BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sebuah penelitian dilakukan dengan cara ilmiah untuk mendapatkan
suatu data atau kegunaan tertentu. “Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian
tersebut didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan
sistematis.”[1]Cara
ilmiah disini meliputi berbagai langkah-langkah penelitian yang logis, merujuk
pada teori konsep yang baku, dan penentuan hipotesis yang tepat.
“Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua penelitian
harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus
sudah jelas karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang
diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hiptesis, dan sebagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian.”[2]
Dalam sebuah penelitian peneliti memiliki tujuan yang akan dicapai
dan mencari data yang relevan dengan tujuan penelitiannya. Disini peneliti akan
terfokus pada rumusan masalah yang terbentuk dari tujuan penelitiannya. Agar
fokus tidak terpecah dan mendapatkan data yang relevan, peneliti semestinya
menyiapkan berbagai solusi untuk pemecahan masalah tersebut. Oleh karena itu
dibuatlah suatu hipotesis. “Hipotesis merupakan asumsi, perkiraan, atau dugaan
sementara menegenai suatu permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannyadengan
menggunakan data atau fakta atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian
yang valid dan reliabel.”[3]
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini akan menelaah
kepustakaan teori yang relevan, bagaimana merumuskan kerangka teoritis, kerangka
berfikir, serta menelaah penyusunan hipotesis penelitian.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan
masalahnya adalah :
1.
Apa yang dimaksud dengan teori ?
2.
Apa macam-macam
dan peranan
teori ?
3.
Bagaimana Perumusan kerangka
teoritis ?
4.
Apa yang dimaksud preposisi ?
5.
Apa yang dimaksud kerangka berpikir ?
6.
Apa pengertian hipotesis ?
7.
Apa kegunaan hipotesis ?
8.
Bagaimana ciri-ciri hipotesis yang baik ?
9.
Apa jenis-jenis hipotesis ?
10.
Bagaimana teknik hipotesis ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
metodologi penelitian pendidikan yang diampu oleh Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd.
Selain itu tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui bagaimana
merumuskan kerangka teoritis, kerangka berfikir, serta menelaah penyusunan
hipotesis penelitian.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat dari makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
teman-teman mahasiswa mengenai sistematika proposal penelitian menambah wawasan pengetahuan tentang
bagaimana menyusun hipotesis penelitian dengan baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teori
Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam
proses penelitian adalah mencari teori-teori, konsep-konsep, dan
generelasi-generelasi dari penelitian yang dapat dijadikan landasan teoritis
untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu ditegakan agar agar
penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan coba-coba
(trial and error). Adanya landasan
teoritis ini merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data.[4]
Menurut Prof.Dr.H.Mahmud, M.Si “Secara teknis, kajian pustaka
adalah proses pendalaman, penelaahan, dan pengidentifikasian pengetahuan yang
ada dalam kepustakaan (sumber bacaan, buku-buku referensi, atau hasil
penelitian lain) yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.”[5]
Sedangkan menurut Sitirahayu (1999) “suatu teori akan memperoleh
arti penting, bila ia lebih banyak melukiskan, menerangkan, dan meramalkan
gejala yang ada.”[6]
Menurut Prof.Dr. Sugiyono “Teori adalah alur logika atau penalaran
yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan preposisi yang disusun secara
sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu untuk menjelaskan
(explanation), meramalkan (prediction), dan pengendalian (control) suatu
gejala.”[7]
Berdasarkan data tersebut, secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa teori adalah suatu konsep atau asumsi yang logis yang tersusun secara
sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan.
B.
Macam-Macam dan Peranan Teori
Mark 1963, dalam(
Sugiyono,2007), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud
ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara
lain :
1.
Teori yang deduktif, memberi keterangan yang dimulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatiftertentu kearah data yang akan diterangkan.
2.
Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data kearah
teori.
3.
Teori yang fungsional, disini tampak sutu interaksi pengaruh data
dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.[8]
Mengenai peranan teori, Arief Furchan[9]
menjelaskan :
a.
Pengetahuan tentang teori-teori atau penelitian-penelitian yang
berkaitan memungkinkan peneliti menempatkan batas-batas bidangnya. Dengan
mengetahui penelitian yang telah dilakukan, seorang peneliti mungkin akan
berkata bahwa ada beberapa penelitian sejenis yang telah dilakukan. Penelitian
A,B,C sudah berbicara sampai X, penelitian D telah menambah pengetahuan kita sampai
Y, dan penelitian E akan membicarakan Z.
b.
