Sifat dasar dan yang paling khas dari populasi
yang menyebabkan orang ingin dan tertarik untuk mengkaji populasi adalah ukuran
populasi atau kerapatan populasi. Dalam penelitian ekologi, seringkali
seseorang perlu mendapatkan informasi besarnya populasi mahluk hidup di
habitatnya baik di laboraturium, di lapangan dan lapangan seperti hutan,
pantai, rawa, sungai maupun lautan. Jadi pertanyaan pertama yang harus dijawab
adalah berapa kerapan populasi yaitu cacah individu di dalam satuan luas atau
volume tertentu.
Metode yang paling akurat untuk mengetahui
kerapatan populasi adalah dengan cara menghitung seluruh individu mahluk hidup
yang dimaksud (sensus), anmun situasi alam atau lokasi penelitian sering tidak
memungkinkan pelaksanaan hal tersebut, terutama pada perhitungan hewan liar
misalnya burung atau rusa. Mungkin sebagain medan habitat tidak dapat atau
sukar dicapai, atau beberapa individu sangat sulit untuk dijumpai secara
langsung. Selain itu pergerakan hewan dari dan kearah lokasi sensus menyebabkan
tidak akuratnya perhitungan.
Perhitungan populasi baik untuk hewan maupun
tumbuhan dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu secara langsung dan
tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan
besarnya populasi sedemikian rupa sesuai dengan sifat hewan atau tumbuhan yang
akan dihitung. Misalnya untuk sampling populasi rumput di padang rumput dapat
digunakan metode kuadrat rumput, untuk hewan-hewan besar dapat dilakukan dengan
metode track count atau fecal count, sedangkan
untuk hewan yang relatif mudah ditangkap misalnya tikus, belalang atau burung
dapat diperkirakan populasinya dengan metode capture mark release
recapture (CMMR).
Penggunaan metode CMRR pada populasi ikan diuji
dengan meneliti sisiknya, atau dengan meneliti otolith atau mengenai lensa
mata. Pada hewan jenis lain dapat diuji dengan penelitian umur meliputi
penelitian tentang gigi-geligi, atau mugkin metode catch-perunit-effort.
Perlu diingat harus diperhitungkan adanya kesalahan baik sejak perencanaan
maupun sampai pelaksanaan dan juga analisisnya serta interprestasinya. Pengaruh
luas medan penelitian dan unit pengambilan sampel, letak stasiun pengambilan
sampel, jenis alat sampling dan waktu sampling semuanya perlu dimasukkan dalam
analisis, demikian pula pengaruh faktor lingkungan.
Metode CMMR secara sederhana adalah menangkap
hewan, menandai, melepaskan dan menangkap kembali. Kadang-kadang ada beberapa
hewan yang bersifat suka ditangkap (trap happy) atau susah ditangkap (trap
shy). Southwood (1971) menyatakan bahwa penerapan metode CMRR dengan
asumsi-asumsi:
a)
Hewan yang ditandai tidak terpengaruh oleh tanda
dan tanda tidak mudah hilang
b)
Hewan yang ditandai harus tercampur secara homogen dalam populasi
c)
Populasi harus dalam sistem tertutpup (tidak ada migrasi atau migrasi dapat
dihitung)
d)
Tidak ada kelahiran atau kematian selama periode sampling
e)
Hewan yang ditangkap sekali atau lebih,
tidak mempengaruhi hasil sampling selanjutnya
f)
Populasi disampling secara random dengan asumsi semua kelompok umur dan
jenis kelamin dapat ditangkap serta semua individu mempunyai kemampuan yang
sama untuk ditangkap
g)
Sampling dilakukan dengan interval waktu
yang tetap.
Rumus dasar yang digunakan untuk penghitungan adalah Rumus Petersen
yaitu:
Untuk menghitung
kesalahan (error) metode CMMR dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan
baku (standar erornya) dengan rumus:
Setelah ditentukan
standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan rumus:
Dengan catatan:
t
|
=
|
(df,ά), lihat tabel distribusi
t dengan df = ∞, dan ά adalah tingkat signifikasi
|
N
|
=
|
Cacah hewan di alam/dalam
populasi
|
M
|
=
|
cacah hewan yang tertangkap
pada pengakapan pertama dan ditandai
|
n
|
=
|
cacah hewan yang tertangkap
pada penangkapan kedua, terdiri atas hewan yang tidak bertanda dan hewan yang
bertanda hasil penangkapan kedua
|
R
|
=
|
Cacah hewan yang bertanda dari
penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
|
Untuk memperbaiki
keakuratan metode Peterson (karena sampel yang diambil relatif kecil), dapat
digunakan metode Scnhnabel. Metode Schanabel selain membutuhkan asumsi yang
sama dengan metode Petersen, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran
populasi harus konstan pada periode sampling yang berikutnya. Pada metode ini, penangkapan, penandaan dan
pelepasan kembali hewan dilakukan lebih dari 2 kali. Untuk setiap periode
sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan kembali.
