LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PENGUJIAN ALAT UKUR TEKANAN DENGAN METODE KALIBRASI MENGGUNAKAN DEAD WEIGHT TESTER DAN POMPA HIDROLIK Di Laboratorium Kalibrasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PENGUJIAN ALAT UKUR TEKANAN DENGAN METODE KALIBRASI MENGGUNAKAN DEAD WEIGHT TESTER DAN POMPA HIDROLIK




Oleh:

SAIFUL MILLAH
106016300639

Menyetujui :

            Pembimbing I,                                                   Pembimbing II,

                          



        Drs. H. Joko Kristadi, M. Si                                    Erina Hertanti, M. Si
                          NIP :                                                                  NIP :




Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan IPA,




Baiq Hana Susanti, M. Sc
NIP : 150 299 457



KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Kerja Praktek ini dilaksanakan di Laboratorium Kalibrasi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendorong serta membantu dalam penulisan laporan ini, terutama kepada yang terhormat :
1.      DR. Ir. Hadi Purnomo, M. Sc, DIC,  selaku Kepala Pusat PPPTMGB "LEMIGAS".
2.      Agus Salim, SH, MH, selaku Kepala Bidang Afiliasi PPPTMGB "LEMIGAS".
3.      DR. Dede Rosyada, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.      Yanni Kussuryani, Dra, M. Si, selaku Kepala Bidang Sarana Litbang PPPTMGB "LEMIGAS".
5.      Baiq Hana Susanti, M. Sc, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA
6.      Joko Kristadi, selaku Ka. Sub BLM 2.1 sekaigus sebagai Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan  waktu, tenaga dan pikirannya selama Kerja Praktek di PPPTMGB "LEMIGAS".
7.      Erina Hertanti, M. Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan  waktu, tenaga dan pikirannya selama penyusunan laporan Praktek Kerja Laporan.
8.      Tommy M. Imanto, ST, selaku Pa. Lab. Kalibrasi Tekanan yang telah memberikan ilmu, waktu, dan tenaganya dalam pengolahan data kalibrasi tekanan.
9.      Wahyudi Haryanto, yang telah membantu dalam praktek di laboratorium kalibrasi tekanan.
10.  Riska Sartika Dewi dan Khaerunnisa, teman seperjuangan yang telah banyak membantu penulis dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan.
11.  Semua karyawan dan karyawati yang bekerja di PPPTMGB ”LEMIGAS” baik yang langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam Kerja Praktek dan penyusunan laporan, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
12.  Kedua orang tua dan saudaraku yang selalu memberikan dukungan demi kelancaran penulisan laporan Penelitian
13.  Semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
            Pada akhirnya Penulis menyadari bahwa laporan Penelitian ini masih jauh dari sempurna, baik dilihat dari segi materi maupun kajiannya, hal ini dikarenakan oleh terbatasnya kemampuan penulis. Namum demikian penulis tetap berharap semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca laporan ini.                                   
                                                                                    Jakarta, Agustus 2009
                                      
                                                            Penulis




DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................      i
KATAPENGANTAR.......................................................................................     ii
DAFTAR ISI......................................................................................................    iii
DAFTAR TABEL.............................................................................................     v
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................    vi

BAB I      PENDAHULUAN.............................................................................     1
A.    Latar Belakang Masalah.................................................................     2
B.Identifikasi Masalah.........................................................................     2
C.Rumusan Masalah.............................................................................     2
D.    Batasan Masalah.............................................................................     2
E. Tujuan Penelitian..............................................................................     2
F. Manfaat Penelitian............................................................................    3

BAB II    PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKONOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI “LEMIGAS”..........................................................................    4
A.  Sejarah Singkat PPPTMGB “LEMIGAS”....................................     4
B.  Profil PPPTMGB “LEMIGAS”....................................................     5
C.  Visi dan Misi PPPTMGB “LEMIGAS”........................................     5 
D.  Laboratorium Kalibrasi Tekanan PPPTMGB “LEMIGAS”.........     6

BAB III   KAJIAN  PUSTAKA.......................................................................     8
A.   Kalibrasi........................................................................................     8
B.   Kalibrasi Tekanan.........................................................................     8
1. Koreksi.....................................................................................     9
2. Ketidakpastian.........................................................................     9
C.   Metode Kalibrasi Tekanan............................................................   10
1.  Dead Weight Tester..................................................................      
2.  Pompa Hidrolik.........................................................................      
BAB IV   METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 17
A.  Waktu dan Tempat Penelitian......................................................... 17
B.  Prosedur Penelitian ......................................................................... 17
C.  Metode penelitan............................................................................. 17
D.  Teknik pengumpulan Data.............................................................. 18

