supervisi pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Masalah mengenai pendidikan berkembang sangat kompleks sesuai dengan perkembangan zaman. Masalah tersebut tentunya berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan sendiri. Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Indonesia maka paradigma tenaga kependidikan pun sudah seharusnya mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan supervisi atau kepengawasan pendidikan ini. Dari paradigma lama dapat dipahami bahwa pengawasan cenderung bersifat otokratis, mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang lain dan berorientasi pada kekuasaan. Pengertian pengawasan seperti ini sering disebut inspeksi atau memeriksa, orang yang melakukan pemeriksaan itu sendiri disebut inspektur. Perubahan demi perubahan telah dialami. Pengaruh-pengaruh barat mulai masuk, sehingga pengertian pengawasan dalam pendidikan dirubah menjadi “supervisi” yang maksudnya hampir sama dengan inspeksi tapi istilah supervisi memiliki arti yang lebih luas dan demokratis, tidak hanya melihat apakah kepala sekolah, guru, dan para pegawai sekolah telah melakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi juga berusaha mencari jalan keluar bagaimana cara memperbaikinya. Dengan paradigma baru ini diharapkan para pendidik dan para supervisor dapat menjalin kerjasama yang lebih harmonis dalam rangka mengemban tugas-tugas kependidikan yang dibebankan kepada diri masing-masing.
Supervisi pendidikan atau yang lebih dikenal dengan pengawasan pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan. Pengawasan di sini adalah pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik yang baik dan professional. Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif.
Atas dasar itu, kami penulis menulis makalah ini untuk memenuhi tugas serta memberikan konsep dasar mengenai supervisi pendidikan yang tentunya diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.


1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditentukan, maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang menjadi latar belakang diadakannya supervisi pendidikan?
2.      Bagaimana pengertian dari supervisi pendidikan?
3.      Apa saja tujuan dengan diadakannya supervisi pendidikan?
4.      Apa saja fungsi dari supervisi pendidikan?
5.      Apa saja jenis-jenis supervisi pendidikan?

1.3    Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui apa yang menjadi latar belakang diadakannya supervisi pendidikan.
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan supervisi pendidikan.
3.      Untuk mengetahui tujuan dari supervisi pendidikan.
4.      Untuk mengetahui fungsi dari supervisi pendidikan.
5.      Untuk mengetahui jenis-jenis supervisi pendidikan.






BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Latar Belakang Perlunya Supervisi Pendidikan
Pendidikan menjadi salah satu kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi. Tanpa adanya pendidikan, maka manusia tidak akan maju. Namun, dimana-mana terdengar banyak orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan, sementara ada sebagian pula merasa perlu adanya pembaharuan dan perubahan sistem pendidikan dan pengajaran dengan orientasi pemikiran yang beraneka ragam. Guru-guru diberbagai tingkat dan jenis pendidikan adalah tenaga operasional dalam jabatan kependidikan yang paling terendah di mata masyarakat,  tetapi luhur dan mulia disisi sang pencipta dalam menjalankan fungsinya. Mereka seperti halnya dengan manusia lainnya, mempunyai banyak masalah (pribadi maupun jabatan) yang memerlukan pemecahan seperlunya. Mereka sangat membutuhkan orang lain yang mempunyai cukup pengalaman dan perlengkapan dalam jabatan dalam mencoba mengerti tujuan pendidikan, tujuan-tujuan kurikulum, tujuan-tujuan instruksional (behavioral objective). Mereka mengharapkan apa dan bagaimana cara memberi pengalaman belajar  yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak dan masyarakat yang sedang berkembang. Mereka membutuhkan pengalaman mengenal dan menilai hasil belajar anak serta cara-cara pemecahan masalah dalam jabatannya, dan sebagainya. Usaha ini dilakukan untuk memacu laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dua faktor penyebab terjadinya perubahan yang cukup pesat dan kompleks, karena mempunyai ruang lingkup yang luas meliputi segala aspek kehidupan manusia dewasa ini. Hal ini dilakukan untuk dapat mengurangi kesenjangan yang menjadi isu masyarakat antara merosotnya mutu pendididkan dengan kebutuhan akan kualitas (kemampuan guru-guru) di berbagai lembaga pendidikan.
