AQSAMUL QURAN
Dalam
menghadapi kebenaran dan agama, manusia itu berbeda dalam cara menerima,
menghayati, dan mengamalkannya. Begitupun Kesiapan jiwa setiap individu dalam
menerima kebenaran dan tunduk terhadap cahaya-Nya itu juga berbeda-beda. Jiwa
yang jernih yang fitrahnya tidak ternoda kejahatan akan segera menyambut
petunjuk dan membukakan pintu bagi sinarnya serta berusaha mengikutinya
sekalipun petunjuk itu sampai kepadanya hanya sepintas kilas. Sedang jiwa yang
tertutup awan kejahilan dan diliputi gelapnya kebatilan tidak akan tergoncang
hatinya kecuali dengan pukulan peringatan dan bentuk kalimat yang kuat lagi
kokoh, sehingga dengan demikian barulah tergoncang keingkarannya itu. Mereka
menerima kebenaran agama setelah jiwanya dimasuki bentuk-bentuk ungkapan yang
menenangkan jiwa, baik diberi penguat (taukid) ataupun sumpah (qasam).
Hal ini merupakan salah satu cara yang ampuh untuk menyadarkan mereka.
A. Definisi Qasam dan Sighatnya
Aqsam
jamak dari qasam, berarti sumpah. Sighat asli qasam itu berasal darii fi’il
aqsama اقسمdi-ta’adi(transitif)-kan dengan ba الباءkepada
muqsam bih (sesuatu yang digunakan untuk bersumpah) المقسم
بهsudah
itu didatangkan kepada المقسم عليه(Sesuatu
yang karena sumpah diucapkan). Ini dinamakan jawab qasam. Seperti firman Allah
yang berbunyi.
ßJ|¡ø%r&ur
«!$$Î/
yôgy_
öNÎgÏZ»yJ÷r&
w
ß]yèö7t
ª!$#
`tB
ßNqßJt
4
4n?t/
#´ôãur
Ïmøn=tã
$y)ym
£`Å3»s9ur
usYò2r&
Ĩ$¨Z9$#
w
cqßJn=ôèt
ÇÌÑÈ
Mereka bersumpah
dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan
akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah
akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi
kebanyakan manusia tiada mengetahui, (QS. 16 : 38)
Dengan
demikian, ada tiga unsur dalam Sighat qasam[1]:
1. Harus
ada Fi’il Qasam yang dimuta’adikan dengan huruf ba’.
2. Harus
ada Muqsam bih (penguat sumpah), yaitu sumpah itu harus diperkuat sesuatu yang
diagungkan oleh yang bersumpah. Contoh dengan lafal Allah !$$Î/
3. Harus
ada Muqsam alaih (berita yang diperkuat dengan sumpah itu), yaitu ucapan yang
ingin supaya diterima/dipercaya orang yang mendengar, lalu diperkuat dengan
sumpah tersebut.
Oleh
karena qasam itu sering dipergunakan dalam percakapan maka ia diringkas dengan الباء.
Kemudian
الباء diganti dengan الواوpada isim zhahir. Seperti
firman Allah yang berbunyi.
È@ø©9$#ur
#sÎ)
4Óy´øót
ÇÊÈ
Demi malam apabila
menutupi (cahaya siang) (QS. 92: 1).
Dengan
التاءpada
lafaz jalalah. Seperti firman Allah yang berbunyi.
«!$$s?ur
¨byÅ2V{
/ä3yJ»uZô¹r&
y֏t/
br&
(#q9uqè?
tûïÌÎ/ôãB
ÇÎÐÈ
Demi Allah,
Sesungguhnya Aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah
kamu pergi meninggalkannya (QS. 21: 57)
Ini
hanya sedikit yang banyak ialah ( الواو)
Qasam
dan yamin itu hanya satu artinya yaitu sumpah. Yaitu mengikat diri. Menolak apa
yang dituduhkan orang kepadanya. Berarti mengagumkan, baik membenarkan atau
dengan I’tiqad. Sumpah ini dinamakan yamin, karena orang Arab mengambil tangan
kawannya diwaktu bersumpah.
Menurut
istilah, qasam[2]
diberi definisi sebagai berikut:
“Sumpah
ialah mengikatkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan atau untuk
mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang
bersumpah, baik secara nyata ataupun secara keyakinan saja.”
Sumpah
itu dalam ucapan sehari-hari merupakan salah satu cara menguatkan pembicaraan
yang diselipi dengan persaksian/pembuktian yang mendorong lawan pembicara untuk
bisa menerima/mempercayainya. Sebab, pembicaraan yang diperkuat dengan sumpah
itu, berarti sudah dipersaksikan dihadapan Tuhan.
Bentuk
sumpah itu tidak hanya terdapat dalam Alquran saja, juga tidak hanya dalam
bahasa Arab, melainkan umum dan terdapat dalam kitab suci serta dalam segala
bahasa di dunia, baik Arab, Inggris, Perancis, Urdu, dan sebagainya termasuk
pula dalam bahasa Indonesia.
