)
Gorgoderidae
Contohnya: Gorgodera minima dan Phyllodistomum.
4)
Plagiorchidae
Contohnya: Haematoloechus medioplexus dan Planorbula armigera.
5)
Opisthorchidae
Contohnya: Opisthorcis sinensis dan Bythinia.
6)
Troglomatidae
Contohnya: Collyriclum faba.
7)
Fasciolidae
Contohnya: Fasciola hepatica dan Fasciolopsis buski.
8)
Strigeidae
Contohnya: Lymnaea stagnalis dan Cotylurus.
9)
Schistosomatidae
Contohnya:
Schistosoma japonicum, Schistosoma haematobium, dan S. mansoni.
5.2.5
Aspek
Biologi Berdasarkan Tiap-Tiap Ordo
Kelas trematoda
terbagi menjadi 3 ordo, masing-masing ordo memiliki karakteristik khusus yang
membedakan dengan ordo yang lainnya.
a.
Ordo monogenea
Karakteristik khusus
:
-
Spesies dari ordo ini merupakan parasit pada hewan vertebrata yang hidup
di air.
-
Dalam siklus hidupnya membutuhkan satu hospes (= monogenetik).
-
Mempunyai alat penempel yang besar di bagian posterior disebut Opisthaptor
: merupakan organ yang berfungsi untuk melekat pada hospesnya, mempunyai
sejumlah sucker yang berukuran kecil
dan hooks, anchors dan bars.
-
Sebagian besar merupakan parasit pada ikan laut dan tawar, kadang-kadang
terdapat pada amphibi, kurakura, reptil, invertebrata.
-
Sebagian ada yang
ektoparasit, contoh : Gyrodactylus elegans, yang hidup pada insang dan
permukaan tubuh ikan laut,tawar dan katak.
-
Ada yang bersifat
endoparasit, contoh Polystomoidella
oblongum merupakan monogenea, parasit pada kantong urine dari kura-kura
-
Pada umumnya
parasit bersifat viviparous, contoh : Gyrodactylidae
atau oviparous dan siklus hidupnya langsung (direct cycle).
-
Telurnya agak
lonjong memanjang biasanya dilengkapi dengan operculum dan
terdapat filamen pada satu ujung atau ke dua ujungnya.
-
Larva atau onchomiracidium
bersilia dan terdapat satu atau lebih dari satu pasang bintik mata.
-
Pada saat menetas,
onchomiracidium mempunyai periode free
swimming yang pendek untuk mendapatkan hospes baru, kemudian mencapai
stadium dewasa/seksual.
-
Daur hidup
Perkembangan
Monogenea berlangsung secara langsung/direct.
Telur yang besar berwarna kecoklatan dikeluarkan dekat parasitnya, seringkali
telur tersebut dilengkapi dengan tali pengikat yang panjang. Dari telur
tersebut, larva menetas menjadi larva yang berambut, onchomiracidium dengan
beberapa kait yang halus. Epitel rambutnya akan segera lepas bila larva
tersebut sanggup menempel sendiri pada kulit atau insang hospes.
Gyrodactylus
elegans
Taksonomi
Phylum : Platyhelminthes
Classis : Trematoda
Ordo : Monogenea
Sub Ordo : Monopisthocotylea
Super
Famili : Gyrodactyloidea
Famili
: Gyrodactylidae
Genus : Gyrodactylus
Spesies :Gyrodactylus elegans
Sumber:
http://fpk.unair.ac.id
Ciri-ciri:
1)
Bentuk tubuhnya elliptikal dan datar pada permukaan
ventral.
2)
Pada bagian posterior tubuh terletak organ seperti
mangkok/piring yang dilengkapi dengan satu atau dua pasang kait besar yang
dikelilingi oleh kait-kait lebih kecil dibagian tepinya.
3)
Merupakan parasit pada ikan, bangsa amphibi, cephalopoda dan bangsa udang. Habitat cacing ini pada kulit dan insang ikan air
tawar terutama ikan trout. Dapat pula menginfeksi katak.
4)
Ukuran cacing dewasa kurang dari 1 mm panjangnya.
5)
Bersifat viviparous.
6)
Merupakan parasit yang penting pada perikanan di
Eropa, Amerika Utara, Afrika dan Timur Tengah.
7)
Perkembangan embrio secara langsung membentuk larva
yang hidup bebas, berenang, tertutup oleh silia yang vibratil.
8)
Larva akan menempel pada tubuh hospes dan tanpa
mengalami metamorfose menjadi bentuk dewasa
b.
Ordo
aspidocotylea
Ordo ini hanya mempunyai satu famili :
Aspidogastridae.
Ciri-ciri :
-
Merupakan endoparasit dan Monogenetik.
-
Ukuran panjang kurang dari 10 mm s/d beberapa cm.
-
Kompartemen berada pada perut.
-
Mulut di bagian anterior, tidak dikelilingi oleh sucker. Pharing dan esofagus pendek, intestinum sederhana sampai
ujung posterior.
-
Hermaprodit. Alat kelamin jantan terdiri dari satu testis di bagian
posterior ovarium.
-
Merupakan parasit pada ikan, kura-kura, siput, kerang, udang dan kepiting
Gambar 4.23:Daur hidup Aspidogaster conchicola
Sumber:
The Aspidogastrea, life cycles/krohde.wordpress.com
c.
Ordo digenea
Merupakan parasit pada hewan ternak. Hidup pada dua inang atau
lebih, salah satu inang perantaranya
pada avertebrata air.
Contoh
:
-
Paragonimus
westermanii mempunyai satu inang definitif dan dua
inang intermedier. Crustacea dan Crab merupakan inang intermedier kedua.
-
Fasciola
gigantica mempunyai satu inang definitif dan satu inang
intermedier.
-
Schistosoma
japonicum mempunyai satu inang definitive dan satu inang
intermedier.
Ciri-ciri ordo Digenea:
-
Bentuk pipih
dorsoventral, ada beberapa yang panjang dan ramping, ada pula yang berbentuk
seperti daun, sedangkan Amphistoma badannya berdaging tebal.
-
Golongan
Schistosomatidae gilik panjang seperti cacing Nematoda.
-
Kutikula halus dan
ada yang berduri.
-
Organ-organnya
meliputi:
Oral
sucker (penghisap mulut): di bagian anterior tubuh.
Ventral
sucker (penghisap perut): pada sepertiga anterio dari
permukaan ventral tubuh.
-
Mulut pengisap ada
di bagian perut.
-
Tidak ada cakram
atau cantelan.
-
Nephridiopore
tunggal.
-
Endoparasit dengan
siklus hidup kompleks dan beberapa larva menyerbu satu atau lebih inang.
-
Reproduksinya
terdiri dari 2 fase, yaitu:
Fase seksual: pada hospes definitif.
Fase aseksual: pada hospes intermedier/hospes
perantara.
-
Saluran
pencernaan: dimulai dengan mulut yang dikelilingi oral sucker, kemudian
esofagus pendek dan dilanjutkan dengan intestine bercabang dan berakhir dengan
sekum.
-
Ada beberapa
spesies yang mempunyai kloaka/anus.
-
Sistem ekskresi:
terdiri dari sebuah kantong sederhana, tetapi dapat bermacam-macam bentuknya
dan terbuka di bagian ujung posterior tubuh.
Dari kantong yang menjadi
pengumpulan cairan ekskresi ini keluarlah saluran-saluran yang masuk parenkhim
parenkhim berakhir dengan sel obor (flame
cells) yang merupakan ciri khas trematoda.
Sel obor adalah sel
ekskresi yang mengumpulkan sisa metabolisme.
-
Sistem reproduksi: hermaprodit, kecuali family
Schistosomatidae.
-
Sistem syaraf:
terdiri dari serabut-serabut syaraf yang melingkar di daerah esofagus dan
ganglia. Dari esofagus, beberapa syaraf bercabang keseluruh tubuh.
