KATA PENGANTAR
Segala
Puji bagi Allah SWT yang telah memberi nikmat kemudahan bagi kami untuk
menyelesaikan makalah Qur’an dan hadits yang berjudul “Nikmat Allah dan Cara
Mensyukurinya.
Solawat
serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing umatnya hingga menemukan jalan yang terang dan diridhoi Allah, yaitu
jalan Islam.
Kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak selaku pembimbing
kami dalam matakuliah Qur’an dan Hadits kepada segenap pihak yang telah
mendukung dan membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami
menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah yang telah kami susun
ini. Oleh sebab itu, kami menghimpun segenap kritik dan saran yang dapat
menyempurnakan makalah ini.
Akhir
kata, penulis berharap agar makalah Qur’an dan hadits ini dapat digunakan
sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi para pembaca dan kami khususnya.
Tangerang,
Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang .................................................................................................1
1.2.Rumusan
Masalah ............................................................................................1
1.3.Tujuan
..............................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1.
Kajian tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya .................................2
2.2.
Beberapa Nikmat Allah ...................................................................................3
2.3.
Hakikat Bersyukur
..........................................................................................4
2.4.
Q.S Al-Ankabut ayat 17 dan Q.S Az-Zukhruf ayat 9 –13 ..............................7
2.5.
Hadits tentang Mensyukuri Nikmat Allah ....................................................16
BAB
III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan ...................................................................................................17
3.2.
Saran .............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nikmat
yang dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan pemberian yang terus menerus
dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang
pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan
sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak
merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya.
Nikmat
yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang
menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak
pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat
yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya
adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan
seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya. Oleh karena itu, kita sebagai
makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan diberi
kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan
kepada kita.
Bahwasanya
Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang diberikan,
yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi
kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah
ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan
dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.
1.2.Rumusan Masalah
Dari makalah ini
dapat di rumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana kajian tentang nikmat
Allah dan cara mensyukurinya ?
2.
Bagaimana hakikat bersyukur dalam
Q.S Ibrahim, 14: 7 ?
3.
Bagaimana ayat Al-Quran yang
menjelaskan tentang nikmat Allah dan cara mesyukurinya (Al Ankabut ayat 17 dan
QS. Az Zukhruf ayat 9-13) ?
4.
Bagaimana hadis yang meriwayatkan
tentang bersyukur terhadap nikmat
Allah ?
1.3.
Tujuan
Dari rumusan
masalah diatas makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.
Memahami kajian tentang nikmat
Allah
2.
Mengetahui hakikat bersyukur yang
dijelaskan dalam Q.S Ibrahim, 14: 7.
3.
Mengetahui ayat Al-Quran menjelaskan
tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya (Al Ankabut ayat 17 dan QS. Az
Zukhruf ayat 9-13).
4.
Memahami hadist yang meriwayatkan
tentang bersyukur terhadap nikmat Allah
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
Sungguh
betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita.
Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada
nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan
terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk
dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua
ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan kasih
sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan
keadaan yang memprihatinkan yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan
kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat
dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Kata
syukur diambil dari kata syakara, syukuran, dan wa syukuran yang berarti
berterima kasih kepada–Nya. Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan
terimakasih, syukranlaka artinya berterimakasih bagimu, asy-syakir artinya yang
banyak berterima kasih. Menurut bahasa syukur adalah suatu sifat yang penuh
kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik
diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui
perbuatan.
Syukur
berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan pengakuan
yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat yang diberikan
sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam, disetiap detik yang dilalui manusia
tidak pernah lepas dari nikmat Allah yang sangat besar. Sehingga mausia tidak
akan dapat menghitungnya.
Manusia
yang selalu bersyukur kepada Allah akan merasakan tenang di dalam hatinya atas
nikmat yang Allah berikan. Rasa syukur kepada Allah dapat diwujudkan secara
lisan dengan “Alhamdulilah” serta dengan perbuatan yaitu dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah dan taat dalam beribadah. Bersyukur dalam
perbuatan dapat dilaksanakan dengan mempergunakan nikmat Allah untuk
menjalankan perintah-perintahnya misalnya
dengan bersedekah, zakat, sholat, dan membantu orang lain.
Beberapa
cara dalam mensyukuri nikmat antara lain :
1.
Hatinya tunduk, dan meyakini bahwa
kenikmatan itu pemberian Allah. Hatiitu untuk ma’rifah (mengenal Allah) dan
mahabbah (mencintai Allah). Tanamkan dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah
semata.
2.
Lisannya memuji Allah. Jika diberi
nikmat, maka hakikatnya itu adalah nikmat dari Allah, maka pujilah Allah.
Ucapkan pula, jazakumulloh khoiron
kepada orang yang telah memberikan bantuan dan perbanyaklah menyebut
nikmat-nikmat Allah. Hasan al-Bashriy berujar, ”Perbanyaklah menyebut
nikmat-nikmat Allah. Sesungguhnya itu adalah kesyukuran.”
3.