Sudah
menjadi kebiasaan manusia dalam semua masa, jika berbicara, berjanji, atau
bersemboyan maka mereka selalu ingin memperkuatnya dengan berbagai cara,
diantaranya dengan sumpah. Dengan sumpah, pendengar akan yakin dan mantap dalam
menerima dan mempercayai ucapan yang didengarnya.
Orang
yang pertama menyusun ilmu Aqsamil Qurán ini ialah Imam Ibnu Al Jauziyah (wafat
751H) yang menulis kitab At-Tibyan Fi Aqsamil Qurán.
B. Sighat-Sighat Aqsamil Qur’an
1. Sighat pertama: Bentuk Asli
Sebagaimana
sudah disebutkan, bahwa sighat (bentuk) yang asli dalam sumpah itu ialah bentuk
yang terdiri dari tiga unsur, yaitu fiíl sumpah yang di mutaáddikan dengan
“ba’” muqsam bih dan muqsam álaih, seperti dalam contoh-contoh di atas.
Kemudian
fiíl yang dijadikan sumpah itu bisa lafal aqsamu, ahlifu, atau asyhidu
yang semuanya berarti “saya bersumpah”.
2. Sighat Kedua: Ditambah Huruf La
Kebiasaan
orang yang bersumpah itu memakai berbagai macam bentuk, yang berarti merupakan
sighat-sighat yang tidak asli lagi, selain yang seperti disebutkan di atas.
Begitu pula dalam Al Quran, banyak juga terdapat sighat-sighat sumpah lain,
disamping yang asli tadi. Misalnya sighat yang ditambah dengan huruf “la” di
depan fiíl qasamnya. Contohnya antara lain seperti dalam ayat-ayat sebagai
berikut:
Ø Ayat
40 Surat Al
Marij
Ixsù
ãNÅ¡ø%é&
Éb>tÎ/
É-Ì»t±pRùQ$#
É>Ì»tópRùQ$#ur
$¯RÎ)
tbrâÏ»s)s9
ÇÍÉÈ
Ø Ayat
16 Surat Al
Insyiqaq
Ixsù
ãNÅ¡ø%é&
È,xÿ¤±9$$Î/
ÇÊÏÈ
Ø Ayat
1 Surat Al
Qiyamah
Iw
ãNÅ¡ø%é&
ÏQöquÎ/
ÏpyJ»uÉ)ø9$#
ÇÊÈ
Yang
menjadi masalah di sini adalah apa arti huruf “la” dalam sumpah-sumpah itu? Ada tiga macam jawaban
dalam masalah tersebut, yaitu:
(a) Huruf
“la” itu berupa huruf nafinya (yang mengaktifkan arti), sehingga berarti tidak,
tetapi yang ditiadakan 9dinegatifkan) adalah hal yang tersimpan.
(b) Huruf
“la” itu berupa huruf tambahan yang tak ada artinya, sehingga tidak perlu
diberi arti. Sedang jawaban qasamnya dalam ayat-ayat tersebut juga terbuang.
(c) Huruf
“la” itu berfungsi untuk meniadakan sumpahnya itu sendiri.
3. Sighat Ketiga
Kadang-kadang
sighat qasam dal Al Quran itu ditambah dengan kata-kata Qul Bala, antara lain
seperti dalam ayat-ayat sebagai berikut:
Ø Ayat
7 surat At
Taghabun:
ö@è%
4n?t/
În1uur
£`èVyèö6çGs9
4
ÇÐÈ
Katakanlah:
"Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan.
Ø Ayat
3 Surat Saba :
ö@è%
4n?t/
În1uur
öNà6¨ZtÏ?ù'tGs9
ÉOÎ=»tã
É=øtóø9$#
ÇÌÈ
Katakanlah:
"Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib. (QS. Saba [34]: 3)
Sighat
ini adalah untuk membantah atau menyanggah keterangan yang tidak benar. Sedang
untuk membenarkan keterangan yang sudah betul adalah dengan sighat keempat.
4. Sighat Keempat: Ditambah dengan kata-kata Qul Liy
Kadang-kadang
sumpah dalam al Quran itu ditambah dengan kata-kata “Qul Liy,” yang berarti
benar. Contohnya seperti dalam ayat 53 Surah yunus.
ö@è%
Î)
þÎn1uur
¼çm¯RÎ)
A,yss9 ÇÎÌÈ
Katakanlah: "Ya,
demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar (QS. Yunus [10]: 53)
Bentuk
tambahan ini juga untuk melengkapi atau menjawab kalimat sebelumnya, tetapi
yang berfungsi untuk memebenarkan pertanyaannya.
Dr.
