PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Manusia
adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan
segala potensi yang dimilikinya, ia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai kesempurnaannya, baik secara jasmani maupun rohani. Demi mencapai
kesempurnaannya, manusia dituntut untuk bergaul dengan orang lain dan alam
semesta yang senantiasa berubah-ubah, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan mempertahankan kehidupannya. Usaha-usaha untuk menemukan diri
ini disebut belajar.
Manusia setiap saat
membutuhkan belajar dari lingkungannya atau alam semesta sampai ia menemukan
cara bertindak yang tepat untuk mempertahankan kehidupannya. Untuk kebutuhan
belajar ini diperlukan pengaruh dari luar, oleh Slamet Imam Santoso, disebut dengan istilah “pendidikan”[1].
Pendidikan dengan proses
belajar mengajar sebagai kegiatannya, merupakan suatu proses interaksi antara
pendidik dan anak didik. Dari proses interaksi itu proses belajar mengajar diikatkan dengan
minat dan perhatian antara keduanya, dengan demikian proses belajar mengajar
akan terjadi secara efektif dan efisien, apabila siswa mempunyai minat kepada
suatu pekerjaan atau guru yang memengaruhinya. Minat yang besar akan mendorong
individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Oleh karena itu, minat
mempunyai dampak yang sangat besar atas perilaku dan sikap seseorang terhadap
segala sesuatu.
Pada dasarnya kegiatan atau perbuatan yang
dilakukan setiap orang didasari oleh kecendrungan atau minat. Minat melahirkan perhatian dan hal ini
memungkinkan seseorang melakukan sesuatu dengan tekun untuk jangka
waktu yang lama. Minat merupakan
landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik sebagai
suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat memengaruhi tingkah laku
seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh
sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikataka oleh S. Nasution bahwa pelajaran akan
berjalan lancar apabila ada minat, anak-anak malas, tidak belajar, gagal, karena
tidak ada minat.[2] Dan belajar akan sangat sulit apabila tidak ada minat
belajar.
Dalam pembelajaran akuntansi, minat mempunyai peran yang sangat penting,
bila seorang siswa tidak memiliki minat yang besar untuk belajar akuntansi maka
sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun memperoleh hasil yang baik dari
belajarnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belajar dengan minat yang besar,
maka hasil yang diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan
oleh Usman Efendi dan Juhaya S. Praja bahwa belajar dengan minat akan lebih
baik dari pada belajar tanpa minat.[3]
Proses belajar mengajar
baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika terdapat minat dan
perhatian penuh dari peserta didik, dalam bukunya Bobbi De Porter, Mark
Readrdor dan Sarah singer Nourle yang sangat sukses dengan judul quantum
teaching memberikan informasi dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa
siswa yang memiliki konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah.
Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama.[4]
Seorang calon guru dituntut untuk
mengetahui berbagai hal, salah satunya untuk mengetahui keberhasilannya yang
tidak hanya ditentukan dari faktor penguasaan materi, teori, dan prakteknya. Banyak
orang pandai, cerdas, dan mudah untuk menerima penjelasan dari orang lain, akan
tetapi ia mengalami kesulitan bahkan tidak mengetahui bagaimana cara untuk
menyampaikan dan menjelaskan ilmunya kepada orang lain. Hal tersebut merupakan salah satu
kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang calon guru. Guru tidak sekedar pandai
teori tetapi juga harus pandai dalam prakteknya, yaitu bisa menyampaikan apa
yang ia ketahui kepada peserta didik sehingga mudah dimengerti dengan beberapa
metode yang diketahui dan dipandang kondusif dengan kondisi siswa dan sekolah. Selain itu
seorang Guru harus memberikan teladan kepada para peserta didik akan pentingnya
belajar.
Dengan demikian, guru
sebagai seorang pendidik harus dapat memaksimalkan proses kegiatan belajar.
Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar
mengajar, keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh
tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya,
perhatian atau konsentrasi yang penuh dari siswa itu merupakan
indikator adanya minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.
Bila kegiatan belajar akuntansi sesuai dengan minat
siswa, maka kegiatan itu akan berjalan dengan baik, karena adanya daya tarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan tersebut. Berbeda dengan siswa yang tidak berminat dalam belajar Akuntansi,
maka ia tidak akan terdorong untuk belajar Akuntansi karena tidak ada daya
tarik baginya untuk melakukan kegiatan tersebut, terlebih pandangan para siswa
untuk pelajaran Akuntansi yaitu sangat sulit karena siklus akuntansi yang
begitu panjang dan kontinu serta saling berhubungan. Oleh karena itu untuk
meningkatkan belajar siswa perlu ditingkatkan minat belajar siswanya.
Dapat kita kaitkan dengan pernyataannya M. Alisuf Sabri dalam buku
Psikologi Pendidikan: Kaitannya dengan belajar, siswa yang berminat (sikapnya
senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk belajar, berbeda
dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran mereka hanya
tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun, karena tidak ada
pendorongnya. Oleh karena itu peranan minat dalam belajar sangat
besar (kuat) yaitu minat akan berperan sebagai
“Motivating Force”.[5]
Dari keterangan diatas, dapat dijelaskan siswa yang memiliki minat belajar Akuntansi
dengan siswa yang tidak memiliki minat belajar akuntansi akan terdapat
perbedaan, perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus-menerus.
Siswa yang memiliki minat belajar akuntansi maka ia akan terus tekun ketika
belajar sedangkan siswa yang tidak memiliki minat belajar akuntansi walaupun ia
mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar.
Begitu pula dalam proses
belajar mengajar dalam mata pelajaran Akuntansi. Dalam belajar Akuntansi, banyak sekali siswa yang
masih kurang memerhatikan pelajaran karena masih kurangnya minat siswa dalam
pembelajaran Akuntansi. Di dalam
belajar Akuntansi terdapat siklus-siklus Akuntansi yang harus dipahami, dimana
antara siklus itu berkontinu atau berhubungan satu sama lainya. Dalam hal ini
biasanya guru Akuntansi sering menggunakan proyektor dalam pembelajaran, sehingga
biasanya mendatangkan kebosanan kepada siswa, dan apabila terjadi kebosanan pada
siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa tersebut untuk membaca dan mengikuti
proses belajar.
Atas dasar pemikiran tersebut,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mempersiapkan
calon-calon pendidik profesional mewajibkan seluruh mahasiswanya untuk
melaksanakan Praktek Profesi
Keguruan Terpadu (PPKT) ke
sekolah-sekolah yang telah dipercaya untuk membantu program ini. Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) adalah
kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa FITK dalam rangka menerapkan dan
mengembangkan kompetensi professional, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang
berwujud dalam kegiatan praktik keguruan, penelitian, dan pengelolaan
pendidikan, kinerja mahasiswa praktikan dalam aspek pengetahuan, keterampilan,
sikap dan perilaku keguruan yang dialami secara nyata di madrasah/sekolah. PPKT merupakan pembinaan dan
pengembangan profesi keguruan bagi para mahasiswa agar menjadi guru yang
memiliki kompetensi akademik, profesionalitas, kepribadian dan sosial dengan
baik. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan PPKT ini diharapkan memiliki kebanggan
profesi, dan mampu beradaptasi dengan sekolah sehingga berdampak pada kemajuan
sekolah tempat mahasiswa tersebut melaksanakan PPKT.
