toleransi dan etika pergaulan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Budi Pekerti berarti sikap dan perilaku yang baik. Sifat-sifat yang baik akan mendatangkan kebaikan dan sebaliknya hal yang buruk akan menghasilkan keburukan pula. Oleh karena itu kita perlu menjunjung tinggi nilai budi pekerti yang luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita agar selalu berbuat kebaikan, kebenaran, serta memupuk keharmonisan gubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan, yang sering disebut dengan konsep tri hita karana. Salah satu bagian dari konsep tri hita karana adalah hubungan manusia dengan manusia. Hal ini sangat perlu dilakukan oleh umat manusia, karena manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan adanya hubungan dengan manusia lainnya, hal ini dilakukan bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat perlu usaha manusia untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu mengembangkan sikap Toleransi, Etika pergaulan.[1]
Dalam makalah yang sangat sederhana berikut ini, pemakalah berusaha mengelaborasi secara tematis konsep Islam tentang toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin sekaligus memberikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada bagian akhir akan diuraikan secara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yang dimajukan al-Quran dan sunnah.
1.2    Tujuan
1.      Mengetahahui pengertian dari toleransi dan etika pergaulan
2.      Mengetahui ayat Al-Qur’an dan hadits yang membahas toleransi dan etika pergaulan
3.      Dapat menerapkan perilaku hidup toleransi dan etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari.
1.3    Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian dari toleransi dan etika pergaulan?
2.        Apa sajakah ayat Al-Qur’an yang membahas tentang toleransi dan etika pergaulan?dan apa kandungan ayatnya?
3.        Bagaimana cara menerapkan perilaku hidup toleransi dan etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari?







BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Toleransi dan Etika
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Kata toleransi sebenarnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yang definisinya juga tidak jauh berbeda dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi adalah quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own. Adapun dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi adalah سماحة atau تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jûd (kemuliaan). atau sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berkembang menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia.[2]
Etika adalah dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal- hal tindakan yang buruk.
2.2    Ayat-Ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Dalam memahami Al-qur’an kita wajib untuk bisa membaca al-qur’an dan bisa berbahasa arab. Dalam sebuah pepatah mengatakan “nahwu adlah ibunya ilmu dan shorof adalah bapaknya ilmu”. Kenapa dikatakan seperti itu?, karena banyak ilmu dalam al-qur’an berbagai sejarah dalam al-qur’an yang harus kita ketahui seperti sejarah nabi Muhammad SAW. Untuk mengetahui apa yang telah rasulullah perjuangkan dalam menyebarkan agama islam. Dalam islam kita diajarkan untuk lebih beradab dalm pergaulan dan kehidupan sesama makhluk agar memiliki rasa saling menghormati dan toleransi dalam perbedaan dan Allah telah mengatakan dalam surah al kafirun ayat 1-6.


ö@è% $pkšr'¯»tƒ šcrãÏÿ»x6ø9$# ÇÊÈ   Iw ßç6ôãr& $tB tbrßç7÷ès? ÇËÈ   Iwur óOçFRr& tbrßÎ7»tã !$tB ßç7ôãr& ÇÌÈ   Iwur O$tRr& ÓÎ/%tæ $¨B ÷Lnt6tã ÇÍÈ   Iwur óOçFRr& tbrßÎ7»tã !$tB ßç6ôãr& ÇÎÈ   ö/ä3s9 ö/ä3ãYƒÏŠ uÍ<ur ÈûïÏŠ ÇÏÈ  

Artinya :
 “Katakanlah: “Hai orang-orang kafir,aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Surat ini adalah surat makkiyah, surat yang diturunkan pada periode Makkah, meskipun ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa, surat ini turun pada periode Madinah. Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa, surat ini adalah surat penolakan (baraa’) terhadap seluruh amal ibadah yang dilakukan oleh orang-orang musyrik, dan yang memerintahkan agar kita ikhlas dalam setiap amal ibadah kita kepada Allah, tanpa ada sedikitpun campuran, baik dalam niat, tujuan maupun bentuk dan tata caranya. Karena setiap bentuk percampuran disini adalah sebuah kesyirikan, yang tertolak secara tegas dalam konsep aqidah dan tauhid Islam yang murni.[3]