Dengan cara ini besarnya populasi dapat diduga dengan rumus:
Karena pengambilan sampel dengan cara diatas
dilakukan berulang kali, maka hal ini akan mengurangi kesalahan sampling. Kesalahan
baku (SE) metode ini dihitung dengan rumus:
Setelah ditentukan
standar errornya, kemudian ditentukan selang kepercayaannya dengan rumus:
Dengan catatan:
t
|
=
|
(df,ά), lihat tabel distribusi
t dengan df = ∞, dan ά adalah tingkat signifikasi
|
k
|
=
|
Jumlah periode sampling
|
N
|
=
|
cacah hewan di alam/dalam
populasi
|
Mi
|
=
|
Jumlah total hewan yang
tertangkap pada periode ke-i ditambah periode sebelumnya/jumlah total hewan yang
bertanda
|
ni
|
=
|
Jumlah hewan yang tertangkap pada periode ke-i
|
Ri
|
=
|
Jumlah hewan yang tertangkap
kembali pada periode ke-i
|
2. Tujuan Praktikum
a) Menerapkan metode Capture – Mark – Release – Recapture
untuk memperkirakan besarnya populasi simulan (objek simulasi)
b)
Membandingkan hasil estimasi dari 2 rumus yaitu
rumus Petersen dan Schnabel.
3. Alat dan Bahan
Dua buah stoples yang masing-masing
berisi dua macam warna kacang koro (diusahakan besar butirannya sama) dengan
jumlah tertentu.
4. Prosedur Kerja
Apabila akan
menghitung populasi kacang koro merah, maka dikerjakan langkah-langkah sebagai
berikut:
a)
Diambil segenggam kacang koro
merah yang ada di dalam toples, dihitung jumlahnya (ni)
b)
Menggantikan jumlah kacang koro
merah tersebut dengan kacang koro warna lain dan dimasukkan kedalam toples yang
berisi kacang koro merah tadi. Cara ini bertujuan untuk menandai hewan.
c) Kemudian isi stoples
dikocok dengan konstan agar kacang koro tercampur secara homogen.
d) Mengambil cuplikan
yang kedua dengan cara yang sama, apabila terdapat sejumlah kacang koro yang
berwarna lain, maka dicatat sebagai (Ri).
e)
Lakukan cuplikan berikutnya sampai
sepuluh kali’
f)
Dengan demikian estimasi populasi
untuk kacang koro merah dapat dihitung dengan kedua rumus Petersen dan Schnabel.
g)
Apabila ingin menghitung kacang
koro warna yang lain, caranya sama seperti di atas hanya stoples yang diambil
kacang koronya yang pertama adalah yang berisi kacang koro dengan warna yang
lain tersebut dan cuplikan dilakukan sebanyak sepuluh kali.
h)
Setelah selesai mengestimasi
populasi, selanjutnya kedua macam kacang koro tadi dihitung jumlahnya secara
langsung.
i)
Isikan angka-angka yang didapat ke dalam tabel
lembaran kerja yang tersedia.
Catatan:
Contoh cara pengisian daftar lembaran
kerja simulasi populasi dengan menggunakan metode CMMR:
k
|
ni
|
Ri
|
∑ hewan bertanda
|
Mi
|
(ni. mi)
|
1
|
40
|
-
|
40
|
-
|
|
2
|
44
|
9
|
35
|
40
|
1760
|
3
|
38
|
14
|
24
|
75
|
2850
|
4
|
46
|
24
|
22
|
99
|
4554
|
5
|
35
|
19
|
16
|
121
|
4235
|
……
|
|||||
K=10
|
∑Ri=66
|
∑Mi=121
|
13.399
|
No comments:
Post a Comment