YPI SMA Darussalam Ciputat merupakan
salah satu sekolah yang dipercaya oleh Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk menjadi tempat pelaksanaan PPKT tahun 2013. YPI SMA Darussalam Ciputat diharapkan mampu memberikan
kontribusi kepada mahasiswa yang melaksanakan PPKT tersebut dan sebaliknya
mahasiswa pun harus dapat sepenuhnya bertanggung jawab sebagai praktikan yang
baik, ilmiah, aktif, dan memberikan angin segar kognitif bagi siswa. Seiring
berakhirnya pelaksanaan PPKT sesuai jadwal yang telah ditentukan, maka segala
sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan PPKT ini perlu dibuat dalam bentuk
laporan tertulis. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Minat Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Metode Peer
Teaching di SMA Darussalam Ciputat”.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya
perhatian siswa terhadap pembelajaran
Akuntansi.
2.
Kurangnya motivasi
siswa dalam pembelajaran
Akuntansi.
3.
Kurangnya
konsentrasi siswa dalam belajar
Akuntansi.
4.
Masih rendahnya hasil
belajar siswa karena
kurangnya minat dalam pembelajaran Akuntansi.
C. Pembatasan Masalah
Agar
penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi
permasalahan sebagai berikut: Minat belajar yang dimaksud adalah kemauan dan keinginan dalam memotivasi diri
untuk belajar Akuntansi yang timbul karena dorongan rasa ingin tahu.
D. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah
di atas, maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengaruh minat belajar siswa selama mengikuti
pembelajaran Akuntansi di SMA Darussalam Ciputat?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat siswa
untuk belajar?
E.
Tujuan
Penelitian
Penelitian yang
dilaksanakan adalah bertujuan untuk mengetahui minat siswa dalam belajar Akuntansi dan mendapatkan gambaran
mengenai minat belajar Akuntansi siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran di SMA Darussalam Ciputat.
F.
Manfaat
Penelitian
Dilihat dari uraian di atas, maka dapat diketahui manfaat dari
penelitian, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk siswa, diharapkan
dapat meningkatkan minat belajar,
khususnya pembelajaran Akuntansi.
2. Untuk guru, dapat memberikan
inspirasi untuk lebih baik dalam memotivasi
siswa untuk meningkatkan minat belajar pada siswa, khususnya pembelajaran
Akuntansi.
3. Untuk
pihak sekolah, dapat menjadi informasi untuk mendukung dalam bidang sarana dan
prasarana bagi siswa guna mendukung dan mengembangkan minat belajar pada siswa,
khususnya pembelajaran Akuntansi.
4. Untuk peneliti dan pembaca, dapat
menambahkan khasanah ilmu pengetahuan.
G. Metodologi Penelitian
Metode
yang digunakan dalam membahas penelitian ini adalah metode deskriptif analisis
yang ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui:
1.
Penelitian pustaka
(Library Reseach), yaitu penyelidikan atau penelitian yang dilaksanakan
dengan membaca literatur-literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti.
2.
Penelitian
lapangan (Field Reseach), yaitu penelitian yang dilakukan secara
langsung, penulis
datang langsung ke lokasi yang menjadi objek penelitian.
H. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis membagi pembahasan menjadi lima bab
yaitu:
BAB I : Pendahuluan, bab ini terdiri dari
Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah,
Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II : Kajian teoritis minat
belajar, bab ini mencakup
pengertian minat, pengertian belajar, pengertian metode Peer Teaching,
pengertian Akuntansi, macam-macam minat, fungsi minat dalam belajar,
faktor-faktor yang memengaruhi minat belajar, dan cara-cara
membangkitkan minat belajar.
BAB
III : Metodologi Penelitian, bab ini
mencakup waktu dan tempat penelitian,
populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : Hasil
Penelitian, bab ini mencakup gambaran umum SMA Darussalam Ciputat (sejarah dan
visi&misi SMA Darussalam Ciputat, kurikulum, keadaan sarana dan prasarana, kegiatan
ekstrakulikuler), deskripsi data, analisis dan interpretasi data berdasarkan
angket atau kuisioner yang telah disebarkan kepada siswa.
BAB V : Penutup, bab ini berisi simpulan dan saran.
BAB II
MINAT BELAJAR AKUNTANSI SISWA
A. KAJIAN TEORI
1.
Pengertian
Minat
Dari segi bahasa, kata
‘minat’ dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tertinggi terhadap
suatu gairah atau keinginan”.[6]
Menurut Muhibbin Syah,
“Minat (interest) berarti kecenderungan hati yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu”.[7]
Menurut Slameto, “Minat
adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa
kegiatan”.[8] Setiap
insan mempunyai kecenderungan untuk selalu berintegrasi dengan sesuatu yang ada
di lingkungan sekitar. Apabila sesuatu itu memberikan rasa senang, bahagia dan
bermanfaat kepada dirinya kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu itu.
Sedangkan menurut Alisuf
Sabri yang dimaksud dengan minat adalah “Suatu kecenderungan untuk selalu
memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus”.[9]Minat
erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu minat dapat
dikatakan terjadi karena sikap senang karena sesuatu.
Minat merupakan suatu
landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa
ingin belajar, ia akan dapat mengerti dengan cepat dan mengingat apa yang telah dia pelajari. Belajar
akan menjadi siksaan dan tidak akan memberi manfaat jika
tidak disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran. Guru yang berhasil
membina kesediaan belajar murid-muridnya. Sebab minat bukanlah sesuatu yang ada
begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari.
Minat timbul apabila
individu tertarik kepada sesuatu yang mereka anggap sesuatu yang penting bagi
dirinya dan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan. Minat besar pengaruhnya
terhadap hasil belajar, karena bila bahan pelajaran yang tidak disukai tapi
sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya,
karena ada daya tarik baginya.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan
bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula
dimanifestasikan melalui partisipasi dalam bentuk aktivitas. Siswa
yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Karena pemusatan perhatian
yang intensif terhadap materi pelajaran dapat memungkinkan siswa untuk belajar
lebih giat dan akhirnya dapat mencapai prestasi yang diinginkan.
Dalam pengertian kejiwaan, minat merupakan suatu faktor yang berperan
sebagai penggerak yang mendorong individu melakukan sesuatu atau tertarik pada
suatu objek.
Menurut Grow and Crow, minat diartikan sebagai kekuatan perorang yang menyebabkan individu memberikan
perhatian kepada seseorang, sesuatu
atau kepada aktivitas-aktivitas
tertentu. Sedangkan Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan
dimana seseorang mempunyai perhatian sesuatu dan disertai dengan keinginan
untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin
menyatakan bahwa minat adalah perhatian
yang mengandung unsur- unsur perasaan. Minat merupakan
sutu sikap yang menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu pekerjaan,
dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.