Pemahaman teori dalam suatu bidang memungkinkan peneliti
menempatkan masalah dalam perspektif. Seorang peneliti harus dapat menetapkan
apakah jerih payahnya itu akan menambah pengetahuan secara berarti. Pada umumnya
studi yang bertujuan untuk menetapkan apakah hipotesis yang berasal dari suatu
teori dapat dikukuhkan akan lebih berfaedah daripada studi yang sama sekali
lepas dari teori. Studi yang terakhir ini cenderung menghasilkan
potongan-potongan informasi yang kegunaannya terbatas.
c.
Melalui penelaahan kepustakaan yang berkaitan, para peneliti dapat
mengetahui prosedur dan instrumen mana yang terbukti berguna dan mana yang
tampaknya kurang memberikan harapan.
d.
Pengkajian yang cermat atas kepustakaan yang berkaitan dapat
mengjindarkan terjadinyapengulangan terhadap studi sebelumnya secara tak
sengaja.
C.
Perumusan Kerangka Teoritis
Pengetahuan yang
diperoleh dari tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen yang berkaitan serta
pengalaman kita sendiri merupakan landasan yang kuat untuk pemikiran-pemikiran
selanjutnya mengenai masalah yang diteliti. Memperdalam pengetahuan mengenai
suatu masalah berarti memperoleh pengertian tentang teori-teori yang
bersangkutan. Setelah adanya pemahaman mengenai teori ini, kemudian baru diadakan
dedukasi atau elaborasi untuk menurunkannya menjadi kerangka teoritis.
Kerangka teori
dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan
bukan sekedar pakar atau penulis buku)
dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah
kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan, akan tergantung pada
luasnya permasalahn dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang
diteliti. Kerangka teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel
yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkapdan mendalam dari
berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan, dan prediksi terhadap
hubungan antar-variabel yang akan diteliti menjadi jelas dan lebih terarah.[10]
Mengenai perumusan
kerangka teori, Arief Furchan menjelaskan bahwa setelah melakukan kajian
pustaka, maka kita dapat melangkah ke tugas selanjutnya yaitu merangkai kajian
pustaka tersebut. Pendekatan yang baik ialah dengan memakai studi-studi itu
berdasarkan topiknya dan menetapkan hubungan topik-topik ini dengan
penyelidikan kita. Kerangka teori hendaknya disajikan sedemikian rupa dengan
maksud memberikan alasan bagi dilakukannya penyelidikan itu, yakni dengan
menunjukan apa yang telah diketahui dan apa yang masih perlu diselidiki dalam
masalah itu. Kalau penelitian meliputi beberapa segi atau menyelidiki lebih
dari satu permasalahan , maka penyusunan kerangka teori dilakukan secara
terpisah-pisah untuk tiap-tiap segi atau permasalahan itu.[11]
Langkah-langkah
untuk dapat merumuskan kerangka teori adalah sebagai berikut :
1.
Tetapkan nama variabel yang diteliti dan jumlah variabelnya.
2.
Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal
ilmiah, laporan penelitian,skripsi, tesis, disertasi) sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.
Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan
setiap variabel yang diteliti.
4.
Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber lain, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.
Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan
diteliti, lakukan analisa, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6.
Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber
kedalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.[12]
D.
Preposisi
Proposisi adalah
suatu pernyataan yang menjelaskan kebenaran atau menyatakan perbedaan atau
hubungan antara beberapa konsep. Jadi proposisi merupakan hubungan yang logis
antara dua variabel atau konsep yang telah mempunyai variasi nilai. Ciri- ciri
proposisi sendiri adalah :
¨ Suatu pernyataan mengenai ihwal
realitas dan tidak mengenai nilai atau pendapat ideal, sehingga dapat dikaji
dan diuji keenarannya.
¨ Syarat preposisi adalah menunjuk
atau bersangkut paut dengan gejala yang dapat diamati atau diindera.
Terdapat pula perbedaan preposisi berdasarkan jumlah konsep atau
variabel yang digunakan yaitu preposisi deskriptif yang merupakan preposisi
yang berisikan satu konsep/variabel sedangkan preposisi relasional
(ekslplanatif) merupakan preposisi yang berisikan dua atau lebih
kinsep/variabel.
Jenis Preposisi terbagi menjadi dua :
1.
Aksioma atau postulat, yaitu preposisi yang kebenarannya sudah
tidak dipertanyakan lagi, karena sudah dapat dibuktikan kebenarannya.
2.