BAB V    HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 19
A.  Hasil................................................................................................ 19
B.   Pembahasan.................................................................................... 19

BAB VI   PENUTUP........................................................................................... 27
A.  Kesimpulan..................................................................................... 27
B.  Saran................................................................................................ 27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 28
LAMPIRAN........................................................................................................ 39















DAFTAR GAMBAR

Gambar 1  Penyebaran Suhu atau udara secara Horizontal...................................11
Gambar 2  Grafik Penyebaran Suhu dan Temperatur udara..................................12
Gambar 3  Macam-macam Barometer...................................................................13
Gambar 4  Garis-garis Isobar ................................................................................14     
Gambar 5  Alat Pengukur Kecepatan Angin.........................................................15     





























DAFTAR TABEL

Tabel 1  Rata- rata variabel cuaca permukaan (T).................................................19

Tabel 2  Rata- rata variabel cuaca permukaan (PH)...............................................20

Tabel 3  Rata- rata variabel cuaca permukaan (P).................................................21

Tabel  4  Arah Angin Level 5000 Feet MSL ........................................................22

Tabel 5  Rata-Rata kecepatan Angin Level 5000 Feet MSL ................................23

 BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara maritime-continent yang mempunyai cukup persediaan uap air yang berasal dari lautan. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia secara umum mempunyai curah hujan yang cukup besar sepanjang tahun. Akan tetapi karena kondisi fisiografi lokal menyebabkan jumlah curah hujan yang turun berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Dalam hal ini, untuk mengatasi kekeringan khusus pada musim kemarau, UPT Hujan Buatan telah melakukan kajian intensif pada daerah-daerah yang mengalami kekeringan,Disamping itu UPT Hujan Buatan juga mengadakan koordinasi dengan instansi terkait,diantaranya direktorat jenderal pengaliran,Departemen pekerjaaan umum, Maka telah disepakati Progam Pemanfaatan Hujan Buatan.Kesepakatan itu Berdasarkan berbagai pertimbangan , sehingga kegiatan Pelaksanaan Hujan Buatan Dimana Untuk kerhasilannya diperlukan beberapa persyaratan kondisi atmosper yang harus dipenuhi.
Adapun dalam proses pelaksanaan Hujan Buatan tidaklah mudah,Ada berapa faktor yang perlu diperhatikan dalam proses pelaksanaannya,diantara Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses Hujan buatan adalah Suhu atau temperatur Udara,Kelembaban Udara,Tekanan Udara, Serta Arah dan Keceratan Angin Sehingga Faktor empat tersebut dapat Menunjang keberhasilan hujan Buatan.
Dalam hal ini peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi proses Hujan Butan sehingga peneliti nengambil judul  dengan Tema.

“Analisis Faktor – faktor yang Mempengaruhi Proses Pelaksanaan Hujan Buatan di Wilayah Jawa Barat”.



B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelum,dapat diidentifikasikan berapa masalah yaitu :
1.       Bagaimana Temperatur Udara mempengaruhi proses pelaksanaan hujan buatan?
2.       Bagaimana Kelembaban Udara mempengaruhi proses pelaksanaan hujan buatan?
3.       Bagaimana Tekanan Udara mempengaruhi proses pelaksanaan hujan buatan?
4.       Bagaimana Arah dan Kecepatan mempengaruhi proses pelaksanaan hujan buatan?

C.    Rumusan Masalah
Adapun  yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah 
Faktor Apakah yang paling berpengaruh terhadap keberhasilan proses Hujan Buatan

D.     Batasan masalah
Adanya Keterbatasan Dokumentasi yang tersedia di BPPT sehingga dalam penelitian ini, data yang dianalisis hanya dalam proses Hujan Buatan di Jawa Barat pada tahun 1994.

E.    Tujuan Penelitian
   Tujuan dari penelitian ini adalah
1). Untuk mengetahui faktor apa saja yang menunjang terjadinya  Hujan Buatan.
2). Untuk memgetahui bagaimana faktor – faktor menpengaruhi proses Hujan Buatan.