Dari pendapat-pendapat
yang dikemukakan di atas
ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dikenali
melalui proses belajar mengajar di kelas maupun di rumah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Brown (1981) yang dikutipoleh Ali Imran sebagai berikut:
“Tertarik
kepada guru artinya tidak membenci, tertarik kepada mata pelajaran yang
diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya yang terutama kepada guru, ingin
selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh
orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu
mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh
lingkungannya.”[10]
2. Pengertian Belajar
Belajar dalam perspektif keagamaan merupakan
kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga
derajat kehidupannya meningkat. Hal ini
dinyatakan dalam surat Mujaadilah ayat 11:
...يَرْفَعِ اللهُ الَذَيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ
اُوْتُواُالعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“... niscaya Allah akan meninggikan beberapa
derajat kepada orang-orang beriman dan berilmu”. (QS.
Al-Mujaadilah:11)
Ilmu dalam hal ini tentu saja harus
berupa pengetahuan yang relevan
dengan tuntutan zaman dan
bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Belajar dapat didefinisikan sebagai Key term (istilah kunci) yang paling
vital dalam setiap usaha pendidikan.[11] Sebagai suatu proses, belajar hampir
selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan
dengan upaya kependidikan.
Pengertian belajar menurut konstruktivisme, adalah perubahan
proses mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami
siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang
mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam
pikirannya. Berhasil atau
gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar
yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah
atau keluarganya sendiri.[12]
Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[13] Suatu aktifitas
pembelajaran dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran telah dapat
mewujudkan sasaran atau hasil belajar yang beranekaragam. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas daripada itu, yaitu mengalami.
Menurut Winkel, belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan, dan sikap-sikap.[14]
Sedangkan menurut Wasty Soemanto, belajar
adalah proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia
melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya
berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil
belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari.[15]
Perubahan dan kemampuan untuk berubah
merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh
kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh
daripada makhluk-makhluk lainnya. Karena kemampuan berkembang melalui belajar
itu pula manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan
keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.
Morgan dalam Purwanto mengemukakan bahwa ”Belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu
hasil dari latihan
atau pengalaman”.[16] Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa
pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai
batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan
kepribadian organisme yang bersangkutan.
Menurut para penganut teori behavioristik, diantaranya B.F
Skiner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku yang berlangsung secara progresif, yang akan mendatangkan hasil
optimal apabila diberi penguatan (reinforcer).[17] Jadi, peristiwa belajar seorang siswa menurut
para behavioris adalah peristiwa melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai siswa tersebut.
Hal senada disampaikan Purwanto terdapat
beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:
a)
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.
b)
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
melalui latihan atau pengalaman.
Bilamana pengertian
belajar ditujukan untuk penguasaan bahan pelajaran semata, akan memberi makna
yang terlalu sempit dan bersifat intelektualistis. Para ahli berpendapat bahwa
belajar bukan sekedar penguasaan bahan materi pelajaran akan tetapi terjadinya
perubahan tingkah laku anak sehingga terbentuk suatu kepribadian yang baik.[19]
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek
kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu
ketingkat stabilitas yang lain. Mengenai abilitas itu, menurut Bloom dalam Anas
Sudijono meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Masing-masing ranah dapat dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence), yaitu sebagai
berikut :
1.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup
kegiatan mental (otak) yang meliputi
sebagai berikut :
a.
Knowledge (ingatan, pengetahuan) adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali istilah, ide, rumus dan
sebagainya.
b.
Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, memberi
contoh) adalah pemahaman terhadap hubungan antar faktor, antar konsep, antar
data, dalam penarikan kesimpulan.
c.
Applycation (menerapkan) adalah pengetahuan untuk
memecahkan masalah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Analysis (menguraikan dan menentukan hubungan) adalah
kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan keadaan menurut
bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami hubungan diantara bagian faktor
lainnya.
e.
Syntesis (sintesis) adalah
menggabungkan informasi menjadi satu kumpulan atau konsep, merangkai berbagai
gagasan menjadi sesuatu yang baru.
f.
Evaluation (menilai) merupakan kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. [20]
2.
Ranah afektif adalah berkaitan sikap dan nilai
yang meliputi:
a.
Reciving (sikap menerima) adalah kepekaaan seseorang
dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk
masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
b.
Responding (memberikan respon) adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam
fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
c.
Valuing (penilai atau menentukan sikap) yaitu suatu
sikap tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mampu menilai konsep
atau fenomena, yaitu baik dan buruk.
d.
Organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan
nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, membawa perbaikan
umum.
e.
Characterization
(pembentukan pola hidup) adalah karakterisasi dengan suatu nilai yang dimiliki
seseorang mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.[21]
3.
Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan
dengan keterampilan (skill) meliputi:
a.
Persepsi mancakup kamampuan untuk mengadakan
diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan
antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
b.
Kesiapan mencakup kemampuan menempatkan dirinya
dalam keadaan memulai suatu rangkaian gerakan.
c.
Gerakan kompleks mencangkup kemampuan untuk
melaksanakan keterampilan, yang terdiri beberapa komponen dengan lancar, tepat
dan efisien.
d.
Kreativitas mencangkup kemampuan untuk
melahirkan pola-pola gerak yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan
inisiatif sendiri. [22]
Dapat ditarik kesimpulan
bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para siswanya
merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya
aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah psikologs lainnya.
Dengan berbagai definisi
di atas mengenai minat dan belajar, maka dapat diketahui bahwa minat belajar
merupakan kecenderungan hati dalam diri seseorang sebagai penggerak untuk
melakukan suatu kegiatan dengan perasaan senang dan selanjutnya menghasilkan
tingkah laku yang baru yang relatif menetap dari interaksi lingkungan melalui
pengalaman yang dialaminya.
3.
Metode Peer Teaching
Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal
dengan istilah tutor sebaya, ada beberapa ahli yang meneliti masalah ini
diantaranya, adalah Edward L. Dejnozken dan David E.
Menurut Edward
L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American
Education Encyclopedia menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah sebuah
prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Terdapat beberapa tipe dalam metode Peer Teaching, yaitu tipe pertama adalah
pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang
lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang dimunculkan pertukaran
usia pengajar. Muntasir dalam bukunya pengajaran terprogram mengemukakan bahwa
tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah
disiapkan secara khusus dan terperinci.[23]
Fungsi dari
metode Peer Teaching (tutor sebaya)
yaitu siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena tidak malu lagi untuk
bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana diungkapkan oleh
M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan
murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan
khayalannya.[24]
Jadi, sistem
pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau
kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa
merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan
kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi
tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam
menerima pelajaran.