-
Alat indera hanya
terdapat pada bentuk free living larva
(miracidium dan cercaria) dan dilengkapi dengan bintik mata (eye spot)
Gambar 4.24.
Miracidium kelas Trematoda ordo Digenea
Sumber: http://fpk.unair.ac.id
Gambar 4.25
B.
Telur; C. Sporocyst; D. Redia;
E. Cercaria; F. Metacercaria,
kelas Trematoda, ordo Digenea.
Sumber: http://fpk.unair.ac.id
Salah satu contoh spesies dari Ordo Digenea adalah Fasciola hepatica (Cacing hati). Cacing
ini memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan
setidaknya dua inang. Inang utama dan inang perantara.
1)
Fasciola
hepatica
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Subkigdom : Eumetazoa
Super phylum : Platyzoa
Phylum : Platyhelminthes
Class :
Trematoda
Subclass : Digenea
Order :
Echinostomiformes
Subordo : Echinostomida
Family : Fasciolidae
Genus :
Fasciola
Species : Fasciola hepatica
Morfologi
dan Anatomi
Cacing ini bereproduksi secara generatif dan bersifat hermafrodit.
Satu individu bisa menghasilkan 2000-4000 telur. Telur yang sudah dibuahi
akan melewati saluran empedu kemudian ke usus dan akan keluar bersama
feses. Cacing ini memiliki hospes sementara siput air dan hospes tetapnya
adalah ternak. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang berada dalam
feses ke lingkungan. Telur itu akan menetas menjadi larva
bersilia mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput (sebagai inang antara),
lalu berkembang menjadi sporosista, kemudian menjadi redia, lalu sekaria. Serkaria
keluar dari tubuh siput, lalu menempel pada tanaman, kemudian berkembang
menjadi metaserkaria. Ketika tanaman dimakan ternak, metaserkaria akan menetas di
usus dan dewasa dalam organ hati.
Gambar 4.26
Sistem Reproduksi Fasciola hepatica
Tahap
Perkembangan Larva
Gambar 4.27 Tahap perkembangan larva Fasciola hepatica
Siklus Hidup
Zigot – Larva Mirasidium – Sporosit – Redia – Serkaria – Metaserkaria –
Cacing Dewasa.
Gambar 4.28. Siklus hidup Fasciola hepatica
- Telur dilepaskan bersamaan dengan kotoran dari penderita.
- Telur akan berkembang menjadi larva mirasidium dan masuk ke inang perantara 1, biasanya adalah siput.
- Di tubuh siput, larva mirasidium akan bermetamorfosis menjadi sporosit.
- Sporosit ini mengandung banyak kantung embrio, yang akan tumbuh menjadi Redia.
- Redia akan tumbuh dan mengandung embrio yang akan berkembang menjadi Serkaria.
- Serkaria yang dihasilkan akan berpindah menempel pada tumbuhan air membentuk kista metaserkaria.
- Tumbuhan yang mengandung kista dimakan oleh domba, maka kista akan berkembang menjadi cacing hati dewasa.
2)
Clonorchis
sinensis
(Cacing hati Cina)
Taksonomi
Kingdom :
Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Class :
Trematoda
SubClass :
Digenea
Ordo :
Opisthorchiida
Family :
Opisthorchiidae
Genus :
Clonorchis
Species :
Clonorchis Sinensis
Morfologi
dan Anatomi
Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang
ditemukan di saluran pankreas. Ukuran cacing dewasa 10-25 mm x 3-5 mm,
bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun. Telur berukuran kira-kira 30 x 16
mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium, ditemukan
dalam saluran empedu.
Gambar 4.29 Cacing dewasa dan telur C.
Sinensis
Sumber: http://pathmicro.med.sc.edu/parasitology/trematodes.html
Siklus Hidup
Clonorchis sinensis
merupakan cacing hati yang parasit pada hati manusia. Cacing ini hospes
antaranya adalah ikan air tawar. Daur hidup cacing ini dimulai dari telur yang dikeluarkan bersama
feses. Telur menetas bila dimakan keong air (bullinus, semisulcospira).
Dalam keong air mirasidium berkembang menjadi sprokista, redia, lalu serkaria.
Serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu ikan
(famili Cyprinidae). Setelah menembus tubuh ikan, serkaria
melepaskan ekornya dan membentuk kista di dalam kulit di bawah sisik. Kista ini
disebut metaserkaria. Infeksi terjadi dengan memakan ikan yang mengandung
metaserkaria yang dimasak kurang matang. Ekskistasi terjadai di duodenum.
Kemudian larva masuk ke duktus koledekus, lalu menuju ke saluran empedu yang
lebih kecil dan menjadi dewasa dalam waktu 1 bulan. Seluruh daur hidup
berlangsung selama 3 bulan. Cacing ini dapat merusak
sel-sel hati dan dapat menyebabkan kematian.
Gambar 4.30. Siklus hidup Clonorchis sinensis
Sumber: http:/www.dpd.cdc.gov/dpdx
3)
Schistosoma
japonicum (Trematoda darah)
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Class :
Trematoda
SubClass :
Digenea
Ordo : Strigeidida
Genus : Schistosoma
Species : S. japonicum
Sumber: peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/lokakarya/lkzo05-36.pdf
Morfologi dan
Anatomi
Cacing Schistosoma berbentuk panjang dan unisexual. Cacing jantan pipih
seperti daun, sedangkan cacing betina bentuknya gilig dan ukurannya lebih
panjang. Cacing jantan panjangnya 9,5 –20 mm dan lebarnya 0,55 – 0,99 mm.
Sedangkan cacing betina 12-26 mm. Sucker (batil
isap) tidak jelas atau menutup. Testis terbentuk 4 lobi yang menempati bagian
anterior atau posterior. Ovarium memanjang dan kompak. Glandula vitelaria
terletak dibelakang ovarium. Telur cacing ini memiliki selaput yang tipis dan
tidak memiliki operculum. Pada dinding tubuhnya memiliki spina (duri) yang terletak disebelah lateral atau terminal. Cacing
betina pada umumnya melekat pada cacing jantan, terutama pada saat kopulasi
disebabkan karena pada bagian ventral cacing jantan terdapat suatu celah yang
berbentuk silindris dan mengikuti sisi lateral tubuh yang dinamakan canalis gynaecophorus
Gambar 3.1
telur S.japonicum
Sumber: http://fpk.unair.ac.id
Siklus Hidup
Cacing betina dewasa yang telah
siap untuk bertelur akan segera memasuki pembuluh darah kecil sampai jauh
kedalam atau mukosa intestinum untuk meletakkan telurnya. Beberapa telur dapat
terbawa aliran darah dan kemudian dapat dijumpai dalam hati dan organ-organ
lainnya. Telur cacing berjumlah 300 – 3500 butir per hari akan ada yang terbebas
di dalam lumen usus dan terbawa keluar bersama tinja saat defikasi. Setelah
telur keluar bersama tinja saat defikasi di alam luar pada kondisi yang
menunjang (cahaya, suhu 25-30oC, PH 5-8) telur akan menetas dan
terbebaslah larva mirasidium. Larva
yang terbebas akan berenang selama 16-24 jam untuk menginfeksi HI yaitu siput
jenis Oncomelania sp. Seandainya
tidak menemukan inang yang sesuai maka
mirasidium akan mati. Mirasidium menembus tubuh siput dan melepaskan silianya
selanjutnya menuju kelenjar pencernaan dan berkembang menjadi sporokista generasi I dan berkembang
membentuk sporokista generasi ke II, kemudia menghasilkan cercaria dengan ekor bercabang ( furcocercous) . Cercaria keluar dari anak sporocyst kemudian keluar dari tubuh
siput dalam waktu 4 minggu sejak masuknya mirasidium dalam tubuh siput. Cercaria berenang ke permukaan air dan
dengan perlahan tenggelam kedasar air. Bila cercaria kontak dengan kulit hospes
definitif (manusia), kemudian mencari lokasi penetrasi dari tubuh orang
tersebut, kemudian menembus (penetrasi) kedalam epidermis dan menanggalkan
ekornya sehingga bentuknya menjadi lebih kecil disebut “Schistosomula” yang masuk kedalam peredaran darah dan terbawa ke
jantung kanan. Sebagian lain schistosomula bermigrasi mengikuti sistem
peredaran cairan limfa ke duktus thoracalis dan terbawa ke jantung.
