A. Tujuan Praktikum
1.
Agar Mahasiswa atau Mahasiswi dapat
mengetahui bentuk kromosom dari larva chironomus.
2.
Agar Mahasiswa atau Mahasiswi dapat mengetahui cara-cara yang harus dilakukan
untuk dapat mengamati larva chironomus di laboratorium.
B.
Landasan Teori
Kromosom
merupakan suatu kemasan materi genetik (DNA). Terdapat kromosom yang berukuran
lebih besar daripada kromosom normal yang terbentuk dari proses replikasi
berulang suatu molekul DNA tanpa diikuti pembelahan sel, sehingga kromosom
mengandung molekul DNA yang bertumpuk secara parallel yang disebut kromosom politen.
Fungsi dari kromosom politen diantaranya adalah untuk memperbanyak gen,
menentukan lokasi gen, dan perubahan struktur dalam kromosom. Kromosom politen
sering ditemukan pada tumbuhan, mamalia, protozoa, dan serangga ordo diptera
Organisme yang paling umum dijadikan model untuk pengamatan kromosom politen
adalah Chironomus sp. karena memiliki kromosom politen yang berukuran sangat
besar dan jelas. Kromosom politen bisa ditemukan diberbagai tempat salah
satunya di kelenjar ludah. Dilakukan pengamatan pada larva Chironomus sp. untuk
melihat struktur kromosom politen yang terletak pada kelenjar ludah.
Kromosom
raksasa terlihat pada larva sejak 1881 pertama kali ditemukan oleh Balbiani
yang melihat suatu susunan sel-sel yang sangat besar pada kelenjar ludah dari
larva drosophila. Kelenjar ludah (Salivary glands) tersusun dari sel-sel yang
sangat besar selama perkembangan larva, namun tidak mengalami pembelahan, hanya
terus membesar mengikuti perkembangan larva.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
No
|
Alat
|
Gambar
|
1.
|
Pipet tetes
|
|
2.
|
Penjepit
|
|
3.
|
Kaca objek (kaca
preparat)
|
|
4.
|
Kaca pnutup
preparat
|
|
5.
|
Mikroskop
|
|
6.
|
Piset
|
|
7.
|
Pembakar spirtus
|
|
8.
|
Silet
|
|
9.
|
Kaca arloji
|
|
2. Bahan
No
|
Bahan
|
Gambar
|
1.
|
Larva
cronomus
|
|
2.
|
Acetocarin
|
|
D.
Langkah Kerja
No
|
Langkah
Kerja
|
Gambar
|
1.
|
Siapkan
larva cronomus
|
|
2.
|
Pertama-tama
potong bagian kepala larva cronomus, setelah itu potong kembali bagian kepala
tersebut secara melintang.
|
|
3.
|
Letakan
bagia kepala yang telah dipotong tersebut di atas kaca preparat dan teteskan
acetocarmin untuk memudahkan pada saat pengamatan.
|
|
4.
|
Bakar
sampai hangat preparat tersebut sampai hangat untuk memudahkan pengamatan.
|
|
5.
|
Setelah
itu, tutup preparat dengan cover glass sambil sedikit ditekan agar apa yang
ingin kita amati dapat terlihat.
|
|
6.
|
Kemdian
amati dibawah mikroskop.
|
|
E. Hasil Pengamatan
Pengamatan di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 10 X 10/0,25
Terdapat kromosom dari hasil pengamatan (lingkaran
garis merah)
Ketika praktikan telah melakukan langkah kerja, tentunya untuk
mendapatkan hasil pengamatan yang tepat dibutuhkan ketelitian dan kesabaran
untuk mendapatkannya. Pada praktikum ini sangat diharapkan praktikan mampu
menemukan kromosom yang terdapat pada larva chironomus. Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X
10/0,25 yang sebelumnya pada preparat telah ditetesi cairan asetokarmin
didapatkan kromosom dari larva chironomus berbentuk bulatan bercabang yang
mirip dengan struktur kromosom sesungguhnya. Kromosom ini berwarna putih dengan
garis-garis vertikal berwarna hitam disekitar bentuk kromosom sesungguhnya
(seperti gambar di atas).
F. Pembahasan
F. Pembahasan
Deskripsi : Larva Chironomus berwarna merah, tubuh
bersegmen-semen 10-12 segmen.
Bagian posterior bercabang 3.
Pada bagian anteriornya (kepala) terdapat mulut tipenya tipe penghisap karena
biasa menghisap darah oleh karena itu sering dijuluki cacing darah. Larva Chironomus ini memiliki bentuk kelenjar
ludah yang besar sehingga mudah untuk mengamati bentuk kromosom yang terdapat
kelenjar ludah tersebut.
Bentuk Kelenjar Ludah Chironomus
Chironomida adalah salah satu serangga air yang memiliki
beragam kegunaan. Chironomida pada stadia larva memiliki peran dalam
jaring-jaring makanan yakni sebagai sumber pakan alami invertebrata lain, ikan,
amfibi maupun burung. Larva chironomida juga dimanfaatkan sebagai bioindikator
lingkungan. (Farhani, 2011).