Beberapa
pendapat di atas, jelas bahwa Peer
Teaching memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan
kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan
dan malu. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk
bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat
diterima oleh semua siswa. Sedangkan peer
assessment sebagai penilaian kegiatan siswa oleh tutornya, tentu saja
dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Model tindakan
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan memafaatkan tutor sebaya. Siswa yang
bertindak sebagai tutor yaitu siswa yang telah memiliki kemampuan akuntansi
yang baik. Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu
membimbing atau menjelaskan kepada temanya atau siswa yang belum mengerti dalam
hal ini yang ditutorinya, sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru.
Untuk
penilaianya, tutor dilibatkan juga untuk menilai siswa yang ditutorinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4.
Pengertian Akuntansi
Akuntansi berasal dari
bahasa inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggung
jawabkan. Kata akuntansi sebenarnya diserap dari kata accountancy yang berarti
hal-hal yang bersangkutan dengan accountant dengan hal-hal yang dikerjakan oleh
akuntan dalam menjalankan profesinya.
Akuntansi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk mungkin
dilakukan penilaian serta pengambilan keputusan secara tegas dan jelas bagi
pihak yang menggunakan informasi tersebut. Menurut Winwin Yadiati, akunatansi
adalah “suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang
berkepentingan.”[25] Sedangkan menurut
Hendri Simamora, akuntansi adalah “aktivitas jasa yang dirancang untuk
menghimpun, mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada beragam
pengambil keputusan, seperti kreditor, investor, dan manajer.”[26]
Namun dalam pengertian
lain menurut Charles, akuntansi adalah “suatu sistem yang mengukur
aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk
laporan-laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan.”[27] Dan menurut
Suardjono, akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan
transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan
dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut”.[28]
Dalam pengertian lain
menurut Sofyan Syafri Harahap yang dikutip dari buku A Statment of Basic
Accounting theory akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan
menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan
dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.[29] Sedangkan menurut
Supriyono akuntansi adalah “aktivitas yang menghasilkan jasa, dimana mempunyai
fungsi untuk menyajikan informasi kuantitatif yang pada dasarnya bersifat
keuangan dari suatu badan usaha atau perusahaan.”[30]
Berdasarkan beberapa
pengertian di atas, maka akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi
yang berkepentingan dengan masalah pemprosesan, penganalisian,
penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat
dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi yang bersifat keuangan yang
diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang diperlukan
untuk dasar penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk memenuhi
pertanggung jawaban pengurusan keuangan.
Secara umum akuntansi
mempunyai tiga kegunaan, yaitu:
a.
Untuk mendapatkan informasi ekonomi (informasi keuangan
tentang perusahaan yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil yang tepat.
b.
Untuk memberikan pertanggung jawaban manajemen kepada
pemilik perusahaan.
c.
Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke
tahun (maju mundurnya suatu perusahaan.
Menurut Stelling membagi
perkembangan Akuntansi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.
Tahap Pertama
Tahap ini ruang lingkup perusahaan dimana segala
pencatatan mengenai perusahaan yang dikerjakan sendiri.
b.
Tahap Kedua
Perusahaan yang dikelola sudah besar, sehingga pengurusan
dalam perusahaan tidak mungkin lagi di kelola sendiri. Pada tahap ini
pencatatan Akuntansi mulai diserahkan kepada orang lain yang dimengerti tentang
Akuntansi.
c.
Tahap Ketiga
Terjadi pemisahan fungsi secara tegas antara pemilik dan
perusahaan. Pencatatan Akuntansi mulai berkembang, sehingga timbul akan
pertanggung jawaban ini yang dinamakan laporan keuangan.[31]
Setiap bidang ilmu akan
menggunakan suatu istilah khusus untuk menyebut beberapa di dalam bidang
tersebut. Demikian juga dengan ilmu akuntansi. Akuntansi menggunakan beberapa
istilah khusus sebagai suatu kebiasaan yang sering dipakai dalam bidang
akuntansi. Walaupun banyak istilah di dalam akntansi, namun istilah-istilah
tersebut bukan merupakan kata-kata yang asing bagi masyarakat umum. Namun
kata-kata tersebut tetap saja disebut atau digunakan sebagai suatu istilah baku
dalam akuntansi.
Untuk mempelajari
akuntansi pada tahap awal atau tahap persamaan akuntansi, maka perlu sekali
mengenal dan mengetahui bebrapa istilah yang biasa dipakai dalam pembelajaran
akuntansi. Beberapa istilah dasar yang biasa digunakan dalam akuntansi antara
lain:[32]
a.
Kas (Cash) adalah alat pembayaran milik perusahaan
yang siap digunakan, seperti kontan, uang tunai (uang kertas dan uang logam).
b.
Piutang (Account Recaivable) adalah hak perusahaan
yang masih dibawa oleh pihak lain. Seperti tagihan atas penjualan, atau
tagaihan kepada karyawan atas pinjamannya ke perusahaan.
c.
Perlengkapan kantor (Office Supplies) adalah
barang atau bahan pelengkap aktivitas perusahaan yang biasanya berumur pendek
(kurang dari satu tahun) dan bisa habis karena pemakaian, seperti kertas,
pulpen, tinta, dll.
d.
Peralatan kantor (Office Equipment) adalah
alat-alat yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam operasi jangka panjang,
seperti meja, kursi, komputer, dsb.
e.
Kendaraan (Vehicles) adalah alat transportasi yang
dimiliki perusahaan dan digunakan dalam operasi.
f.
Bangunan (Building) adalah gedung permanen yang
dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk aktivitas usaha rutin.
g.
Tanah (Land) adalah lahan berupa tanah kosong atau
lahan tempat suatu bangunan berdiri yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan
untuk aktivitas usaha rutin.
h.
Hutang usaha (Account Payable) adalah kewajiban
untuk membayar sejumlah uang, barang atau jasa kepada pihak lain yang timbul
akibat transaksi yang dilakukan perusahaan masa lalu.
i.
Modal/Modal Saham (Capital/Capital Stocks = Owner’s
Equity) menunjukkan setoran harta pemilik kepada perusahaan yang sekaligus
sebagau bukti kepemilikan. Setoran harta dapat berupa uang tunai ataupun harta
lain seperti mesin, tanah, gedung, dsb.
j.
Prive (Drawing/Withdrawals) adalah pengambilan
uang perusahaan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.
k.
Dividen (Dividens) adalah bagian dari laba usaha
perusahaan yang dibagikan kepada pemilik perusahaan (pemegang saham) sebagai
imbalan atas setoran modal pemilik. Aktivitas pembagian dividen hanya dilakukan
di dalam perusahaan berbentuk Korporasi/Perseroan Terbatas (PT). Perusahaan
berbentuk perseorangan atau firma, tidak menggunakan akun dividen.
l.
Pendapatan (Revenues) adalah kenaikan modal
perusahaan yang timbul akibat penjualan produk perusahaan. Istilah pendapatan
biasanya digunakan oleh perusahaan jasa, sedangkan perusahaan dagang atau
perusahaan manufaktur lebih banyak menggunakan istilah penjualan (sales) untuk
mencatat transaksi yang sama.
m.
Biaya (Cost) adalah pengorbanan ekonomis untuk
memperoleh barang atau jasa, dimana manfaat dari barang atau jasa tersebut
dinikmati dalam waktu lebih dari satu tahun (jangka panjang).
n.