Schistosomula ini biasanya berada dalam jantung sebelah kanan. Cacing muda
tersebut kemudian meninggalkan jantung kanan melalui kapiler pulmonaris dan
kemudian menuju jantung sebelah kiri, kemudian mengikuti sistem sirkulasi darah
sistemik. Hanya schistosomula yang masuk arteri mesenterika dan sistem
hepatoportal yang dapat berkembang. Setelah sekitar tiga minggu dalam sinusoid
hati, cacing muda bermigrasi ke dinding usus atau ke saluran urin (tergantung
spesiesnya), kemudian berkopulasi dan memulai memproduksi telur.
S.
japonicum menyebabkan perubahan patologi terutama di dalam intestinum
dan hati. Nodule yang dikelilingi jaringan fibrosa yang berisi telur cacing
ditemukan pada jaringan serosa dan permukaan peritonium. Telur cacing S. japonicum terlihat lebih sering
mencapai jaringan otak, sehingga menyebabkan gangguan saraf yaitu: koma dan
paralysis (99% kasus). Penyakit yang disebabkan oleh cacing S. japonicum dikenal dengan nama Schistosomiasis. S. japonicum, banyak menginfeksi orang di daerah Jepang, China,
Taiwan, Filippina, Sulawesi, Laos, Kamboja dan Thailand.
Gambar 4.32 Siklus hidup Schistosoma
Sumber: Sumber : http://www.parasitesinhumans.org
4) Paragonimus
westermani (Trematoda Paru)
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Phylum :
Platyhelminthes
Class :
Trematoda
Ordo :
Plagiorchiida
Family :
Troglotrematidae
Genus : Paragonimus
Species : Paragonimus westermanii
Morfologi dan Anatomi
Bentuknya tubuhnya bundar
lonjong menyerupai biji kopi, dengan ukuran 8-12 x 4-6 mm dan berwarna coklat
tua. Batil isap perut hampir mirip dengan batil isap mulut. Testis berlobus
terletak berdampingan antara batil isap perut dan ekor. Ovarium terletak
dibelakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran 80-118 mikron x
40-60 mikron dengan operkulum agak tertekan kedalam.
Daur
hidup
Cacing dewasa biasanya hidup
di paru yang diselaputi oleh jaringan ikat. Cacing tersebut juga dapat
ditemukan pada organ lainnya. Fertilisasi silang dari dua cacing biasanya
terjadi (hermaprodit). Telurnya sering terjebak dalam jaringan sehingga tidak dapat
meninggalkan paru, tetapi bila dapat keluar kesaluran udara paru akan bergerak
ke silia epitelium. Sampai di pharynx, kemudian tertelan dan mengikuti saluran
pencernaan dan keluar melalui feses. Larva dalam telur memerlukan waktu sekitar
16 hari sampai beberapa minggu sebelum berkembang menjadi miracidium. Telur kemudian menertas dan miracidium harus menemukan
hospes intermedier ke 1, yaitu siput Thieridae.
Didalam tubuh siput miracidium cepat membentuk sporocyst yang kemudian
memproduksi redia yang kemudian
berkembang menjadi cercaria, dimana
ceracaria ini berbentuk micrococcus.
Setelah keluar dari siput
cercaria menjadi aktif dan dapat merambat batuan dan masuk kedalam kepiting (crab) dan Crayfish, dan membentuk cysta dalam viscera atau muskulus hewan
tersebut (hospes intermedier ke 2). Hospes intermedier ke 2 ini adalah kepiting
yang termasuk spesies Eriocheir japonicus.
Dapat juga terjadi infeksi bila krustasea ini langsung memakan siput yang terinfeksi.
Cercaria kemudian membentuk metacercaria
yang menempel terutama pada filamen insang dari krustasea tersebut. Bilamana
hospes definitif memakan kepiting (terutama bila dimakan mentah/tidak matang),
maka metacercaria tertelan dan menempel pada dinding abdomen. Beberapa hari
kemudian masuk kedalam kolon dan penetrasi ke diafragma dan menuju pleura yang
kemudian masuk ke broncheol paru. Cacing kemudian menjadi dewasa dalam waktu
8-12 minggu. Larva migran mungkin dapat berlokasi dalam otak, mesenterium, pleura
atau kulit.
Gambar 4.33 Siklus hidup cacing ordo Digenea, cacing Paragonimus westermanii
Sumber: http://www.parasitesinhumans.org
Pada jaringan paru atau
jaringan ektopik lainnya, cacing akan merangsang terbentuknya jaringan ikat dan
membentuk kapsul yang berwarna kecoklatan. Kapsul tersebut sering membentuk
ulser dan secara perlahan dapat sembuh. Telur cacing di dalam jaringan akan
merupakan pusat terbentuknya pseudotuberkel.
Cacing dalam saraf tulang belakang (spinal cord) akan dapat menyebabkan
paralysis baik total maupun sebagian. Kasus fatal terjadi bila Paragonimus berada dalam jantung. Kasus
serebral dapat menunjukkan gejala seperti Cytisercosis.
Cacing ini ditemukan pada orang di Jepang, Korea dan Filipina. Sekarang
parasit ini telah menyebar ke India Barat, New Guenia, Salomon, Samoa, Afrika
Barat, Peru, Colombia dan Venezuela. Penyakit yang disebabkan oleh cacing Paragonimus westermani dikenal dengan nama Paragonimiasis.
5.2.6
Manfaat
Dan Kerugian
Dengan hadirnya
Trematoda ini, maka semakin bertambah dan bervariasi biodervitas animalia di
Indonesia. Trematoda sebagai indikator biologi atau
dengan kata lain sebagai alat percobaan bagi para ilmuan
Hewan-hewan dari kelas trematoda lebih bersifat
parasite baik pada binatang maupun manusia oleh sebab itu lebih bersifat
merugikan. Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitive cacing
trematoda, antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi, tikus, burung, musang,
harimau dan manusia, berikut beberapa trematoda sebagai parasite pada manusia.
a.
Trematoda hati
(liver flukes): Clonorchis sinensis, Opisthorchis felineus, Opisthorchis viverrini dan Fasciola.
- Trematoda usus (intestinal flukes): Fasciolopsis buski, Echinostomatidae dan Heterophyidae.
- Trematoda paru (lung flukes): Paragonimus westermanii.
Trematoda
darah (blood flukes): Schistosoma
japonicum, Schistosoma mansoni
dan Schistosoma haematobium
Cestoda
atau cacing pita kebanyakan darinya adalah parasit. Hampir semua merupakan
endoparasit dengan hidup dalam sistem pencernaan pada vertebrata dan larvanya
ada di dalam jaringan vertebrata dan invertebrate, ada yang parasit di dalam
tubuh manusia khususnya di saluran pencernaan dan ada pula yang menjadi parasit
pada hewan lainnya. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah swt semua tertera
dalam Al-Quran baik yang tersirat maupun yang tersurat. Kaitannya dengan hewan
parasit yang merugikan Allah berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 3 dalam hal
mengingatkan tentang apa-apa saja yang tidak boleh dan yang boleh.
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai,
darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang
disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak
panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini
orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”(Surat Al-Maidah ayat 3)
Dari ayat tersebut Quraish Shihab
menafsirkannya sebagai berikut. Darah merupakan saluran yang mengandung seluruh
zat metabolis (asimilasi) yang sebagiannya bermanfaat dan yang lain berbahaya.
