Vegetasi merupakan kumpulan
tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama
pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang
hidup dan tumbuh serta dinamis.
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan
komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan.
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Dari segi floristis ekologi
untuk daerah yang homogen dapat digunakan random sampling, sedangkan untuk
penelitian ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling, bahkan purposive
sampling pun juga dibolehkan.
Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari
penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan
kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal
dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang
sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang keragaman jenis dalam
suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor
lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan.
Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat
dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau
ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode
berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis
sentuh, Metode Bitterlich).
Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat
berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya
bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah
daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2
sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang
atau lingkaran.
Metode kuadrat juga ada
beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah
spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak.
Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat,
jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies
dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan
basal area dari beberapa jenis tanaman.
Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter
pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut
Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara
tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies yang
vegetasinya tidak begitu rapat. Alat
yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi
dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf
yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti
dengan jarumnya.
Rumus-rumus yang digunakan dalam
analisis vegetasi antara lain:
2. Tujuan Praktikum
Mengetahui komposisi jenis, peranan,
penyebaran, dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.
3. Alat dan Bahan
a)
Sebuah tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai
objek praktikum
b)
Tali raffia atau benang
c)
Penghitung (Counter)
d)
Alat ukur diameter pohon seperti: Diameter tape (phi band) atau pita meter
100 cm
e)
Meteran 10 m atau 20 m
f)
Patok tanda pembatas
g)
Alat tulis dan kertas label
h)
Penggaris
i)
Perlengkapan pembuatan herbarium
j)
Buku-buku identifikasi.
4. Prsedur Kerja
1. Tali rafia ditarik sepanjang 100 m
pada lokasi yang telah ditentukan.
2. Buatlah petak-petak dengan ukuran 10 m
x 10 m secara berselang-seling seperti pada gambar di bawah ini.
1
|
10 m
|
3
|
10 m
|
5
|
10 m
|
7
|
10 m
|
9
|
10 m
|
10 m
|
2
|
10 m
|
4
|
10 m
|
6
|
10 m
|
8
|
10 m
|
10
|
3. Pada setiap plot (kotak) diamati jenis
vegetasinya terutama yang diameter batangnya 10 cm atau lebih. Jika terjadi
kesulitan untuk menentukan diameter, maka dicatat keliling batang, kemudian
gunakan rumus keliling lingkaran untuk mendapatkan diameternya.
4. Catat nama spesies vegetasi yang
terdapat dalam plot (menurut syarat diatas) dan jika belum diketahui namanya
maka gunakan nama spesies A, spesies B, spesies C, dst.
5. Data dikumpulkan dari semua plot dan
dianalisis dalam satu kesatuan.
Di bawah ini adalah table
data hasil penghitungan vegetasi di lapangan.
Tabel VIII. 1
Lembar Data Pengamatan Analisis Vegetasi Dengan
Metode Kuadrat
NO
|
Nama Spesies
|
Jumlah Pada Plot
|
∑
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|||
1
|
||||||||||||
2
|
||||||||||||
3
|
||||||||||||
4
|
||||||||||||
5
|
||||||||||||
6
|
||||||||||||
7
|
||||||||||||
8
|
||||||||||||
9
|
||||||||||||
10
|
||||||||||||
Jumlah
|
Tabel VIII. 2
Lembar Data Keliling, Jari-Jari dan Luas Bidang Dasar Suatu Jenis
No
|
Spesies
|
Keliling (cm)
|
r (cm)
|
Luas (cm2)
|
Bidang Dasar
|
1
|
|||||
2
|
|||||
3
|
|||||
4
|
|||||
5
|
|||||
6
|
|||||
7
|
|||||
8
|
|||||
9
|
|||||
10
|
|||||
11
|
|||||
12
|
|||||
13
|
Tabel VIII. 3
Hasil Analisis
Petak Kuadrat
No
|
Nama Jenis
|
KR (%)
|
FR (%)
|
DR (%)
|
INP
|
SDR
|
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
||||||
4
|
||||||
5
|
||||||
6
|
||||||
7
|
||||||
8
|
||||||
9
|
||||||
10
|
||||||
11
|
||||||
12
|
||||||
13
|
||||||
Jumlah
|
Rumus-Rumus Yang
Digunakan
Jumlah individu
1)
Kerapatan (K) :
---------------------
Luas contoh
Kerapatan suatu jenis
2)
Kerapatan relatif (Kr) : ----------------------------- x 100%
Kerapatan total)
Jumlah basal area
3)
Dominasi (D) : ----------------
Luas contoh
Dominasi suatu jenis
4)
Dominasi relatif (Dr) : --------------------------- x 100%
Dominasi
total)
Jumlah plot ditemukannya suatu jenis
5)
Frekuensi (F) :
—————————————————
Jumlah seluruh plot
Frekuensi suatu jenis
6)
Frekuensi relatif (Fr) : ---------------------------- x 100%
Frekuensi total
No comments:
Post a Comment