F.     Manfaat Penelitian
 Manfaat dalam Penelitian ini adalah :
1). Dalam proses hujan Butan perlu diperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi agar Hujan Buatan berhasil.
2). Agar kita dapat mengetahui berapa Kelembaban,Tekanan Suhu,Tekanan Udara Serta Arah dan Kecepatan Angin dalam proses Hujan Buatan.
 BAB II
PUSAT PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS BUMI “LEMIGAS”

A. Sejarah Singkat PPPTMGB “LEMIGAS”
PPPTMGB “LEMIGAS” yang pada awalnya disebut sebagai Lembaga Minyak dan Gas Bumi, berdiri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nomor 17/M/Migas/65 tanggal 11 Juni 1965 dan Surat Keputusan Menteri Migas Nomor 208a/M/Migas/65 dengan memiliki 3 tugas pokok yaitu Riset, Pendidikan dan Pelatihan, serta Dokumentasi dan Publikasi di bidang perminyakan.
Latar belakang berdirinya Lembaga Minyak dan Gas Bumi adalah karena hampir semua pengetahuan, data dan tenaga ahli di bidang perminyakan dikuasai atau menjadi monopoli perusahaan-perusahaan asing, sedangkan lapangan maupun cadangan minyak dan gas bumi merupakan milik negara.
Pemerintah menyadari bahwa kebutuhan atas minyak dan gas bumi akan berkembang dengan pesat, dimana hal ini harus disikapi dengan kemajuan kemampuan teknis ilmiah serta teknologi, agar minyak dan gas bumi benar-benar dapat dimanfaatkan bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
Seiring dengan berkembangnya industri minyak dan gas bumi di dunia, para pendiri Lembaga Minyak dan Gas Bumi telah mempelajari dari pihak-pihak luar atas kebutuhan suatu lembaga yang melakukan penelitian dan pengembangan di bidang minyak dan gas bumi untuk disesuaikan dan diterapkan. Maka sejak tahun 1977,
Lembaga Minyak dan Gas Bumi berubah nama menjadi PPTMGB “LEMIGAS” berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 646 Tahun 1977, tanggal 26 Desember 1977 yang kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1092 Tahun 1984, tanggal 5 Nopember 1984, PPTMGB “LEMIGAS” menjadi PPPTMGB “LEMIGAS”.
PPPTMGB “LEMIGAS” menjamin bahwa dalam menghasilkan jasa litbang selalu berupaya memenuhi persyaratan standart dan kepuasan pelanggan, melaksanakan perbaikan berkelanjutan terhadap keefektifan sistem manajemen mutu, serta memastikan bahwa seluruh personel berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran mutu sesuai fungsinya, berdasarkan Surat Keputusan Nomor 21.K/12/BLM/2003 tentang Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi Manajemen Mutu Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” yang berdasarkan SNI 19-9001-2001atau ISO 9001:2000. Sedangkan untuk system mutu Peralatan Laboratorium saat ini LEMIGAS telah terakreditasi dengan SNI 19-17025 atau ISO 17025:1999.
Untuk memenuhi perioritas tertinggi dalam pelaksanaan operasional, maka LEMIGAS telah menerapkan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) yang mengacu pada standard internasional OHSAS 18001:1999 yang diperoleh dari TUV Internasional.

B. Profil PPPTMGB “LEMIGAS”
LEMIGAS adalah lembaga penelitian dan pengembangan milik pemerintah yang beroperasi dalam bidang hulu dan hilir minyak dan gas bumi (migas) dan berperan besar dalam perkembangan industri migas melalui penelitian, perekayasaan dan pengembangan bidang migas.
Lembaga ini didirikan pada bulan Juni tahun 1965 sebagai wujud dari kepedulian dan keinginan bangsa Indonesia agar sumber daya alam migas dapat dikelola dengan sebaik – baiknya untuk kesejahteraan rakyat.
LEMIGAS melaksanakan penelitian – penelitian terapan untuk mengembangkan teknologi dibidang minyak, gas dan panas bumi. Kegiatan – kegiatan penelitian ini merupakan wujud tanggung jawabnya dalam memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan kepada pemerintah dalam menentukan suatu kebijakan serta membantu memecahkan masalah – masalah dalam industri migas.
Komitmen kuatnya dalam menjalankan misinya ditunujukkan dengan program yang sedang dijalankan, yang sangat menentukan keberhasilan negara dalam pengelolaan energi, yaitu upaya penelitian dan pengembangan CBM (Coal bed Methane) untuk mendapatkan energi baru bagi kepentingan umum; pengembangan biodesel plant dalam rangka memproduksi biodesel sebagai energi alternatif untuk masa depan; membagun uji percontohan pencampur oli kendaraan atau LOBP (Lube Oil Blending Plant ); dan dalam bidang gas bumi. LEMIGAS juga memiliki Sistem Demonstrasi Gas (Gas Demonstration System) yang dapat mensimulasi system transportasi gas dari sumbernya sampai ke pengguna langsung.
Kemampuan LEMIGAS dalam melaksanakan tugas – tugas penelitian dan pengembagan dari hulu ke hilir merupakan nilai tambah, keunikan dan kekuatan yang memliki potensi besar untuk dimanfaatkan oleh semua pihak yang berkepentingan dalam bidang migas.