Zat yang membahayakan itu dapat merusak anggota tubuh yang dapat menghilangkan
dan mengeluarkan racun yang ada dalam tubuh. Selain itu, di dalam darah juga
terdapat racun yang dikeluarkan oleh hewan-hewan parasit dalam tubuh. Di antara
hewan parasit yang hidup dalam tubuh manusia itu banyak yang melalui beberapa
fase, ada yang panjang dan ada juga yang pendek. Sedangkan babi merupakan
binatang yang mudah terserang hewan parasit yang menyerang tubuh manusia
seperti berbagai virus, sporadis, leptoseri dan protozoa, cacing pipih dan
cacing gelang. Cacing pita yang
terdapat dalam daging babi sangat berbeda dengan cacing pita yang ada dalam
daging sapi. Apabila sel telur cacing itu tertelan oleh manusia melalui
tangannya yang kotor, atau melalui makanan yang kotor, atau apabila ia memotong
bagian cacing yang mengandung telur, atau memotong telur cacing dari ususnya
hingga telur itu pecah dan larvanya mengenai bagian otot yang bersangkutan,
maka hal itu kemungkinan besar menyebabkan kematian apabila menyerang otak,
urat saraf, atau hati dan organ penting lainnya.
5.3.1
Morfologi
dan Anatomi
Cestoda disebut
cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang seperti pita yang terdiri dari
bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks terdapat alat penghisap dan
kait (rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan untuk menempel pada
tubuh inang. Di bagian belakang skoleks pada bagian leher terbentuk
proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan dan betina. Skoleks
kecil berbentuk oval, dilengkapi dengan 22-23 kait dan 4 batil. Tubuh atau
strobila berwarna putih, berbentuk pipih segmen palsu yang disebut proglotid.
Diameter skoleks kira-kira 1 mm, batil penghisap berbentuk mangkuk dan
berdiameter kurang lebih 0,5 mm. Segmen-segmen yang belum masak berukuran kecil
dan terletak di dekat skoleks, biasa disebut sebagai proglotid muda.
Segmen-segmen atau proglotid yang sudah masak kira-kira berjarak 1 meter dari
skoleks dan berbentuk bujur sangkar, segmen-segmen di bagian ujung posterior
yang telah gravid mencapai panjang kurang lebih 12 mm. Inang utama cacing
cestoda dewasa adalah vertebrata termasuk manusia. Cestoda parasit dan
menghisap sari makanan pada usus halus inangnya.
5.3.2
Fisiologi
Cestoda adalah
hewan yang hermafrodit. Contoh dari kelas ini adalah Taenia solium. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex
dan bagian badan yang disebut strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang
disebut proglotid. Setiap proglotid mempunyai sepasang sel kelamin jantan dan
betina yang dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-telur ini dibuahi dengan
cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur dibuahi
oleh sel sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara proglotid yang
satu dengan yang lain pada strobila yang sama atau perkawinan antara proglotid
dari strobila yang berbeda. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh satu ekor
cacing dapat mencapai 1.000.000 butir perhari dengan jumlah proglotid yang dapat
mencapai 3.000 buah, dengan panjang strobila lebih dari 10 m.
Telur
yang terbawa oleh kotoran yang masuk keperairan akan menetas dan membentuk
Coracidium yang diperlengkapi silia untuk berenang bebas. Copepoda yang ada
diperairan kemudian diinfeksi oleh Coracidium yang berubah menjadi procercoid.
Procercoid termakan oleh ikan bersama Copepoda dan berubah menjadi
Plerocercoid.
Apabila ikan ini
termakan oleh manusia atau hewan yang memungkinkan Cestoda tersebut dapat
hidup, seperti ikan yang tidak dimasak atau setengah matang sehingga larva
cestoda masih tetap hidup, maka Cestoda akan menjadi dewasa dan siklus akan
berlanjut. Jika ikan tersebut dimakan oleh ikan lain maka parasit tersebut
pindah dan dapat hidup pada ikan tersebut tetapi tidak mengalami perkembangan.
Sehingga ikan tersebut berfungsi sebagai paratenic
host (inang transport).
5.3.3
Habitat
Cestoda
Pada
umumnya Cestoda habitatnya pada saluran pencernaan makanan manusia atau
binatang sehingga cacing pita dewasa menimbulkan kelainan intestinal. Sering
kali terjadi gejala ekstraintestinal yang diisebabkan oleh cestoda stadium
larva.
5.3.4
Klasifikasi
Yaitu divisi yang
dibagi kedalam dua subclass. Subclass pertama yaitu cestodaria yang
mempunyai proglotid dan mempunyai larva dengan sepuluh tahapan dan biasanya
memiliki sepuluh alat pelekat. Tetapi cestoda itu sudah mempunyai lapisan
epidermis dan sistem pencernaan, dan hanya mempunyai organ pelengkap pada
bagian anterior, dan hampir merupakan parasit pada ikan laut. Subclass yang
lain yaitu eucestoda. Hampir semua spesies cestoda masuk kedalam
eucestoda kebanyakan setelah dewasa memiliki prolotid.
Eucestoda
tebagi kedalam 11 ordo tetapi hanya 2 ordo
yang merupakan parasit pada mamalia yaitu : pseudophylidae dan cyclophylidae.
Organ pelekatnya terdapat pada kepala yang dilengkapi dengan alat pelekat, alat
penghisap, bothria, dan othridia.
5.3.4.1. Subkelas Cestodaria
a) Ordo Amphilinidae
Ordo ini
bercirikan probosisnya dapat dikeluarkan di ujung anterior, dan pori genitalnya
berada di bagian posterior. Beberapa spesies dari ordo ini adalah Amphilina
foliacea dan Gigantolina elongata.
Amphilina foliacea tersebar
secara luas di Eropa dan termasuk Asia Barat dan barat daya Eropa serta Asia
timur dan selatan. Panjang maksimal tubuhnya berkisar 65 mm dan lebarnya 30 mm.
Ikan dan udang adalah inang perantara dalam penyebaran spesies ini.
Spesies yang tidak jauh berbeda dari Amphilina filiacea adalah Amphilina japonica, dengan panjang tubuh 73 mm dan lebar 25 mm . Pada Amphilina
japonica yang menjadi inang perantara
adalah ikan Acipenser schrenckii dan Huso dauricus.
|
||||
Spesies lainnya adalah Gigantolina elongata yang
merupakan parasit pada kura-kura lewat perantara lobster yang dimakan. Telur
cacing ini menetas di air tawar kemudia menginfeksi lobster. Larva
tumbuh lambat dan mencapai ukuran mm beberapa setelah beberapa bulan, ketika
mereka infektif pada kura-kura. Tahap infektif ditemukan hampir secara
eksklusif pada otot bagian posterior perut, menunjukkan larva yang bermigrasi
di sana atau bahwa larva hanya menyerang bagian tubuh bertahan hidup.
b) Ordo Gyrocotylidae
Memiliki
ciri-ciri di bagian depan, pori genital di bagian belakang dan depan. Sistem
pencernaan ordo ini tidak lengkap. Cacing ordo ini, tidak seperti kebanyakan
cestoda, yang unsegmented dan tanpa
'kepala' yang berbeda, atau scolex. Cestodaria memiliki larva dengan sepuluh
kait lebih banyak jumlahnya dibanding jumlah kait umumnya yang hanya enam pada
kelas cestoda. Ukuran Gyrocotylids antara 32-75 mm dan berwarna putih krem.
Pada salah satu ujung bagian tubuhnya terdapat 'rosette' mencolok dibentuk oleh
kerutan atau gelombang dari dinding tubuh, rosette ini membentuk perbatasan
rongga berbentuk corong yang membuka melalui pori dorsal yang lebih kecil. Pada
dinding tubuh setiap sisi organ pengisap seperti anterior ('acetabulum')
terdapat sejumlah duri besar. Kehidupan siklus Gyrocotyle tidak diketahui,
telur dari G. rugosa sangat tipis-dikupas, dan
segera menetas dalam air laut dalam kurun waktu dua minggu. Larva
baru-menetas ditutupi dengan silia dan berenang sangat cepat untuk mencari
inang. Contoh dari ordo ini adalah Gyrocotyle
fimbriata, Gyrocotyle urna, dan Gyrocotyle rugosa.
