LAPORAN PENELITIAN PPKT


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
            Manusia adalah makhluk yang selalu merindukan kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala potensi yang dimilikinya, ia berusaha maju dan berkembang untuk mencapai kesempurnaannya, baik secara jasmani maupun rohani. Demi mencapai kesempurnaannya, manusia dituntut untuk bergaul dengan orang lain dan alam semesta yang senantiasa berubah-ubah, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mempertahankan kehidupannya. Usaha-usaha untuk menemukan diri ini disebut belajar.
Manusia setiap saat membutuhkan belajar dari lingkungannya atau alam semesta sampai ia menemukan cara bertindak yang tepat untuk mempertahankan kehidupannya. Untuk kebutuhan belajar ini diperlukan pengaruh dari luar, oleh Slamet Imam Santoso,  disebut dengan istilah “pendidikan”[1].
Pendidikan dengan proses belajar mengajar sebagai kegiatannya, merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan anak didik. Dari proses interaksi itu  proses belajar mengajar diikatkan dengan minat dan perhatian antara keduanya, dengan demikian proses belajar mengajar akan terjadi secara efektif dan efisien, apabila siswa mempunyai minat kepada suatu pekerjaan atau guru yang memengaruhinya. Minat yang besar akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Oleh karena itu, minat mempunyai dampak yang sangat besar atas perilaku dan sikap seseorang terhadap segala sesuatu.
Pada dasarnya kegiatan atau perbuatan yang dilakukan setiap orang didasari oleh kecendrungan atau minat. Minat melahirkan perhatian dan hal ini memungkinkan seseorang melakukan sesuatu  dengan tekun untuk jangka waktu yang lama. Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat memengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikataka oleh S. Nasution bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat, anak-anak malas, tidak belajar, gagal, karena tidak ada minat.[2] Dan belajar akan sangat sulit apabila tidak ada minat belajar.
Dalam pembelajaran akuntansi, minat mempunyai peran yang sangat penting, bila seorang siswa tidak memiliki minat yang besar untuk belajar akuntansi maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun memperoleh hasil yang baik dari belajarnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belajar dengan minat yang besar, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Seperti yang diungkapkan oleh Usman Efendi dan Juhaya S. Praja bahwa belajar dengan minat akan lebih baik dari pada belajar tanpa minat.[3]
Proses belajar mengajar baru dapat berlangsung secara efektif dan efisien, jika terdapat minat dan perhatian penuh dari peserta didik, dalam bukunya Bobbi De Porter, Mark Readrdor dan Sarah singer Nourle yang sangat sukses dengan judul quantum teaching memberikan informasi dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa siswa yang memiliki konsentrasi penuh akan belajar lebih cepat dan lebih mudah. Selain itu, mereka mengingat informasi lebih lama.[4]
Seorang calon guru dituntut untuk mengetahui berbagai hal, salah satunya untuk mengetahui keberhasilannya yang tidak hanya ditentukan dari faktor penguasaan materi, teori, dan prakteknya. Banyak orang pandai, cerdas, dan mudah untuk menerima penjelasan dari orang lain, akan tetapi ia mengalami kesulitan bahkan tidak mengetahui bagaimana cara untuk menyampaikan dan menjelaskan ilmunya kepada orang lain. Hal tersebut merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang calon guru. Guru tidak sekedar pandai teori tetapi juga harus pandai dalam prakteknya, yaitu bisa menyampaikan apa yang ia ketahui kepada peserta didik sehingga mudah dimengerti dengan beberapa metode yang diketahui dan dipandang kondusif dengan kondisi siswa dan sekolah. Selain itu seorang Guru harus memberikan teladan kepada para peserta didik akan pentingnya belajar.
Dengan demikian, guru sebagai seorang pendidik harus dapat memaksimalkan proses kegiatan belajar. Guru harus dapat mengetahui keadaan yang tepat untuk memulai proses belajar mengajar, keadaan siswa yang memiliki konsentrasi atau perhatian yang penuh tentu akan dapat dengan mudah menerima pelajaran yang diberikan kepadanya, perhatian atau konsentrasi yang penuh  dari siswa itu merupakan indikator adanya minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan oleh guru.
Bila kegiatan belajar akuntansi sesuai dengan minat siswa, maka kegiatan itu akan berjalan dengan baik, karena adanya daya tarik bagi siswa untuk melakukan kegiatan tersebut. Berbeda dengan siswa yang tidak berminat dalam belajar Akuntansi, maka ia tidak akan terdorong untuk belajar Akuntansi karena tidak ada daya tarik baginya untuk melakukan kegiatan tersebut, terlebih pandangan para siswa untuk pelajaran Akuntansi yaitu sangat sulit karena siklus akuntansi yang begitu panjang dan kontinu serta saling berhubungan. Oleh karena itu untuk meningkatkan belajar siswa perlu ditingkatkan minat belajar siswanya.
Dapat kita kaitkan dengan pernyataannya M. Alisuf Sabri dalam buku Psikologi Pendidikan: Kaitannya dengan belajar, siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun, karena tidak ada pendorongnya. Oleh karena itu peranan minat dalam belajar sangat besar (kuat) yaitu minat akan berperan sebagai “Motivating Force”.[5]
Dari keterangan diatas, dapat dijelaskan siswa yang memiliki minat belajar Akuntansi dengan siswa yang tidak memiliki minat belajar akuntansi akan terdapat perbedaan, perbedaan tersebut tampak jelas dengan ketekunan yang terus-menerus. Siswa yang memiliki minat belajar akuntansi maka ia akan terus tekun ketika belajar sedangkan siswa yang tidak memiliki minat belajar akuntansi walaupun ia mau untuk belajar akan tetapi ia tidak terus untuk tekun dalam belajar.
Begitu pula dalam proses belajar mengajar dalam mata pelajaran  Akuntansi. Dalam belajar Akuntansi, banyak sekali siswa yang masih kurang memerhatikan pelajaran karena masih kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi. Di dalam belajar Akuntansi terdapat siklus-siklus Akuntansi yang harus dipahami, dimana antara siklus itu berkontinu atau berhubungan satu sama lainya. Dalam hal ini biasanya guru Akuntansi sering menggunakan proyektor dalam pembelajaran, sehingga biasanya mendatangkan kebosanan kepada siswa, dan apabila terjadi kebosanan pada siswa maka akan berpengaruh kepada minat siswa tersebut untuk membaca dan mengikuti proses belajar.
Atas dasar pemikiran tersebut, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang mempersiapkan calon-calon pendidik profesional mewajibkan seluruh mahasiswanya untuk melaksanakan Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT)  ke sekolah-sekolah yang telah dipercaya untuk membantu program ini. Praktek Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) adalah kegiatan akademik yang dilakukan mahasiswa FITK dalam rangka menerapkan dan mengembangkan kompetensi professional, pedagogik, kepribadian, dan sosial yang berwujud dalam kegiatan praktik keguruan, penelitian, dan pengelolaan pendidikan, kinerja mahasiswa praktikan dalam aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku keguruan yang dialami secara nyata di madrasah/sekolah. PPKT merupakan pembinaan dan pengembangan profesi keguruan bagi para mahasiswa agar menjadi guru yang memiliki kompetensi akademik, profesionalitas, kepribadian dan sosial dengan baik. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan PPKT ini diharapkan memiliki kebanggan profesi, dan mampu beradaptasi dengan sekolah sehingga berdampak pada kemajuan sekolah tempat mahasiswa tersebut melaksanakan PPKT.
YPI SMA Darussalam Ciputat merupakan salah satu sekolah yang dipercaya oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menjadi tempat pelaksanaan PPKT tahun 2013. YPI SMA Darussalam Ciputat diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada mahasiswa yang melaksanakan PPKT tersebut dan sebaliknya mahasiswa pun harus dapat sepenuhnya bertanggung jawab sebagai praktikan yang baik, ilmiah, aktif, dan memberikan angin segar kognitif bagi siswa. Seiring berakhirnya pelaksanaan PPKT sesuai jadwal yang telah ditentukan, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan PPKT ini perlu dibuat dalam bentuk laporan tertulis. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Minat Belajar Akuntansi Siswa Dengan Menggunakan Metode Peer Teaching di SMA Darussalam Ciputat”.