Beban (Expenses)
adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang atau jasa yang
manfaatnya dinikmati hanya dalam waktu satu tahun atau satu periode akuntansi
saja. Dengan kata lain, beban adalah biaya yang manfaatnya hanya dirasakan
dalam waktu satu tahun atau biaya yang tidak memiliki manfaat lagi di masa
mendatang.
a.
Dapat memberikan informasi keuangan secara jelas mengenai
perusahaan tertentu, guru memenuhi keperluan pemakai dalam mengambil
keputusan-keputusan ekonomi.
b.
Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi
keuangan dan perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan.
c.
Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para
pegawai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan.
d.
Menyajikan informasi lain-lain yang diperlukan mengenai
perubahan harta dan kewajiban serta mengungkapkan lain-lain informasi yang sesuai
dengan keperluan pemakai.
e.
Untuk meningkatkan informasi ekonomi (informasi keuangan)
perusahaan yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil keputusan dengan tepat.
f.
Untuk memberikan pertanggung jawaban manajemen kepada
para pemilik perusahaan.
g.
Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke
tahun.
5.
Fungsi Minat dalam Belajar
Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas siswa
untuk belajar, diantaranya minat. Minat
belajar dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian belajar siswa dalam bidang studi tertentu atau mungkin setiap pembelajaran di sekolah.[34] Siswa yang mampu mengembangkan minatnya
dan mampu mengerahkan segala daya upayanya untuk menguasai mata pelajaran
tertentu.
Minat turut mendorong
seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Minat akan mengarahkan dalam memilih
macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga akan mengarahkan seseorang
terhadap apa yang disenangi dan dikerjakannya.[35] Dengan demikian kewajiban sekolah dan para
guru untuk menyediakan lingkungan yang dapat merangsang minat siswa terhadap
banyak kegiatan yang bermanfaat, khususnya yang berlangsung dalam proses
belajar mengajar, guru harus pintar-pintar menarik minat belajar pada siswa
agar hasil kegiatan belajar mengajar memuaskan.
Dengan
adanya minat belajar,
maka proses belajar
mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai, sesuai
dengan yang diharapkan. Karena minat belajar sangat penting peranannya dalam pendidikan, maka yang
harus mempunyai minat bukan hanya siswa, melainkan guru juga harus mempunyai minat, yaitu minat untuk mengajar, karena
kesiapan keduanya merupakan penunjang keberhasilan kegiatan belajar dan
mengajar.
6.
Macam- macam minat
Berdasarkan
timbulnya, minat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Minat
primitif, yaitu minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan
tubuh. Misalkan kebutuhan makan.
b. Minat
sosial, yaitu minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak
secara langsung berhubungan dengan diri kita, misalnya minat belajar, individu
mempunyai pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai
orang terpelajar dan berpendidikan tinggi.
Berdasarkan
arahnya, minat dibagi menjadi dua, yaitu :
a.
Minat instrinsik,
yaitu minat yang berhubungan langsung dengan aktivitas itu sendiri, minat yang lebih
mendasar atau minat asli.
b.
Minat ekstrinsik,
yaitu minat yang berhubungan dengan tujuan akhir, apabila tujuannya tercapai
ada kemungkinan minat tersebut itu hilang.
7.
Faktor-faktor
yang
Memengaruhi Minat
Belajar
Minat tidak timbul secara
tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman,
kebiasaan pada waktu belajar atau mengajar. Salah satu objek yang dapat merangsang dan
membangkitkan minat belajar
siswa adalah guru. Secara
garis besar timbulnya minat membaca
pada diri seseorang dipengaruhi dua faktor, yaitu :
a.
Faktor Internal
1)
Sikap; Orang bersikap tentu memiliki kecenderungan untuk
menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaian, apakah merupakan sesuatu
yang berharga bagi dirinya atau tidak, maka ia akan berminat.
2)
Faktor psikologis;
maksudnya yaitu keadaan siswa.
3)
an jiwa siswa.
Seorang siswa dalam keadaan jiwanya tidak stabil, maka konsentrasi belajarnya
tidak terpusat, mengakibatkan minatnya terhadap pelajaran berkurang.
4)
Bakat; bakat merupakan suatu kecakapan khusus yang dimiliki
seseorang, karena dengan bakat seseorang cenderung tertarik dan giat melakukan
sesuatu.
5)
Kebutuhan; seseorang akan melakukan sesuatu jika ada kebutuhan di
dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Kebutuhan
sebagai faktor yang mempengaruhi minat menjadi tolok ukur tinggi rendahnya minat terhadap
sesuatu.
6)
Kesehatan fisik; berarti keadaan seluruh badan serta
bagian-bagiannya yang terbebas dari penyakit. Kesehatan fisik akan memperngaruhi minat seseorang
untuk belajar menurun
bahkan menghilang.
b.
Faktor Eksternal
1)
Bahan pelajaran; adalah salah satu faktor yang dapat
merangsang dan membangkitkan minat siswa untuk belajar. Oleh karena itu, dalam penyampaian
materi pelajaran, guru perlu memperhatikan kebutuhan serta kemampuan siswa.
2)
Tenaga pengajar (Guru);
adalah Penanggung Jawab dalam proses belajar-mengajar. Dalam hal ini,
semestinya seorang guru berusaha menciptakan suasana yang dapat membuat siswa
tertarik atau berminat untuk belajar Akuntansi.
Guru diharapkan menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa semenarik mungkin,
sehingga siswa tertarik dan berminat untuk belajar tanpa harus selalu diperintah oleh guru.
3)
Metode mengajar;
sebaik apapun bahan yang disiapkan oleh guru, tanpa metode yang tepat, maka
siswa tidak akan bergairah dalam menerima pelajaran itu. Metode pengajaran
tidak perlu digunakan secara keseluruhan, namun dipilih sesuai materi, mudah
digunakan dan dapat menciptakan komunikasi dua arah atau proses belajar
mengajar yang tidak monoton sehingga lebih efektif.
4)
Fasilitas belajar; minat siswa untuk belajar dapat tumbuh apabila fasilitas
belajar pun memadai, kegiatan siswa tanpa didukung oleh fasilitas akan
mengalami kesulitan dan akan mempengaruhi minat siswa untuk belajar Akuntansi.
5)
Lingkungan; secara optimal dapat diartikan dengan
alam sekitar, sedangkan lingkungan dalam arti luas segala sesuatu yang berada
di dalam dan di luar
individu. Perkembangan minat siswa untuk belajar dipengaruhi oleh
lingkungannya. Siswa berminat untuk belajar
dengan baik, bila berada ditengan-tengah lingkungan yang menghendaki minat
tersebut.
Adapun faktor-faktor lain yang juga
mempengaruhi siswa dalam belajar antara lain:
a.
Motivasi.
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
keaktifan kegiatan belajar siswa. Motivasi jelas memiliki pengaruh terhadap
tingkah laku seseorang. Ia menjadi pendorong, pemberi semangat untuk meraih
sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan.
b.