Tiga
spesies Gyrocotyle dapat dibedakan dengan karakteristik sebagai berikut:
- G.
fimbriata: Rosette besar, diameter rata-rata 82%
(62% sampai 112%) dari lebar tubuh terbesar, lekukan/gelombang tubuh banyak,
rata-rata 31 (18 sampai 60), dan sangat berkembang, tubuh duri ini; bidang
testis kiri sekitar 33% dari panjang tubuhnya; folikel vitelline memanjang
sampai perbatasan anterior dari Roset, gulungan lateral uterus kurang dari
setengah lebar tubuh, telur ketika diendapkan mengandung embrio awal. Host:
Hydrolagus colliei dan Chimaera monstrosa.
-
G. urna:
Diameter roset rata-rata 45% (35% sampai 60%) dari lebar tubuh terbesar,
lekukan lateral tubuh sedikit, rata-rata 15 (8 sampai 30), tubuh duri ini;
bidang testis kiri 11% (7% sampai 15%) dari total panjang tubuh, vitelline
folikel hanya untuk memperluas pori dorsal corong, gulungan lateral uterus
kurang dari setengah lebar tubuh, telur ketika diendapkan mengandung embrio
awal. Host: Hydrolagus colliei, Chimaera monstrosa, Chimaera ogilbyi,
Callorhynchus milii.
|
|||
-
G. rugosa: Rosette 33% sampai 50% dari lebar
tubuh terbesar, lekukan lateral tubuh kurang, vitelline folikel tidak mencapai
perbatasan anterior dari Roset, gulungan lateral uterus lebih dari setengah
lebar tubuh, telur ketika disimpan berisi lycophore sepenuhnya berkembang.
Host: Callorhynchus milii.
5.3.4.2 Subkelas Eucestoda
a) Ordo Tetraphyllidea
Cacing pita berukuran sedang, scolex dengan 4 bothridia,
vitterallia di bagian samping, parasit pada ikan elasmobranch, calliobothrium
certicillatum terjadi dikatup spiral pada mulut anjing laut. Cacing pita
ini kurang lebih mempunyai 60 genus
dan 800 jenis.
Contoh dari ordo ini adalah genus Phyllobothrium
dan Myzophyllobothrium.
Dari kedua jenus tersebut ternyata ditemukan genus
baru lagi yaitu genus Crossobothrium
genus dengan nama spesies Crossobothrium antonioi yang memiliki panjang sekitar 47,4 - 51,5
mm. Spesies baru tersebut ditemukan di
ditemukan di lepas pantai Provinsi Buenos Aires, Argentina, yang
merupakan parasit pada spesies hiu Notorynchus
cepedianus.
b) Ordo Proteocephalidae
Cacing pita kecil, scolex denagan 4
alat penghisap, vitellaria sebagai pita samping, parasit pada ikan, amphibi,
dan reptil. Contoh spesies dari ordo ini adalah Proteocephallus macrocephalus yang merupakan parasit dari ikan
sidat (Anguilla Anguilla), habitat
umunya di lautan. Karakteristiknya memiliki strobila yang panjangan 150-200 mm,
scolexnya melingkar, pengait apikalnya belum sempurna, perbedaan panjang dan
lebar tubuhnya bervarisi tergantung
kematangan dari segment-segmen tubuhnya. Bentuk alat kelaminnya berupa
infudibulum dengan letak pada pertengahan segment tubuhnya
c)
Ordo
Trypanorhynchydea
Scolexnya terdiri dari 2 atau 4 bothria
dan 4 rectractile, proboscides berduri dan tubuhnya memanjang. Pori alat
kelaminnya terletak dipinggir. Ketika dalam keadaan larva merupakan parasit
pada ikan teleoste dan setelah dewasa menjadi parasit pada ikan elasmobranch.
Biasanya disebut cacing spaghetti karena penampilan mereka, mendekati bentuk spageti.
Spesies tersebut termasuk Poecilancistrium
caryophyllum dan
Pseudogrillotia pleistacantha.
|
|||
Cacing
putih Poecilancistrium caryophyllum
ini berbahaya pada tahap larva yang benar-benar menargetkan hiu, dan hanya
tinggal di dalam ikan air tawar selama satu fase dari siklus hidupnya. Cacing
pita dewasa panjangnya hingga delapan inci dan hidup dalam sistem pencernaan
hiu seperti sapi dan lemon. Telur dari cacing dewasa yang dilewatkan ke dalam
air laut di mana mereka menetas menjadi kecil berenang bebas larva. Larva yang
dimakan oleh udang kecil-seperti binatang disebut copepoda, yang pada
gilirannya dimakan oleh baitfish, yang kemudian dimakan oleh ikan trout
speckled. Siklus hidup selesai ketika hiu memakan ikan trout dan menjadi tuan
rumah bagi cacing dewasa. Parasit ini dapat hidup di ikan sampai tiga tahun.
d)
Ordo
Pseudophyllidea
Cacing pita yang
kecil atau besar, scolexnya punya dua pothria, pitelaria sebagai polikel yang
tersebar pada pori uterine yang terbuka di permukaan, parasit pada ikan, burung
dan mamalia, tidak pernah memiliki emapat sucker atau empat proboscis. Bentuk
kepala lonjong, memiliki dua buah lekuk atau celah yang disebut bothrium
sebagai alat menempel pada inangnya. Kebanyakan ada pada manusia khususnya pada
wanita pada bothriocephalus latus yang mempunyai dua inang intermediet, pada
copepoda ikan air tawar. Panjangnya
dapat mencapai 20 kaki dan usianya lebihdari 20th dan dapat juga
menjadi penyebab symptoom seperti anemia pada laki-laki. Cacing yang menjadi
parasit pada manusia dari superfamili Bothriocephaloidea
Superfamili Bothriocephaloidea
(Braun, 1903) memiliki scolex dengan dua sucker memanjang atau satu sucker
apical dengan proboscis atau rostellum; memiliki porus uterinus; tidak terjadi
degenerassi organ genital pada saat oviposisi; teluur memiliki operculum dengan
satu kulit telur; embrio matang (oncospher) memiliki silia; larva membutuhkan
satu atau dua inang perantara; dewasa pada usus vertebrata. Famili Diphyllobothriidae yang memiliki
cirri yaitu cirrus dan vaginanya membuka pada satu sisi yang sama, sebelah
anterior porus uterinus. Contoh spesiesnya Diphyllobothriidae
latum, spargnum mansoni, S. Ploriferum
Gambar 4. 43 Diphyllobothriidae
latum
Gambar 4. 44 Siklus hidup cacing pita
|
Siklus
hidupnya di dalam air, terjadi pematangan telur menjadi oncosphere yang
mengandung embrio bersilia. Telur menetas, keluar larva stadium I yang disebut
coracium, memiliki silia sehingga dapat berenang di air, dimakan oleh inang
perantara I dari golongan Copepoda. Di dalam tubuh Copepoda akan tumbuh akan
menjadi larva procercoid (Larca stadium II). Jika Copepoda dimakan inang
perantara II berupa ikan atau kodok, di dalam tubuh inang akan berkembang
menjadi larva stadium III disebut larva Plerocercoid (sparganum) yang merupakan
stadium infektif. Di dalam lambung larva akan bebas menuju usus dan menancapkan
scolexnya pada mukosa usus untuk menjadi dewasa.