B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.    Kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran Akuntansi.
2.    Kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran Akuntansi.
3.    Kurangnya konsentrasi siswa dalam belajar Akuntansi.
4.    Masih rendahnya hasil belajar siswa karena kurangnya minat dalam pembelajaran Akuntansi.

C.      Pembatasan Masalah
            Agar penelitian ini menjadi terarah dan tidak meluas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut: Minat belajar yang dimaksud adalah  kemauan dan keinginan dalam memotivasi diri untuk belajar Akuntansi yang timbul karena dorongan rasa ingin tahu.

D.      Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Bagaimana pengaruh minat belajar siswa selama mengikuti pembelajaran Akuntansi di SMA Darussalam Ciputat?
2.    Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat siswa untuk belajar?

E.       Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilaksanakan adalah bertujuan untuk mengetahui minat siswa dalam belajar Akuntansi dan mendapatkan gambaran mengenai minat belajar Akuntansi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran  di SMA Darussalam Ciputat.

F.       Manfaat Penelitian
Dilihat dari uraian di atas, maka dapat diketahui manfaat dari penelitian, yaitu sebagai berikut:
1.  Untuk siswa, diharapkan dapat meningkatkan minat belajar, khususnya pembelajaran Akuntansi.
2.  Untuk guru, dapat memberikan inspirasi untuk lebih baik dalam memotivasi siswa untuk meningkatkan minat belajar pada siswa, khususnya pembelajaran Akuntansi.
3.  Untuk pihak sekolah, dapat menjadi informasi untuk mendukung dalam bidang sarana dan prasarana bagi siswa guna mendukung dan mengembangkan minat belajar pada siswa, khususnya pembelajaran Akuntansi.
4.  Untuk peneliti dan pembaca, dapat menambahkan khasanah ilmu pengetahuan.

G.      Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan dalam membahas penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui:
1.    Penelitian pustaka (Library Reseach), yaitu penyelidikan atau penelitian yang dilaksanakan dengan membaca literatur-literatur yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
2.    Penelitian lapangan (Field Reseach), yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung, penulis datang langsung ke lokasi yang menjadi objek penelitian.

H.      Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis membagi pembahasan menjadi lima bab yaitu:
BAB I        : Pendahuluan, bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II       : Kajian teoritis minat belajar, bab ini mencakup pengertian minat, pengertian belajar, pengertian metode Peer Teaching, pengertian Akuntansi, macam-macam minat, fungsi minat dalam belajar, faktor-faktor yang memengaruhi minat belajar, dan cara-cara membangkitkan minat belajar. 
BAB III     : Metodologi Penelitian, bab ini mencakup waktu dan tempat  penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan  data, dan teknik analisis data.
BAB IV     :    Hasil Penelitian, bab ini mencakup gambaran umum SMA Darussalam Ciputat (sejarah dan visi&misi SMA Darussalam Ciputat, kurikulum, keadaan sarana dan prasarana, kegiatan ekstrakulikuler), deskripsi data, analisis dan interpretasi data berdasarkan angket atau kuisioner yang telah disebarkan kepada siswa.
BAB V       :    Penutup, bab ini berisi simpulan dan saran.
BAB II
MINAT BELAJAR AKUNTANSI SISWA

A.      KAJIAN TEORI
1.    Pengertian Minat
Dari segi bahasa, kata ‘minat’ dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tertinggi terhadap suatu gairah atau keinginan”.[6]
Menurut Muhibbin Syah, “Minat (interest) berarti kecenderungan hati yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”.[7]
Menurut Slameto, “Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan”.[8] Setiap insan mempunyai kecenderungan untuk selalu berintegrasi dengan sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Apabila sesuatu itu memberikan rasa senang, bahagia dan bermanfaat kepada dirinya kemungkinan ia akan berminat terhadap sesuatu itu.
Sedangkan menurut Alisuf Sabri yang dimaksud dengan minat adalah “Suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus”.[9]Minat erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang, karena itu minat dapat dikatakan terjadi karena sikap senang karena sesuatu.
Minat merupakan suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, ia akan dapat mengerti dengan cepat dan mengingat apa yang telah dia pelajari. Belajar akan menjadi  siksaan dan tidak akan memberi manfaat jika tidak disertai sifat terbuka bagi bahan-bahan pelajaran. Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya. Sebab minat bukanlah sesuatu yang ada begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat dipelajari.
Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu yang mereka anggap sesuatu yang penting bagi dirinya dan dapat memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan. Minat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar, karena bila bahan pelajaran yang tidak disukai tapi sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena ada daya tarik baginya.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam bentuk aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi pelajaran dapat memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya dapat mencapai prestasi yang diinginkan.
Dalam pengertian kejiwaan,  minat merupakan suatu faktor yang berperan sebagai penggerak yang mendorong individu melakukan sesuatu atau tertarik pada suatu objek.
Menurut Grow and Crow, minat diartikan sebagai kekuatan perorang yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, sesuatu atau kepada aktivitas-aktivitas tertentu. Sedangkan Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut.
Menurut Drs. Mahfudh Shalahuddin menyatakan  bahwa minat adalah perhatian yang mengandung unsur- unsur  perasaan. Minat merupakan sutu sikap yang menyebabkan seseorang berbuat aktif dalam suatu pekerjaan, dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.
Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan di atas ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dikenali melalui proses belajar mengajar di kelas maupun di  rumah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Brown (1981) yang dikutipoleh Ali Imran sebagai berikut:
“Tertarik kepada guru artinya tidak membenci, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan  perhatiannya yang terutama kepada guru, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diakui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya.”[10]