Bakri Syekh Amin dalam buku At-Ta’biru Fanni Fil Qurán menjelaskan
beberapa bentuk sumpah yang biasa terjadi dikalangan orang Arab, sebagai
berikut
a) Dengan
bentuk salam-salaman tangan kanan mereka dalam menenangkan hati untuk mempercayai
berita yang disampaikan.
b) Dengan
bentuk memercikkan minyak wangi ke tangan atau pakaian mereka.
c) Dengan
bentuk saling mengikatkan tampar yang satu kepada yang lain, sehingga sumpah
mereka dikenal dengan habl (tali).
d) Dengan
bentuk nadzar/tekad yang tidak melakukan kesenangan atau mengerjakan
kebajikan-kebajikan.
e) Dengan
bentuk mencegah sesuatu perbuatan tanpa syarat, yang mereka sebut dengan aliyah,
atau yang dikenal dengan sumpah ila’.
f) Dengan
bentuk-bentuk lain.
C. Keadaan Muqsam Bih
Dr.
Bakrie Syekh Amin dalam buku At-Ta’bir Alfan fil Qurán menceritakan
kebiasaan sumpah orang-orang Arab Jahiliyah yang selalu memakai muqsam bih
selain Allah, misalnya dengan umurnya, hidupnya, kakeknya, kepalanya, dan
sebagainya. Misalnya, mereka bersumpah dengan berkata:
اَقْسَمُ بعُمْركَ وَعُمْرى, وَحَيَاتى, اَوْ حَيَاة اَبيْكَ,
اَوْرَاْسكَ, اَوْغَيْر ذَلكَ
“Saya
bersumpah demi umurmu dan umur saya, atau demi hidupku, atau demi hidup ayahmu,
atau demi kepalamu, dan sebagainya”
Maksud
sumpah orang Arab Jahiliyah tersebut adalah untuk memuliakan hal-hal yang
dijadikan muqsam bih itu. Menurut kebiasaan, mereka memang memuliakan
hal tersebut.
Sejalan
dengan kebiasaan orang Arab Jahiliyah itulah, dalam Alquran juga kadang-kadang
terdapat qasam seperti qasam orang Arab Jahiliyah. Misalnya, seperti dalam ayat
72 surah Al Hijr:
x8ãôJyès9
öNåk¨XÎ)
Å"s9
öNÍkÌEtõ3y
tbqßgyJ÷èt
ÇÐËÈ
(Allah berfirman): "Demi umurmu[807]
(Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan
(kesesatan)".
Padahal,
menurut peraturan muqsam bih, sumpah itu seharusnya memakai nama Allah
SWT, Dzat atau sifat-sifat-Nya, terutama bagi sumpah manusia. Sebab ada
larangan bersumpah dengan muqsam bih selain Allah, yang dihukumi
musyrik.
Memang
bagi Allah SWT boleh bersumpah dengan muqsam bih apa saja. Sebab, muqsam
bih itu harus berupa yang diagungkan oleh yang bersumpah. Sedang bagi Allah
yang Maha Agung itu tidak ada yang harus diagungkan oleh-Nya, sehingga Dia
boleh bersumpah dengan Dzat-Nya ataupun dengan makhluk-Nya. Tetapi tidak untuk
mengagungkan makhluk itu, melainikan supaya manusia mengerti bahwa
makhluk/benda-benda yang dijadikan muqsam bih Allah SWT itu adalah
makhluk/benda-benda yang penting, yang besar artinya.
Contohnya,
Allah bersumpah dengan buah Tin, Zaitun, dan gunung ThurShinin, serta negara
Arab yang aman adalah supaya manusia mengetahui kedudukan benda-benda tersebut,
dan menyadari kebesaran pencipta-Nya, yaitu Allah SWT.
Yang
dimaksud dengan Tin dan Zaitun adalah negara Palestina, tempat hijrahnya Nabi
Ibrahim a.s. sedang yang dimaksud dengan gunung Thursiniin adalah tempat Nabi
Musa a.s. mendapatkan kitab Taurat. Dan yang dikehendaki dengan negara yang
aman adalah kota
Mekkah, tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dari tempat-tempat itulah memancar
cahaya kenabian ke seluruh alam.
D. Al Muqsam Bih dalam Al Quran dan Macam-macamnya
Allah
taála bersumpah dengan dirinya yang kudus, yang disifatkan dengan
sifat-sifatnya. Atau dengan ayat-ayatnya yang merupakan kepastian bagi zat dan
sifat-sifatnya itu. Ada
pula Allah itu bersumpah dengan sebagian makhluk-makhluknya. Ini menjadi dalil
bahwa Dialah yang membesarkan ayat-ayatnya. Jika diamati secara mendalam, macam-macam
muqsam bih dalam Al Quran itu ada tujuh macam, sebagai berikut:
a) Dengan
Dzat Allah atau sifat-sifat-Nya, terdapat dalam tujuh ayat, sebagai berikut:
Pertama,
Pada firman Allah yang berbunyi:
ö@è%
4n?t/
În1uur
£`èVyèö6çGs9
ÇÐÈ
Katakanlah:
"Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, (Qs. At-Taghabun [64]:
7)
Kedua,
Pada firman Allah yang berbunyi:
ö@è%
4n?t/
În1uur
öNà6¨ZtÏ?ù'tGs9
ÉOÎ=»tã
É=øtóø9$#
ÇÌÈ
Katakanlah:
"Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib. (QS. Saba
[34]: 3)
Ketiga,
Pada firman Allah yang berbunyi:
ö@è%
Î)
þÎn1uur
¼çm¯RÎ)
A,yss9 ÇÎÌÈ
Katakanlah: "Ya,
demi Tuhanku, Sesungguhnya azab itu adalah benar (QS. Yunus [10]: 53)
Pada ketiga ayat ini Allah memerintahkan
kepada Nabi-Nya untuk bersumpah dengan-Nya.