Disadari ataupun tidak kita telah berada dalam perubahan itu. Untuk menghadapi perkembangan dan perubahan tersebut, guru-guru harus sadar dan tahu tugasnya dengan jelas. Dengan bermodal sejumlah pengetahuan tentang jabatan guru melalui pendidikan guru (preservice teacher education) dengan falsafah optimismenya berupaya untuk tumbuh dan berkembang dalam jabatannya guna dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Disini diperlukan adanya supervisi pendidikan yang berakar mendalam dalam membina pertumbuhan jabatan guru, menyesuaikan diri dengan perkembangan, mampu memecahkan berbagai masalah dalam pendidikan, dan berusaha mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan itu.
Dalam bukunya, Leeper menyimpulkan beberapa hal yang memberi gambaran tentang latar belakang perlunya supervisi, antara lain sebagai berikut[1]:
1.         Bahwa perubahan sosial dewasa ini perlu diperhatikan dimensi baru yaitu perubahan teknologi ruang angkasa.
2.         Susunan internasional yang berubah dari polarisasi kekuatan pluralisme dalam kekuatan.
3.         Berkembangnya sains dan teknologi yang semakin cepat.
4.         Adanya urbanisasi yang semakin meningkat, menyebabkan masalah baru dalam pendidikan.
5.         Adanya tuntunan hak-hak asasi manusia yang juga menyebabkan problema bagi para pendidik yang memerlukan pemecahan secara rasional.
6.         Akibat adanya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran menyebabkan adanya daerah-daerah miskin dan daerah kaya, adanya banyak waktu terluang, kecenderungan muda-mudi memerlukan pendidikan umum dan kejuruan untuk dapat bekerja atau mencari pekerjaan dalam masyarakat.
7.         Suburnya birokrasi dapat menghambat kelancaran dalam bidang pendidikan.
8.         Semua unsur tersebut di atas ikut mempengaruhi pembaharuan pendidikan.
9.         Demikian juga perlu sekali dialog antara para sarjana dan pembina guru-gurutentang sukses tidaknya program pendidikan dan saling mendengar dan belajar.
Kegiatan dan pelaksanaan supervisi dan evaluasi selalu dilakukan di setiap lembaga dan organisasi apapun, karena secara umum kegiatan tersebut memiliki tujuan untuk:
1.      Menciptakan kondisi kerja,
2.      Membentuk perilaku anggota organisasi sesuai dengan norma dan budaya organisasi itu dan bagi kepentingan maksud dan tujuan organisasi, serta
3.      Mengendalikan pencapaian prestasi anggota dan hasil kerja.
Swearingen mengungkapkan latar belakang perlunya supervisi berakar mendalam dalam kebutuhan masyarakat dengan latar belakang sebagai berikut :
1.      Latar Belakang Kultural
Pendidikan berakar dari budaya arif lokal setempat. Sejak dini pengalaman belajar dan kegiatan belajar-mengajar harus diangkat dari isi kebudayaan yang hidup di masyarakat itu. Sekolah bertugas untuk mengkoordinasi semua usaha dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
2.      Latar Belakang Filosofis
Suatu sistem pendidikan yang berhasil guna dan berdaya guna bila ia berakar mendalam pada nilai-nilai filosofis pandangan hidup suatu bangsa.
3.      Latar Belakang Psikologis
Secara psikologis supervisi itu berakar mendalam pada pengalaman manusia. Tugas supervisi ialah menciptakan suasana sekolah yang penuh kehangatan sehingga setiap orang dapat menjadi dirinya sendiri.
4.      Latar Belakang Sosial
Seorang supervisor dalam melakukan tanggung jawabnya harus mampu mengembangkan potensi kreativitas dari orang yang dibina melalui cara mengikutsertakan orang lain untuk berpartisipasi bersama. Supervisi harus bersumber pada kondisi masyarakat.
