Keberadaan komunitas
biotik selalu dalam keseimbangan dengan lingkungannya. Lingkungan dapat
diartikan sebagai semua benda dan
kondisi sekeliling organisme yang langsung atau tidak langsung dapat
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organima serta populasinya. Ekosistem
merupakan sesuatu sistem yang kompleks dimana habitat, tumbuhan dan hewan
sebagai suatu unit dan sisi lain materi dan energi masuk dan keluar sistem.
Ekosistem adalah satuan fungsional untuk studi-studi ekologis. Perlu diingat
bahwa satu ekosistem saling berhubungan dengan ekosistem lainnya, misalnya
sungai dengan laut, kayu mati (busuk) merupakan bagian dari ekosistem hutan.
Komponen-komponen ekosistem
menurut Odum (1994) ada empat komponen dasar yaitu:
a. Benda-benda mati (komponen abiotik)
b. Produsen, terutama tumbuhan hijau
c. Konsumen, kebanyakan hewan
d. Dekomposer, terutama bakteri, jamur dan mikro
organisme.
Air merupakan komponen
ekosistem perairan dan pengetahuan tentang kuantitas serta kualitas air
merupakan salah satu dasar mempelajari suatu ekositem. Potensi air ditentukan
oleh jumlah air yang dihasilkan atau dimiliki oleh ekosistem perairan tersebut.
Sedangkan kualitas air
ditentukan oleh faktor fisik, faktor kimia, dan faktor biologi dari perairan
tersebut. Faktor fisik meliputi: temperatur, intensitas cahaya, warna air,
benda-benda yang ada di dalamnya. Faktor-faktor kimia meliputi keasaman air
(pH), O2 dan CO2 terlarut, kandungan bahan-bahan
anorganik dan organik. Faktor biologis mengenai kandungan jumlah bakteri atau
mikroorganisme yang bersifat toksik.
2. Tujuan Praktikum
1) Mempelajari faktor
lingkungan atau komponen abiotik pada suatu ekosistem kolam (perairan).
2) Mempelajari komponen
biotik pada suatu ekosistem kolam (perairan)
3) Untuk mengetahui
hubungan antara faktor biotik dan abiotik pada suatu ekosistem kolam (perairan)
3. Alat dan Bahan
1. H2SO4
pekat
|
7. pH stick
|
2. KJ
|
8. Buret
|
3. Na2S2O3
|
9. Pipet tetes
|
4. Aquadest
|
10. Gelas ukur
|
5. Erlenmeyer 250 cc
|
11. Termometer
|
6. Pipet berskala 10 cc
|
12. Statip dan klem
|
4. Prosedur Kerja
a) Pengukuran Temperatur Air
Dilakukan dengan cara
mencelupkan termometer ke dalam air selama satu menit (pengukuran pada tiga
bagian yaitu bagian permukaan, tengah dan dasar perairan), besarnya temperatur
dapat dibaca pada bagian yang berskala dari termometer.
b) Pengukuran Derajad Keasaman (pH)
Celupkan pH stick ke
dalam air, kemudian diangkat dan lihatlah perubahan warna kertas tersebut
(kertas pH), lalu cocokkan dengan standar pH stick.
c) Pengukuran Turbiditas
Amati keadaan warna
pada air tersebut, keruh atau jernih
d)
Pengukuran DO Dengan Metode Winkler
a) Mengambil sampel air
sebanyak 40 cc kedalam erlenmeyer 125 cc
b) Tambahkan 8 tetes
MnSO4 dan 9 tetes KOH-KJ
c) Erlenmeyer
digojlok-gojlok sampai terbentuk gumpalan-gumpalan warna kuning kecolatan.
d) Tambahkan ke dalam
sampel 0,5 cc H2SO4 pekat yang mengakibatkan semua
gumpalan terlarut,
e) Tambahkan air sampel
kembali sampai volume mencapai 50 cc.
f) Erlenmeyer digoyang-goyangkan dan sampel
didiamkan selama 15 menit.
g) Sampel dititrasi
dengan Na2S2O3 (natrium tiosulfat) sampai
terbentuk warna kuning pucat,
h) Tambahkan indikator
amilum 8 tetes hingga larutan berubah menjadi warna biru.
i)
Titrasi
dilanjutkan sampai larutan berubah dari warna biru menjadi tidak berwarna.
j)
Hitung
banyaknya titran dari awal dan tentukan kada DO (Disolved Oxygen) dengan rumus
sebagai berikut:
|
e)
Pengukuran CO2 Terlarut (Menggunakan dasar metode alkalimetri)
a) Air sampel diambil sebatas tanda
(20 ml) yang tertera pada tabung,
b) Tambahkan indikator pp sebanyak 3
tetes,
c) Titrasi air sampel tersebut dengan larutan NaOH
standar sambil digoyang-goyangkan sampai warna larutan berubah menjadi merah
jambu yang konstan.
d) Catat titran yang keluar, kadar CO2
terlarut dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
|
No comments:
Post a Comment