Keempat,
Seperti firman Allah yang berbunyi:
În/uuqsù
öNßg¯Ruà³ósoYs9
tûüÏÜ»u¤±9$#ur
ÇÏÑÈ
Demi Tuhanmu, Sesungguhnya
akan kami bangkitkan mereka bersama syaitan. (QS. Maryam [19]: 68)
Kelima,
Pada firman Allah yang berbunyi:
În/uuqsù
óOßg¨Yn=t«ó¡oYs9
tûüÏèuHødr&
ÇÒËÈ
Maka demi Tuhanmu,
kami pasti akan menanyai mereka semua, (QS. Al hijr[15]:
92)
Keenam, Pada
firman Allah yang berbunyi:
xsù
y7În/uur
w
cqãYÏB÷sã
4Ó®Lym
x8qßJÅj3ysã
$yJÏù
tyfx©
óOßgoY÷t/
ÇÏÎÈ
Maka demi Tuhanmu,
mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim
terhadap perkara yang mereka perselisihkan. (QS. An Nisa [4]: 65)
Ketujuh,
Pada firman Allah yang berbunyi:
Ixsù
ãNÅ¡ø%é&
Éb>tÎ/
É-Ì»t±pRùQ$#
É>Ì»tópRùQ$#ur
$¯RÎ)
tbrâÏ»s)s9
ÇÍÉÈ
Maka
Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, Sesungguhnya kami
benar-benar Maha Kuasa. (QS. Al Maarij [70]: 40)
b) Dengan
kehidupan Nabi Muhammad SAW, terdapat dalam satu ayat saja, yaitu pada ayat 72
surah Al Hijr:
x8ãôJyès9
öNåk¨XÎ)
Å"s9
öNÍkÌEtõ3y
tbqßgyJ÷èt
ÇÐËÈ
(Allah berfirman): "Demi umurmu[807]
(Muhammad), Sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan
(kesesatan)".
c) Dengan
hari kiamat, seperti pada ayat 1 Surah Al Qiyamah:
Iw
ãNÅ¡ø%é&
ÏQöquÎ/
ÏpyJ»uÉ)ø9$#
ÇÊÈ
Aku bersumpah demi
hari kiamat.
(QS. Al Qiyamah [75]: 1-2)
d) Dengan
Al Quran, seperti pada ayat 1-3 surah Yasin:
û§
ÇÊÈ
Éb#uäöà)ø9$#ur
ÉOÅ3ptø:$#
ÇËÈ
y7¨RÎ)
z`ÏJs9
tûüÎ=yößJø9$#
ÇÌÈ
Yaa siin, Demi Al
Quran yang penuh hikmah, Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (QS. Yaasin: 1-3)
e) Dengan
makhluk berupa benda-benda angkasa (Al uluwiyyat), seperti dengan
bintang, bulan, matahari, fajar, malaikat, dan sebagainya. Contohnya dalam
ayat:
ħ÷K¤±9$#ur
$yg8ptéÏur
ÇÊÈ
ÌyJs)ø9$#ur
#sÎ)
$yg9n=s?
ÇËÈ
Demi
matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila mengiringinya, (QS.
91: 1-2)
f) Dengan
makhluk yang berupa benda-benda bumi/bawah (bissufiyat), seperti dengan
buah Tin, Zaitun, negara yang aman dan sebagainya. Contohnya dalam ayat 1-4
Surah At Tiin:
ÈûüÏnG9$#ur
ÈbqçG÷¨9$#ur
ÇÊÈ
ÍqèÛur
tûüÏZÅ
ÇËÈ
#x»ydur
Ï$s#t7ø9$#
ÂúüÏBF{$#
ÇÌÈ
ôs)s9
$uZø)n=y{
z`»|¡SM}$#
þÎû
Ç`|¡ômr&
5OÈqø)s?
ÇÍÈ
Demi (buah) Tin dan
(buah) Zaitun, Dan demi bukit Sinai[1588], Dan demi kota (Mekah) Ini yang aman,
Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS. At Tiin: 1-4)
Jika
isi Al Quran diamati, maka ada 20 macam benda-benda bumi yang dijadikan sumpah
Allah SWT.
Jika
ditanyakan mengapa Allah SWT bersumpah dengan memakai muqsam bih makhluq?
