LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI BIOTEKNOLOGI PRODUKSI MAKANAN MODERN PEMBUATAN ROTI


BIOTEKNOLOGI PRODUKSI MAKANAN MODERN
PEMBUATAN ROTI
A.   Tujuan
Melalui kegiatan ini praktikan dapat :
1.      Menentukan variabel yang terlibat dalam percobaan
2.      Membuat rumusan masalah untuk mengarahkan penyelidikan
3.      Membuat hipotesis yang berhubungan dengan permasalahan
4.      Merancang dan melakukan percobaan
5.      Mengkomunikasikan hasil percobaan

B.   Petunjuk dasar
Kualitas roti secara umum disebabkan karena variasi dalam penggunaan bahan baku dan proses pembuatannya. Jika bahan baku yang digunakan mempunyai kualitas yang baik dan proses pembuatannya benar maka roti yang dihasilkan akan mempunyai kualitas yang baik pula. Jenis dan mutu produk bakery sangat bervariasi tergantung jenis bahan-bahan dan formulasi yang digunakan dalam pembuatannya. Variasi produk ini diperlukan untuk memenuhi adanya variasi selera dan daya beli konsumen (Desrosier, 1987).
Saccharomyces cereviciae yang penting dalam pembuatan roti memiliki sifat dapat memfermentasikan maltosa secara cepat (lean dough yeast), memperbaiki sifat osmotolesance (sweet dough yeast), rapid fermentation kinetics, freeze dan thaw tolerance, dan memiliki kemampuan memetabolisme substrat. Pemakaian ragi dalam adonan sangat berguna untuk mengembangkan adonan karena terjadi proses peragian terhadap gula, memberi aroma (alkohol) (Dwijoseputro, 1990).
Tepung merupakan bahan baku utama roti. Tepung yang biasa digunakan untuk roti adalah tepung gandum, jagung, havermouth, dan sebagainya. Pembuatan roti, ragi/yeast dibutuhkan agar adonan bisa mengembang. Ragi/yeast biasanya ditambahkan setelah tepung terigu ditambah air lalu diaduk-aduk merata, setelah itu selanjutnya adonan dibiarkan beberapa waktu. Ragi/yeast sendiri sebetulnya mikroorganisme, suatu mahluk hidup berukuran kecil, biasanya dari jenis Saccharomyces cerevisiae yang digunakan dalam pembuatan roti ini. Pada kondisi air yang cukup dan adanya makanan bagi ragi/yeast, khususnya gula, maka yeast akan tumbuh dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida dan senyawa beraroma. Gas karbondioksida yang terbentuk kemudian ditahan oleh adonan sehingga adonan menjadi mengembang (Rukmana, 2001).

C.   Variabel, Rumusan Masalah, dan Hipotesis
1.      Variabel Bebas    : jumlah ragi
Variabel Terikat  : tekstur (kelembutan) roti
Variabel Kontrol : jenis terigu, jumlah mentega dan gula

2.      Rumusan Masalah
Apakah jumlah ragi mempengaruhi kualitas roti yang dihasilkan?

3.      Hipotesis
Variasi jumlah ragi mempengaruhi kualitas roti yang dihasilkan.

D.   Alat dan Bahan
  Alat:                                                                               Bahan:
1.      Baskom                                                                    1. Terigu
2.      Sendok                                                                     2. Ragi roti instan (fermipan)
3.      Loyang roti                                                               3. Gula pasir
4.      Neraca/timbangan                                                    4. Mentega    
5.      Gelas ukur                                                                5. Air dingin
6.      Oven                                                                         6. Susu bubuk
                                                                                 7. Telur
                                                                                 8. Garam