C.     Visi dan Misi PPPTMGB “LEMIGAS”
Adapun Visi dan Misi PPPTMGB “LEMIGAS” adalah sebagai berikut :
Visi PPPTMGB “LEMIGAS”:
" Terwujudnya Lemigas sebagai lembaga litbang yang unggul, profesional, bertaraf internasional di bidang Migas”.
Misi PPPTMGB “LEMIGAS”:
1.       Meningkatkan peran Lemigas dalam memberikan masukan kepada pemerintah guna meningkatkan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri Migas.
2.       Meningkatkan kualitas jasa litbang untuk memberikan nilai tambah bagi pelanggan.
3.       Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan.
4.       Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi, koordinasi serta penerapan sistem manajemen secara konsisten.

D.    Laboratorium Kalibrasi Tekanan PPPTMGB “LEMIGAS”
Sebagai lembaga penelitian yang mengelola banyak peralatan laboratorium, Lemigas perlu melakukan kalibrasi rutin atas peralatan yang digunakan. Hal ini perlu dilakukan mengingat ketatnya persyaratan pengujian percontohan di lingkungan industri migas. Laboratorium Kalibrasi terdiri dari laboratoium Suhu, Tekanan, Massa & Volume.
Kegiatan di Laboratorium Tekanan meliputi:
  • Pelaksanaan Kalibrasi Tekanan.
  • Pengelolaan Sarana dan Fasilitas Laboratorium Kalibrasi Tekanan.
  • Pemberian Petunjuk Teknis dalam Bidang Kalibrasi Tekanan.
  • Pelayanan Jasa Kalibrasi Tekanan Baik Internal maupun Eksternal.
  • Pengolahan Data Kalibrasi Tekanan.
  • Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia Di lingkungan Laboratorium Kalibrasi Tekanan.

Untuk kepentingan pengujian percontohan, laboratorium ini didukung oleh beberapa alat, antara lain Dead Weight Tester (DWT) dan peralatan laboratorium lain yang mendukung.
BAB III
KAJIAN  PUSTAKA

            A.  Terminologi Hujan Buatan
Istilah hujan buatan adalah hujan yang sengaja dibuat oleh manusia, sebenarnya istilah hujan buatan tidak dapat diartikan secara harfiah sebagai pekerjaan membuat atau menciptakan hujan, karena teknologi ini hanya berupaya untuk meningkatkan dan mempercepat jatuhnya hujan, yakni dengan cara melakukan penyemaian awan (cloud seeding) menggunakan bahan-bahan yang bersifat hidroskopik (menyerap air) sehingga proses pertumbuhan butir-butir hujan dalam awan akan meningkat dan selanjutnya akan mempercepat terjadinya hujan.
Definisi yang sangat tepat untuk aktivitas hujan buatan adalah teknologi modifikasi cuaca (TMC), karena pada dasarnya hujan buatan merupakan aplikasi dari suatu teknologi. TMC merupakan usaha manusia untuk meningkatkan curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Proses fisika yang diubah (diberi perlakuan) di dalam awan dapat berupa proses tumbukan dan penggabungan (collision and coalescense) atau proses pembentukan es (ice nucleation). Saat ini TMC menjadi salah satu solusi teknis yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi bencana yang ditimbulkan oleh karena adanya penyimpangan iklim/ cuaca.

