Psikologi kognitif
mengatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh stimulus yang berada
diluar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada dirinya sendiri.
Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi yang berfungsi untuk
mengenal dunia luar, dan dengan pengenalan itu manusia mampu memberikan respon
terhadap stimulus. Berdasarkan pada pandangan itu teori psikologi kognitif
memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi terutama
pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar.
Dengan kata lain, aktivitas belajar manusia ditentukan pada proses internal
dalam berpikir yakni pengolahan informasi.
Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa
belajar merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi informasi
kompleks yang berlangsung pada diri seseorang. Individu yang sedang belajar
dipandang sebagai orang yang secara konstan memberikan informasi baru untuk
dikonfirmasikan dengan prinsip yang telah dimiliki, kemudian merevisi prinsip
tersebut apabila sudah tidak sesuai dengan informasi yang baru diperoleh . Agar
siswa mampu melakukan kegiatan belajar, maka ia harus melibatkan diri secara
aktif.
A. Prinsip Dasar Psikologi
Kognitif
B. Teori Belajar Cognitive Field Lowin
Bertolak dari penemuan Gestalt Psychology, Kurt Lewin ( 1892-1947)
mengembangkan suatu teori belajar “ Cognitive- Field” dengan
menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing individu
sebagai berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Medan
kekuatan psikologis di mana individu beraksi disebut “ life space” mencakup perwujudan lingkungan di mana individu beraksi, misalnya
Orang-orang ia jumpai, objek materil yang ia hadapi.
Lwin berpendapat, bahwa tingkah laku
merupakan hasil iteraksi antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri
individu seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan; maupun dari luar diri
individu seperti tantangan dan permasalahan. Menurut Lewin, belajar berlangsung
sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur
kognitif ini adalah hasil dari dua macam kekuatan satu dari struktur medan kognisi
itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin
memberikan paranan yang lebih penting pada motivasi dari pada reward.
C. Teori Belajar Cognitive Development Piaget
Piaget merupakan
salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme.
Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk
memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu
meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational;
(3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran
lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James
Atherton (2005) menyebutkan bahwa asimilasi adalah “the process by which a
person takes material into their mind from the environment, which may mean
changing the evidence of their senses to make it fit” dan akomodasi adalah
“the difference made to one’s mind or concepts by the process of
assimilation”
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta
didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Prinsip utama pembelajaran.
a) Belajar aktif
Untuk membantu perkembangan kognitif anak,
kepadanya perlu diciptakan kondisi belajar yang memungkinkan anak belajar
sendiri, misalnya melakukan percobaan. Manipulasi symbol-simbol, mengajukan
pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, membandingkan penemuan sendiri dengan
penemuan temannya.
b) Belajar lewat interakksi sosial.
Tanpa intraksi sosial,
perkembangan kognitif anank akan tetap bersifat egosentris. Sebaliknya lewat
interaksi sosial, perkembangan kognitif anak akan mengarah pada banyak
pandangan dengan macam-macam sudut pandang dari alternatif tindakan.
c) Belajar lewat pengalaman sendiri.
Bahasa memang memegang peranan penting dalam
perkembangan kognitif , namun bila menggunakan bahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi tanpa pernah karena pengalaman sendiri maka perkembangan anak
cenderung mengarah pada verbalisme.
D. Discovery Learning Bruner
Yang menjadikan dasar ide J. Brune
ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara
aktif di dalam kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya
“ discovery learning” yaitu dimana murid mengorganisasi bayhan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository
taching dimana guru menerangkan semua informal
dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.
Banyak pendapat yang mendukung discovery
learning itu diantaranya : J. Dewey (1933)
dengan “complete art of reflective activity “atau
terkenal dengan problem solving. Ide Bruner itu ditulis dalam bukunya Process
of education Di dalam buku itu ia melaporkan hasil dari suatu konferensi
diantara para ahli science, ahli
sekolah atau pengajaran dan pendidik tentang pengajaran science
. Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata
pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam bentuk intelektual yang sesuai
dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat
permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna,
dan makin meningkat ke arah yang abstrak.
E. Implikasi Teori Belajar
Kognitif dalam Proses Pembelajaran dan Pengajaran
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam
pembelajaran adalah :
- Bahasa
dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
- Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
- Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
- Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan
teman-temanya
DAFTAR PUSTAKA
Azhari,
Akyas. Psikologi Umum dan Perkembangan.
MMU: Jakarta . 2004
Depdikbud.
Kamus Besar Bahasa Indonesia . Balai Pustaka:Jakarta . 1989.
Rita,
L. Atkinson. Pengantar Psikologi Jilid 1.
Erlangga: Jakarta .
Said,
Muhammad. Psikologi dari zaman ke zaman.
Jemmars: Bandung .
1990.
No comments:
Post a Comment