e)
Ordo
cycophyllidea
Scolexnya bundar
mempunyai 4 alat penghisap dan juga dilengkapi oleh rostellum, tidak ada pori
uterin sehingga kantung telur keluar bersama feses ketika proglotid terbuahi,
porus genital terdapat di pinggir proglotid. Proglotidnya pecah dari srtobila
ketika ia hampir mati, telurnya tidak memiliki operkulum dan ochospernya tidak
bersilia terdapat pada taenidae. Larvanya hanya membutuhkan satu inang
perantara. Salah satu yang termasuk ordo ini adalah Taenia solium yang merupakan parasit pada manusia, Taenia fisiform pada kucing dan anjing
yang memproduksi larva ketika pada tubuh inang. Semua spesies yang terdapat
pada manusia termasuk superfamili Taenioidea.
|
Morfologi daging babi
cacing pita dewasa
dibagi menjadi tiga bagian: scolex, leher, dan strobila. Scolex adalah kepala dari cacing pita,
diposisikan pada akhir anterior dari organisme. Scolex bertindak sebagai perangkat
penyentuh dengan empat kait pengisap dan rostellum digunakan untuk menempelkan
dirinya sendiri ke usus dari tuan rumah. Leher
adalah wilayah memanjang antara scolex dan strobila tersebut. Strobila berisi sebagian besar sistem
dari cacing pita dan memiliki panjang rata-rata 2-3 m. Ini terdiri dari beberapa segmen yang
disebut proglottid.
Sebagai spesies monoecious, Taenia
solium adalah spesies monoecious yang memegang sistem
reproduksi baik perempuan dan laki-laki di dalam proglottid tunggal. (Pawlowski, 2002).
Proglotids
matang secara seksual saat mereka maju ke arah posterior dari strobila
tersebut. Cacing pita babi tidak
memiliki sistem pencernaan, namun terdiri dari sistem berikut: tegumen, saraf,
osmoregulator dan otot. Telur Taenia solium memiliki kulit terluar yang rapuh yang
bisa ditumpahkan ketika telur keluar tubuh inang, meninggalkan larva oncosphere ke lingkungan eksternal. Larva oncosphere berdiameter 30 µm dan juga disebut larva hexacanth karena memiliki enam kait. Larva adalah massa padat sel dan
dikelilingi oleh kulit pelindung yang disebut embryophore . Kulit ini melindungi oncosphere dari kondisi yang keras saat larva terkena lingkungan. Oncosphere ini berkembang menjadi bentuk
cysticercus, mengkonversi dari larva
solid vesikel dengan cairan terbuat dari batu baiduri. Larva ini memiliki lapisan luar dan
dalam dan di antara lapisan tanda-tanda pertama dari diferensiasi organ sistem
terlihat (Pawlowski, 2002 , . Sciutto, et al,
2000).
Superfamili
Taenioidea (Zwicke, 1841) memiliki ciri-ciri emapat pengait; telur tidak
beroperkulum dengan satu atau lebih kulit telur; oncospher tidak bersilia;
dewasa di dalam usus vertebrata. Famili
Hymenolepididae memiliki proglotid yang biasanya lebih lebar daripada
panjangnya; testisnya berjumalah 1-4; porus genital unilateral dan uterus
berbentuk kantung. Contoh spesies dari family Hymenolepididae adalah Hymenolepsis nana, H. diminuta. Famili Taeniidae memilki scolex yang
yang dilengkapai rostellum; uterusnya berbentuk batang memanjang denga cabang
lateral; porus genital terletak di lateral. Contoh dari family Taeniidae adalah
Taenia solium, T. saginata, Echinococcus
granulosus, E. locularis.
Siklus hidup Dalam
tubuh manusia, proglotid cacing pita dewasa yang mengandung embrio melepaskan
diri dari rangkaian proglotid serta keluar dari usus inang bersama feses. Jika
proglotid dewasa ini tertelan oleh babi, maka dalam usus babi, selubung telur
dalam proglotid larut hingga keluar larva yang disebut heksakan. Disebut
heksakan atau onkosfer karena memiliki enam kait kitin. Dengan menembus dinding
usus babi, heksakan ikut aliran darah dan singgah di otot atau jaringn tubuh
babi. Larva ini kemudian tumbuh menjadi sistiserkus.
|
Rentang
Geografis Taenia solium, yang
dikenal sebagai cacing pita daging babi, dapat ditemukan di
seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang dimana babi
dibesarkan dalam kondisi sanitasi yang buruk. Di belahan bumi Barat,
kebanyakan ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Kanada, Amerika
Serikat, Argentina dan Uruguay empat negara dari kawasan ini yang tampaknya
telah membasmi cacing pita, meskipun kasus infeksi Taenia solium pada
manusia telah muncul baru-baru ini. Munculnya kembali T. solium telah dikaitkan
dengan meningkatnya jumlah imigran dari negara-negara dengan cacing pita
transmisi, yang host ke T. solium. Cacing pita
juga banyak ditemukan di seluruh negara-negara di Afrika dan Asia, namun jumlah
infeksi rendah pada populasi dari budaya Muslim dan Yahudi dimana makan daging
babi dilarang (Schantz, 2002).
f)
Ordo Aporidea
Variabel scolex, biasanya besar
dengan 4 sucker, tidak bersegmen, tidak memilki pori-pori kelamin, vitellarium
tersusun rapat di belakang ovarium dan parasitkecil pada angsa dan bebek.
Kemungkinan banyaknya lebih dari 2.000
jenis. Contoh spesiesnya adalah Nematoparataenia paradoxa.
g)
Ordo
Nippotaeulidea
Scolexnya memiliki 1
sucker dibagian anterior, punya beberapa proglotid dan parasit pada ikan di
jepang dan rusia. Terdapat penghisap apical yang kuat untuk melingkarkan tubuh
ke inang dengan bantuan sfingter. Terdiri dari 6-9 proglottis serta ukurannya
tubuhnya pendek dengan leher lebar., proglotid anterior lebih panjang.
Vitellaria terdapat dua lobus yang simetris. Uterus menggulung melintang pada
posterior ovariumnya. Telurnya terdiri dari tiga lapisan, lapisan pertamnaya
halus, lapisan tengahnya keras, dan lapisan dalamnya berselaput.
h)
Ordo
Diphyllidea
Variabel scolex pada bagian anterior dan
posterior dilegkapi oleh 4 alat penghisap, parasit pada ikan elasmobranch.
Salah satu spesies dari ordo ini adalah Echinobothrium californiense. Spesies tersebut memiliki alat kelaminnya terdapat di posterior, di bawah lobus ovarium, untuk yang
jantan jumlah testesnya setiap segment mencapai 8-11 buah, genting kemudian
menyeberangi untuk bergabung, ovariumnya memenuhi 33% dari segmen tubuhnya,
yang terdiri atas dua lobus yang tergabung oleh isthmus pusat, ujung pengaitnya
berukuran besar
|
|||
i) Ordo Lecanicephaloidea
Bentuknya
tidak bersegmen, parasit pada pisces dan oligocaetae, berkembang dengan
reproduksi seksual, procercoid saat larva dan hanya memiliki beberapa spesies.
- Turbellaria mrupakan cacing pipih yang memiliki bulu getar yang halus (silia).
- Turbellaria dibagi menjadi 5 ordo, yaitu: Acoela, Rhabdocoella, Allocoela, Polycladila dan Tricladida. Pembagian 5 ordo tesebut, berdasarkan ususnya. Dari yang hanya berupa kantung sampai yang bercabang.
- Ciri umum Turbellaria: tidak berongga, memiliki silia, hidupnya bebas, lapisan tubuh triploblastik, simetri bilateral, dapat beregenerasi dengan baik.
- Contoh dari Turbellaria yang paling umum adalah Planaria sp. Yang memiliki bintik mata, berkepala segitiga dengan ekor meruncing. Memiliki penjuluran kerongkongan (probosis). Hidup bebas, tidak berongga.