5.      Latar Belakang Sosiologis
Secara sosiologis perubahan masyarakat punya dampak terhadap tata nilai. Supervisor bertugas menukar ide dan pengalaman tentang mensikapi perubahan tata nilai dalam masyarakat secara arif dan bijaksana.
6.      Latar Belakang Pertumbuhan Jabatan
Supervisi bertugas memelihara, merawat dan menstimulasi pertumbuhan jabatan guru. Diharapkan guru menjadi semakin professional dalam mengemban amanat jabatannya dan dapat meningkatkan posisi tawar guru di masyarakat dan pemerintah, bahwa guru punya peranan utama dalam pembentukan harkat dan martabat manusia. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan dasar adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif, yaitu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan diterima sebagai subjek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu, supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif.[2]
Supandi menyatakan bahwa ada dua hal yang mendasari pentingnya supervisi dalam proses pendidikan.[3]
1.    Perkembangan kurikulum merupakan gejala kemajuan pendidikan. Perkembangan tersebut sering menimbulkan perubahan struktur maupun fungsi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum tersebut memerlukan penyesuaian yang terus-menerus dengan keadaan nyata di lapangan. Hal ini berarti bahwa guru-guru senantiasa harus berusaha mengembangkan kreativitasnya agar daya upaya pendidikan berdasarkan kurikulum dapat terlaksana secara baik. Namun demikian, upaya tersebut tidak selamanya berjalan mulus. Banyak hal sering menghambat, yaitu tidak lengkapnya informasi yang diterima, keadaan sekolah yang tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum, masyarakat yang tidak mau membantu, keterampilan menerapkan metode yang masih harus ditingkatkan dan bahkan proses memecahkan masalah belum terkuasai. Dengan demikian, guru dan Kepala Sekolah yang melaksanakan kebijakan pendidikan di tingkat paling mendasar memerlukan bantuan-bantuan khusus dalam memenuhi tuntutan pengembangan pendidikan, khususnya pengembangan kurikulum.
2.    Pengembangan personel, pegawai atau karyawan senantiasa merupakan upaya yang terus-menerus dalam suatu organisasi. Pengembangan personal dapat dilaksanakan secara formal dan informal. Pengembangan formal menjadi tanggung jawab lembaga yang bersangkutan melalui penataran, tugas belajar, loka karya dan sejenisnya. Sedangkan pengembangan informal merupakan tanggung jawab pegawai sendiri dan dilaksanakan secara mandiri atau bersama dengan rekan kerjanya, melalui berbagai kegiatan seperti kegiatan ilmiah, percobaan suatu metode mengajar, dan lain sebagainya.
Kegiatan supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam memberikan pembinaan kepada guru. Hal tersebut karena proses belajar-mengajar yang dilaksakan guru merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena kegiatan supervisi dipandang perlu untuk memperbaiki kinerja guru dalam proses pembelajaran.
2.2    Pengertian Supervisi Pendidikan
Secara morfologis supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan visionSuper berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan –orang yang berposisi diatas, pimpinan-- terhadap hal-hal yang ada dibawahnya.
Pengertian supervisi pendidikan pada umumnya mengacu kepada usaha perbaikan situasi belajar mengajar. Akan tetapi  nampaknya masih terdapat banyak keragaman pendapat dalam menafsirkan tersebut. Hal tersebut akan membawa implikasi yang berbeda pula dalam pelaksanaannya. Untuk memberikan kerangka acuan mengenai pengertian supervisi, ada baiknya kita mengkaji kembali beberapa pendapat para ahli:
·         Neagley (1980:20) dikutip oleh Made Pidarta mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang bertujuan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar dan kurikulum dikatakan supervisi. Supervisi disini diartikan sebagai bantuan dan bimbingan kepada guru-guru dalam bidang instruksional, belajar dan kurikulum, dalam usahanya mencapai tujuan sekolah.