Pengalaman
Pengalaman yang diperoleh individu turut mempengaruhi
minat siswa yang bersangkutan terutama dalam transfer ilmu pengetahuan.[36]
c.
Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga. Oleh
karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat
berpengaruh bagi perkembangan jiwa seoarang siswa, oleh karena itu perhatian
dan dukungan keluarga sangat penting untuk menumbuhkan minat belajar pada anak.
d.
Cita-cita
Setiap manusia pasti mempunyai sebuah cita-cita,
termasuk juga para siswa. Cita-cita
dapat mempengaruhi minat belajar pada siswa, cita-cita dapat
dikatakan perwujudan minat seseorang untuk meraih keinginannya untuk
dikehidupan yang akan datang, cita-cita tersebut akan terus dikejarnya
sampai dapat meraihnya, walaupun banyak
berbagai rintangan.
Sedangkan Crow and Crow
berpendapat bahwa ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:
a.
Dorongan dari dalam diri individu.
Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan
minat untuk belajar, dan menuntut
ilmu atau melakukan hal lainnya.
b.
Motif sosial
Motif sosial ini dapat menjadi faktor yang
membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Minat untuk belajar,
menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan masyarakat,
karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup mendapat kedudukan
yang lebih tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
c.
Emosional
Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan
kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut
akan memperkuat minat terhadap aktivitas
tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal
tersebut.[37]
Dengan adanya minat, maka
proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai
sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat sangat penting peranannya dalam
proses belajar mengajar, jadi yang harus mempunyai minat bukan hanya siswa,
melainkan guru juga harus mempunyai minat untuk mengajar sehingga diharapkan dapat menjadi motivasi siswa dalam
menumbuhkan minat dalam dirinya.
8.
Cara-cara
Membangkitkan Minat
Pelajaran akan berjalan
lancar apabila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak
ada minat. Menurut Nasution, minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Bangkitkan suatu kebutuhan, misalkan
kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan
sebagainya.
b. Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c. Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil
yang baik. “Nothing successed’s like success”, tak ada yang lebih
memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran
disesuaikan dengan kesanggupan individu dan guru harus sekreatif mungkin menggunakan metode pembelajaran sehingga
pembelajaran yang diberikan dapat menjadi penumbuh minat anak untuk belajar.
d. Gunakan berbagai bentuk mengajar seperti
diskusi, kerja kelompok, membaca, mendemonstrasikan dan sebagainya.[38]
Dari poin-poin di atas yang memuat tentang cara-cara membangkitkan minat,
dapat kita simpulkan bahwa minat dapat dibangkitkan melalui cara-cara
diantaranya yaitu: Penghargaan, karena sebagai manusia sudah kodratnya mereka
selalu ingin dihargai, menginginkan keindahan dan sebagainya.
Minat dapat dibangkitkan melalui
pengalaman, yaitu dengan cara menghubungkan kejadian masa lalu dengan realita
saat ini. Melalui cara tersebut maka minat dapat dibangkitkan.
Menyesuaikan bahan
pelajaran dengan kebutuhan dan tingkat kesanggupan siswa merupakan salah satu
cara untuk membangkitkan minat. Karena apabila siswa terlalu dibebankan dengan
bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kapasitasnya dengan siswa, hal
tersebut akan membuat siswa menjadi pesimis, malas, dan tidak berminat atau bahkan dapat menghilangkan minatnya.
Seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karena seorang guru harus bisa menumbukan
minat siswanya agar siap mengikuti proses pembelajaran di sekolah, salah
satunya dengan menggunakan berbagai variasi dalam proses belajar mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMA Darussalam Ciputat.
B. Populasi dan Sampel
Menurut Hadari Nawawi yang dikutip oleh S.
Margono. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari
manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.[39]
Sedangkan sampel adalah sebagian dari
populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul
memiliki populasi.[40] Populasi yang
diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI-3 di SMA Darussalam Ciputat sebanyak 30 siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya
suatu data sebagai hasil akhir dari penelitian, untuk pengumpulan data yang
konkrit peneliti melaksanakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Angket
Angket atau kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan
suatu rangkaian pernyataan yang disusun secara tertulis mengenai suatu hal
dalam suatu bidang.[41]
Teknik ini
berisi serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa sebagai responden,
jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan
yang telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
2.
Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sisitematika terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian,[42] Jadi dalam penelitian ini langsung terjun
kelapangan untuk mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap objek yang diselidik, terutama yang berkaitan dengan minat dan data
observasi ini hanya sebagai data tambahan tidak menjadi penentu hasil
penelitian.
D. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian
ini, instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah skala likert. Skala
ini berupa angket yang terdiri dari 15 pernyataan
dan diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi mengenai minat siswa dalam belajar Akuntansi. Instrumen ini terdiri dari 4 alternatif jawaban
sebagai berikut:
1.
Iya
2.
Tidak
3.
Biasa saja
4.
Tidak tahu
Tabel 1
Skor pertanyaan
positif dan pertanyaan negatif pada skala likert
No
|
Pernyataan
|
Kategori
|
|||
Iya
|
Tidak
|
Biasa saja
|
Tidak tahu
|
||
1.
|
Pernyataan positif
|
4
|
3
|
2
|
1
|
2.
|
Pernyataan Negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
E. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari hasil angket yang diberikan
kepada siswa, kemudian dianalisis dalam bentuk analisis kuantitatif yang
berwujud angka-angka yang ditujukan untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi.
Rumus yang digunakan adalah persentase,
yaitu:
Rumus : P
= f x 100 %
N
Keterangan : P =
Persentase yang dicari
F =
Frekuensi
N =
Jumlah total30
Rumus di atas akan
membandingkan hasil jawaban responden dalam bentuk persentase. Dengan
membandingkan persentase untuk masing-masing jawaban, maka akan diketahui minat
siswa dalam pembelajaran Akuntansi.
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
A.
Gambaran Umum Penelitian SMA Darussalam Ciputat
1.
Sejarah Singkat Berdirinya SMA Darussalam Ciputat
Sekolah menengah atas (
SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini berstatus terakreditasi A didirikan
pada tahun 1987, atas prakarsa Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam
Drs. H.M. Salman Faris.
SMA Darussalam Ciputat
yang beralamat di jalan OTISTA No. 36 Cimanggis Ciputat dipimpin oleh periode
pertama tahun 1987 oleh H. Abdul Kohir M, Bsc sempat tidak aktif sampai dengan
tahun 2000, periode tahun 2000 sampai 2003 dipimpin oleh Drs. Marpudin, periode
2003 sampai sekarang dipimpin oleh Marul
Wa’id, S.Ag dengan jumlah tenaga pengajar 27 guru dan staf tata usaha berjumlah
3 orang, dengan jumlah siswa sekitar 350 siswa.
SMA Darussalam Ciputat
Kota Tanggerang Selatan berada di jalan OTISTA Rt 01/010 No. 36 Desa Ciputat,
Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten yang terletak sekitar 4km dari pusat
pemerintahan dari Kota Tanggerang, secara topografi SMA Darussalam Ciputat
berada pada ketinggian 44M dari permukaan laut.