Anggota tubuhnya melaksanakan
ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini anggota badan dijadikan sebagai sarana
untuk taat kepada Allah dan mencegah dari maksiat kepada-Nya. Ketika Abu Hazim
ditanya mengenai bentuk syukurnya anggota-anggota badan, maka ia memberikan
jawaban-jawaban. Syukurnya dua mata itu, jika melihatkebaikan, sebarkanlah, dan
jika melihat keburukan, tutupilah! Syukurnya dua telinga itu, jika mendengar
kebaikan peliharalah, dan jika mendengar keburukan cegahlah! Syukurnya dua
tangan, janganlah tangan itu digunakan untuk mengambil barang yang bukan
haknya, juga penuhilah hak Allah yang ada pada keduanya! Syukurnya perut,
hendaknya makanan ada di bagian bawah, sedangkan yang atas dipenuhi dengan
ilmu. Syukurnya kemaluan, terdapat dalam firman Allah, Dan orang-orang yang
menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka
miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa
mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
(Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mu’minun [23]: ayat 5-7).
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÅ_rãàÿÏ9 tbqÝàÏÿ»ym ÇÎÈ wÎ) #n?tã öNÎgÅ_ºurør& ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNåkß]»yJ÷r& öNåk¨XÎ*sù çöxî úüÏBqè=tB ÇÏÈ Ç`yJsù 4ÓxötGö/$# uä!#uur y7Ï9ºs y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrß$yèø9$# ÇÐÈ
Syukurnya
dua kaki, jika kamu melihat seseorang yang shalih meninggal, kamu bersegera
meneladani amalannya; dan jika mayit orang yang tidak baik, kamu bersegera
untuk menjauhkan diri dari amal-amal yang dia kerjakan, kamu bersyukur kepada
Allah! Sesungguhnya orang yang bersyukur dengan lisannya itu seperti orang yang
memiliki pakaian tetapi ia hanya memegang ujungnya, tidak memakainya. Maka ia
pun tidak terlindungi dari panas,
dingin, salju, dan hujan [1].
2.2.Beberapa Nikmat Allah
·
Diberikan anggota tubuh yang
lengkap. Sebagian besar orang baru menyadari kenikmatan ini setelah dikurangi
oleh Allah. Nikmat anggota badan ini, akan dimintai pertanggung jawabannya di
hadapan Allah.
·
Diberikan kesehatan. Nikmat ini
tidak bisa dinilai dengan uang. Jika kita sakit, berlembar-lembar uang kita
keluarkan. Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lupa : sehat dan waktu luang.
·
Nikmat harta. Orang yang bersyukur
kepada Allah akan menggunakan harta sesuai dengan apa yang telah diperintahkan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَعَنْ
عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللّٰهِ: لَاحَسَدَ إِلَّافِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللّٰهُ
مَالًا٬فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ ٬ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللّٰهُ
حِكْمَةً فَهُوَيَقْضِي بِﻬَا وَيُعَلِّمُهَا (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
576. Dari Abdullah bin Mas’ud RA , ia
berkatab bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ tidak ada iri hati yang diperbolehkan
kecuali dalam dua hal, yaitu seseorang yang dikarunia harta oleh Allah kemudian
dibelanjakanya dalam kebenaran, dan seorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah
kemudian diamalkan dan diajarkan” (HR.Bukhari
dan Muslim)[2].
·
Nikmat Keamanan. Orang yang tidak
mencampurkan keimanan dan kedholiman maka baginya ‘keamanan’. Dengan nikmat
keamanan ini, kita bisa beribadah ataupun menuntut ilmu dengan perasaan tenang.
·
Hidayah beragama Islam dan nikmat
iman. ini adalah nikmat yang paling besar. Mengapa demikian? Karena dengan
nikmat ini kita bisa membedakan kejahatan dan kebaikan, mana yang diperbolehkan
oleh agama atau manakah yang tidak diperbolehkkan.
2.3.Hakikat bersyukur
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang
sebaik-baiknya dan diciptakan untuk menyembah hanya kepada-Nya seraya
bersyukur atas hidup untuk mencapai kedudukan yang tertinggi di akhirat kelak.
Jika kita fikir dahulunya kita tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit
dan hanya bisa sedikit berbuat, kini kita memiliki banyak ilmu pengetahuan
serta nikmat yang banyak. Lantas bagaimana kita tidak bersyukur? Sementara
balasan yang dijanjikan Allah SWT apabila hambanya mensyukuri nikmat-Nya,
adalah kenikmaatannya akan ditambah dan dilipat gandakan nikmat–nikmatnya yang
lain. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam (Q.S. Ibrahim,14 : 7) yang
berbunyi:
Î)ur c©r's? öNä3/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyÎV{ ( ûÈõs9ur ÷Länöxÿ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓÏt±s9 ÇÐÈ
2.3.1. Terjemahan ayat
Artinya :Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,
dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
(Qs. Ibrahim:7)
Lafadz
|
Arti
|
Lafadz
|
Arti
|
Î)ur
|
Ketika
|
كَفَرْتُمْ
|
kamu mengingkari
|
تَأَذَّنَ
|
Memaklumkan
|
إِنَّ
|
sesungguhnya
|
رَبُّكُمْ
|
Tuhanmu
|
عَذَابِى
|
Azabku
|
لَئِن
|
Sesungguhnya jika
|
لَشَدِيد
|
sungguh sangat keras/pedih
|
شَكَرْتُمْ
|
kamu bersyukur
|
وَلَئِن
|
dan sesungguhnya jika
|
لَأَزِيدَنَّكُمْ
|
pasti Aku akan menambahkan kepadamu
|
Nikmat atau rezeki yang diterima adalah barokah Allah SWT, meskipun
hanya kecil dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang
selalu bersyukur akan diberikan kehidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang,
dan bahagia serta terhindar dari fitnah dan azab dunia serta akhirat.