·         Kimbal Wiles (1956:8) berpendapat bahwa “supervision is an assitance in the development of a better teaching-learning situation”, yaitu suatu bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik.
·         N.A Ametembun (1981:5) merumeskan bahwa supervisi pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan. Pendidikan yang dimaksudkan berupa bimbingan atau tuntutan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya, dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
·         Oteng Sutisna (1982:223), menjelaskan bahwa pandangan baru tentang supervisi terdapat ide-ide pokok, seperti : menggalakan pertumbuhan profesional guru, mengembangkan masalah-masalah belajar mengajar dengan efektif. Pendekatan-pendekatan baru tentang supervisi ini menekankan pada peranan supervisi selaku bantuan, pelayanan atau pembinaan pada guru dan personil pendidikan lain dengan maksud untuk memperbaiki kemampuan guru dan kualitas pendidikan.
·         Sergiovanni (1971:10) yang dikutip Mde Pidarta mengemukakan pernyataan yang berhubungan dengan supervisi sebagai berikut. (1) Supervisi lebih bersifat proses daripada peranan, (2) Supervisi adalah suatu proses yang digunakan oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan sekolah yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.
·         Badan Kajian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (1982:1) mendefinisikan supervisi pendidikan sebagai : “ segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih mampu lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya , yaitu memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.[4]
Supervisi dalam pendidikan memiliki arti yang luas. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya  supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas pembinaan atau bimbingan profesional bagi guru dan pegawai sekolah lainnya. Bimbingan profesional yang dimaksudkan adalah segala usaha yang memberikan kesempatan para guru dan pegawai sekolah untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksankaan tugas pokoknya, yaitu meningkatkan proses belajar murid-murid dan melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
Suatu pengajaran sangat tergantung pada kemampuan mengajar guru, maka kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada peningkatan profesional guru, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu proses belajar mengajar. Dalam analisis terakhir, kualitas supervisi akan direfleksikan pada peningkatan hasil belajar murid.[5]
Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya mengawasi apakah para guru atau pegawai menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai dengan  instruksi atau ketentuan-ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha bersama guru-guru, bagaimana cara-cara memperbaiki proses belajar-mengajar. Jadi, dalam  kegiatan supervisi, guru-guru tidak dianggap sebagai pelaksana pasif, melainkan diperlukan sebagi partner bekerja yang memilki ide-ide, pendapat-pendapat, dan pengalaman-pengalaman yang perlu didengar dan dihargai serta diikutsertakan di dalam usaha-usaha perbaikan pendidikan. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Burton dalam bukunya, “Supervision a Social Process”, sebagai berikut: “Supervision is an expert technical service primarily aimed at studying and improving co-operatively all factors which affect child growth and development”.[6]
2.3    Tujuan Supervisi Pendidikan
Menurut Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru tujuan dari supervisi pendidikan ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha kearah perbaikan belajar dan mengajar ditunjukkan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukkan pribadi anak secara maksimal.
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan konkrit dari supervisi pendidikan.
a.       Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan.
b.      Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid-murid.
c.       Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar.
d.      Membantu guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran modern.
e.       Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid.
f.       Membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
g.      Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
h.      Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.
i.        Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya.
j.        Membantu guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya[7].
Sedangkan menurut Burton, tujuan supervisi adalah perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar secara total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran proses belajar-mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran, dan sebagainya[8].
Tujuan umum supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf lainnya) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan proses pembelajaran[9].

2.4    Fungsi-fungsi Supervisi Pendidikan
Tugas pokok supervisi pendidikan adalah memahami fungsi-fungsi supervisi pendidikan. Fungsi-fungsi utama supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Menyelenggarakan Inspeksi
Inspeksi adalah usaha mensurvai seluruh sistem pendidikan yang ada, guna menemukan masala-masalah, kekurangan-kekurangan, baik pada guru, murid, perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode mengajar, maupun perangkat lain di sekitar keadaan proses belajar.