SMA Darussalam Ciputat berbatasan dengan:
- Sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Pamulang dan wilayah Serpong.
- Sebelah
Timur berbatsan dengan Kecamatan Pondok Aren.
- Sebelah
Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.
- Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamulang.
2. Visi Dan Misi
a. Visi
SMA Darussalam
Cerdas,
Inovatif, Nalar, Taqwa, Aktif (CINTA).
b. Misi
SMA Darussalam
1) Membantu
siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri.
2) Mengembangkan
daya nalar siswa dan mandiri.
3) Membentuk
siswa yang beriman dan berbudi pekerti.
4) Membina
minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah.
3. Sarana Dan
Prasarana
Sarana
dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Darussalam Ciputat yaitu meliputi:
a. Gedung
milik sendiri
b. Ruang
belajar tiga lantai
c. Laboratorium
bahasa ( Full AC)
d. Laboratorium
Komputer + internet ( Full AC)
e. Laboratorium
IPA ( Biologi, Fisika, dan Kimia)
f. Sarana
Olahraga (Hall Mini)
g. Perpustakaan
h. Sarana
ibadah (Masjid)
i. Kesenian
j. Kantin
sekolah yang nyaman
B.
Deskripsi Data
Data yang telah
dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan pada siswa dan diolah dengan
menggunakan rumus distribusi frekuensi dan diberi skor. Maksud dari pengolahan
tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan.
Untuk memudahkan
menganalisis data hasil penelitian tersebut, maka ada beberapa langkah yang
diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi, diantaranya:
Tabel 3
Skor hasil angket “Minat Siswa dalam pelajan Akuntansi”
No.Responden
|
Nilai (x)
|
No.Responden
|
Nilai (x)
|
1
|
54
|
16
|
46
|
2
|
52
|
17
|
49
|
3
|
56
|
18
|
54
|
4
|
57
|
19
|
43
|
5
|
60
|
20
|
44
|
6
|
55
|
21
|
48
|
7
|
52
|
22
|
42
|
8
|
54
|
23
|
53
|
9
|
52
|
24
|
53
|
10
|
53
|
25
|
60
|
11
|
57
|
26
|
52
|
12
|
51
|
27
|
56
|
13
|
55
|
28
|
52
|
14
|
40
|
29
|
46
|
15
|
52
|
30
|
53
|
Jumlah
|
1551
|
Dari data di atas rata-rata Mean adalah:
Mx = ∑X
N
Keterangan :
Mx = Mean
∑X = Jumlah nilai seluruh responden
N
= Jumlah responden
Sehingga, Mx = 1551 = 51,7
30
Tabel
4
Distribusi
frekuensi dari skor hasil angket
“Minat Siswa dalam pembelajaran
Akuntansi”
Interval
|
f
1
(Frekuensi
dari skor)
|
f
kb
(Frekuensi
kumulatif)
|
Lower
limit
|
58
– 60
|
2
|
30
|
57,5
|
55
– 57
|
6
|
28
|
54,5
|
52
– 54
|
13
|
22
|
51,5
|
49
– 51
|
2
|
9
|
48,5
|
46
– 48
|
3
|
7
|
45,5
|
43
– 45
|
2
|
4
|
42,5
|
40
– 42
|
2
|
2
|
39,5
|
Dari data penelitian mengenai minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi, diperoleh nilai tertinggi dan
nilai terendah. Penulis memperoleh nilai rata-rata tentang minat siswa dalam belajar Akuntanhsi adalah 51.7. Hal tersebut
menunjukkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi termasuk ke dalam kriteria “sedang”.
C.
Analisis
dan Interpretasi Data
Setelah
angket terkumpul, penulis memberikan skor terhadap jawaban dari
pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket tersebut. Lalu data yang didapat
dari setiap item pernyataan dimasukan ke dalam table yang di dalamnya terdapat
presentase dengan teknik analisis data sehingga dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan dari masalah yang diteliti.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah penulis
mengadakan analisis dan intrepretasi data yang diperoleh dari penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Ada sebagian besar siswa (48,3%) yang
menyatakan bahwa kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi disebabkan karena tidak mudah dimengerti. Dalam
Akuntansi tidak hanya bisa menghitung tetapi logika juga harus bermain. Selain
itu ada beberapa kendala seperti banyak kegiatan lain yang lebih menyita waktu
dan perhatian siswa dari pada belajar, seperti online atau dapat dikatakan segala aktivitas yang berhubungan
dengan dunia maya.
2.
Minat merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Oleh karena itu ia berperan sebagai penggerak yang
mendorong individu melakukan sesuatu atau tertarik pada suatu objek, karena
minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari
partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar mengajar.
B. Saran
Dengan melihat
dan memperhatikan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang penulis
kemukakan :
1.
Hendaknya guru dan orangtua berusaha agar selalu meningkatkan minat siswa untuk belajar khususnya
pem,belajaran Akuntansi, dan hendaknya
seorang guru dalam mengajar harus memperhatikan faktor-faktor yang harus ada
pada diri seorang guru seperti kompetensi dalam mengajar, keadaan ekonomi,
latar belakang pendidikan, kesehatan jasmani dan rohani dan sebagainya. Karena semuanya itu akan memengaruhi
siswa dalam proses belajar mengajar. sehingga apabila semua hal tersebut dapat
dikontrol dengan baik, besar kemungkinan minat siswa untuk belajar akan tumbuh
khususnya pada pelajaran Akuntansi.
2.
Hendaknya pihak sekolah lebih
meningkatkan lagi sarana dan prasarana belajar yang kurang memadai, untuk
menambah wawasan siswa melalui peraktek lapangan, karena seperti yang pepatah katakan
bahwa proses pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, namun di luar
kelaspu bisa.
3.
Untuk mengembangkan minat siswa
SMA Darussalam Ciputat untuk belajar, hendaknya para siswa diberi kesempatan
lebih banyak untuk mengembangkan aktifitas belajar mereka melalui peraktek, sehingga
dalam diri mereka tumbuh suatu inisiatif untuk meningkatkan kreativitas belajar
baik secara individu maupun kelompok melalui kegiatan peraktek lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan
Islam, Jakarta: Logos, 2001.
Chair, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: rineka
Cipta, Cet II, 2003.
D. Gunarsa, Singgih, Ny.Y.Singgih Gunarsa,
Psikologi Perawatan, Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, Cet. Ke-4, 2003.
De Porter, Bobbi, Mark Readrdor dan Sarah Singer
Nourle, Terjemah Quantum teaching, Bandung: Kaifa, Cet.I, 2000.
Dejnozken, Edward L. American
Edcator Encyclopedi. London: Greenwood Press.1976.
Efendi, Usman dan Juhaya S. Praja, Pengantar
Psikologi, Bandung: Angkasa,
1993.
Firdaus, Yoga, Akuntansi
SMU, (Jakarta: Erlangga, 2003).