- Fisiologi tubuhnya yaitu sistem pencernaan; interseluler dengan enzim, intraseluler dengan pseudopodia sel atau oleh vakuola makanan, alat pencernaan usus yang bercabang tig. Sitem sarafnya adalah tangga tali yaitu dari dua batang saraf membujur memanjang. System reproduksinya majemuk karena hemaprodit (memiliki dua organ reproduksi yang berbeda dalam satu individu) untuk seksualnya, sedangkan aseksualnya melakukan pemutusan bagian tubuh dan menjadi individu baru . Sistem ekskresi berupa saluran longitudinal yang bercabang-cabang pada ujungnya (sel api ).
- Habitat dari kelas turbellaria adalah di daerah yang belum tercemar, baik di perairan maupun di daratan yang lembab. Dapat hidup didaerah tropis, subtropis
- Peranan kelas turbellaria adalah sebagai bioindikator air bersih dan sebagai pakan organisme lain (ikan).
- Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier (inang perantara) untuk perkembangannya.
- Semua anggota dari kelas Trematoda adalah parasit.
- Menurut lokasi berparasitnya cacing Trematoda dikelompokkan sbagai berikut:
1)
Trematoda pembuluh darah: Schistosoma haematobium, S. mansoni, S. japonicum
2) Trematoda paru: Paragonimus westermani
3) Trematoda usus: Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E. ilocanum
4) Trematoda hati: Clonorchis sinensis, Fasciola hepatica, F.
gigantica.
- Distribusi geografik: Pada umumnya cacing ini ditemukan di Indocina : Cina, Jepang, Korea, India, Vietnam, dan Indonesia (Fasciolopsis buski: Kalimantan, Echinostomatidae: Jawa dan Sulawesi, Heteropidae: Jakarta, Schistosoma japonicum : Sulawesi Tengah).
- Cestoda atau cacing pita adalah cacing yang hidup sebagai parasit yang termasuk filum platyhelminthes. Cacing dewasa hidup dalam digestivus vertebrata dan larvanya hidup dalam jaringan vertebrata dan invertebrata.
- Cestoda mempunyai spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia pada umumnya adalah : Diphyllobothrium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia saginata, dan Taenia solium. Hospes definifnya yaitu manusia, anjing, kucing, dan kadang-kadang paling sedikit 22 macam mamalia lainnya. Ciri-ciri cestoda yaitu
- Bentuk tubuh pipih, terdiri dari kepala, leher, dan strobila, bersifat hermaprodit.
- Hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
- Sistem ekskresi terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel api.
- Sistem saraf sama seperti planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang
Turbelaria
1.
Turbellaria merupakan cacing golongan platyhelminthes yang memiliki berapa
lapisan tubuh ...
A.
Satu lapisan tubuh (monoblastik)
B.
Dua lapisan tubuh (diplobastik)
C.
Tiga lapisan tubuh (triplobastik)
D.
Empat lapisan tubuh (tetrablastik)
E.
Banyak lapisan tubuh ( polyblastik)
2.
Apa yang membedakan secara umum dari 5 ordo turbellaria pada klasifikasinya
..
A.
Lapisan tubuhnya.
B.
Bintik matanya.
C.
Sistem pernafasannya
D.
Sistem pencernaan (pada ususnya)
E.
Fragmentasinya.
3.
Habitat cacing turbellaria ini biasa ditemukan di daerah yang jernih maka dapat digunakan sebagai ...
A.
Bioindikator air bersih
B.
Penunjuk adanya abrasi
C.
Menujukkan adanya logam mulia
D.
Penujuk adanya kadar garam yang tinggi
E.
Sebagai penunjuk adanya sumber tambang.
4.
Sistem ekskresi pada kelas turbellaria berupa sel api yaitu ...
A.
Percabangan 3 usus yang berupa anterior dan posterior.
B.
Saluran longitudinal seperti jala yang bercabang berlubang dan bersilia.
C.
Saluran melingkar yang tertutup
D.
Cabang dari anterior menuju posterior
E.
Rambut-rambut halus
5.
Yang merupakan salah satu contoh dari cacing kelas turbellaria adalah...
A.
Fasiola hepatica
B.
Skiftosoma
C.
Planaria sp
D.
Taenia saginata
E.
Taenia solium
6.
Dibawah
ini merupakan salah satu bangsa dari kelas turbellaria yang bersifat parasit
adalah…
A.
Polycladila
B.
Tricladida
C.
Temnochepalida
D.
Macrostomida
E.
Acoella
7.
Perkembangbiakan kelas turbellaria secara aseksual dapat dilakukan dengan
cara..
A.
Membelah diri
B.
Fragmentasi
C.
Konjugasi
D.
Tunas
E.
Pelekatan
8.
Yang merupakan contoh dari kelas turbellaria dengan ordo Tricladida adalah
..
A.
Planaria, Bipallium
B.
Notoplana, Yungia
C.
Hypotricina, planaria
D.
Anoplodium, Mesostoma
E.
Macrostomum, Microstomum
9.
Pada gambar dibawah ini meunjukkan gambar planaria sp. Pada gambar tersebut
yang ditunjukkan oleh nomor 2 adalah...
A.
Usus
B.
Kerongkongan
C.
Lengkung faring
D.
Bintik mata
E.
mulut
10.
Salah satu ordo yang ada pada turbellaria yang ususnya berupa kantung atau
ventrikulum adalah...
A.
Acoella
B.
Rhabdocoella
C.
Alloeocoela
D.
Polycladida
E.
Macrostomida
Essay !
1.
Sebutkan lima ordo pada kelas turbellaria dan berikan contohnya
masing-masing!
2.
Bagaimana sistem ekskresi pada kelas Turbellaria !
3.
Bagaimanakah mekanisme pernafasaan yang terjadi pada turbellaria karena
pada turbellaria belum meimiliki alat pernafasan khusus?
4.
Sebutkan dan jelaskan secara singkat perkembangbiakan turbellaria secara
seksual?
5.
Bagaiamana mekanisme kerja dari bintik mata pada turbellaria dan
manfaatnya?
Trematoda
1.
Trematoda termasuk dalam filum…
a.
Mollusca
b.
c. Echinodermata
c.
e. Platyhelminthes
d.
Arthropoda
e.
d. Nemathelminthes
2.
Berikut adalah fase-fase dari daur hidup cacing Trematoda yang tidak berurutan : (1) mirasidium; (2) telur; (3)
sporokis; (4) redia; (5) cacing dewasa; (6) metaserkaria; (7) serkaria. Urutan
fase yang benar adalah ....
a.
1-2-4-3-6-7-5
b.
c. 2-1-3-4-6-7-5
c.
e. 1-2-3-4-7-6-5
d.
2-1-4-3-7-6-5
e.
d. 2-3-4-1-7-6-5
3.
Dari bentuk-bentuk pertumbuhan pada cacing hati, yang ada dalam tubuh
manusia adalah ....
a.
Mirasidium
b.
d. serkaria
c.
cacing gelembung (sistiserkus)
d.
e. cacing dewasanya
e.
redia
4.
Telur Fasciola
hepatica menetas menjadi larva bersilia yang disebut ....
a.
Mirasidium
b.
sporokis
c.
metaserkaria
d.
Redia
e.
d. serkaria
5.
Fasciola hepatica
termasuk ....
a.
Annelida
b.
Trematoda
c.
Nematoda
d.
Cestoda
e.
d. Hirudinea
6.
Fasciola hepatica bertelur di dalam ....
a.
usus manusia
b.
aliran darah
c.
dalam otot
d.
paru-paru
e.
dalam hati ternak
7.
Telur Schistosoma mempunyai ciri khusus yang agak berbeda
dibandingkan telur trematoda pada umumnya, yaitu …
a.
Spina
b.
Sucker
c.
Asetabulum
d.
Operkulum
e.
d. Protonefridia
8.
Penyakit yang disebabkan oleh cacing Paragonimus
westermani dikenal dengan nama….
a.
Schistosomiasis
b.