Sebagai fungsi supervisi, inspeksi harus bersumber pada data yang aktual dan tidak pada informasi yang sudah kadaluarsa.
2.      Penelitian Hasil Inspeksi Berupa Data
Data yang telah diperoleh kemudian diolah untuk dijadikan bahan penelitian. Dengan cara ini dapat ditemukan teknik dan prosedur yang efektif sebagai keperluan penyelenggaraan pemberian bantuan kepada guru, sehingga supervisi dapat berhasil dengan memuaskan.
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan supervisi sekurang-kurangnya adalah:
·         Menemukan masalah yang ada pada situasi belajar mengajar.
·         Mencoba mencari pemecahan yang diperkirakan efektif.
·         Menyusun program perbaikan.
·         Mencoba cara baru.
·         Merumuskan pola perbaikan yang ada standar untuk pemakaian yang lebih luas.
3.      Penilaian
Kegiatan penilaian berupa usaha untuk mengetahui segala fakta yang mempengaruhi kelangsungan persiapan, penyelenggaraan dan hasil pengajaran.
4.      Latihan
Berdasarkan hasil penelitian dan kemudian diadakan latihan. Pelatihan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan cara-cara baru sebagai upaya perbaikan dan atau peningkatan. Hal inipun bisa sebagai pemecahan atas masala-masalah yang dihadapi. Pelatihan ini dapat berupa lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi, observasi, saling.


5.      Pembinaan
Pembinaan atau pengembangan merupakan lanjutan dan kegiatan memperkenalkan cara-cara baru. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar guru-guru mau menerapkan penelitian, termasuk dalam hal ini  membantu guru-guru memecahkan masalah dan kesulitan dalam menggunakan cara-cara baru.[10]
Selain yang di atas, fungsi-fungsi supervisi pendidikan yang sangat penting diketahui oleh para pimpinan pendidikan termasuk kepala sekolah, adalah sebagai berikut:
1.      Dalam bidang kepemimpinan
a.       Menyusun rencana dan policy bersama.
b.      Mengikutsertakan anggota-anggota kelompok (guru-guru, pegawai) dalam berbagai kegiatan.
c.       Memberikan bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan persoalan-persoalan.
d.      Membangkitkan dan memupuk semangat kelompok, atau memupuk moral yang tinngi kepada anggota kelompok.
e.       Mengikutsertakan semua anggota dalam menetapkan putusan-putusan.
f.       Membagi-bagi dan mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab anggota kelompok, sesuai dengan fungsi-fungsi kecakapan masing-masing.
g.      Mempertinggi daya kreatif pada anggota kelompok.
h.      Menghilangkan rasa malu dan rasa rendah diri pada anggota kelompok sehingga mereka berani  mengemukakan pendapat.
2.      Dalam hubungan kemanusiaan
a.       Memanfaatkan kekeliruan ataupun kesalahan-kesalahan yang dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya, bagi diri sendiri maupun bagi anggota kelompoknya.
b.      Membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok, seperti dalam hal kemalasan, merasa rendah diri, acuh tak acuh, pesimistis, dan lian-lain.
c.       Mengarahkan anggota kelompok kepada sikap-sikap yang demokratis.
d.      Memupuk rasa saling menghormati diantara sesama anggota kelompok dan sesama manusia.
e.       Menghilangkan rasa curiga-mencurigai antara anggota kelompok.
3.      Dalam pembinaan proses kelompok
a.       Mengenal masing-masing pribadi anggota kelompok, baik kelemahan maupun kemampuan masing-masing.
b.      Menimbulkan dan memelihara sikap percaya-mempercayai antara sesama anggota maupun antara anggota dan pemimpin.
c.       Memupuk sikap dan kesediaan tolong-menolong.
d.      Memperbesar rasa tanggung jawab para anggota kelompok.
e.       Bertindak bijaksana dalam menyelesaikan pertentangan atau perselisihan pendapat di antara anggota kelompok.
f.       Menguasai teknik-teknik memimpin rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya.