B.     Proses Terjadinya Hujan
1.   Hujan Alami
Kejadian hujan alami adalah suatu proses yang merupakan bagian dari siklus air di samping aliran air (run off), peresapan, penguapan dan proses skondensasi, sampai dengan terbentuknya awan yang kemudian akan tumbuh menjadi besar dan pada gilirannya akan turun sebagai hujan. Proses hujan alam dimulai dari proses kondensasi uap air di udara yang terangkat dan mengalami pendinginan sampai terbentuk awan.

Butir-butir air di dalam awan oleh proses tumbukan dan penggabungan akan membesar dan bertambah berat sampai mencapai ukuran tertentu dan akan jatuh sebagai hujan.
Bila udara yang lembab akibat adanya penguapan mengalami pengangkatan, maka suhu udara tersebut akan menjadi lebih dingin karena secara umum suhu udara akan turun dengan bertambahnya ketinggian. Saat massa udara lembab tersebut mencapai titik jenuh akan menjadi perubahan fasa yaitu berkondensasi pada inti kondensasi dan membentuk butir-butir air halus (droplet) yang kemudian dikenal sebagai awan. Inti kondensasi berukuran antara 0,1 – 1 µm (micro meter) banyak terdapat di udara. Proses pembentukan awan yang disebabkan oleh berbagai mekanisme pengangkatan.
2.       Hujan Buatan
Hujan buatan mempunyai arti suatu kegiatan untuk merangsang pertumbuhan awan. Oleh karena itu tersedianya awan potensial untuk diberi perlakuan sangatlah penting untuk keberhasilan kegiatan hujan buatan. Tersedianya awan potensial ini tidak terlepas dari kondisi cuaca musiman (musim hujan dan musim kemarau) di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh monsoon (dipengaruhi oleh posisi matahari). Dengan demikian, musim kemarau dan hujan di Indonesia dari tahun ke tahun dalam kondisi normal dapat diperkirakan waktu dan lamanya. Agar efektivitas pelaksanaan hujan buatan bisa optimal maka pelaksanaan hujan buatan sebaiknya dilakukan pada bulan-bulan transisi musim, baik dari musim hujan ke musim kemarau maupun sebaliknya, dengan pertimbangan kondisi atmosfer lainnya masih mendukung untuk terbentuknya awan. Apabila awan pada musim transisi tidak diberi perlakuan (penyemaian) maka awan tersebut bertambah atau akan turun sebagai hujan, oleh karena itu pemilihan waktu yang tepat ini sangatlah penting dalam melaksanakan kegiatan hujan buatan, agar usaha yang dilakukan dapat berdaya guna secara maksimal.
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang sangat kering akibat sudah lama bertambah atau turun hujan. Sehingga dapat mengganggu kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan mati, dan sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan air makhluk hidup.

C.  Faktor – faktor yang mempengaruhi Proses Pelaksanaan Hujan Buatan
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan  proses pelaksanaan Hujan Buatan antara lain :
1 .  Suhu atau Temperatur Udara
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat panas disebut Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau temperatur udara dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi.
Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a.       Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus.
b.       Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima bumi.
c.       Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
d.      Banyak sedikitnya awan, ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak atau makin tebal awan, semakin sedikit panas yang diterima bumi.
Penyebaran suhu atau temperatur udara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penyebaran horizontal dan vertikal.
1.       Penyebaran suhu atau temperatur udara horizontal.
Suhu atau temperatur udara di permukaan bumi untuk berbagai tempat tidak sama. Untuk mempermudah membandingkannya, maka dibuat peta isotherm. Isotherm yaitu garis khayal dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai suhu atau temperatur udara rata-rata sama. Penyebaran horizontal secara tidak teratur dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, misalnya perbedaan suhu atau temperatur udara daratan dan lautan.
Ada berbagai macam isotherm, yaitu isotherm bulan Januari, isotherm bulan Juli, dan isotherm tahunan.