Asbabun nuzul surah al-kafirun ayat 1-6
Setelah Hamzah dan Umar masuk islam, kaum musyrikin mekah semakin khawatir terhadap dakwah Rasulullah. Mereka telah melakukan banyak cara untuk menghentikan dakwah Rasulullah mulai dari harta dan kekuasaan, hingga berencana membunuh Rasulullah. Dan ketika kaum Musyrikin Quraisy gagal dalam perundingan, hasutan, bujukan, ancaman, intimidasi sampai kegagagalan yang dialami Abu Jahal yang hendak membunuh Rasulullah, mereka kemudian mengajak Rasulullah untuk mengambil jalan tengah.
Ibnu Ishaq meriwayatkan, dia berkata, “Pada satu ketika datang orang-orang Quraisy kepada Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasalam yang saat itu sedang thawaf di sekitar Ka’bah, di antara mereka adalah al-Aswwad bin al-Muthallib bin Asad bin Abdul Uzza, al-Walid bin Mughirah, Umayyah bin Khalaf dan al-Ash bin Wa’il as-Sahmi, mereka semua termasuk sesepuh dari kaumnya, mereka berkata, ‘Wahai Muhammad, bagaimana kalau kita bekerja sama dalam ibadah kita. Kami akan menyembah apa yang engkau sembah, tetapi engkau harus menyembah apa yang kami sembah. Jika yang engkau sembah lebih baik, kami akan menyembah Tuhanmu, tetapi jika yang kami sembah ternyata lebih baik maka engkau harus menyembah tuhan kami. Lalu turunlah firman Allah subhanahu wata’ala:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan utukkulah, agamaku.” (QS Al Kafirun: 1-6)
Surat al kafirun turun sekaligus sebagai jawaban atas ajakan kaum musyrikin Quarisy kepada nabi Muhammad SAW. Mereka itu, antara lain al-As bin Wail as-Sahim, al-Aswad bin Abdul Muthalib, Umayah bin Khalaf, dan Walid bin Mughirah. Mereka mengajak Nabi Muhammad SAW agar mau sedikit toleran dan berkompromi dengan bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Musyrikin akan menyembah Tuhan yang di sembah Nabi Muhammad SAW. Dan waktu yang lain, Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya di minta untuk menyembah apa yang mereka sembah.
Secara umum, surat ini memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah, yang dilakukan oleh orang-orang kafir.
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan secara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat kepada orang lain dan sekaligus tidak mengabaikan keyakinan masing-masing serta akan dipertanggung jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah harapan orang-orang musyrikin Quraisy yang berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW agar bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam.

Isi kandungan surah al-kafirun ayat 1-6

1.    Tuhan yang disembah (ma'bud) oleh Nabi Muhammad SAW dan umat Islam berbeda dengan   Tuhan yang disembah orang-orang kafir. Begitu pula dengan cara peribadahan.  
2.    Orang islam/muslim dilarang menyembah sesembahan orang kafir.
3.    Orang islam boleh bertoleransi dengan pemeluk agama lain dalam hal keduniawian, tapi tidak boleh bertoleransi dalam hal aqidah, syariat dan dalam hal ubudiyah.
4.    Larangan bagi orang islam mencampuradukkan agamanya dengan agama lain

       Dalam menyikapi perbedaan keimanan dan peribadahan itu, umat Islam dan kaum kafir hendaknya bebas beragama dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya, dan tidak boleh saling mengganggu. Islam melarang memaksa orang lain untuk menganut sesuatu agama.