4.      Dalam bidang administrasi personel
a.       Memiliki personel yang memiliki syarat-syarat dan kecakapan yang diperlukan untuk suatu pekerja.
b.      Menempatka personel pada tempat dan tugas yang sesuai  dengan kecakapan dan kemampuan masing-masing.
c.       Mengusahakan susunan kerja yang menyenagkan dan meningkatkan daya kerja serta hasil maksimal.
5.      Dalam bidang evaluasi
a.       Menguasai dan memahami tujuan-tujuan pendidikan secara khusus dan terinci.
b.      Menguasai dan memiliki narma-norma atau ukuran-ukuran yang akan digunakan sebagai kriteria penilaian.
c.       Menguasai teknik-teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma-norma yang ada.
d.      Menafsirkan dan menyimpulkan hasil-hasil penilaian sehingga mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan.
Jika fungsi-fungsi supervisi di atas benar-benar dikuasai dan dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap pemimpin pendidikan termasuk kepala sekolah terhadap para anggotanya, maka kelancaran jalan sekolah atau lembaga dalam pencapaian tujuan pendidikan akan lebih terjamin.[11]
2.5     Jenis-jenis Supervisi Pendidikan
A.    Berdasarkan Proses
1.      Supervisi Preventif
      Dalam proses supervisi, supervisor memberikan nasehat-nasehat untuk menghindari kesalahan-kesalahan.
2.      Supervisi Korektif
      Dalam proses supervisi, supervisor bersifat mencari kesalahan bawahannya, baik secara prinsipil, teknis, maupun dalam melaksanakan instruksi dari supervisor.
3.      Supervisi Konstruktif
      Dalam supervisi, supervisor memperhatikan prestasi bawahannya (seperti : inisiatif, daya cipta, penelitian, dan lain-lain) yang kemudian memberikan berbagai macam penghargaan yang sesuai.
4.      Supervisi Kooperatif
      Dalam supervisi, supervisor mengutamakan kerjasama, partisipasi, musyawarah dan toleransi dengan bawahan demi kemajuan pendidikan.


B.     Berdasarkan Ruang Lingkup
1.      Supervisi Umum
      Supervisi umum yaitu supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan pengajaran, seperti kegatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah atau kantor-kantor pendidikan dan sebagainya.
2.      Supervisi Pengajaran
      Sedangkan supervisi pengajaran adalah kegiatan-kegiatan kepengewasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi –baik personil maupun materil- yang memugkinkan terciptanya situasi belajar-mengajar yang lebih baik demi tercapainya tujuan pendidikan.
3.      Supervisi Klinis
      Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan pengajaran dengan melalui siklus yang sistematis dari tahap perencanaan, pengamatan dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengajar sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi yang rasional.
      Secara teknik supervisi klinis adalah suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu (1) pertemuan perencanaan, (2) observasi kelas, (3) pertemuan balik. Jadi menurut definisi diatas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru/calon guru, khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan obyektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.
C.     Berdasarkan Pelaksanaan
1.      Pengawasan Melekat
      Di dalam dunia pendidikan di Indonesia istilah supervisi disebut juga pengawasan atau kepengawasan. Pengawasan melekat adalah suatu pengawasan yang memang sudah melekat menjadi tugas dan tanggung jawab semua pimpinan. Oleh karena itu setiap pemimpin adalah juga sebagai pengawas, maka kepengawasan yang dilakukan itu disebut pengawasan melekat. Dengan pengawasan melekat yang efektif dan efisien dapat dicegah sedini mungkin terjadinya pemborosan, kebocoran, dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga, uang, dan perlengkapan milik negara sehingga dapat terbina aparat pendidikan yang tertib, bersih, dan berdaya guna.       Tujuan pengawasan melekat adalah untuk mengetahui apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian yang melekat padanya dengan baik sehingga bila ada penyelewengan, pemborosan, dan korupsi pimpinan unit kerja dapat mengambil tindakan koreksi sedini mungkin.