Tuberculosis
c.
Gastritis
d.
Arterioklorsis
e.
Paragonimiasis
9.
Fasciola hepatica dan
Chloronchis sinensis adalah cacing
hati yang mempunyai inang sementara berupa…
a.
Kambing dan manusia
b.
Siput dan manusia
c.
Siput dan ikan
d.
Nyamuk culex dan ikan
e.
Kambing dan siput
10.
Paragonimus westermani dikenal juga dengan sebutan…
a.
liver flukes
b.
lung flukes
c.
kidney
flukes
d.
intestinal flukes
e.
blood flukes
Perhatikan gambar berikut untuk menjawab soal 11-13
11.
Pada tahap manakah larva masuk ke dalam tubuh siput…
a.
(1)
b.
(3)
c.
(5)
d.
(2)
e.
(4)
12.
Pada tahap manakah larva akan
keluar dari tubuh siput kemudian berpindah menempel pada tumbuhan air…
a.
(1)
b.
(3)
c.
(5)
d.
(2)
e.
(4)
13.
Pada tahap manakah larva membentuk sporocyst yang kemudian memproduksi
redia…
a.
(1)
b.
(3)
c.
(5)
d.
(2)
e.
(4)
B.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar!
1. Sebutkan dan jelaskan fisiologi dari trematoda?
2. Sebutkan 3 Ordo dari kelas trematoda dan jelaskan
karakteristik khusus yang dimiliki masing-masing ordo?
3. Gambar dan jelaskan stadium larva dari Fasciola Hepatica?
4. Buatlah skema daur hidup dari S.Japonicum, dan jeaskan!
5. Sebutkan beberapa spesies dari kelas trematoda yang
berparasit dalam tubuh manusia dan sebutkan tempat hidup/bagian tubuh dari
inangnya?
Essay
!
6.
Sebutkan lima ordo
pada kelas turbellaria dan berikan contohnya masing-masing!
7.
Bagaimana sistem
ekskresi pada kelas Turbellaria !
8.
Bagaimanakah
mekanisme pernafasaan yang terjadi pada turbellaria karena pada turbellaria
belum meimiliki alat pernafasan khusus?
9.
Sebutkan dan jelaskan
secara singkat perkembangbiakan turbellaria secara seksual?
10. Bagaiamana
mekanisme kerja dari bintik mata pada turbellaria dan manfaatnya?
Lampiran
Jawaban
1.c
2.d
3.
a
4.b
5.c
6.d
7.b
8.a
9.e
10
c
Essay
:
1.
Ordo Acoela, contoh: Convolutaw, 2 Ordo Rhabdocoela contoh: Anoplodium ,3.
Ordo Alloeocoela contoh: Proporoplana
,4. Ordo Tricladida contoh: Planaria
atau Dugesia, 5 ordo Polycladida contohnya Notoplana
2.
Pada turbellaria
sistem eksresinya menggunakan sel api yaitu saluran yang menuju keruang tengah
yang bersilium dan bermuara pada tabung-tabung ,karena ada gerakan dari silium
limbah keluar tabung melalui pori-pori ekskresi.
3.
Turbellaria dengan
cara difusi melalui kulitnya oksigen yang terkandung dalam air akan terserap
oleh kulit tubuhnya secara difusi.
4.
Perkembangbiakan
turbellaria secara seksual yaitu dengan peleburan anatara sel sperma dan sel
ovum, yang mana bisa teerjadi dengan sendirinya karena turbellaria merupakan
hewan hemaprodit yang bisa melakukan pembuahan sendiri karena pada satu
individu terdapat dua organ reproduksi baik jantan ataupun betina.
5.
Kerja bintik mata
pada turbellaria terdiri dari sel pigmen yang mana tersusun dalam bentuk mangkok
yang yang dilengkapi dengan sel-sel syaraf sensoris yang sensitif pada cahaya
atau sinar. Jadi ketika bintik mata terkena cahaya maka planaria akan bergerak
kearah yang tidak ada cahaya. Manfaat Bintik mata untuk membedakan warna gelap
dan terang saja.
A
|
|
Anterior
|
Bagian
depan atau kepala
|
Asegmental
|
Tidak
memiliki segmen tubuh
|
Aseksual
|
Perkembangbiakan
tanpa terjadinya pembuahan / bergabungnya anatara sel jantan (sperma) dan sel betina (sel telur)
|
Aselomata
|
Tidak memiliki rongga tubuh
|
Aurikel
|
Merupakan
indera rasa, bau dan sentuhan berupa bintik mata
|
D
|
|
Diventrikulum
|
Suatu
tabung atau kantung dengan ujung yang buntu,
sebagai percabangan dari suatu saluran atau rongga
|
Dorsal
|
Sebutan permukaan yang menjauhi
sumbu (permukaan sisi bawah)
|
F
|
|
Flatworms
|
Cacing
yang tubuhnya berbentuk pipih
|
Fragmentasi
|
Perkembangbiakan
dengan cara memtuskan bagian tubuhnya dan menjadi individu yang baru
|
G
|
|
Ganglion
serebral
|
Otak
|
Gastrovaskular
|
Saluran
pencernaan makanan pada hewan
|
H
|
|
Hemaprodit
|
Hewan yang memiliki 2 organ
reproduksi dalam satu individu
|
I
|
|
Invertebrata
|
Hewan yang tidak bertulang belakang.
|
P
|
|
Parenkim
|
Jaringan
tak terspesialisasi yang umumnya terdiri dari sel isodiametris berdinding
tipis tak berlignin dan bersi protoplasma
|
Posterior
|
Posisi
yang menyatakan terletak dibelakang atau belakang sumbu tubuh
|
Proboscis
|
Kerongkongan
dalam keadaan menjulur keluar
|
Protonephridia
|
Sistem
ekskresi saluran seperti jala yang tersebar keseluruh tubuh yang cabang
ujungnya membesar.
|
Pseudopoda
|
Organ
yang menyerupai kaki (kaki semu)
|
R
|
|
Regenerasi
|
Pembaruan
atau restorasi struktur atau jaringan sesudah rusak / hilang.
|
Silia
|
Rambut
getar yang pendek dan banyak biasanya digunakan untuk alat gerak.
|
Simbiotik
|
Hidup
bersama dua makhluk yang berbeda
|
T
|
|
Terrestrial
|
Hidup
atau terkait pada tanah ataupun permukaan tanah, sebagai suatu tipe
lingkungan daratan dipisahkan secara tegas dengan lingkungan air (akuatik)
dan atmosfer (aerial).
|
Triplobastik
|
Berasal dari
tiga lapisan embrional yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
|
V
|
|
Vakuola
|
Ruangan di dalam sitoplasma (cairan sel)
yang berisi cairan yang isotonik (konsentrasi sama) dengan sitoplasma dan
dikelilingi satu selaput.
|
Ventral
|
Permukaan bawah atau sisi perut organ
tubuh hewan, permukaan dalam atau yang mendekati sumbu (sisi atas) pada
tumbuhan.
|
Anonim. Latar
Belakang Masalah,http://www.scribd.com/doc/46493933/1/A-Latar-Belakang-Masalah. 2012. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2012 pukul
09.00.
Anonim. Platyhelminthes,
http://www.scribd.com/doc/51196761/PLATYHELMINTHES, 2011 diakses pada tanggal 6 oktober2012
pukul 13;00.
Anonim. Habitat Turbellaria, http://animals.jrank.org/pages/1507/Turbellarians-Turbellaria-HABITAT.html. .2012 diakses pada tanggal 7 oktober pukul 10.00
Nawangsari sugiri, Zoo Avertebrata
1.Bogor:IPB,1988.
Rusydan, Adun, Zoologi Invertebrata(Teori
dan praktek).Bandung:Alvabeta,2011.
Syamsyudin, Hamid. Kamus Lengkap
Biologi:Jakarta:Gama Press.2010
mantap
ReplyDelete