Kelenjar ludah Chironomus berbentuk menyerupi kalung (bentuk buat berantai). Kelenjar ini dapat
ditemukan pada daerah 1/3 posterior (dekat anterior) setelah dibedah terlebih
dahulu. Bentuk kelenjar ludah pada Chironomus mudah diamati katena ukurannya besar
dan berwarna bening bentuknya menyerupai kalung. Bentuk kromosom terlihat jelas
setelah diberi pewarnaan Acetocarmin.
Pada percobaan ini digunakan
beberapa larutan untuk membuat preparat kromosom Chironomus sp. yang
antara lain adalah larutan fisiologis dan larutan Asetocarmin. Larutan-larutan
ini digunakan karena fungsi-fungsinya. Berikut adalah fungsi dari setiap
larutan yang digunakan: larutan Asetocarmin berfungsi sebagai zat pewarna. Hal
ini bisa dilihat dari warna kromosom saat diamati di bawah mikroskop. Warna
kromosom merah, sesuai dengan warna larutan Asetocarmin.
Kromosom Chironomus yang diamati
memiliki lengan kromosom dengan pola warna terang-gelap. Berdasarkan
literatur, pola terang-gelap ini dihasilkan dari struktur kromatin yang
menyusun kromosom. Pada pita gelap kromatin tersusun dengan sangat rapat, 10
kali lebih rapat dibandingkan kromatin pada pita terang (Hartwell et al,
2004).
Ada dua macam kromosom yaitu autosom
dan gonosom. Autosom adalah kromosom biasa atau kromosom somatik, tidak
berperan dalam pertumbuhan seks dan gonosom adalah kromosom seks, berperan
dalam menentukan pertumbuhan seks. Jumlah kromosom pada drosophila ada 8 buah
atau 4 pasang, dengan 3 pasang autosom dan 2 pasang gonosom. Gonosom ada dua
macam X dan Y.
Walau tidak tampak jelas pada gambar
hasil pengamatan, namun dapat diamati bahwa kromosom-kromosom pada Chironomus
sp. tidak tersusun seperti
kromosom non-politen lainnya. Pada kromosom non-politen, kromosom satu dengan
kromosom lain terpisah sehingga jumlah kromosom dapat diamati dengan jelas.
Sedangkan pada kromosom politen, kromosom yang diamati hanya satu dengan lengan
kromatid yang cukup banyak terpusat pada satu pusat. Pusat inilah yang disebut
dengan kromosenter yang terbentuk dari heterokromatin yang merupakan
gabungan dari sentromer (Hartwell, et. al, 2004).
Perbedaan-perbedaan
gambar hasil pengamatan dengan gambar yang diperoleh dari literatur bisa
disebabkan oleh ketidaklengkapan bagian-bagian kromosom preparat yang dibuat.
Ketidaklengkapan ini erat kaitannya dengan proses pengambilan kelenjar ludah
pada larva. Kesalahan teknis pada saat pewarnaan juga mungkin terjadi, atau
ketika preparat yang telah diberi warna pada saat dipanaskan terlalu panas,
sehingga berdampak pada preparat kromosom yang dihasilkan tidak sesuai dengan
harapan.
Beberapa kelompok pada saat
melakukan percobaan ini, gagal membuat preparat kromosom. Masalah utama
kegagalan ini terletak pada sulitnya proses pengambilan kelenjar ludah larva
dalam keadaaan yang baik. Banyak kelenjar ludah yang rusak akibat
perlakuan yang salah. Seharusnya pengambilan kelenjar ludah dilakukan dengan
bantuan mikroskop bedah stereo. Selain itu pada saat melakukan proses pewarnaan
yang terlalu banyak sehingga kromosom pada larva Chironomus sp tidak
terlihat dengan baik dan terlalu lamanya preperat tersebut didiamkan setelah
pewarnaan menyebabkan sel-sel pada larva Chironomus sp. mengkerut. Kegagalan ini bisa
juga disebabkan karena banyaknya lemak tubuh larva Chironomus sp. sehingga pencarian kromosom di
bawah menjadi lebih sulit dilakukan.
G.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Chironomida adalah salah satu serangga air yang memiliki beragam kegunaan. Chironomida pada stadia larva memiliki peran dalam jaring-jaring makanan yakni sebagai sumber pakan alami invertebrata lain, ikan, amfibi maupun burung. Larva chironomida juga dimanfaatkan sebagai bioindikator lingkunga.
1. Chironomida adalah salah satu serangga air yang memiliki beragam kegunaan. Chironomida pada stadia larva memiliki peran dalam jaring-jaring makanan yakni sebagai sumber pakan alami invertebrata lain, ikan, amfibi maupun burung. Larva chironomida juga dimanfaatkan sebagai bioindikator lingkunga.
2. Terdapat
dua macam kromosom yang terdapat pada Chironomida yaitu autosom dan gonosom.
3. Pita kromosom
pada Laraha Chinoromus sangat mudah diamati karena ukurannya yang besar.
Daftar Pustaka
Campbell,
N.A, J.B. Reece. L.G. Mitchell. 2000. Biologi jilid 1. Edisi kelima. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Yatim,
W,. 1992. Biologi Sel Lanjut. Bandung: Tarsito
No comments:
Post a Comment