2.      Pengawasan Fungsional
      Pengawasan fungsional adalah kegiatan-kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatanya sebagai pengawas. Sebagai contoh konkret tentang pengawasan fungsional dapat dilihat dalam struktur organisasi Departemen P dan K dalam struktur tersebut khususnya di lingkungan inspektorat jenderal terdapat delapan inspektorat yang masing-masing dipimpin oleh seorang inspektur. Khusus mengenai kepala sekolah mempunyai dua fungsi kepengawasan sekaligus, yaitu pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. Kepala sekolah harus menjalankan pengawasan melekat karena ia adalah pimpinan unit atau lembaga yang paling bawah di lingkungan Departemen P dan K. Dan ia pun harus menjalankan atau berfungsi sebagai pengawas fungsional, karena kepala sekolah adalah juga sebagai pengawas atau supervisor yang membantu tugas penilik atau pengawas dari Kanwil, khususnya dalam bidang supervisi pengajaran.
D.    Berdasarkan  Sifat
1.      Supervisi dinamik
      Supervisi dinamik yaitu  supervisi yang diarahkan untuk mengubah secara lebih intensif praktek-praktek pembelajaran tertentu.Tekanan dalam perubahan ini diletakkan kepada diskontinuitas, gangguan terhadap praktek yang ada sekarang untuk diganti dengan yang baru.Program yang demikian merupakan program baru yang mempengaruhi perilaku murid,guru dan semua personil sekolah.


2.      Supervisi traktis
      Supervisi yang hanya berusaaha melakukan perubahan kecil karena menjaga kontinuitas .Contohnya adanya kegiatan rutin seperti pertemuan rutin dengan guru-guru untuk membicarakan kesulitan kesulitan kecil ,memberikan arahan dalam prosedur standard operasi (PSO) dalam suatu kegiatan













BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Supervisi pendidikan yang berakar mendalam diperlukan dalam membina pertumbuhan jabatan guru, menyesuaikan diri dengan perkembangan, mampu memecahkan berbagai masalah dalam pendidikan, dan berusaha mewujudkan tujuan pendidikan yang dicita-citakan itu.
2.      Supervisi pendidikan ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif.
3.      Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru.
4.      Fungsi-fungsi supervisi pendidikan diantaranya adalah mengadakan inspeksi, penelitian hasil inspeksi berupa data, penilaian, latihan, dan pembinaan.
5.      Jenis-jenis supervisi pendidikan ada tiga yaitu berdasarkan proses, berdasarkan ruang lingkup ,pelaksanaan,  dan berdasarkan sifat.


3.2    Saran
Supervisi sangat diperlukan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Untuk itu, konsep dasar dari supervisi pendidikan perlu dipahami oleh kita sebagai seorang calon guru. Dengan adanya makalah, diharapkan  dapat memberikan gambaran mengenai supervisi pendidikan.



[1]Leeper R.R. (Editor), “Role of Supervisor and Curriculum Director in a Climate of Change”, Washington: Assosiation for Supervision and Curriculum development, 1996, Hal. 12
[2] Sahertian, Piet A., “Prinsip Dan Tehnik Supervisi Pendidikan”, Surabaya: Usaha Nasional, 1981, Hal. 20
[3] Supandi, “Administrasi dan Supervisi pendidikan”,  Jakarta: Universitas Terbuka, 1986, Hal. 252
[4] Tim Dosen,2011, Manajemen Pendidikan,Bandung: Alfabeta, hlm.312
[5]Ibid, hlm.314
[6] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008, hal:77.
[7] Piet A. Sahertian dan Frans Mataheru, Prinsip Dan Tehnik Supervisi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1979), hal:24.
[8] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hal:77.
[9] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Supervisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal: 40.
[10] Tim Dosen, Administrasi Pendidikan,(Bandung : Alofabeta, 2011), hal:314
[11] M. Ngalim Purwanto, 1987, Adminitrasi dan Supervisi Pendidikan,(Jakarta: PT REMAJA ROSDAKARYA), hal:86

No comments:

Post a Comment