2.    Pengertian Belajar
Belajar dalam perspektif keagamaan merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat kehidupannya meningkat. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujaadilah ayat 11:

 ...يَرْفَعِ اللهُ الَذَيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ اُوْتُواُالعِلْمَ دَرَجَاتٍ
 “... niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang beriman dan berilmu”. (QS. Al-Mujaadilah:11)
 Ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan tuntutan zaman dan bermanfaat bagi kehidupan orang banyak. Belajar dapat didefinisikan sebagai Key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan.[11] Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya kependidikan.
Pengertian belajar menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses mengonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami siswa sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam pikirannya. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.[12]
Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.[13] Suatu aktifitas pembelajaran dapat dikatakan efektif bila proses pembelajaran telah dapat mewujudkan sasaran atau hasil belajar yang beranekaragam. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yaitu mengalami.
Menurut Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan sikap-sikap.[14] Sedangkan menurut Wasty Soemanto, belajar adalah proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari.[15]
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada makhluk-makhluk lainnya. Karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya.
Morgan dalam Purwanto mengemukakan bahwa ”Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.[16] Pengalaman hidup sehari-hari dalam bentuk apa pun sangat memungkinkan untuk diartikan sebagai belajar. Alasannya, sampai batas tertentu pengalaman hidup juga berpengaruh besar terhadap pembentukan kepribadian organisme yang bersangkutan.
Menurut para penganut teori behavioristik, diantaranya B.F Skiner, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif, yang akan mendatangkan hasil optimal apabila diberi penguatan (reinforcer).[17] Jadi, peristiwa belajar seorang siswa menurut para behavioris adalah peristiwa melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai siswa tersebut.
Hal senada disampaikan Purwanto terdapat beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:
a)      Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku.
b)      Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman.
c)      Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap. [18]
Bilamana pengertian belajar ditujukan untuk penguasaan bahan pelajaran semata, akan memberi makna yang terlalu sempit dan bersifat intelektualistis. Para ahli berpendapat bahwa belajar bukan sekedar penguasaan bahan materi pelajaran akan tetapi terjadinya perubahan tingkah laku anak sehingga terbentuk suatu kepribadian yang baik.[19] Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.
Jadi belajar menempatkan seseorang dari status abilitas yang satu ketingkat stabilitas yang lain. Mengenai abilitas itu, menurut Bloom dalam Anas Sudijono meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-masing ranah dapat dirinci lagi menjadi beberapa jangkauan kemampuan (level of competence), yaitu sebagai berikut :
1.      Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak) yang    meliputi sebagai berikut :
a.       Knowledge (ingatan, pengetahuan) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali atau mengenali istilah, ide, rumus dan sebagainya.
b.      Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, memberi contoh) adalah pemahaman terhadap hubungan antar faktor, antar konsep, antar data, dalam penarikan kesimpulan.
c.       Applycation (menerapkan) adalah pengetahuan untuk memecahkan masalah dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Analysis (menguraikan dan menentukan hubungan) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan memahami hubungan diantara bagian faktor lainnya.
e.       Syntesis (sintesis) adalah menggabungkan informasi menjadi satu kumpulan atau konsep, merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu yang baru.
f.       Evaluation (menilai) merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide. [20]
2.      Ranah afektif adalah berkaitan sikap dan nilai yang meliputi:
a.       Reciving (sikap menerima) adalah kepekaaan seseorang dalam menerima rangsangan dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
b.      Responding (memberikan respon) adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara.
c.       Valuing (penilai atau menentukan sikap) yaitu suatu sikap tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mampu menilai konsep atau fenomena, yaitu baik dan buruk.
d.      Organization (mengatur) adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, membawa perbaikan umum.
e.       Characterization (pembentukan pola hidup) adalah karakterisasi dengan suatu nilai yang dimiliki seseorang mempengaruhi kepribadian dan tingkah lakunya.[21]
3.      Ranah Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) meliputi:
a.       Persepsi mancakup kamampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
b.      Kesiapan mencakup kemampuan menempatkan dirinya dalam keadaan memulai suatu rangkaian gerakan.
c.       Gerakan kompleks mencangkup kemampuan untuk melaksanakan keterampilan, yang terdiri beberapa komponen dengan lancar, tepat dan efisien.
d.      Kreativitas mencangkup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. [22]
Dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah psikologs lainnya.
Dengan berbagai definisi di atas mengenai minat dan belajar, maka dapat diketahui bahwa minat belajar merupakan kecenderungan hati dalam diri seseorang sebagai penggerak untuk melakukan suatu kegiatan dengan perasaan senang dan selanjutnya menghasilkan tingkah laku yang baru yang relatif menetap dari interaksi lingkungan melalui pengalaman yang dialaminya.