2.3.2.
Tafsir QS. Ibrahim, 14: 7
Nabi
Muhammad saw. Lebih jauh diperintahkan agar mengingat juga ucapain lain yang
disampaikan Nabi Musa kepada umatnya, agar beliaupun menyampaikan kepada umat
islam. Nabi Musa berkata kepada kaumnya : Dan
ingat jugalah nikmat Allah kepada kamu semua tatkala Tuhan pemelihara dan penganugerahan aneka kebajikan kepada kamu memaklumkan: : Sesungguhnya Aku yakin Allah bersumpah demi kekuasaan–Ku, jika kamu
bersyukur pasti Aku tambah nikmat –Ku. Karena itu maka berharaplah yang
banyak dari Ku dengan mensyukuri dan jika
kamu kufur yakni mengingkari nikmat-nikmat yang telah –Ku anugerahkan,
dengan tidak menggunakan dan
memanfaatkannya sebagaiman Ku kehendaki, maka akan Ku kurangi nikmat itu bahkan
kamu terancam mendapat siksa Ku sesungguhnya
siksa-Ku dengan berkurang atau
hilangnya nikmat itu atau jatuh petaka atas kamu akan kamu rasakan amat pedih[3].”
Sementara
ulama tidak menilai ayat ini sebagai lanjutan ucapan Nabi Musa, tetapi ini
adalah pernyataan langsung dari Allah swt. Sebagai salah satu anugerah-Nya. Ia
merupakan anugerah karena mengetahui hakikat yang dijelaskan ayat ini
menimbulkan optimisme dan mendorong untuk giat beramal guna memperoleh nikmat
yang lebih banyak lagi.
Ayat
di atas secara tegas mengatakan bahwa jika bersyukur maka pasti nikmat Allah
akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur nikmat, tidak ada
penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini hanya menegaskan bahwa
siksa Allah pedih. Jika demikian , penggalan akhir ayat ini dapat dipahami
sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak tertutup kemungkinan keterhindaran
dari siksa duniawi bagi yang mengkufuri nikmat Allah, bahkan boleh jadi nikmat
tersebut ditamabh Nya dalam rangka mengulur kedurhakaan.
Hakikat
syukur adalah menampakaan nikmat antara lain menggunakannya pada tempat dan
sesuai dengan yang dikehedaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan
baik. Ini berarti setiap[4].
Nikmat yang dianugerahkan Allah, menuntut perenungan, untuk apa ia
dianugerahkan-Nya, lalu menggunakaan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan
penganugerahan. Ambilah sebagai contoh laut
, kita memakan ikan yang sangat segar, menggunakan mutiara sebagai perhiasan
yang sehari-hari kita pakai. Jika dipahami, maka mensyukuri nikmat laut
menuntut kerja keras sehingga apa yang disebut diatas akan dapat diraih. Dan
perlu diingat bahwa semakin giat seorang berkerja dan semakin bersahabat ia
dengan lingkungannya, semakin banyak pula yang dapat dinikmatinya. Demikian
syukur menambah nikmat.
Disisi
lain, dialam raya termasuk perut bumi, terdapat sekian banyak nikmat Allah yang
terpendam ia harus disyukuri dalam arti “digali”dan dinampakaan. Menutupi atau
dengan kata lain mengkufurinya dapat
mengundang kekurangan yang melahirkan kemiskinan, penyakit, rasa lapar, cemas
dan takut.[5]
Kita
telah membahas sebelumnya tentang Nabi Musa as yang menasehati Bani Israil agar
mensyukuri nikmat atas dibebaskannya mereka dari perbudakan Firaun. Hal ini
menjadi prinsip bahwa mensyukuri atau mengkufuri nikmat berperan besar bagi
bertambah maupun hilangnya nikmat.
Namun
mensyukuri dan memuji Tuhan memiliki tingkatan. Adakalanya pada tingkatan lisan
seperti berzikir dengan lisan dan berdoa. Terkadang pula syukur dalam perbuatan
dengan menginfakkan dan menafkahkan semua fasilitas yang diberikan Allah Swt,
demi mencari ridha-Nya. Memanfaatkan nikmat mata untuk menuntuk ilmu dan
melayani sesama makhluk Allah Swt, bukan untuk mencari keuntungan yang tidak
halal. Ketika manusia mengetahui bahwa ilmu dan hartanya dari Allah bukan dari dirinya, inilah sebuah bentuk
syukur. Sebaliknya, ketika manusia menggunakan nikmat Ilahi ini di jalan yang
salah, pada dasarnya tidak bersyukur terhadap nikmat Allah.