Ada 4 macam jawaban, sebagai berikut: Pertama, karena membuang mudhaf
(lafal yang disambungkan), yaitu membuang lafal “rabbun”, jadi sumpah “wattin”
asalnya “Rabbu At-Tiin”. Kedua, orang Arab memang mengagungkan
benda-benda/makhluk-makhluk itu dan bersumpah dengan benda-benda tersebut,
sehingga Al Quran mengikuti kebiasaan mereka itu. Ketiga, sumpah itu
seharusnya dengan sesuatu yang diagungkan oleh orang yang bersumpah, sedangkan
Allah SWT adalah Maha Agung, tidak ada yang perlu diagungkan lagi oleh-Nya,
sehingga Dia dapat bersumpah dengan Dzat-Nya ataupun dengan makhluk-Nya. Keempat,
bersumpah dengan makhluk-Nya melazimkan untuk bersumpah dengan Penciptanya,
karena menyebut makhluk itu tentu mengingatkan Khaliknya.
g) Dengan
waktu, seperti waktu dhuha, ashar, malam, dan sebagainya. Contohnya dalam ayat
berikut:
4ÓyÕÒ9$#ur
ÇÊÈ
È@ø©9$#ur
#sÎ)
4ÓyÖy
ÇËÈ
$tB
y7tã¨ur
y7/u
$tBur
4n?s%
ÇÌÈ
Demi waktu matahari
sepenggalahan naik, Dan demi malam apabila Telah sunyi (gelap), Tuhanmu tiada
meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu. (QS. Ad Dhuha: 1-3)
E. Macam-macam Qasam
Qasam
itu adakalanya zahir (jelas, tegas) dan adakalanya mudmar (tidak
jelas, tersirat)
1. Zahir, ialah sumpah yang didalamnya disebutkan
fi’il qasam dan muqsam bih. Dan diantaranya ada yang dihilangkan fi’il
qasamnya, sebagaimana pada umumnya, karena dicukupkan dengan huruf jarr berupa
“ba”, “wawu”, dan “ta”.
Di
beberapa tempat, fi’il qasam terkadang didahului (dimasuki) “La” nafy, seperti:
Iw
ãNÅ¡ø%é&
ÏQöquÎ/
ÏpyJ»uÉ)ø9$#
ÇÊÈ
Iwur
ãNÅ¡ø%é&
ħøÿ¨Z9$$Î/
ÏptB#§q¯=9$#
ÇËÈ
Aku bersumpah demi
hari kiamat,Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya
sendiri).
(QS. 75: 1-2)
Dikatakan, “LA” di dua tempat ini adalah “LA”
nafy yang berarti “tidak”, untuk menafikan sesuatu yang tidak disebutkan yang
sesuai dengan konteks sumpah. Dan taqdir (perkiraan arti)-nya adalah: “Tidak
benar apa yang kamu sangka, bahwa hisab dan siksa itu tidak ada.” Kemudian baru
dilanjutkan dengan kalimat berikutnya: “Aku bersumpah dengan hari kiamat dan
dengan nafsu lawwamah, bahwa kamu kelak akan dibangkitkan.” Dikatakan
pula bahwa “LA” tersebut untuk menafikan qasam, seakan-akan Ia mengatakan: “Aku
tidak bersumpah kepadamu dengan hari itu dan nafsu itu. Tetapi Aku bertanya
kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian? Sungguh asalahnya
teramat jelas, sehingga tidak perlu lagi memerlukan sumpah.” Tetapi diaktakan
pula, “LA” tersebut zaidah (tambahan). Pertanyaan jawab qasam dalam ayat
di atas tidak disebutkan tetapi telah ditunjukkan oleh perkataan sesudahnya,
“Apakah manusia mengira….” (al-Qiyamah:3). Taqdirnya ialah: “Sungguh kamu akan
dibangkitkan dan akan dihisab.”
2. Mudmar, yaitu yang didalamnya tidak dijelaskan
fiíl qasam dan tidak pula muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh “Lam Taukid”
yang masuk ke dalam jawab qasam, seperti firman Allah:
*
câqn=ö7çFs9
þÎû
öNà6Ï9ºuqøBr&
öNà6Å¡àÿRr&ur
ÆãèyJó¡tFs9ur
z`ÏB
z`Ï%©!$#
(#qè?ré&
|=»tGÅ3ø9$#
`ÏB
öNà6Î=ö6s%
z`ÏBur
úïÏ%©!$#
(#þqä.uõ°r&
]r&
#ZÏWx.
4
bÎ)ur
(#rçÉ9óÁs?
(#qà)Gs?ur
¨bÎ*sù
Ï9ºs
ô`ÏB
ÏQ÷tã
ÍqãBW{$#
ÇÊÑÏÈ
Kamu sungguh-sungguh
akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan
mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang
yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika
kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan
yang patut diutamakan. (QS. 3:186)
F. Hal Ihwal Muqsam ‘Alaih
1. Tujuan
qasam adalah untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih (jawab
qasam, pernyataan yang karenanya qasam diucapkan). Karena itu, muqsam ‘alaih
haruslah berupa hal-hal yang layak didatangkan qasam baginya, seperti hal-hal
gaib dan tersembunyi jika qasam itu dimaksudkan untuk menetapkan keberadaannya.