3.    Metode Peer Teaching
Peer Teaching atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah tutor sebaya, ada beberapa ahli yang meneliti masalah ini diantaranya, adalah Edward L. Dejnozken dan David E.
Menurut Edward L. Dejnozken dan David E. Kopel dalam American Education Encyclopedia menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah sebuah prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Terdapat beberapa tipe dalam metode Peer Teaching, yaitu tipe pertama adalah pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang dimunculkan pertukaran usia pengajar. Muntasir dalam bukunya pengajaran terprogram mengemukakan bahwa tutor berfungsi sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah disiapkan secara khusus dan terperinci.[23]
Fungsi dari metode Peer Teaching (tutor sebaya) yaitu siswa yang kurang aktif menjadi aktf karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, sebagaimana diungkapkan oleh M. Saleh Muntasir bahwa dengan pergaulan antara para tutor dengan murid-muridnya mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan khayalannya.[24]
Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.
Beberapa pendapat di atas, jelas bahwa Peer Teaching memudahkan siswa untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan kepada temannya sendiri ketimbang kepada guru, siswa lebih sungkan dan malu. Hal tersebut dimungkinkan karena diantara siswa telah terbentuk bahasa mereka sendiri, tingkah laku, dan juga pertanyaan perasaaan yang dapat diterima oleh semua siswa. Sedangkan peer assessment sebagai penilaian kegiatan siswa oleh tutornya, tentu saja dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Model tindakan yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah melaksanakan pembelajaran  dengan memafaatkan tutor sebaya. Siswa yang bertindak sebagai tutor yaitu siswa yang telah memiliki kemampuan akuntansi yang baik. Tutor tersebut terlibat dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu membimbing atau menjelaskan kepada temanya atau siswa yang belum mengerti dalam hal ini yang ditutorinya, sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh guru.
Untuk penilaianya, tutor dilibatkan juga untuk menilai siswa yang ditutorinya  sesuai dengan  ketentuan yang berlaku.
4.    Pengertian Akuntansi
Akuntansi berasal dari bahasa inggris to account yang berarti memperhitungkan atau mempertanggung jawabkan. Kata akuntansi sebenarnya diserap dari kata accountancy yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan accountant dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam menjalankan profesinya.
Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi untuk mungkin dilakukan penilaian serta pengambilan keputusan secara tegas dan jelas bagi pihak yang menggunakan informasi tersebut. Menurut Winwin Yadiati, akunatansi adalah “suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.”[25]  Sedangkan menurut Hendri Simamora, akuntansi adalah “aktivitas jasa yang dirancang untuk menghimpun, mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan kepada beragam pengambil keputusan, seperti kreditor, investor, dan manajer.”[26]
Namun dalam pengertian lain menurut Charles, akuntansi adalah “suatu sistem yang mengukur aktivitas-aktivitas bisnis, memproses informasi tersebut ke dalam bentuk laporan-laporan, dan mengkomunikasikannya kepada para pengambil keputusan.”[27]  Dan menurut Suardjono, akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut”.[28]
Dalam pengertian lain menurut Sofyan Syafri Harahap yang dikutip dari buku A Statment of Basic Accounting theory akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh para pemakainya.[29]  Sedangkan menurut Supriyono akuntansi adalah “aktivitas yang menghasilkan jasa, dimana mempunyai fungsi untuk menyajikan informasi kuantitatif yang pada dasarnya bersifat keuangan dari suatu badan usaha atau perusahaan.”[30]
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pemprosesan, penganalisian, penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi yang bersifat keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang diperlukan untuk dasar penyusunan laporan yang harus disampaikan untuk memenuhi pertanggung jawaban pengurusan keuangan.
Secara umum akuntansi mempunyai tiga kegunaan, yaitu:
a.    Untuk mendapatkan informasi ekonomi (informasi keuangan tentang perusahaan yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil yang tepat.
b.    Untuk memberikan pertanggung jawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
c.    Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun (maju mundurnya suatu perusahaan.
Menurut Stelling membagi perkembangan Akuntansi menjadi tiga tahap, yaitu:
a.    Tahap Pertama
Tahap ini ruang lingkup perusahaan dimana segala pencatatan mengenai perusahaan yang dikerjakan sendiri.
b.    Tahap Kedua
Perusahaan yang dikelola sudah besar, sehingga pengurusan dalam perusahaan tidak mungkin lagi di kelola sendiri. Pada tahap ini pencatatan Akuntansi mulai diserahkan kepada orang lain yang dimengerti tentang Akuntansi.
c.    Tahap Ketiga
Terjadi pemisahan fungsi secara tegas antara pemilik dan perusahaan. Pencatatan Akuntansi mulai berkembang, sehingga timbul akan pertanggung jawaban ini yang dinamakan laporan keuangan.[31] 
Setiap bidang ilmu akan menggunakan suatu istilah khusus untuk menyebut beberapa di dalam bidang tersebut. Demikian juga dengan ilmu akuntansi. Akuntansi menggunakan beberapa istilah khusus sebagai suatu kebiasaan yang sering dipakai dalam bidang akuntansi. Walaupun banyak istilah di dalam akntansi, namun istilah-istilah tersebut bukan merupakan kata-kata yang asing bagi masyarakat umum. Namun kata-kata tersebut tetap saja disebut atau digunakan sebagai suatu istilah baku dalam akuntansi.
Untuk mempelajari akuntansi pada tahap awal atau tahap persamaan akuntansi, maka perlu sekali mengenal dan mengetahui bebrapa istilah yang biasa dipakai dalam pembelajaran akuntansi. Beberapa istilah dasar yang biasa digunakan dalam akuntansi antara lain:[32]
a.    Kas (Cash) adalah alat pembayaran milik perusahaan yang siap digunakan, seperti kontan, uang tunai (uang kertas dan uang logam).
b.    Piutang (Account Recaivable) adalah hak perusahaan yang masih dibawa oleh pihak lain. Seperti tagihan atas penjualan, atau tagaihan kepada karyawan atas pinjamannya ke perusahaan.
c.    Perlengkapan kantor (Office Supplies) adalah barang atau bahan pelengkap aktivitas perusahaan yang biasanya berumur pendek (kurang dari satu tahun) dan bisa habis karena pemakaian, seperti kertas, pulpen, tinta, dll.
d.   Peralatan kantor (Office Equipment) adalah alat-alat yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam operasi jangka panjang, seperti meja, kursi, komputer, dsb.
e.    Kendaraan (Vehicles) adalah alat transportasi yang dimiliki perusahaan dan digunakan dalam operasi.
f.     Bangunan (Building) adalah gedung permanen yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk aktivitas usaha rutin.
g.    Tanah (Land) adalah lahan berupa tanah kosong atau lahan tempat suatu bangunan berdiri yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan untuk aktivitas usaha rutin.
h.    Hutang usaha (Account Payable) adalah kewajiban untuk membayar sejumlah uang, barang atau jasa kepada pihak lain yang timbul akibat transaksi yang dilakukan perusahaan masa lalu.
i.      Modal/Modal Saham (Capital/Capital Stocks = Owner’s Equity) menunjukkan setoran harta pemilik kepada perusahaan yang sekaligus sebagau bukti kepemilikan. Setoran harta dapat berupa uang tunai ataupun harta lain seperti mesin, tanah, gedung, dsb.
j.      Prive (Drawing/Withdrawals) adalah pengambilan uang perusahaan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.
k.    Dividen (Dividens) adalah bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemilik perusahaan (pemegang saham) sebagai imbalan atas setoran modal pemilik. Aktivitas pembagian dividen hanya dilakukan di dalam perusahaan berbentuk Korporasi/Perseroan Terbatas (PT). Perusahaan berbentuk perseorangan atau firma, tidak menggunakan akun dividen.
l.      Pendapatan (Revenues) adalah kenaikan modal perusahaan yang timbul akibat penjualan produk perusahaan. Istilah pendapatan biasanya digunakan oleh perusahaan jasa, sedangkan perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur lebih banyak menggunakan istilah penjualan (sales) untuk mencatat transaksi yang sama.
m.  Biaya (Cost) adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang atau jasa, dimana manfaat dari barang atau jasa tersebut dinikmati dalam waktu lebih dari satu tahun (jangka panjang).
n.    Beban (Expenses)  adalah pengorbanan ekonomis untuk memperoleh barang atau jasa yang manfaatnya dinikmati hanya dalam waktu satu tahun atau satu periode akuntansi saja. Dengan kata lain, beban adalah biaya yang manfaatnya hanya dirasakan dalam waktu satu tahun atau biaya yang tidak memiliki manfaat lagi di masa mendatang.
v Tujuan Akuntansi yaitu:[33]
a.    Dapat memberikan informasi keuangan secara jelas mengenai perusahaan tertentu, guru memenuhi keperluan pemakai dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi.
b.    Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan.
c.    Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pegawai dalam menaksir kemampuan memperoleh laba dari perusahaan.
d.   Menyajikan informasi lain-lain yang diperlukan mengenai perubahan harta dan kewajiban serta mengungkapkan lain-lain informasi yang sesuai dengan keperluan pemakai.
e.    Untuk meningkatkan informasi ekonomi (informasi keuangan) perusahaan yang akurat sehingga pemakai dapat mengambil keputusan dengan tepat.
f.     Untuk memberikan pertanggung jawaban manajemen kepada para pemilik perusahaan.
g.    Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari tahun ke tahun.
5.    Fungsi Minat dalam Belajar
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas siswa untuk belajar, diantaranya minat. Minat belajar dapat mempengaruhi kualitas pencapaian belajar siswa dalam bidang studi tertentu atau mungkin setiap pembelajaran di sekolah.[34] Siswa yang mampu mengembangkan minatnya dan mampu mengerahkan segala daya upayanya untuk menguasai mata pelajaran tertentu.
Minat turut mendorong seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan. Minat akan mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan dilakukan. Minat juga akan mengarahkan seseorang terhadap apa yang disenangi dan dikerjakannya.[35] Dengan demikian kewajiban sekolah dan para guru untuk menyediakan lingkungan yang dapat merangsang minat siswa terhadap banyak kegiatan yang bermanfaat, khususnya yang berlangsung dalam proses belajar mengajar, guru harus pintar-pintar menarik minat belajar pada siswa agar hasil kegiatan belajar mengajar memuaskan.
            Dengan adanya minat belajar, maka proses belajar mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai, sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat belajar sangat penting peranannya dalam pendidikan, maka yang harus mempunyai minat bukan hanya siswa, melainkan guru  juga harus mempunyai minat, yaitu minat untuk mengajar, karena kesiapan keduanya merupakan penunjang keberhasilan kegiatan belajar dan mengajar.