E.   Prosedur Kerja
1.      Alat dan bahan disiapkan. Dimasukkan bahan-bahan kering (terigu, gula, garam, ragi, susu bubuk) ke dalam mangkok. Diaduk hingga merata. (pisahkan adonan dengan takaran ragi berbeda)
2.      Dimasukkan bahan-bahan basah (air dingin, margarin, telur). Dicampurkan dan diaduk dengan bahan-bahan kering tadi hingga merata.
3.      Terus diaduk hingga adonan benar-benar kalis dan terasa lembut ditangan, agar adonan roti tawar tersebut tercampur dengan merata.
4.      adonan roti tawar didiamkan selama  15-20 menit hingga adonan mengembang.
5.      Adonan dibagi menjadi beberapa bagian atau dibuat bentuk sesuai selera untuk dipanggang, agar mempermudah dalam membedakan jenis roti dari takaran ragi yang diberikan.
6.      Adonan roti yang dipanggang dimasukkan kedalam oven dipanggang dengan suhu 190 derajat Celsius selama 30 menit, hingga roti berubah warna menjadi kecoklatan.
7.      Roti yang sudah matang diangkat dan didinginkan.

F.    Hasil pengamatan
Gambar
Keterangan
Ragi 3 gram
 








Tekstur  : Kering, lembut, lebih crispy
Warna   : Cokelat muda
Rasa      : manis, Enak, Gurih

Ragi 5 gram








Tekstur  : kering, lebih lembut, crispy
Warna   : Cokelat keemasan
Rasa      :,Enak,Gurih, manis