Dalam
riwayat disebutkan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Musa as untuk
mensyukuri-Nya. Musa berkata, "Aku tidak memiliki kemampuan untuk
menjalankan perintah ini, karena setiap kali aku bersyukur, muncul nikmat
lainnya yang mesti aku syukuri pula." Tuhan menjawab, "Pengakuanmu tentang
apapun yang kamu miliki dari-Ku, sebagai syukur terbaik." Maka secara
alamiah mempergunakan berbagai nikmat Allah di jalan yang tidak disenangi-Nya,
merupakan kufur nikmat dan Allah berjanji akan mengazabnya. Dari dua ayat tadi
terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1.
Salah satu ketentuan ilahi bahwa
syukur menyebabkan bertambahnya nikmat dan kufur menyebabkan turunnya azab.
2.
Tuhan tidak membutuhkan syukur dan
pujian dari kita. Namun, spirit bersyukur memicu pertumbuhan moralitas diri
kita dan sarana menerima nikmat yang lebih besar lagi.
2.4.
Al-Qur’an
2.4.1.
Q.S
Al-‘Ankabut ayat 17
Surat
Al-‘Ankabut (bahasa Arab: العنكبوت ) yang berarti
“Laba-laba” adalah surat ke-29 dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri atas 69 ayat
serta termasuk golongan surat Makkiyah. Berikut pembahasan surat Al-‘Ankabut
ayat 17 :
$yJ¯RÎ) crßç7÷ès? `ÏB Èbrß «!$# $YZ»rO÷rr& cqà)è=ørBur %¸3øùÎ) 4 cÎ) tûïÏ%©!$# crßç7÷ès? `ÏB Èbrß «!$# w cqä3Î=ôJt öNä3s9 $]%øÍ (#qäótGö/$$sù yZÏã «!$# XøÎh9$# çnrßç6ôã$#ur (#ráä3ô©$#ur ÿ¼ã&s! ( Ïmøs9Î) cqãèy_öè? ÇÊÐÈ
- Terjemahaan
Ayat
Sesungguhnya
apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta.
Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki
kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan
bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.
Lafadz
|
Arti
|
Lafadz
|
Arti
|
إِنَّمَا
|
sesungguhnya
hanyalah
|
تَعْبُدُونَ
|
kamu sembah
|
مِن
|
Dari
|
دُونِ
|
Selain
|
ٱللَّه
|
Allah
|
أَوْثَٰنًا
|
Berhala
|
وَتَخْلُقُونَ
|
dan kamu membuat
|
إِفْكًا
|
Kedustaan
|
إِنَّ
|
Sesungguhnya
|
ٱلَّذِينَ
|
Yang
|
تَعْبُدُونَ
|
kamu sembah
|
مِن
|
Dari
|
دُونِ
|
Selain
|
ٱللَّهِ
|
Allah
|
لَا
|
Tidak
|
يَمْلِكُونَ
|
Mampu
|
لَكُمْ
|
Kepadamu
|
رِزْقًا
|
Rezeki
|
فَٱبْتَغُو
|
maka carilah
|
عِندَ
|
Disisi
|
ٱللَّهِ
|
Allah
|
ٱلرِّزْقَ
|
Rezeki
|
وَٱعْبُدُوهُ
|
dan sembahlah
Dia
|
وَٱشْكُرُوا
|
dan bersyukurlah
|
لَهُۥٓ
|
kepada-Nya
|
تُرْجَعُونَ
|
kamu dikembalikan
|
- Asbabul Nuzul Ayat
Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini,
menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka
menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah
menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka sembah selain
diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk
kehidupannya. Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu
sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka
pun akan dikembalikan kepada-Nya.
M.Quraish Shihab (2006:461-462) mengatakan bahwa ayat
tersebut adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim, yang menyembah
berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa yang disembahnya. Lalu
ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan rezeki dan tidak
patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang
konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu”
artinya mintalah. Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala
bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu”
digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya
dengan berusaha sungguh-sungguh. (M.Quraish Shihab, 2006: 461). Di ayat itu
juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut
disembah. Dia yang memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah
melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya.
Di ujung ayat terdapat kata “wasykuruulah” dan
bersyukurlah kepada-Nya. Ayat inilah yang menegaskan kepada kita untuk
mensyukuri segala rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Baik nikmat/rezeki
yang langsung diberikan Allah tanpa diminta dan diusahakan seperti pemberian
nyawa (ruh), anggota tubuh, maupun rezeki/nikmat yang diminta dan diusahakan
terlebih dahulu seperti harta dan benda, uang, kesehatan dan lain sebagainya.[6].
- Kandungan Ayat
Kandungan ayat tersebut adalah adanya perintah Allah.
Mengandung 3 perintah yaitu menyembah Allah, meminta rezki hanya kepada Allah
dengan berusaha sungguh-sungguh dan mensyukuri segala rezeki yang diberikan
Allah. Walaupun ayat tersebut merupakan sebuah teguran dan nasihat Allah
kepada umat Nabi Ibrahim AS, namun menurut Moh.Matsna (2009:9) kandungan
ayatnya ditujukan kepada umat manusia agar menyembah dan bersyukur hanya kepada
Allah swt yang telah banyak memberikan nikmat/rezeki.