6.    Macam- macam minat
Berdasarkan timbulnya, minat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.    Minat primitif, yaitu minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan tubuh. Misalkan kebutuhan makan.
b.    Minat sosial, yaitu minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita, misalnya minat belajar, individu mempunyai pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang terpelajar dan berpendidikan tinggi.
Berdasarkan arahnya, minat dibagi menjadi dua, yaitu :
a.    Minat instrinsik, yaitu minat yang berhubungan langsung dengan aktivitas itu sendiri, minat yang lebih mendasar atau minat asli.
b.    Minat ekstrinsik, yaitu minat yang berhubungan dengan tujuan akhir, apabila tujuannya tercapai ada kemungkinan minat tersebut itu hilang.

7.    Faktor-faktor yang Memengaruhi Minat Belajar
Minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau mengajar. Salah satu objek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa adalah guru. Secara garis besar timbulnya minat membaca pada diri seseorang dipengaruhi dua faktor, yaitu :
a.    Faktor Internal
1)   Sikap; Orang bersikap tentu memiliki kecenderungan untuk menerima atau menolak sesuatu berdasarkan penilaian, apakah merupakan sesuatu yang berharga bagi dirinya atau tidak, maka ia akan berminat.
2)   Faktor  psikologis; maksudnya yaitu keadaan siswa.
3)   an jiwa siswa. Seorang siswa dalam keadaan jiwanya tidak stabil, maka konsentrasi belajarnya tidak terpusat, mengakibatkan minatnya terhadap pelajaran berkurang.
4)   Bakat; bakat merupakan suatu kecakapan khusus yang dimiliki seseorang, karena dengan bakat seseorang cenderung tertarik dan giat melakukan sesuatu.
5)   Kebutuhan; seseorang akan melakukan sesuatu jika ada kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapainya. Kebutuhan sebagai faktor yang mempengaruhi minat menjadi tolok ukur tinggi rendahnya minat terhadap sesuatu.
6)   Kesehatan fisik; berarti keadaan seluruh badan serta bagian-bagiannya yang terbebas dari penyakit. Kesehatan fisik akan memperngaruhi minat seseorang untuk belajar menurun bahkan menghilang.
b.    Faktor Eksternal
1)   Bahan pelajaran; adalah salah satu faktor yang dapat merangsang dan membangkitkan minat siswa untuk belajar. Oleh karena itu, dalam penyampaian materi pelajaran, guru perlu memperhatikan kebutuhan serta kemampuan siswa.
2)   Tenaga pengajar (Guru); adalah Penanggung Jawab dalam proses belajar-mengajar. Dalam hal ini, semestinya seorang guru berusaha menciptakan suasana yang dapat membuat siswa tertarik atau berminat untuk  belajar Akuntansi. Guru diharapkan menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa semenarik mungkin, sehingga siswa tertarik dan berminat untuk belajar tanpa harus selalu diperintah oleh guru.
3)   Metode mengajar; sebaik apapun bahan yang disiapkan oleh guru, tanpa metode yang tepat, maka siswa tidak akan bergairah dalam menerima pelajaran itu. Metode pengajaran tidak perlu digunakan secara keseluruhan, namun dipilih sesuai materi, mudah digunakan dan dapat menciptakan komunikasi dua arah atau proses belajar mengajar yang tidak monoton sehingga lebih efektif.
4)   Fasilitas belajar; minat siswa untuk belajar dapat tumbuh apabila fasilitas belajar pun memadai, kegiatan siswa tanpa didukung oleh fasilitas akan mengalami kesulitan dan akan mempengaruhi minat siswa untuk belajar Akuntansi.
5)   Lingkungan; secara optimal dapat diartikan dengan alam sekitar, sedangkan lingkungan dalam arti luas segala sesuatu yang berada di dalam dan di luar individu. Perkembangan minat siswa untuk belajar dipengaruhi oleh lingkungannya. Siswa berminat untuk belajar dengan baik, bila berada ditengan-tengah lingkungan yang menghendaki minat tersebut.