2. Jawab
qasam itu pada umumnya disebutkan. Namun terkadang ada juga yang dihilangkan,
sebagaimana jawab “LAU” (jika) sering dibuang, seperti firman Allah:
xx.
öqs9
tbqßJn=÷ès?
zNù=Ïæ
ÈûüÉ)uø9$#
ÇÎÈ
Janganlah begitu, jika
kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, (QS. 102: 5)
Penghilangan seperti ini merupakan salah satu
uslub yang paling baik, sebab menunjukkan kebesaran dan keagungan. Dan taqdir
ayat ini ialah: “Seandainya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi secara
yakin, tentulah kamu akan melakukan kebaikan yang tidak terlukiskan banyaknya.”
Penghilangan jawab qasam, misalnya:
Ìôfxÿø9$#ur
ÇÊÈ
@A$us9ur
9ô³tã
ÇËÈ
Æìøÿ¤±9$#ur
Ìø?uqø9$#ur
ÇÌÈ
È@ø©9$#ur
#sÎ)
Îô£o
ÇÍÈ
ö@yd
Îû
y7Ï9ºs
×L|s%
Ï%Îk!
@øgÉo
ÇÎÈ
öNs9r&
ts?
y#øx.
@yèsù
y7/u
>$yèÎ/
ÇÏÈ
Demi fajar, Dan malam
yang sepuluh, Dan yang genap dan yang ganjil, Dan malam bila berlalu. Pada yang
demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang
berakal. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap
kaum 'Aad?
(QS. Al Fajr [89]: 1-6)
Yang dimaksud dengan qasam disini ialah, waktu
yang mengandung amal-amal seperti ini pantas dijadikan oleh Allah sebagai
muqsam bih. Karena itu ia tidak memerlukan jawaban lagi. Namun demikian, ada
sementara pendapat mengatakan, jawab
qasam itu dihilangkan, yakni: “Kamu pasti akan disiksa orang kafir
Mekkah.” Juga ada pendapat lain yang mengatakan, jawab itu disebutkan, yaitu
firman-Nya:
¨bÎ)
y7/u
Ï$|¹öÏJø9$$Î7s9
ÇÊÍÈ
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar
mengawasi. (QS. Al Fajr [89]: 14)
Pendapat yang benar dan sesuai dalam hal ini
adalah bahwa qasam tidak memerlukan jawaban.
Jawab qasam terkadang dihilangkan karena sudah
ditunjukkan oleh perkataan yang disebutkan sesudahnya, seperti:
Iw
ãNÅ¡ø%é&
ÏQöquÎ/
ÏpyJ»uÉ)ø9$#
ÇÊÈ
Iwur
ãNÅ¡ø%é&
ħøÿ¨Z9$$Î/
ÏptB#§q¯=9$#
ÇËÈ
Aku
bersumpah demi hari kiamat, Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali
(dirinya sendiri) (QS. Al Qiyamah [75]: 1-2)
Jawab qasam di sini dihilangkan karena sudah
ditunjukkan oleh firman sesudahnya, yaitu:
Ü=|¡øtsr&
ß`»|¡RM}$#
`©9r&
yìyJøgªU
¼çmtB$sàÏã
ÇÌÈ
Apakah
manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang
belulangnya? (QS. Al Qiyamah [75]: 3)
Taqdirnya ialah: Sungguh kamu akan
dibangkitkan dan dihisab.
3. Fi’il
madi musbat mutasarrif yang tidak didahului ma’mul-nya apabila
menjadi jawab qasam, harus disertai dengan “lam” dan “qad”. Dan salah satu
keduanya ini tidak boleh dihilangkan, kecuali jika kalimat itu terlalu panjang,
seperti:
ħ÷K¤±9$#ur
$yg8ptéÏur
ÇÊÈ
ÌyJs)ø9$#ur
#sÎ)
$yg9n=s?
ÇËÈ
Í$pk¨]9$#ur
#sÎ)
$yg9¯=y_
ÇÌÈ
È@ø©9$#ur
#sÎ)
$yg8t±øót
ÇÍÈ
Ïä!$uK¡¡9$#ur
$tBur
$yg9t^t/
ÇÎÈ
ÇÚöF{$#ur
$tBur
$yg8yssÛ
ÇÏÈ
<§øÿtRur
$tBur
$yg1§qy
ÇÐÈ
$ygyJolù;r'sù
$yduqègéú
$yg1uqø)s?ur
ÇÑÈ
ôs%
yxn=øùr&
`tB
$yg8©.y
ÇÒÈ
Demi matahari dan
cahayanya di pagi hari, Dan bulan apabila mengiringinya, Dan siang apabila
menampakkannya, Dan malam apabila menutupinya, Dan langit serta pembinaannya, Dan
bumi serta penghamparannya, Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka
Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (QS. As Syams [91]: 1-9)
Jawab qasamnya ialah ayat ke-9. “Lam” pada
ayat ini dihlangkan karena terlalu panjang.