G.  Pembahasan
Pada praktikum ini, kami membuat roti manis. Roti adalah makanan berbahan dasar utama tepung terigu dan air, yang difermentasikan dengan ragi. Pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan pemanggangan dalam oven. Jumlah ragi digunakan sebagai variabel bebas, yaitu 3 gram dan 5 gram. Jenis terigu, susu bubuk, mentega dan gula sebagai variabel kontrolnya. Selanjutnya akan dilihat hasil dari roti tersebut berdasarkan tekstur/kelembutannya sebagai variabel terikat.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan roti dapat  digolongkan bahan utama dan bahan pembantu. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan roti adalah tepung terigu, air, ragi roti, dan garam. Tepung terigu mengandung dua macam protein yang memegang peranan penting dalam pembuatan roti, yaitu protein gluten berfungsi menentukan struktur produk roti dan memberikan kekuatan pada adonan untuk menahan gas dari aktivitas ragi, dan glutenin memberikan elastisitas dan kekuatan untuk perenggangan terhadap gluten. Kandungan gizi tepung terigu yang baik akan mempunyai komposisi kadar air 13%, kadar protein 12-13%, kadar hidrat arang 72-73%, kadar lemak 1,5%, pada saat bercampur dengan air yang berfungsi sebagai kerangka roti, membuat adonan tidak mudah pecah pada waktu diroll dan menahan gas CO2 hasil fermentasi. Kualitas protein diukur dengan kemampuan gluten untuk memperluas dan mempertahankan gas yang dihasilkan selama proses fermentasi. Kualitas gluten ini yang baik menghasilkan roti yang mengembang bagus. Tepung terigu yang digunakan juga mempengaruhi sifat-sifat roti seperti volume, warna kulit roti, tekstur dan rasa roti.
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah untuk proses aerasi adonan dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida, sehingga mematangkan dan mengempukan gluten dalam adonan. Kondisi dari gluten ini akan memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata dan menahannya, membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi. Jenis ragi yang digunakan adalah golongan khamir jenis Saccaromyces cerevisiae. Fungsi garam dalam pembuatan roti adalah penambah rasa gurih, pembangkit rasa bahan-bahan lainnya, pengontrol waktu fermentasi dari adonan beragi, penambahan kekuatan glutein. Syarat garam yang baik dalam pembuatan roti adalah harus seratus persen larut dalam air, jernih, bebas dari gumpalan-gumpalan dan bebas dari rasa pahit. Air berfungsi mengontrol kepadatan adonan dan membantu penyebaran bahan-bahan lain agar dapat tercampur rata, juga sebagai pengikat, berhidrasi dengan bahan kering, dan memegang peranan untuk gelatinisasi pati (starch).
Bahan pembantu adalah bahan-bahan yang menyertai bagian utama dalam pembuatan roti untuk mendapatkan aroma, rasa dan tekstur yang diinginkan. Bahan pembantu ini terdiri dari mentega, kuning telur, dan gula. Gula selain memberi rasa manis juga menjadi sumber makanan untuk ragi, serta memberikan warna pada kulit luar roti. Mentega yang mengandung lemak dapat menahan gas CO2 keluar dari adonan sehingga akan diperoleh volume roti lebih besar dan untuk mendapatkan cita rasa yang lezat. Sedangkan kuning telur berfungsi sebagai pengemulsi, penambah rasa dan warna, serta gizi.
Pembuatan pertama yaitu pengulenan adonan (pengadukan bahan dan pengembangan adonan sampai proses fermentasinya). Proses pengadukan bahan baku roti erat kaitannya dengan pebentukan zat gluten, sehingga adonan siap menerima gas CO2 dari aktivitas fermentasi. Prinsipnya proses pengaduan ini adalah pemukulan dan penarikan jaringan zat gluten sehingga struktur spiralnya akan berubah manjadi sejajar satu dengan lainnya. Jika struktur ini tercapai maka permukaan adonan akan terlihat mengkilap dan tidak lengket serta adonan akan mengembang pada titik optimum dimana zat gluten dapat ditarik atau dikerutkan.
Selama proses pengembangan adonan, adonan roti mengalami fermentasi. Proses ini merupakan proses biologis yang disebut dengan proses fermentasi yang dilakukan oleh ragi roti. Khamir sendiri tidak dapat mengawali pembentukan gas dalam adonan, namun dalam tahapan selanjutnya khamir merupakan satu komponen utama yang berfungsi mengembangkan, mematangkan, memproduksi senyawa-senyawa gas dan aroma adonan melalui fermentasi yang dilakukan. Suhu optimal fermentasi yeast adalah 35-40°C, dan menurun pada suhu sekitar 43°C. Yeast akan mati pada suhu 55-65°C. Fermentasi yeast akan sangat melambat pada suhu di bawah 26°C, dan akan berhenti beraktivitas di suhu 4°C. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain jumlah yeast yang digunakan dalam adonan, temperatur adonan, pH atau keasaman, penyerapan air, serta kuantitas bahan lain seperti gula, garam, mineral, improver/yeast food. Selama proses fermentasi, adonan sebaiknya ditutupi plastik. Tujuannya untuk mencegah penguapan dan hasilnya tidak kering. Proses ini berlangsung selama kurang lebih satu jam.
Setelah itu roti dimasukkan kedalam oven untuk proses pemanggangan. Dalam proses ini volume bertambah dalam waktu 5-6 menit pertama di dalam oven (oven spring). Pada proses ini akan terjadi karamelisasi dari gula dan warna kulit terbentuk serta denaturasi protein dan gelatinisasi pati. Pada proses ini pengontrolan suhu sangat penting, suhu pembakaran yaitu 100-125 . Setelah dioven, roti dikeluarkan dari loyang kemudian dikeluarkan untuk didinginkan. Roti harus dikeluarkan secara cepat agar tidak terjadi perubahan bentuk dan menghindari timbulnya penguapan pada bagian bawah roti sehingga menjadi berkeringat dan basah/lembab. Pendinginan dilakukan untuk mencegah kerusakan saat pemotongan pada udara terbuka (ruang bersih dan tertutup )sekitar 30 menit untuk roti manis.
Hasil yang didapat, roti manis yang pertama dengan takaran ragi 3 gram memiliki cita rasa yang manis dan enak, teksturnya bagus, warnanya kecoklatan, dan harum seperti roti pada umumnya. Sedangkan roti dengan takaran ragi 5 gram terasa lebih lembut, empuk, dan tidak lebih crispy dari roti pertama.

H.  Kesimpulan
         Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa variasi jumlah ragi yang diberikan pada adonan roti mempengaruhi kualitas roti yang dihasilkan. Dalam hal ini kualitas yang dinilai dari tekstur dan kelembutan roti. Semakin banyak ragi yang ditambahkan, maka adonan roti akan semakin mengembang dan lebih lembut.




Daftar Pustaka
Desrosier, N.W. 1987.Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI Press.
Dwijoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Rukmana dan Yuniarsih. 2001.  Cara Pembuata Roti. Yogyakarta: Kanisius.

No comments:

Post a Comment