Adapun faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi siswa dalam belajar antara lain:
a.    Motivasi.
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan kegiatan belajar siswa. Motivasi jelas memiliki pengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Ia menjadi pendorong, pemberi semangat untuk meraih sesuatu yang diinginkan dan dicita-citakan.
b.    Pengalaman
Pengalaman yang diperoleh individu turut mempengaruhi minat siswa yang bersangkutan terutama dalam transfer ilmu pengetahuan.[36]
c.    Keluarga
Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga. Oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruh bagi perkembangan jiwa seoarang siswa, oleh karena itu perhatian dan dukungan keluarga sangat penting untuk menumbuhkan minat belajar pada anak.
d.   Cita-cita
Setiap manusia pasti mempunyai sebuah cita-cita, termasuk juga para siswa. Cita-cita  dapat mempengaruhi  minat belajar pada siswa, cita-cita dapat dikatakan perwujudan minat seseorang untuk meraih keinginannya untuk dikehidupan yang akan datang, cita-cita tersebut akan terus dikejarnya sampai  dapat meraihnya, walaupun banyak berbagai rintangan.
Sedangkan Crow and Crow berpendapat bahwa ada tiga faktor yang menjadi timbulnya minat, yaitu:
a.    Dorongan dari dalam diri individu.
Dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu akan membangkitkan minat untuk belajar, dan menuntut ilmu atau melakukan hal lainnya.
b.    Motif sosial
Motif sosial ini dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Minat untuk belajar, menuntut ilmu pengetahuan timbul karena ingin mendapat penghargaan masyarakat, karena biasanya yang memiliki ilmu pengetahuan yang cukup mendapat kedudukan yang lebih tinggi dan terpandang dalam masyarakat.
c.    Emosional
Minat mempunyai hubungan yang erat dengan emosi. Bila seseorang mendapatkan kesuksesan pada aktivitas akan menimbulkan perasaan senang, dan hal tersebut akan memperkuat minat terhadap aktivitas tersebut, sebaliknya suatu kegagalan akan menghilangkan minat terhadap hal tersebut.[37]
Dengan adanya minat, maka proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat sangat penting peranannya dalam proses belajar mengajar, jadi yang harus mempunyai minat bukan hanya siswa, melainkan guru juga harus mempunyai minat untuk mengajar sehingga diharapkan dapat menjadi motivasi siswa dalam menumbuhkan minat dalam dirinya.

8.    Cara-cara Membangkitkan Minat
Pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak ada minat. Menurut Nasution, minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.  Bangkitkan suatu kebutuhan, misalkan kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya.
b.  Hubungkan dengan pengalaman yang lampau.
c.  Beri kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik. “Nothing successed’s like success”, tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. Untuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu dan guru harus sekreatif mungkin menggunakan metode pembelajaran sehingga pembelajaran yang diberikan dapat menjadi penumbuh minat anak untuk belajar.
d.  Gunakan berbagai bentuk mengajar seperti diskusi, kerja kelompok, membaca, mendemonstrasikan dan sebagainya.[38]
Dari poin-poin di atas yang memuat tentang cara-cara membangkitkan minat, dapat kita simpulkan bahwa minat dapat dibangkitkan melalui cara-cara diantaranya yaitu: Penghargaan, karena sebagai manusia sudah kodratnya mereka selalu ingin dihargai, menginginkan keindahan dan sebagainya.
Minat dapat dibangkitkan melalui pengalaman, yaitu dengan cara menghubungkan kejadian masa lalu dengan realita saat ini. Melalui cara tersebut maka minat dapat dibangkitkan.
Menyesuaikan bahan pelajaran dengan kebutuhan dan tingkat kesanggupan siswa merupakan salah satu cara untuk membangkitkan minat. Karena apabila siswa terlalu dibebankan dengan bahan pelajaran yang tidak sesuai dengan kapasitasnya dengan siswa, hal tersebut akan membuat siswa menjadi pesimis, malas, dan tidak berminat atau bahkan dapat menghilangkan minatnya.
Seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai dan disesuaikan dengan kebutuhan siswa, karena seorang guru harus bisa menumbukan minat siswanya agar siap mengikuti proses pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan menggunakan berbagai variasi dalam proses belajar mengajar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.      Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMA Darussalam Ciputat.

B.       Populasi dan Sampel
Menurut Hadari Nawawi yang dikutip oleh S. Margono. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.[39]
Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul memiliki populasi.[40] Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XI-3  di SMA Darussalam Ciputat sebanyak 30 siswa.

C.      Teknik Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu data sebagai hasil akhir dari penelitian, untuk pengumpulan data yang konkrit peneliti melaksanakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:
1.    Angket
Angket atau kuisioner adalah suatu daftar yang berisikan suatu rangkaian pernyataan yang disusun secara tertulis mengenai suatu hal dalam suatu bidang.[41]
Teknik ini berisi serangkaian pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa sebagai responden, jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
2.    Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sisitematika terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian,[42]  Jadi dalam penelitian ini langsung terjun kelapangan untuk mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang diselidik, terutama yang berkaitan dengan minat dan data observasi ini hanya sebagai data tambahan tidak menjadi penentu hasil penelitian.

D.      Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah skala likert. Skala ini berupa angket yang terdiri dari 15 pernyataan dan diberikan kepada siswa untuk memperoleh informasi mengenai minat siswa dalam belajar Akuntansi. Instrumen ini terdiri dari 4 alternatif jawaban sebagai berikut:
1.    Iya                                     
2.    Tidak
3.    Biasa saja
4.    Tidak tahu
Tabel 1
Skor pertanyaan positif dan pertanyaan negatif pada skala likert

No
Pernyataan
Kategori
Iya
Tidak
Biasa saja
Tidak tahu
1.
Pernyataan positif
4
3
2
1
2.
Pernyataan Negatif
1
2
3
4

E.       Teknik Analisis Data
            Setelah data diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada siswa, kemudian dianalisis dalam bentuk analisis kuantitatif yang berwujud angka-angka yang ditujukan untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi.
Rumus yang digunakan adalah persentase, yaitu:

Rumus :    P = f x 100 %
                                                                         N
Keterangan : P = Persentase yang dicari
                      F = Frekuensi
                      N = Jumlah total30

Rumus di atas akan membandingkan hasil jawaban responden dalam bentuk persentase. Dengan membandingkan persentase untuk masing-masing jawaban, maka akan diketahui minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A.      Gambaran Umum Penelitian SMA Darussalam Ciputat
1.    Sejarah Singkat Berdirinya SMA Darussalam Ciputat
Sekolah menengah atas ( SMA) Darussalam Ciputat yang pada saat ini berstatus terakreditasi A didirikan pada tahun 1987, atas prakarsa Ketua Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam Drs. H.M. Salman Faris.
SMA Darussalam Ciputat yang beralamat di jalan OTISTA No. 36 Cimanggis Ciputat dipimpin oleh periode pertama tahun 1987 oleh H. Abdul Kohir M, Bsc sempat tidak aktif sampai dengan tahun 2000, periode tahun 2000 sampai 2003 dipimpin oleh Drs. Marpudin, periode 2003 sampai sekarang dipimpin oleh Marul Wa’id, S.Ag dengan jumlah tenaga pengajar 27 guru dan staf tata usaha berjumlah 3 orang, dengan jumlah siswa sekitar 350 siswa.
SMA Darussalam Ciputat Kota Tanggerang Selatan berada di jalan OTISTA Rt 01/010 No. 36 Desa Ciputat, Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten yang terletak sekitar 4km dari pusat pemerintahan dari Kota Tanggerang, secara topografi SMA Darussalam Ciputat berada pada ketinggian 44M dari permukaan laut.
SMA Darussalam Ciputat berbatasan dengan:
-       Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pamulang dan wilayah Serpong.
-       Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Pondok Aren.
-       Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta.
-       Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pamulang.