Begitu banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah
SWT. Negara ini telah mendapatkan nikmat lahan yang subur, kandungan sumber
daya alam melimpah, dan masyarakat Muslim yang sangat banyak. Diri-diri kita
telah mendapatkan nikmat hidup berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas,
pasangan hidup yang beriman. Bukan itu saja, masih banyak nikmat-nikmat yang
lain, yang jika kita mencoba menghitungnya, niscaya tidak akan mampu. Oleh
karena itu, dengan berpedomankan Al-Qur’an surah al-Ankabut ayat 17 di atas,
kita patut dan bahkan wajib sekali untuk bersyukur kepada Allah SWT. Apalagi perintah
ini dipertegas oleh Allah dalam Al-Qur’an surah al-Kautsar “Sesungguhnya
Kami telah memberikan nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu
dan berkorbanlah.
Dalam ayat
17 surat Al Ankabut Allah SWT. Menegaskan bahwa sesembahan selain Allah itu
sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia itu sendiri, tetapi mereka
berdusta dengan menganggapnya itullah tuhan yang sebenarnya. Lebih dari itu
hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu menurut kepercayaan
mereka sanggup memberi manfaat kepada mereka. Kemudian Ibrahim as mencela dan
mengecam merteka bahwa patung-patung itu sesdikitpun tidak sanggup memberi
rezeki lepada mereka. Sebab rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya
dimiliki oleh Allah saja, dan mensyukurinya jika yang diminta itu telah
diperkenankan-Nya. Allah sajalah yang mendatangkan rezeki bagi manusia sesrta
memberi nikmat para hamba-Nya.
Sesudah Itu
kepada-Nyalah manusia akan dikembalikan, dimana manusia dianjurkan untuk
mencari keridaan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya. Ayat ini ditutup
dengan lafal “kepada-Nyalah kamu dikembalikan” artinya bersiap-siaplah kamu
menemui Tuhan itu dengan beribadah dan bersyukur. Kepadamu akan dimintai
pertanggung jawaban atas segala amal perbuatanmu itu Kita semua tahu bahwa
segala kenikmatan yang dirasakan oleh manusia itu anugerah Allah dan Cuma-Cuma.
Oleh karena itu, kelak akan dipertanyakan di akhirat semua akibat dari
kenikmatan tersebut.
Ayat di atas mengajarkan kepada kita agar
pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah yaitu dengan diiringi peraturan tentang
makanan yang halal dan baik bukan makanan yang haram. Makanan yang halal adalah
makanan yang secara materi boleh dikonsumsi menurut hukum Islam dan diperoleh
dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Karena bisa jadi jenis makanannya
halal, akan tetapi diperoleh dengan cara yang melanggar ajaran Islam, maka
makanan tersebut jadi haram[7].
2.4.2.
QS. Az
Zukhruf Ayat 9 -13
ûÈõs9ur OßgtFø9r'y ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur £`ä9qà)us9 £`ßgs)n=yz âÍyèø9$# ÞOÎ=yèø9$# ÇÒÈ Ï%©!$# @yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #YôgtB @yèy_ur öNä3s9 $pkÏù Wxç7ß öNä3¯=yè©9 crßtGôgs? ÇÊÉÈ Ï%©!$#ur tA¨tR ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. cqã_tøéB ÇÊÊÈ Ï%©!$#ur t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=ä. @yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB Å7ù=àÿø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $tB tbqç6x.ös? ÇÊËÈ (#¼âqtGó¡tFÏ9 4n?tã ¾ÍnÍqßgàß ¢OèO (#rãä.õs? spyJ÷èÏR öNä3În/u #sÎ) ÷Läê÷uqtGó$# Ïmøn=tã (#qä9qà)s?ur z`»ysö6ß Ï%©!$# t¤y $oYs9 #x»yd $tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏRÌø)ãB ÇÊÌÈ
- Terjemahan
Ayat
Artinya
:
(09)
Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan
langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan
oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
(10)
Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat
jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(11) Dan yang menurunkan air dari langit menurut
kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,
seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12)
Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal
dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13)
Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu
apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha
Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya
tidak mampu menguasainya[8],
Lafadz
|
Arti
|
Lafadz
|
Arti
|
وَلَئِن
|
dan jika
|
سَأَلْتَهُم
|
kamu bertanya
kepada mereka
|
مَّنْ
|
Siapakah
|
خَلَقَ
|
yang menciptakan
|
ٱلسَّمَٰوَٰت
|
Langit
|
وَٱلْأَرْضَ
|
dan bumi
|
لَيَقُولُنَّ
|
tentu mereka
mengatakan
|
خَلَقَهُنَّ
|
menciptakan
mereka semua
|
ٱلْعَزِي
|
Maha perkasa
|
ٱلْعَلِيمُ
|
Maha Mengetahui
|
ٱلَّذِى
|
Yang
|
جَعَلَ
|
Menjadikan
|
لَكُمُ
|
Untukmu
|
ٱلْأَرْضَ
|
Bumi
|
مَهْدًا
|
tempat menetap
|
وَجَعَلَ
|
dan menjadikan
|
لَكُمْ
|
Untukmu
|
فِيهَا
|
diatasnya
|
سُبُلًا
|
jalan-jalan
|
لَّعَلَّكُمْ
|
agar kamu
|
تَهْتَدُونَ
|
kamu mendapat
petunjuk
|
وَٱلَّذِى
|
dan yang
|
نَزَّلَ
|
Menurunkan
|
مِنَ
|
Dari
|
ٱلسَّمَآءِ
|
Langit
|
ءًمَا
|
Air
|
بِقَدَرٍ
|
menurut ukuran
|
فَأَنشَرْنَا
|
lalu Kami
hidupkan
|
بِهِۦ
|
Dengannya
|
بَلْدَةً
|
Negeri
|
مَّيْتًا
|
Mati
|
كَذَٰلِكَ
|
seperti demikian
|
تُخْرَجُونَ
|
kamu dikeluarkan
|
وَٱلَّذِى
|
dan yang
|
خَلَقَ
|
Menciptakan
|
ٱلْأَزْوَٰجَ
|
berpasangan
|
كُلَّهَا
|
Semuanya
|
وَجَعَلَ
|
dan menjadikan
|
لَكُم
|
bagi kamu
|
مِّنَ
|
Dari
|
ٱلْفُلْكِ
|
Bahtera
|
وَٱلْأَنْعَٰمِ
|
dan binatang
ternak
|
مَا
|
apa yang
|
تَرْكَبُونَ
|
kamu kendarai
|
لِتَسْتَوُۥا
|
supaya kamu
sama(duduk)
|
عَلَىٰ
|
Atas
|
ظُهُورِهِۦ
|
Punggungnya
|
ثُمَّ
|
kemudian
|
تَذْكُرُوا
|
kamu ingat
|
نِعْمَةَ
|
Nikmat
|
رَبِّكُمْ
|
Tuhanmu
|
إِذَا
|
Apabila
|
ٱسْتَوَيْتُمْ
|
kamu sama duduk
|
عَلَيْهِ
|
Atasnya
|
وَتَقُولُوا
|
dan kamu
mengucapkan
|
سُبْحَٰنَ
|
Maha Suci Dia
|
ٱلَّذِى
|
Yang
|
سَخَّرَ
|
Menundukkan
|
لَنَا
|
untuk kami
|
هَٰذَا
|
Ini
|
وَمَا
|
dan tidaklah
|
كُنَّا
|
Kami
|
لَهُۥ
|
Baginya
|
مُقْرِنِينَ
|
Menguasai
|
b.
Tafsir
QS. Az Zukhruf Ayat 9 -13
ûÈõs9ur OßgtFø9r'y ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur £`ä9qà)us9 £`ßgs)n=yz âÍyèø9$# ÞOÎ=yèø9$# ÇÒÈ
Ayat
ke 9: (Dan sungguh jika) huruf Lam di sini bermakna Qasam (kamu tanyakan kepada
mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka
akan menjawab,) dari lafal Layaquulunna terbuang Nun alamat Rafa'nya, karena
jika masih ada, maka akan terjadilah huruf Nun yang berturut-turut, dan hal ini
dinilai jelek oleh orang-orang Arab. Sebagaimana dibuang pula daripadanya Wawu
Dhamir jamak, tetapi 'Illatnya bukan karena bertemunya dua huruf yang
disukunkan ("Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui") jawaban terakhir mereka adalah, "Allah Yang Maha Perkasa
dan Maha Mengetahuilah yang menciptakan kesemuanya itu." Selanjutnya Allah
swt. menambahkan:
Ï%©!$# @yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #YôgtB @yèy_ur öNä3s9 $pkÏù Wxç7ß öNä3¯=yè©9 crßtGôgs? ÇÊÉÈ
Ayat
ke 10: (Yang menjadikan bumi untuk kalian sebagai tempat menetap) sebagai
hamparan yang mirip dengan ayunan bayi (dan Dia membuat jalan-jalan di atas
bumi untuk kalian) dilalui (supaya kalian mendapat petunjuk) untuk mencapai
tujuan-tujuan di dalam perjalanan kalian.
Ï%©!$#ur tA¨tR ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. cqã_tøéB ÇÊÊÈ
Ayat
ke11: (Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar) yang diperlukan oleh
kalian, dan Dia tidak menurunkannya dalam bentuk hujan yang sangat besar yang
disertai dengan angin topan (lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang
mati, seperti itulah) sebagaimana cara menghidupkan itulah (kalian akan
dikeluarkan) dari dalam kubur kalian lalu kalian menjadi hidup kembali.
Ï%©!$#ur t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=ä. @yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB Å7ù=àÿø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $tB tbqç6x.ös? ÇÊËÈ
Ayat
ke 12: (Dan Yang menciptakan makhluk yang berpasang-pasangan) berbagai jenis
makhluk berpasang-pasangan (semuanya, dan menjadikan untuk kalian kapal) atau
perahu-perahu (dan binatang ternak) misalnya unta (yang kalian tunggangi) di
dalam lafal ayat ini dibuang daripadanya Dhamir yang kembali kepada lafal Ma
demi untuk meringkas, Dhamir tersebut adalah lafal Fihi maksudnya, yang dapat
kalian kendarai.