Atas dasar itu para ulama berpendapat tentang
firman Allah:
Ïä!$uK¡¡9$#ur
ÏN#s
Ælrçã9ø9$#
ÇÊÈ
ÏQöquø9$#ur
ÏqããöqpRùQ$#
ÇËÈ
7Ïd$x©ur
7qåkô¶tBur
ÇÌÈ
@ÏFè%
Ü=»ptõ¾r&
Ïrß÷{W{$#
ÇÍÈ
Demi
langit yang mempunyai gugusan bintang, Dan hari yang dijanjikan, Dan yang
menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang
membuat parit, (QS. Al Buruj [85]: 1-4).
Yang paling baik ialah qasam di sini tidak
memerlukan jawab, sebab maksudnya adalah mengingatkan akan muqsam bih karena
ia termasuk ayat-ayat Tuhan yang besar. Dalam pada itu, ada yang berpendapat,
jawab qasam tersebut dihilangkan dan ditunjukkan oleh ayat keempat. Maksudnya,
mereka itu –yakni orang kafir Mekah- terkutuk sebagaimana ashabul ukhud
terkutuk. Juga ada yang mengatakan, yang dihilangkan itu hanya permulaannya
saja, dan taqdirnya ialah: “Laqod qutila”, sebab fiíl madi jika menjadi jawab
qasam harus disertai “lam” dan “qad”, dan tidak boleh dihlangkan salah satunya
kecuali jika kalam terlalu panjang sebagaimana telah dikemukakan di atas,
berkenaan dengan firman-Nya QS. 91:1-9
4. Allah
bersumpah atas (untuk menetapkan) pokok-pokok keimanan yang wajib diketahui
makhluk. Dalam hal ini terkadang Ia bersumpah untuk menjelaskan tauhid, seperti
firman-Nya:
ÏM»¤ÿ¯»¢Á9$#ur
$yÿ|¹
ÇÊÈ
ÏNºtÅ_º¨9$$sù
#\ô_y
ÇËÈ
ÏM»uÎ=»G9$$sù
#·ø.Ï
ÇÌÈ
¨bÎ)
ö/ä3yg»s9Î)
ÓÏnºuqs9
ÇÍÈ
Demi (rombongan) yang
ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya, Dan demi (rombongan) yang melarang
dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat), Dan demi
(rombongan) yang membacakan pelajaran, Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa. (QS. Ash Saffat: 1-4)
Terkadang
untuk menegaskan Qurán itu hak, seperti firman-Nya:
*
Ixsù
ÞOÅ¡ø%é&
ÆìÏ%ºuqyJÎ/
ÏQqàfZ9$#
ÇÐÎÈ
¼çm¯RÎ)ur
ÒO|¡s)s9
öq©9
tbqßJn=÷ès?
íOÏàtã
ÇÐÏÈ
¼çm¯RÎ)
×b#uäöà)s9
×LqÌx.
ÇÐÐÈ
Maka Aku bersumpah
dengan masa Turunnya bagian-bagian Al-Quran. Sesungguhnya sumpah itu adalah
sumpah yang besar kalau kamu Mengetahui. Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah
bacaan yang sangat mulia, (QS. Al Waqiah: 75-77)
Terkadang
untuk menjelaskan bahwa Rasul itu benar, seperti dalam:
û§
ÇÊÈ
Éb#uäöà)ø9$#ur
ÉOÅ3ptø:$#
ÇËÈ
y7¨RÎ)
z`ÏJs9
tûüÎ=yößJø9$#
ÇÌÈ
Yaa siin, Demi Al
Quran yang penuh hikmah, Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (QS. Yaasin: 1-3)
Terkadang
untuk menjelaskan balasan, janji dan ancaman, seperti:
ÏM»tͺ©%!$#ur
#Yrös
ÇÊÈ
ÏM»n=ÏJ»ptø:$$sù
#\ø%Ír
ÇËÈ
ÏM»tÌ»pgø:$$sù
#Zô£ç
ÇÌÈ
ÏM»yJÅb¡s)ßJø9$$sù
#·øBr&
ÇÍÈ
$oÿ©VÎ)
tbrßtãqè?
×-Ï$|Ás9
ÇÎÈ
¨bÎ)ur
tûïÏe$!$#
ÓìÏ%ºuqs9
ÇÏÈ
Demi (angin) yang
menerbangkan debu dengan kuat. Dan awan yang mengandung hujan, Dan kapal-kapal
yang berlayar dengan mudah. Dan (Malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan,
Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar. Dan Sesungguhnya (hari)
pembalasan pasti terjadi. (QS. Az Zariyat: 1-6)
Dan
terkadang juga untuk menerangkan keadaan manusia, seperti dalam:
È@ø©9$#ur
#sÎ)
4Óy´øót
ÇÊÈ
Í$pk¨]9$#ur
#sÎ)
4©?pgrB
ÇËÈ
$tBur
t,n=y{
tx.©%!$#
#Ós\RW{$#ur
ÇÌÈ
¨bÎ)
ö/ä3u÷èy
4Ó®Lt±s9
ÇÍÈ
Demi malam apabila
menutupi (cahaya siang), Dan siang apabila terang benderang, Dan penciptaan
laki-laki dan perempuan, Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (QS. Al Lail: 1-4)
Siapa
saja yang meneliti dengan cermat qasam-qasam dalam Qurán tentu ia akan
memperoleh berbagai macam pengetahuan yang tidak sedikit.