a. Pada bulan Januari

b. Pada bulan Juli
Gambar 1  Penyebaran suhu atau temperatur udara secara horizontal
Macam – macam isotherm berikut ini :
a.       Isotherm bulan Januari, yaitu tempat-tempat yang terdingin di belahan bumi utara karena pada waktu itu matahari berada di belahan bumi selatan. Contoh daerah yang terdingin antara lain Siberia dan Greenland, sedangkan daerah yang terpanas antara lain Afrika Selatan dan Argentina.
b.       Isotherm bulan Juli, yaitu daerah-daerah yang terdingin di belahan bumi selatan seperti Australia Utara, dan daerah terpanas di belahan bumi utara seperti Arab Persia.
c.       Isotherm tahunan, yaitu garis di peta yang menghubungkan tempat-tempat yang sama temperatur rata-ratanya dalam satu tahun. Daerah ini berada di sebelah utara dan selatan equator/khatulistiwa (22°LU/LS), yaitu dari Meksiko, Venezuela, Sahara, dan Dakan.
2.       Penyebaran suhu atau temperatur udara vertikal
Semakin naik suhu atau temperatur udara akan semakin turun. Secara umum, setiap naik 100 m, suhu atau temperatur udara turun 0,5°C. Ketentuan ini tergantung pada letak dan ketinggian suatu tempat. Adanya perairan, seperti selat dan laut sangat besar peranannya pada pengendalian suhu atau temperatur, sehingga tidak terjadi perbedaan suhu terendah dan suhu tertinggi yang sangat besar.
Dengan bervariasinya penyebaran suhu atau temperatur udara baik secara horizontal maupun vertikal, maka dapat terjadi gejala-gejala cuaca, kabut, dan awan.
Gambar 2  penyebaran suhu secara verikal
2.  Kelembaban udara
Unsur yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut psychrometer atau hygrometer.
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi:
1.       Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut, yaitu kelembaban yang menunjukkan berapa gram berat uap air yang terkandung dalam 1 m3  udara.
2.       Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif, yaitu bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
3.  Tekanan udara
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan. Besarnya tekanan udara diukur dengan barometer dan dinyatakan dengan milibar (mb). Barometer terdiri dari berbagai macam diantaranya:

Gambar 3  Macam-macam Barometer
Dari gambar di atas hanya 3 jenis barometer yang biasa digunakan, yaitu:
1.       Barometer air raksa, yang menggunakan skala milimeter air raksa (mm Hg). Barometer ini diciptakan oleh Torriceli (1643).
2.       Barometer Aneroid, yang menggunakan skala milibar (mb).
3.       Barograf, yaitu barometer yang secara otomatis mencatat sendiri tekanan udara setiap saat dalam jangka waktu tertentu dalam barogram dengan menggunakan skala milibar (mb).
Tekanan udara dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1)      Tekanan udara tinggi, lebih dari 1013 mb.
2)      Tekanan udara rendah, kurang dari 1013 mb.
3)      Tekanan di permukaan laut, sama dengan 1013 mb.
Garis khayal dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara sama disebut isobar.Adapun garis-garis isobar yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara sama pada gambar dibawah ini:

Gambar 4  Garis - garis Isobar
 4 . Arah dan kecepatan angin
Arah Angin Menurut seorang ahli meteorologi bangsa Belanda yang bernama Buys Ballot mengemukakan hukumnya yang berbunyi: Udara mengalir dari daerah maksimum ke daerah minimum. Pada belahan utara bumi, udara/angin berkelok ke kanan dan di belahan selatan berkelok ke kiri.
Pembelokan arah angin terjadi karena adanya rotasi bumi dari barat ke timur dan karena bumi bulat. Dalam mempelajari cuaca, diantaranya perlu mengetahui arah angin. Arah angin dapat diketahui melalui arah baling-baling angin.
Angin dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu:
a)       Angin tetap, yaitu angin yang arah tiupnya tetap sepanjang tahun, seperti:
1.    angin passat, yaitu angin yang bertiup terus menerus dari daerah maksimum subtropis utara dan selatan (30° - 40°) menuju ke minimum khatulistiwa.
2.       angin barat, yaitu angin anti passat (angin yang berhembus di atas angin passat pada ketinggian (30 km dan arahnya berlawanan dengan angin passat).
3.       angin timur, yaitu angin yang bertiup dari kedua daerah maksimum kutub menuju daerah minimum subpolar (lintang 66 1/2°C LU dan LS°).
b)      Angin periodik. Angin ini dibagi menjadi:
1.       Angin periodik harian meliputi angin darat dan angin laut, angin gunung dan angin lembah.
2.       Angin periodik setengah tahunan, disebut juga dengan angin muson (musim).
Angin lokal, yaitu angin yang bertiup pada daerah tertentu dan waktu tertentu. Misalnya: angin kumbang, angin fohn, angin brubu, angin bahorok, angin gending, dan lain-lain.
Kecepatan angin dapat diukur dengan suatu alat yang disebut Anemometer.