2.    Visi Dan Misi
a.    Visi SMA Darussalam
Cerdas, Inovatif, Nalar, Taqwa, Aktif (CINTA).
b.    Misi SMA Darussalam
1)   Membantu siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri.
2)   Mengembangkan daya nalar siswa dan mandiri.
3)   Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti.
4)   Membina minat dan bakat siswa baik di dalam maupun di luar sekolah.

3.    Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMA Darussalam Ciputat yaitu meliputi:
a.    Gedung milik sendiri
b.    Ruang belajar tiga lantai
c.    Laboratorium bahasa ( Full AC)
d.   Laboratorium Komputer + internet ( Full AC)
e.    Laboratorium IPA ( Biologi, Fisika, dan Kimia)
f.     Sarana Olahraga (Hall Mini)
g.    Perpustakaan
h.    Sarana ibadah (Masjid)
i.      Kesenian
j.      Kantin sekolah yang nyaman

B.       Deskripsi Data
Data yang telah dikumpulkan dari hasil angket yang disebarkan pada siswa dan diolah dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi dan diberi skor. Maksud dari pengolahan tersebut agar data yang diperoleh dapat memberikan arti dan penjelasan.
Untuk memudahkan menganalisis data hasil penelitian tersebut, maka ada beberapa langkah yang diperlukan dalam menyusun tabel distribusi frekuensi, diantaranya:



Tabel 3
Skor hasil angket “Minat Siswa dalam pelajan Akuntansi
No.Responden
Nilai (x)
No.Responden
Nilai (x)
1
54
16
46
2
52
17
49
3
56
18
54
4
57
19
43
5
60
20
44
6
55
21
48
7
52
22
42
8
54
23
53
9
52
24
53
10
53
25
60
11
57
26
52
12
51
27
56
13
55
28
52
14
40
29
46
15
52
30
53
Jumlah
1551
            Dari data di atas rata-rata Mean adalah:
Mx = ∑X
         N
Keterangan :
Mx = Mean
∑X = Jumlah nilai seluruh responden
N   = Jumlah responden
Sehingga,  Mx =  1551  =  51,7
                                         30
Tabel 4
Distribusi frekuensi dari skor hasil angket
 “Minat Siswa dalam pembelajaran Akuntansi
Interval
f 1
(Frekuensi dari skor)
f kb
(Frekuensi kumulatif)
Lower limit
58 – 60
2
30
57,5
55 – 57
6
28
54,5
52 – 54
13
22
51,5
49 – 51
2
9
48,5
46 – 48
3
7
45,5
43 – 45
2
4
42,5
40 – 42
2
2
39,5

Dari data penelitian mengenai minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi, diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah. Penulis memperoleh nilai rata-rata tentang minat siswa dalam belajar Akuntanhsi adalah 51.7. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi termasuk ke dalam kriteria “sedang”.

C.      Analisis dan Interpretasi Data
Setelah angket terkumpul, penulis memberikan skor terhadap jawaban dari pernyataan-pernyataan yang ada dalam angket tersebut. Lalu data yang didapat dari setiap item pernyataan dimasukan ke dalam table yang di dalamnya terdapat presentase dengan teknik analisis data sehingga dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari masalah yang diteliti.




BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Setelah penulis mengadakan analisis dan intrepretasi data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.    Ada sebagian besar siswa (48,3%) yang menyatakan bahwa kurangnya minat siswa dalam pembelajaran Akuntansi disebabkan karena tidak mudah dimengerti. Dalam Akuntansi tidak hanya bisa menghitung tetapi logika juga harus bermain. Selain itu ada beberapa kendala seperti banyak kegiatan lain yang lebih menyita waktu dan perhatian siswa dari pada belajar, seperti online atau dapat dikatakan segala aktivitas yang berhubungan dengan dunia maya.
2.    Minat merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh. Oleh karena itu ia berperan sebagai penggerak yang mendorong individu melakukan sesuatu atau tertarik pada suatu objek, karena minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar mengajar.

B.  Saran
Dengan melihat dan memperhatikan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang penulis kemukakan :
1.    Hendaknya guru dan orangtua berusaha agar selalu meningkatkan minat siswa untuk belajar khususnya pem,belajaran Akuntansi, dan hendaknya seorang guru dalam mengajar harus memperhatikan faktor-faktor yang harus ada pada diri seorang guru seperti kompetensi dalam mengajar, keadaan ekonomi, latar belakang pendidikan, kesehatan jasmani dan rohani dan sebagainya. Karena semuanya itu akan memengaruhi siswa dalam proses belajar mengajar. sehingga apabila semua hal tersebut dapat dikontrol dengan baik, besar kemungkinan minat siswa untuk belajar akan tumbuh khususnya pada pelajaran Akuntansi.
2.    Hendaknya pihak sekolah lebih meningkatkan lagi sarana dan prasarana belajar yang kurang memadai, untuk menambah wawasan siswa melalui peraktek lapangan, karena seperti yang pepatah katakan bahwa proses pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, namun di luar kelaspu bisa.
3.    Untuk mengembangkan minat siswa SMA Darussalam Ciputat untuk belajar, hendaknya para siswa diberi kesempatan lebih banyak untuk mengembangkan aktifitas belajar mereka melalui peraktek, sehingga dalam diri mereka tumbuh suatu inisiatif untuk meningkatkan kreativitas belajar baik secara individu maupun kelompok melalui kegiatan peraktek lapangan.

























DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Logos, 2001.
Chair, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: rineka Cipta, Cet II, 2003.
D. Gunarsa, Singgih, Ny.Y.Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, Cet. Ke-4, 2003.
De Porter, Bobbi, Mark Readrdor dan Sarah Singer Nourle, Terjemah Quantum teaching, Bandung: Kaifa, Cet.I, 2000.
Dejnozken, Edward L. American Edcator Encyclopedi. London: Greenwood Press.1976.
Efendi, Usman dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa,                1993.
Firdaus, Yoga, Akuntansi SMU, (Jakarta: Erlangga, 2003).
Harahap, Sofyan Syarif,. Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1994).
Horgen, Charles,. dkk. Akuntansi di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 1997).
Imran, Ali, Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Pustaka Jaya, Cet Ke-I, 1996.
KBBI. 2008. Pusat Bahasa DEPDIKNAS. Jakarta
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: Gramedia, 1989.
Nana, Sudjana,. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bnadung : Sinar Baru Algensindo, 2010.
Purwanto, M. Ngalim,. Psikologi Pendidikan.  Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet. Ke-21. 2006.
Riyanto, Yatim,. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009.
Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 2009).
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.
S. Nasution, Azaz-Azaz Kurikulum, Bandung: Jemmars, 1990.
S. Nasution, Didaktik Azaz-azaz mengajar, Bandung: Jemmars, 1998.
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1996.
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Pedoman Ilmu jaya, Cet.II, 1995.
Simamora, Hendri,. dkk. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), cet.pertama.
Singgih D. Gunarsa dan Ny Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, Jakarta: PT. BKP-Gunung Mulia, 2003.
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Soemanto, Wasty,. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006. h. 104.
Sofyan, Ahmad, dkk. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo, Cet Ke 4, 2004.
Sudjana, Nana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: Sinar Baru, 1987.
Suntusia, Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam Pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di Sma Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008.
Supriyono, dkk, Akuntansi Keuangan Dasar, (Yogyakarta: badan Penerbitan STIE YKPN, 1983), cet.pertama.
Suwardjono, Akuntansi Pengantar Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem, (jakarta: BPFE Yogyakarta, 2000).
Syah, Muhibbin.,Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
Syah, Muhibbin., Psikologi Belajar, Jakarta: PT. LOGOS Wacana Ilmu, 1999.
Syah, Muhibbin,. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Syah, Muhibbin., Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Cet. Ke-10.
Usman, M Rasyidah,. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. Cet. I. 2002.
Yadiati, Wiwin dan Wahyudi, Ilham. Pengantar Akuntansi, (Jakarta: kencana Prenada Media Grup, cet. 2005.




















ANGKET/KUISIONER MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE
PEER TEACHING (TUTOR SEBAYA)


Nama               :
Kelas               :
Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan tanggapan atau pendapatmu terhadap pengaruh metode pembelajaran peer teaching dengan memilih salah satu jawaban!
1.      Apakah kamu menyukai pelajaran akuntansi?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
2.      Apakah pelajaran akuntansi itu mudah?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
3.      Apakah pembelajaran akuntansi menarik?
a.    Iya
b.   Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
4.      Apakah kamu menyukai pembelajaran akuntansi dengan metode peer teaching?    
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
5.      Apakah kamu menyukai penjelasan yang di sampaikan  dengan menggunakan metode peer teaching?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
6.      Apakah tanggapan kamu metode peer teching cocok untuk pembelajaran akuntansi?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
7.      Apakah metode pembelajaran peer teaching menyenangkan?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
8.      Apakah pembelajaran akuntansi dengan menerapkan metodel pembelajaran Peer Teaching atau tutor sebaya dapat membantu kamu dalam memahami pelajaran akuntansi?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu

9.      Apakah kamu setuju jika metode Peer Teaching diterapkan pada semua pelajaran?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu
10.  Apakah sebelumnya kamu pernah belajar dengan menggunakan metode pembelajran Peer Teaching?
a.    Iya
b.    Tidak
c.    Biasa saja
d.   Tidak tahu





[1] Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 2001), h. 1
[2] S. Nasution, Didaktik Azaz-azaz mengajar, (Bandung: Jemmars, 1998), h. 58
[3] Usman Efendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa, 1993),
 h. 122
[4] Bobbi De Porter, Mark Readrdor dan Sarah Singer Nourle, Terjemah Quantum teaching, (Bandung: Kaifa, 2000), Cet.I, h. 169
[5] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Pedoman Ilmu jaya, 1995), Cet.II, h. 85
[6] Tim Penyususn Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h. Ke-10, h. 656.

[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h.136.
[8] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), p. 180.
[9] M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 2007), Cet. Ke3, h. 84.
[10] Ali Imran, Belajar dan pembelajaran, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1996), Cet Ke-I, h. 88
               [11]Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers. 2010. Cet. Ke-10. h. 59.        
[12] Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bnadung : Sinar Baru Algensindo, 2010, hal. 28
[13] Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.  h. 90.
[14] Yatim Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009. h. 5.
[15] Wasty Soemanto. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2006. h. 104.
[16]  M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan.  Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006.  Cet. Ke-21. h. 84.
[17]  Muhibbin Syah.  Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru... h. 90.
[18]  M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan... h. 84-85.
[19]  M. Basyiruddin Usman. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Cet. I.  h. 21.
[20] Ahmad Sofyan, Toni Feronika dan Burhanudin Maulana. “Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi”. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2006.  h. 18-19.
[21] Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1999.  h. 30.
[22] Ahmad Sofyan, Toni Feronika dan Burhanudin Maulana. “Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi”.... h. 24.
[23] Edward L Dejnozken. 1976. American Edcator Encyclopedi. (London: Greenwood Press.1976), hal.43
[24] Suntusia, Pengaruh Penerapan Metode Peer Teaching Dalam Pembelajaran Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pokok Bahasan Gelombang Elektromagnetik Kelas X Di Sma Muhammadiyah Bondowoso 2007/2008.
[25] Winwin Yadiati, dan Ilham Wahyudi, Pengantar Akuntansi, (Jakarta: kencana Prenada Media Grup, 2005), cet. 1, h.6
[26] Hendri Simamora , dkk. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), cet.pertama,h.5
[27] Charles, Horgen, dkk. Akuntansi di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 1997),h.3
[28] Suwardjono, Akuntansi Pengantar Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem, (jakarta: BPFE Yogyakarta, 2000),h.5

[29] Sofyan Syafri Harahap, Auditing Kontemporer, (Jakarta: Erlangga, 1994),h.1
[30] Supriyono, dkk, Akuntansi Keuangan Dasar ,(Yogyakarta: badan Penerbitan STIE YKPN, 1983), cet.pertama, hal.1
[31] Yoga Firdaus, Akuntansi SMU, (Jakarta: Erlangga, 2003), hal. 5
[32] Rudianto, Pengantar Akuntansi, (Jakarta: Erlangga, 2009),h.24
[33] Supriyono, dkk, Akuntansi Keuangan Dasar ,(Yogyakarta: badan Penerbitan STIE YKPN, 1983), cet.pertama, hal.8

[34] Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. Ke-2,h.136
[35] Singgih D. Gunarsa, Ny.Y.Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 2003), Cet. Ke-4, h. 69
                [36] Edi Suhardi, Syaiful Bahri Djamaraah dan Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:      Rineka Cipta, 2006), Cet. Ke-3, h. 39.
                [37] Abdul Rahman Shaleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif  Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 264-265.
                [38]  Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 82.
[39] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005),
                   h. 118
[40] Nanan Sudjana, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru, 1987),
                   h. 84
[41] Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1989),  h.173
[42] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendididkan, (Jakarta: PT, Rineka Cipta, 2005), 
                   h. 158

No comments:

Post a Comment