5. Qasam
itu adakalanya atas jumlah khabariyah, dan inilah yang paling banyak,
seperti firman-Nya:
Éb>uuqsù
Ïä!$uK¡¡9$#
ÇÚöF{$#ur
¼çm¯RÎ)
A,yss9
@÷WÏiB
!$tB
öNä3¯Rr&
tbqà)ÏÜZs?
ÇËÌÈ
Maka demi Tuhan langit
dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi)
seperti perkataan yang kamu ucapkan. (QS. Az Zariyat: 23)
Dan
adakalanya dengan jumlah talabiyah secara maknawi, seperti:
În/uuqsù
óOßg¨Yn=t«ó¡oYs9
tûüÏèuHødr&
ÇÒËÈ
$¬Hxå
(#qçR%x.
tbqè=yJ÷èt
ÇÒÌÈ
Maka demi Tuhanmu,
kami pasti akan menanyai mereka semua, Tentang apa yang Telah mereka kerjakan
dahulu.
(QS. Al Hijr: 92-93)
Yang dimaksud dengan ayat ini ancaman dan
peringatan.
G. Tujuan dan Faedah Qasam dalam Al Quran
Sebetulnya
antara tujuan dan faedah qasam itu hampir sama, tetapi biarlah disini akan
dijelaskan sendiri-sendiri. Tujuan sumpah ialah cita yang dicanangkan sebelum
bersumpah, sedang faedah sumpah ialah hasil yang dicapai setelah bersumpah.
1. Tujuan Qasam
Sebelumnya
sudah disebutkan bahwa tujuan qasam ialah untuk memperkuat pembicaraan agar
dapat diterima/dipercaya oleh pendengarnya.
Qasam
(sumpah) itu perlu, karena pendengar itu bisa bersikap salah satu dari tiga
kemungkinan, sebagai berikut:
a) Pendengar
orang netral atau wajar-wajar saja terhadap eksistensi berita, tidak ragu-ragu
dan tidak pula mengingkarinya. Pendengar yang bersikap seperti ini bisa
diberikan kalam Ibtida’i (berita tanpa diberi taukid ataupun sumpah)
b) Pendengar
bersikap ragu-ragu terhadap kebenaran berita, sehingga diajukan padanya perlu
diberi sedkit penguat yang disebut kalam thalabi (kalimat yang
ditaukidi).
c) Pendengar
bersifat ingkar terhadap berita yang didengar. Dia menyangkal kebenaran berita
itu. Karena itu, beritanya harus berupa kalam Ingkari (diperkuat sesuai
dengan kadar keingkarannya). Jika keingkarannya sedikit cukup diberi taukid
satu saja. Sedang kalau keingkarannya itu agak kuat, maka perlu diberi dua
taukid. Tetapi kalau keingkarannya itu sangat kuat, maka harus diberi beberapa
taukid.
2. Faedah Qasam
Keistimewaan
bahasa Arab adalah halus ta’birnya, berbeda metode dengan bermacam-macam
tujuan. Bagi si mukhattab (orang yang mengucapkan perkataan) itu juga berbeda
halnya. Ini yang dinamakan dalam ilmu maáni dengan mencontohkan berita itu
hanya tiga, yaitu ibtida-I, thalabiy, dan inkary.
Kadang-kadang
perasaan si mukhathab itu kosong dari hukum (tidak teringat olehnya hukum yang
berlaku). Dia mengucapkan perkataan itu lupa mentakkidkannya. Perumpamaan ini
dinamakan ibtida-i. kadang-kadang ada pula orang yang masih ragu-ragu dalam
menetapkan hukum dan meniadakannya. Sebaiknya orang ini harus harus tahu
kekuatan hukum itu yaitu dengan mentakkidkanya supaya hilang keragu-raguannya
itu. Contoh ini dinamakan thalbiyan. Kadang-kadang ada pula orang yang
mengingkari hukum. Di sini diwajibkan mentakkidkan perkataan kepadanya sekedar
yang diingkarinya itu. Perumpamaan ini dinamakan inkariyah.
Qasam
merupakan salah satu penguat perkataan yang masyhur untuk memantapkan dan
memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Qurán al-Karim diturunkan untuk
seluruh manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya.
Diantaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari, dan ada pula yang amat
memusuhi. Karena itu dipakailah qasam dalam Kalamullah, guna menghilangkan
keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar, dan
menetapkan hukum dengan cara yang paling sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Djalal,
Abdul. Ulumul Qur’an. Dunia Ilmu: Surabaya .
2000.
Halimudin.
Pembahasan Ilmu A Quran jilid 2. Rineka Cipta: Jakarta . 1994.
No comments:
Post a Comment