Gambar 5  Alat Pengukur Kecepatan Angin
Kecepatan angin dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain:
a.       Besar kecilnya gradien barometrik.
Gradien Barometrik, yaitu angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara melalui dua garis isobar pada garis lurus, dihitung untuk tiap-tiap 111 km (jarak 111 km di equator 1( atau 1/360 x 40.000 km = 111 km). Menurut hukum Stevenson bahwa kecepatan angin bertiup berbanding lurus dengan gradien barometriknya. Semakin besar gradien barometriknya, semakin besar pula kecepatannya.
b.       Relief  Permukaan Bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan. Sebaliknya bila bertiup pada daerah yang reliefnya besar dan rintangannya banyak, maka angin akan berkurang kecepatannya.

c.       Tidak Adanya Tumbuh-tumbuhan
Banyaknya pohon-pohonan akan menghambat kecepatan angin dan sebaliknya, bila pohon-pohonannya jarang maka sedikit sekali memberi hambatan pada kecepatan angin.
d.      Tinggi dari Permukaan Tanah
Angin yang bertiup dekat dengan permukaan bumi akan mendapatkan hambatan karena bergesekan dengan muka bumi, sedangkan angin yang bertiup jauh di atas permukaan bumi bebas dari hambatan-hambatan.
Angin masih didominasi oleh angin timuran yaitu timur laut sampai tenggara dnegan kecepatan yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 1 – 33 knot. Kecepatan angin pada ketinggian 5.000 feet berkisar antara 01 – 24 knot. Sehingga kondisi arah / kecepatan angin. Ini jelas akan sangat berpengaruh terhadap kondisi perawanan secara umum.
BAB IV
                                       METODOLOGI PENELITIAN

A.    Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1 juli sampai 30 juli 2008 2008 di Unit pelaksanaan Teknis Hujan Buatan – Badan pengkajian dan penerapan Teknologi (BPPT) yang berlokasi di Gedung BPPT 1,lantai 19, jalan M.H. Thamrin No.8 jakarta 10340.

B.      Prosedur Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini melalui tiga tahap, yaitu :
1.  Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah kegiatan penelaahan kepustakaan meliputi penelaahan buku teks, jurnal, artikel, dan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan penelitian yang hendak dilakukan. Selain melakukan penelaahan, peneliti juga menentukan tujuan penelitian, penentuan tempat dan waktu penelitian serta perizinannya.
2.  Tahap Pelaksanaan
      Pada tahap ini dilakukan obervasi setelah itu di tarik kesimpulan dari hasil obsevasi. Data tersebut diolah yang meliputi penyusunan dan analisis data. Setelah data dianalisis barulah ditarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
3.  Tahap Pelaporan
   Tahap ini merupakan tahapan akhir dari penelitian. Pada laporan dikemukakan proses berlangsunnya penelitian dan pengalaman peneliti.

C.    Metode penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan hujan buatan di wilayah jawa barat        pada bulon oktober – November 1994. dengan mengambil  data dari internet dan UPT- BPPT.

D.      Teknik pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data dari UPT-Hujan Buatan BPPT. Data yang diambil merupakan data yang  disediakan dalam bentuk  tabel yang digunakan untuk keperluan penelitian yang berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi proses Hujan Buatan.
Inilah contoh Data Dalam bentuk tabel yang sudah di dapat oleh para pengamat dengan mengunakan alat Evaluator sehingga tidak mengunakan penghitungan secara manual.
 rata- rata variabel cuaca permukaan (T) (PH) (P)   dari pos meteorologi selama kegiatan hujan buatan di Jawa barat.


 Arah dan Rata – Rata kecepatan Angin  Angin Level 5000 Feet MSL selama Kegiatan Hujan Buatan di Jawa Barat 3 Oktober s.d  3 November 1994
Tgl
Kalijati
Soreang
Jatiwangi
Tasikmalaya
07.00
10.00
13.00
16.00
07.00
10.00
13.00
16.00
07.00
10.00
13.00
16.00
07.00
10.00
13.00
16.00




























































1 comment:

  1. Assalamualaikum, perkenalkan saya mahasiswa jurusan kimia universitas negeri malang mohon info mengenai syarat dan ketentuan praktek kerja lapangan di LEMIGAS, saya tertarik untuk PKL di LEMIGAS terimakasih
    mohon informasi dikirim via email ismarahayu070@gmail.com

    ReplyDelete