Q:S Yunus:40-41
Nåk÷]ÏBur `¨B ß`ÏB÷sム¾ÏmÎ/ Nåk÷]ÏBur `¨B žw ÚÆÏB÷sム¾ÏmÎ/ 4 y7š/uur ÞOn=÷ær& tûïÏÅ¡øÿßJø9$$Î/ ÇÍÉÈ   bÎ)ur x8qç/¤x. @à)sù Ík< Í?yJtã öNä3s9ur öNä3è=yJtã ( OçFRr& tbqä«ÿƒÌt/ !$£JÏB ã@yJôãr& O$tRr&ur Öäü̍t/ $£JÏiB tbqè=yJ÷ès? ÇÍÊÈ  
Artinya :
“di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”.

Asbabun nuzul surah yunus ayat 40-41
Tidak semua wahyu Allah terdapat asbabun nuzul. Salah satunya yaitu Surat Yunus ayat 40-41. Dalam tafsir tidak dijelaskan penyebab (asbabun nuzul) ayat tersebut.

Isi kandungan surah yunus ayat 40-41
1.        Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman kepada Al-Qur'an.
2.        Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3.        Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
    
Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.

Tafsir al-qur’an surah yunus 40-41
(40) Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang Musyrik dan Kafir menyebut al-Quran sebagai kumpulan pernyataan Nabi Muhammad Saw dan menolak hubungan beliau dengan Allah Swt. Pernyataan itu dilakukan semata-mata  berdasarkan prasangka tanpa dasar. Kedua ayat ini menyatakan bahwa apa yang disampaikan itu hanya ulangan pernyataan orang-orang terdahulu. Karena itulah para nabi terdahulu juga menghadapi berbagai tuduhan seperti itu. Padahal kebohongan mereka itu tidak ada dasar dan mereka hanya menzalimi dirinya sendiri. Selain itu, mereka telah menghina kitab samawi dan para nabi. Ada yang menerima kebenaran dan ada yang tidak. Hal ini merupakan Sunnatullah bahwa manusia diciptakan bebas memilih untuk beriman atau kafir.
(41)Ayat ini menjelaskan bagaimana cara bergaul dengan orang-orang Kafir dan para penentang dengan mengatakan, "Tugas kalian di hadapan mereka adalah memberi pengarahan, bimbingan dan petunjuk. Sekali-kali kalian tidak boleh memaksa, mengharuskan atau memperdaya mereka sehingga tunduk dan menyerah. Namun apabila mereka tetap bersih kukuh dalam menghadapi dakwah Islam, lalu tetap membohongkan kalian, maka sudah tidak ada lagi tugas kalian terhadap mereka. Karena iman kepada Allah harus berdasarkan keyakinan dan ikhtiyar, namun orang-orang ini tidak menginginkan untuk memahami hak dan kebenaran, atau apabila memahaminya mereka tetap enggan beriman."
            Hal ini dimaksudkan agar dapat menarik perhatian para penentang agar beriman dan menerima kebenaran. Mereka menyangka dengan melepas sebagian prinsip dapat menarik manusia yang lainnya. Padahal kita tidak berhak untuk menghapus usuluddin guna memperbanyak jumlah pengikut. Karena itu dalam ayat ini Nabi Saw diperintahkan oleh Allah untuk mengatakan kepada orang-orang kafir, "Meski pernyataan dan seruanku tidak kalian terima, ketahuilah bahwa aku berlepas tangan dari perbuatan kalian. Karena lebih dari ini aku tidak bertanggung jawab di hadapan kalian."
Q:S al-Kahfi ayat 29
È@è%ur ,ysø9$# `ÏB óOä3În/§ ( `yJsù uä!$x© `ÏB÷sãù=sù ÆtBur uä!$x© öàÿõ3uù=sù 4 !$¯RÎ) $tRôtGôãr& tûüÏJÎ=»©à=Ï9 #·$tR xÞ%tnr& öNÍkÍ5 $ygè%ÏŠ#uŽß  4 bÎ)ur (#qèVŠÉótGó¡o (#qèO$tóム&ä!$yJÎ/ È@ôgßJø9$%x. Èqô±o onqã_âqø9$# 4 š[ø©Î/ Ü>#uŽ¤³9$# ôNuä!$yur $¸)xÿs?öãB ÇËÒÈ  
Artinya :
“dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.