(#¼âqtGó¡tFÏ9 4n?tã ¾ÍnÍqßgàß ¢OèO (#rãä.õs? spyJ÷èÏR öNä3În/u #sÎ) ÷Läê÷uqtGó$# Ïmøn=tã (#qä9qà)s?ur z`»ysö6ß Ï%©!$# t¤y $oYs9 #x»yd $tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏRÌø)ãB ÇÊÌÈ
Ayat
ke 13: (Supaya kalian dapat duduk) tetap (di atas punggungnya) Dhamir yang ada
pada ayat ini dimudzakkarkan, dan lafal Zhahr dikemukakan dalam bentuk jamak
sehingga menjadi Zhuhur; hal ini karena memandang makna yang terkandung di
dalam lafal Ma (kemudian kalian ingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah
duduk di atasnya dan supaya kalian mengatakan, "Maha Suci Tuhan yang telah
menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya) tidak dapat menguasainya[9].
- Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini
adalah jika kamu tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu
itu, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?”
Niscaya mereka menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam
pengaruh kekuasaan dan balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha
mengetahui semua ciptaan itu dengan segala yang ada di dalamNya. Tidak ada
sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya [10] .
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini
Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit
dan bumi beserta isinya adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana,
namun demikian mereka menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya
[11].
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang
menjadikan bumi terhampar bagimu. Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat
kamu pijak dengan telapak kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan
kakimu. Allah membuatkan jalan-jalan yang landai di atas bumi, yang dapat kamu
tempuh dari satu negeri ke negeri lain untuk keperluan penghidupan dan
pendengaranmu [12].
Sedangkan menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini
menjelaskan bahwa Allah menyifati Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang
sempurna. Firman Allah ini merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya.
Supaya kalian mengakui nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya
kalian mendapat petunjuk menuju penghidupan kalian [13].
Ayat ke 11 dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah
menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), artinya menurut
Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-Qurtubi yakni air yang diturunkan itu bukan
seperti air yang diturunkan kepada kaum nabi Nuh yang tidak menurut ukuran yang
diperlukan sehingga air itu menenggelamkan mereka. Akan tetapi air yang
diturunkan itu sesuai dengan kadar yang diperlukan, bukan berupa badai yang
menenggelamkan bukan pula kurang dari apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat
menjadi penghidupan bagi kalian dan binatang ternak kalian [14].
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan
segala sesuatu, lantas menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan
menciptakan perempuan sebagai pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki
sebagai pasangan perempuan. …وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ
الْفُلْقِ maksudnya adalah bahwa Allah menjadikan kapal-kapal bagimu yang
dapat kamu kendarai di laut kea rah yang kamu kehendaki dalam perjalananmu di
laut untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupmu. Sedangkan hewan ternak
dapat kamu kendarai di darat ke arah manapun yang kamu tuju, seperti unta,
kuda, bighal dan keledai [15].
…لِتَسْتَوُوْا عَلى ظُهُوْرِهِ supaya kamu dapat
berada di atas punggung hewan yang kamu kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat
Tuhanmu yang dianugerahkan kepadamu, berupa ditundukannya semua fasilitas
kendaraan itu bagimu di darat dan di laut.
2.5.Hadis Tentang Mensyukuri Nikmat Allah
وَ عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ وَرَضِيَ اللهُ عَنْهُ، اَنَّ فُقَرَأَ الْمُهَاجِرِيْنَ أَتَوْا
رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالُوْ:ذَهَبَ اَهْلُ
الدُّثُوْرِ بِاالدَّرَجَاتِ العُلَى، وَالنَّعِيْمِ المُقِيْمِ،
فَقَالَ:وَمَاذَاكَ ؟ فَقَالُوْ: يُصَلُّوْنَ كَمَانُصَلِّى، وَيَصُوْمُوْنَ
كَمَانَصُوْمُوْ وَيَتَصَدَّقُوْنَ وَلَا نَتَصَدَّقُ وَيَعْتِقُوْنَ وَلَا
نَعْتِقُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَفَلَا
أُعَلِّمَكُمْ شَيْأً تُدْرِكُوْنَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ، وَتَسْبِقُوْنَ بِهِ
مَنْ بَعْدَكُمْ، وَلَا يَكُوْنُ اَحَدٌ اَفْضَلَ مِنْكُمْ اِلَّا مَنْ صَنَعَ
مَثَلَ مَاصَنَعْتُمْ ؟ قَالُوْ: بَلَى يَا رَسُوْلُ اللهِ قَالَ: تُسَبِّحُوْنَ
وَتُكَبِّرُوْنَ وَتَحْمِدُوْنَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ
مَرَّةً. فَرَجَعَ فُقَرَأَ الْمُهَاجِرِيْنَ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالُوْ:سَمِعَ اِخْوَانُوْنَ اَهْلُ الْاَمْوَالِ بِمَافَعَلْنَا
فَفَعَلُوْا مِثْلَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:
ذَلِكَ فَضْلُوْاللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ.(متفق عليه. وهذ لفظ روية مسلم)
578. Dari Abu Hurairah RA bahwasannya
orang-orang kafir dari kaum muhajirin datang kepada Rasulullah saw dan berkata,
“Orang-orang yang kaya mendapatkan derajat yang sangat luhur dan kenikmatan
yang sangat abadi. “ Beliau bertanya, “Kenapa demikian ? ”Mereka menjawab,
“Mereka salat sebagaimana kami salat, mereka puasa sebagaimana kami puasa,
mereka bersedekah tetapi kami tidak bisa bersedekah, dan mereka memerdekakan
budak tetapi kami tidak bisa memerdekakannya” kemudian Beliau berkata, “Bolehkah
aku memberitahukan kepada kamu sekalian tentang sesuatu yang dapat mengejar
mereka dan kamu akan berada pada barisan terdepan bagi orang-orang sesudahmu,
serta tidak ada seorangpun yang lebih utama daripada kamu sekalian kecuali
orang-orang yang melakukan seperti apa yang kalian lakukan?. “Mereka menjawab,
“Baiklah, wahai Rasulullah. “Beliau menjawab, “Yaitu kamu sekalian membaca
tasbih (Subhanallah), takbir (Allaahu Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) setiap
selesai solat masing-masing tiga puluh tiga kali. “Kemudian datanglah kembali
sahabat-sahabat Muhajirin yang miskin itu kepada Rasulullah dan berkata,
“Saudara-saudara kami yang kaya itu mendengar apa yang kami lakukan, kemudian
mereka melakukan seperti apa yang kami lakukan. “Maka Rasulullah saw bersabda:
“Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.”