Harahap, Sofyan
Syarif,. Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1994).
Horgen,
Charles,. dkk. Akuntansi di Indonesia, (Jakarta: Salemba
Empat, 1997).
Imran, Ali, Belajar dan pembelajaran, Jakarta:
Pustaka Jaya, Cet Ke-I, 1996.
KBBI. 2008. Pusat
Bahasa DEPDIKNAS. Jakarta
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian
Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1989.
Nana,
Sudjana,. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar, Bnadung : Sinar Baru Algensindo, 2010.
Purwanto, M. Ngalim,.
Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya. Cet. Ke-21. 2006.
Riyanto, Yatim,. Paradigma
Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi
Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2009.
Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Jakarta:
Erlangga, 2009).
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
S. Nasution, Azaz-Azaz Kurikulum, Bandung:
Jemmars, 1990.
S. Nasution, Didaktik Azaz-azaz mengajar,
Bandung: Jemmars, 1998.
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan,
Jakarta, Pedoman Ilmu jaya, Cet.II, 1995.
Simamora,
Hendri,. dkk. Akuntansi Basis Pengambilan
Keputusan, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), cet.pertama.
Singgih D. Gunarsa dan Ny Y. Singgih Gunarsa, Psikologi
Perawatan, Jakarta: PT. BKP-Gunung Mulia, 2003.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Soemanto, Wasty,. Psikologi
Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2006. h. 104.
Sofyan, Ahmad, dkk. Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo, Cet Ke 4,
2004.
Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan,
Bandung: Sinar Baru, 1987.
Suntusia, Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching
Dalam Pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di
Sma Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008.
Supriyono, dkk, Akuntansi Keuangan Dasar, (Yogyakarta: badan Penerbitan STIE YKPN,
1983), cet.pertama.
Suwardjono, Akuntansi Pengantar Proses Penciptaan Data
Pendekatan Sistem, (jakarta: BPFE Yogyakarta, 2000).
Syah, Muhibbin.,Psikologi Pendidikan, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
Syah, Muhibbin., Psikologi Belajar,
Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu, 1999.
Syah,
Muhibbin,. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Syah, Muhibbin., Psikologi
Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Cet. Ke-10.
Usman, M Rasyidah,. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. Cet. I. 2002.
Yadiati,
Wiwin
dan Wahyudi, Ilham. Pengantar
Akuntansi, (Jakarta: kencana Prenada Media Grup, cet. 2005.
http://lingga.student.umm.ac.id/2010/01/30/definisi-bahasa-inggris. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_bahasa_Inggris
ANGKET/KUISIONER
MINAT SISWA
DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PEER TEACHING (TUTOR SEBAYA)
Nama
:
Kelas :
Jawablah
pertanyaan di bawah ini sesuai dengan tanggapan atau pendapatmu terhadap
pengaruh metode pembelajaran peer teaching dengan memilih salah satu jawaban!
1. Apakah
kamu menyukai pelajaran akuntansi?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
2. Apakah
pelajaran akuntansi itu mudah?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
3. Apakah
pembelajaran akuntansi menarik?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
4. Apakah
kamu menyukai pembelajaran akuntansi dengan metode peer teaching?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
5. Apakah
kamu menyukai penjelasan yang di sampaikan dengan menggunakan metode peer teaching?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
6. Apakah
tanggapan kamu metode peer teching cocok untuk pembelajaran akuntansi?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
7. Apakah
metode pembelajaran peer teaching menyenangkan?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
8. Apakah
pembelajaran akuntansi dengan menerapkan metodel pembelajaran Peer Teaching
atau tutor sebaya dapat membantu kamu dalam memahami pelajaran akuntansi?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
9. Apakah
kamu setuju jika metode Peer Teaching diterapkan pada semua pelajaran?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
10. Apakah
sebelumnya kamu pernah belajar dengan menggunakan metode pembelajran Peer
Teaching?
a. Iya
b. Tidak
c. Biasa
saja
d. Tidak
tahu
[1]
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 2001), h. 1
[2] S.
Nasution, Didaktik Azaz-azaz mengajar, (Bandung: Jemmars, 1998), h. 58
[3]
Usman Efendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung:
Angkasa, 1993),
h. 122
[4]
Bobbi De Porter, Mark Readrdor dan Sarah Singer Nourle, Terjemah Quantum
teaching, (Bandung: Kaifa, 2000), Cet.I, h. 169
[5] M.
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu jaya, 1995),
Cet.II, h. 85’
[6]
Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h.
Ke-10, h. 656.
[9] M. Alisuf
Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,
2007), Cet. Ke3, h. 84.
[10]
Ali Imran, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), Cet
Ke-I, h. 88
[12] Sudjana,
Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
Bnadung : Sinar Baru Algensindo, 2010, hal. 28
[13] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004. h. 90.
[14] Yatim Riyanto. Paradigma Baru
Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran
yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.
h. 5.
[15] Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta:
PT Rineka Cipta. 2006. h. 104.
[16] M.
Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006.
Cet. Ke-21. h. 84.
[19] M.
Basyiruddin Usman. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Cet. I. h.
21.
[20] Ahmad Sofyan, Toni Feronika dan
Burhanudin Maulana. “Evaluasi Pembelajaran
IPA Berbasis Kompetensi”.
Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006. h. 18-19.
[21] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1999. h. 30.
[22] Ahmad Sofyan, Toni Feronika dan
Burhanudin Maulana.
“Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi”.... h. 24.
[24]
Suntusia, Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam Pembelajaran Fisika
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok
Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di Sma Muhammadiyah Bondowoso
2007/2008.
[25] Winwin
Yadiati, dan Ilham Wahyudi, Pengantar Akuntansi, (Jakarta: kencana
Prenada Media Grup, 2005), cet. 1, h.6
[26] Hendri Simamora , dkk. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan,
(Jakarta: Salemba Empat, 2000), cet.pertama,h.5
[28] Suwardjono, Akuntansi Pengantar Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem,
(jakarta: BPFE Yogyakarta, 2000),h.5
[29] Sofyan Syafri Harahap, Auditing Kontemporer, (Jakarta:
Erlangga, 1994),h.1
[30] Supriyono, dkk, Akuntansi Keuangan Dasar ,(Yogyakarta: badan Penerbitan STIE YKPN,
1983), cet.pertama, hal.1
[31] Yoga Firdaus, Akuntansi SMU, (Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 5
[32] Rudianto,
Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 2009),h.24
[33] Supriyono,
dkk, Akuntansi Keuangan Dasar ,(Yogyakarta: badan Penerbitan STIE YKPN, 1983),
cet.pertama, hal.8
[34]
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999),
Cet. Ke-2,h.136
[35]
Singgih D. Gunarsa, Ny.Y.Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta:
PT.BPK Gunung Mulia, 2003), Cet.
Ke-4, h. 69
h. 118
[40]
Nanan Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar
Baru, 1987),
h. 84
[41]
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta:
Gramedia, 1989), h.173
[42]
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendididkan, (Jakarta: PT, Rineka
Cipta, 2005),
h. 158
No comments:
Post a Comment