Ayat ini menegaskan bahwa manusia semua termasuk kaum Musyrikin yang angkuh itu bahwa “ Kebenaran (al-Qura’an) yang turun dan aku sampaikan ini datangnya dari Tuhan yang memelihara alam semesta; maka barang siapa yang mau beriman tentang apa yang kusampaikan ini maka hendaklah ia beriman. Hal demikian sebab keuntungan dan manfaat dari ke imanan mereka akan kembali kepada dirinya sendiri. Dan barang siapa ingin kafir, ingkar dan menolak ayat-ayat Allah,maka biarlah ia kafir – walau sekaya apapun dan tingginya kedudukan seseorang baik dalam jabatan formal maupun sosialnya.Allah SWT tidak akan merasa kerugian dan berkurangnya kekuasanNya dengan kekefiran mereka. Malah sebaliknya, Mereka akan merasa merugi dan celaka dengan keingkaran dan menolak ayat-ayat Allah tersebut. Malahan Allah telah menyedikan neraka yang kobaran apinya mengepung segala arah, Sehingga mereka tidak dapat menghindar.
Kata
سرادق  terambil dari kata Persia, Ahli tafsir mengartikan kata ini dengan Kemah dan ahli tafsir lain menterjemahkan dengan Penghalang.Yakni neraka menggambarkan bangunan yang mempunyai penghalang berupa kobaran api, sehingga manusia yang disiksa tidak akan bias keluar dari neraka, dan pihak lain pun tidak bias masuk untuk member pertolongan. Dengan demikian yang disiksa benar-benar diliputi oleh api itu.[4]

Kandungan Surat Al Kahfi Ayat 29
1.      Kebenaran (Akhlak, yakni sesuatu yang mantap dan tidak mengalami perubahan) milik Allah adalah harga mati karena sumbernya hanya Allah swt.
2.      Dengan ketegasan tersebut, siapa pun dipersilakan untuk menerima (beriman) atau menolak dengan kebenaran tersebut.
3.       Allah swt. tidak akan merasa rugi dengan kekafiran itu. Karena justru kerugian dan kecelakaan akan menimpa orang kafir, dan orang yang menganiaya diri mereka sendiri.
4.      Akibat dari sikap aniaya terhadap diri sendiri adalah menjalani siksa api neraka yang bergejolak. Mereka tidak akan bisa menghindar karena neraka tersebut mengepung dari segala penjuru.
5.      Neraka tersebut memiliki penghalang berupa gejolak api sehingga yang disiksa tidak dapat keluar dan di luar pun tidak dapat menolong.
6.       Tidak ada paksaan dalam menerima kebenaran. Akan tetapi kita diharuskan untuk berdakwah dan memberikan pengertian.

3.      Hadis yang Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama
مفردة
معنى
مفردة
معنى
رَدُ التَحِيَةِ
Menjawab salam
وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ
Dan memenuhi undangan
وَشُهُودُ الجَنَازَةِ
Dan melayat jenazah
وَعِيَادَةِ المَرِيضِ
Dan menengok orang sakit
وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ
Dan mendoakan orang yang bersin
حَمِدَ
Membaca hamdalah

Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran kepada orang-orang islam tentang kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara lain:
1.    Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang islam yang memberi salam atau mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum” maka orang islam lainnya berkewajiban membalas atau menjawab salam itu. Memberi salam adalah sunah.
2.    Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang islam lainnya, wajib memenuhi atau menghadirinya, terutama adalah undangan pernikahan atau walimatul ursy.
3.    Kewajiban Melayat orang islam yang meninggal
Apabila ada orang islam yang meninggal dunia, maka orang islam lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya adalah wajib kifayah.
4.    Kewajiban mendoakan orang islam yang bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” maka orang islam yang mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yang di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yang seimbang diantara anggotanya. Oleh karena itu apa yang di anjurkan hadis tersebut merupakan tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yang sangat indah dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung nilai peribadatan, karena dalam praktiknya banyak mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang yang bersangkutan.
Hadis Kedua