(HR. Bukhari dan Muslim
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian
diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Menurut bahasa syukur adalah suatu
sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala
nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun
dilaksanakan melalui perbuatan.
2.
Syukur berarti ucapan sikap, dan
perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan pengakuan yang tulus atas nikmat
dan karunia yang diberikannya.
3.
Bersyukur
berarti kita mensyukuri apa yang diberikan Allah SWT kepada kita dengan
kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita
dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat
mengucapkan Alhamdulillah, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala
bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya dari Allah SWT dan kita
dapat mensyukuri nikmat Allah SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan
segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
4.
Kandungan Q.S
Al Ankabut ayat 17 adalah adanya perintah Allah.
Mengandung 3 perintah yaitu menyembah Allah, meminta rezki hanya kepada Allah
dengan berusaha sungguh-sungguh dan mensyukuri segala rezeki yang diberikan
Allah.
5.
Penjelasan Q.S Az Zukhruf
mengungkapkan bahwa orang musyrik sekalipun mengakui bahwa yang memberi nikmat
itu adalah Allah. Banyak nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, bumi
sebagai tempat hidup manusia dengan berbagai sarananya. Hujan (air yang turun
dari langit) sebagai sumber kehidupan. Kemudian Allah juga menciptakan pasangan
semua hal yang Dia ciptakan. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan,
ada panas ada dingin, ada positif ada negatif dan seterusnya. Semua itu
merupakan bagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada makhluknya khususnya
manusia.
3.1 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami penulis mendapatkan
berbagai pengetahuan dan pemahaman yang penting berkaitan dengan rasa syukur
terhadap suatu nikmat yang diberikan Yang Maha Kuasa Allah Swt. Kami penulis
menyarankan untuk para pembaca untuk dapat mensyukuri nikmat baik secara lisan
dengan mengucapkan Alhamdulillah maupun melalui perbuatan melalui kebaikan.
Karena tanpa disadari Allah SWT telah melimpahkan banyak nikmat seperti nikmat
sehat, pengetahuan, kemudahan dan harta. Maka, dengan perasaan bersyukur
niscaya Allah Swt tidak akan segan dan akan terus melimpahkan nikmat yang
banyak terhadap kita sebagai hamba-Nya. Insyaallah
,
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ja’far, Muhammad. Tafsir Ath-Thobari,
(penerjemah Misbah Abdul Somad). Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.
Al-Qurtubi, Syekh Imam. Tafsir Al-Qurtubi,
(Penerjemah Akhmad Khotib), Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.
Departemen Agama RI. Al-Hikmah AL-Qur’an dan
terjemahnya. Bandung: Diponegoro. 2004.
Matsna, Mohammad. Pendidikan Agama Islam
Al-Qur’an Hadits. Semarang: Toha Putra. 2009.
Muslim, Al-Imam. Shohih Muslim Shihab,
M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian
Al-Qur’an). Jakarta: Lentera Hati. 2002.
Nawawi, Imam. Riyadhush-Shalihin.
Jakarta : Pustaka Azzam. 2006
[1] Mohammad Matsna, Pendidikan Agama Islam
Al-Qur’an Hadits, (Semarang:
Toha Putra. 2009), hlm 27
[3] M.
Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah,
(Jakarta: Lentera hati. 2002), hlm. 21
[4] Ibid,. hlm. 22
[5] Ibid,. hlm. 23
[6] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta,
Lentera Hati, 2002), hal. 461
[9] Syekh Imam al-Qurtubi, Tafsir
al-Qurtubi, Penerjemah Ahmad Khotib, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009),
hal.159-161
[10] Abu Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thobari,
Penerjemah Misbah Abdul Somad, Abdurrahim Supandi, (Jakarta, Pustaka Azzam,
2009) hal. 964