معنى
مفردة
معنى
مفردة
Saling mencintai
تَوَادِهِمْ
Perumpamaan
مَثَلُ
Tubuh
اْلجَسَدِ
Saling berlaku lemah lembut
وَتَعَاطُفِهِمْ
Anggota
عُضْوٌ
Mengadu
اسْتَكَى
Semua
سَائِرِ
Mereka
هِمْ
Gelisah
السَهَر
Sakit panas
وَاْلحُمَى
Saling menyayangi
تَرَاحِمِهِمْ
Merasakan
تَدَاعَى

Hadis ini menerangkan tentang etika atau tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran bagaimana hubungan sosial orang-orang islam dengan orang islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan hubungan orang-orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga menjelaskan tentang pentingnya solideritas dalam kehidupan       Aantara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa manusia tidak bisa hidup kecuali dalam kebersamaan. Kebersamaan baru dapat diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu anjuran hadist tersebut kepada umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka merupakan ajakan yang positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
2.3  Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulan dalam Kehidupan Sehari-Hari.

1.    QS:al kafirun1-6
a.    Hendaknya setiap mukmin memiliki kepribadian yang teguh dan kuat
b.    Masing- masing pemeluk agama dapat melaksanakan apa yang di anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya
c.    Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.
2.    Q:S Yunus:40-41
a.    Setiap orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya
b.    Hendaknya orang mukmin tahu bahwa Allah adalah pemelihara dan pembimbing kita semua.
c.    Orang yang tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yang dibawanya. Mereka berhak berpisah secara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT serta di beri balasan dan ganjaran yang sesuai.
3.    Q:S Al-Kahfi ayat 29
a.    Nilai kebenaran (haqullah) adalah sesuatu yang pasti dan menjadi harga mati, sebab sumbernya dari Allah SWT yang tidak boleh diubah atau di abaikan.
b.    Keuntungan dan kemanfaatan dari keimanan kita kepada Allah akan kembali kepada diri kita sendiri.
c.    Mereka yang mengingkari dan menolak ayat-ayat Allah akan merugi dan celaka.
4.    Q:S al-Hujurat 10-13
a.    Sesama orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh, meskipun berbeda bahas, suku bangsa, adat kebiasaan, tingkat ekonomi-sosial tetapi mereka satu ikatan persaudaraan.
b.    Sesama orang mukmin tidak boleh mengolok-olok, mengejek, menghina satu sama lainnya.
c.    Sesama orang mukmin tidak boleh memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan yang buruk.
d.   Orang mukmin dilarang berburuk sangka.
e.    Orang mukmin harus mengikuti perintah untuk sadar dan mengakui bahwa disisi Allah SWT semua manusia sama kedudukannya, yang membedakan derajat mereka adalah ketaqwaannya.
5.    Hadis Pertama
a.    Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan ajaran islam. Tercakup di dalam nilai budaya perlunya berperilaku yang seimbang demi mewujudkan masyarakat yang indah dan menyenangkan.
b.    Sesama orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
c.    Dalam kehidupan sehari-hari orang islam perlu doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
6.    Hadis kedua
a.    Kehidupan sosial orang-orang mukmin ibarat satu tubuh.
b.    Orang-orang mukmin harus mempunyai solidaritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang mukmin.







[1] Yusuf al-Qaradhawi. 1994. Fatâwâ Mu’âshirah. Manshurah: Dar al-Wafa’. Cet. ke-3. Jilid ke-2. h. 667

[2] Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14. h. 657
[3] Ibnu katsir, tafsir ibnu katsir. Al Hidayah, Surabaya. jilid 4.
[4] Quraish shihab. Membumikan Al-Qura’an. cet x.hal 51-53 Jakarta.

No comments:

Post a Comment