Teorema, disimpulkan dari beberapa aksioma dan bisa saja dibangun
dari teorema-teorema yang berbeda.
Contoh sebuah proposisi :
¨ Konsep : Pendidikan
¨ Variabel : Tingkat Pendidikan (Dasar, Menengah, Tinggi)
¨ Preposisi : Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang mempunyai
kaitan yang erat dengan sikap seseorang terhadap demokrasi.[13]
E.
Kerangka Berfikir
Dari kegiatan
pengkajian pustaka dapat ditemukan berbagai konsep dan teori yang dibutuhkan
dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Teori biasanya berhubungan dengan
objek tertentu dalam cakupan bidang ilmu tertentu; dan dihubungkan dengan nama
perumus teori tersebut. Teori merupakan serangkaian pernyataan sistematis yang
bersifat abstrak tentang subjek tertentu. Subjek dapat berupa pemikiran,
pendapat, nilai-nilai, norma,-normma,
pranata sosial, peristiwa-peristiwa, dan prilaku manusia. Ia dijadikan landasan
dalam perumusan kerangka berfikir.
Kerangka berfikir
merupakan bagian penelitian yang menggambarkan alur pikiran penelitian dalam
memberikan penjelaasan kepada orang lain, mengapa dia mempunyai anggapan
seperti yang diutaraan dalam hipotesis. Uma sekaran (1992), menyebutkan bahwa
kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah
yang penting. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan terhadap gejala-gejala
yang menadi objek permasalahannya. Jadi, kerangka berfikir merupakan sintesis
tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsifkan.
Secara umum,
kerangka berfikir berfungsi sebagai tempat peneliti memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariaabel pokok,
atau pokok masalah yang ada dalam penelitian berdasarkan teori yang ada.
Bahkan, dalam kaitannya dengan tahap selanjutnya, yaitu perumusan hipotesis,
kerangka berfikir berfungsi menjelaskan alasan atau argumentasi bagi rumusan
hipotesis.
Kerangka berfikir
biasanya dikemukakan untuk menjelaskan hubungan dua peubah, yaitu hubungan
asimetrik (lihat bagian analisis data tentang analisis hubungan). Disamping
itu, dapat pula diajukan hubungan antar beberapa peubah sehingga memungkinkan
diajukan peubah kontrol atau peubah antara (intermediate variable) yang dapat
memperjelas hubungan antara peubah bebas dan peubah terikat. Sebaiknya, kerangka
berfikir dilengkapi dengan skema untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman
dan cara kerja peneliti. Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan Saptio
Haryoko (1999), yaitu kerangka berfikir dalam suatu penelitian diperlukan,
apabila penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas satu variabel acara atau secara mandiri, yang
dilakukan peneliti, disamping mengemukakan deskripsi teoritis tentang variabel
tersebut, juga argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti.
Dalam penelitian
kuantitatif, toeri-teori yang digunakan dalam penelitian diperinci sedemikian
rupa sehingga formulasinya tidak lagi berbentuk konsep atau deskripsi ringkas
mengenai suatu fakta atau peristiwa, tetapi telah berubah konstruks, yaitu
uraian, bagian, ciri dari konsep tersebut sehngga penelitian dapat diteliti
secara operasional dan dapat diukur.
Sebuah kerangka
berfikir dikatakan baik apabila memuat beberpa hal berikut.
1.
Paparan sistematis tentang variabel-variabel yang diteliti.
2.
Paparan sistematis yang menunjukan dan menjelaskan pertauatan atau
hubungan antarvariabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari.
3.
Paparan sistematis ysng menunjukan dan menjelaskan hubungan
antarvariabel, baik positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal, atau
timbal balik (interaktif)
4.
Paparan sistematis dari variabel pada penelitian kuantitatif,
menyertakan penjelasan terukur berupa indikator-indikator masing-masing
variabel
5.
Kerangka berfikir tersebut dinyatakan dalam bentuk skema berfikir
(model penelitian) sehingga cara kerja teoritis penelitian dapat dipahami.
Kerangka
berfikir dapat berupa kerangka teori dan kerangka penalaran logis. Kerangka
toeri tersebut merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan cara
menggunakan teori tersebut dalam menjawab pertanyaan penelitian. Kerangka
berfikir bersifat operasional, yang diturunkan dari satu atau beberapa teori,
atau dari pernyataan-pernyataan yang logis. Ia berhubungan dengan masalah
penelitian dan menjadi pdoman dalam perumusan hipotesis yang akan diajukan.
Apabila
kerangka berfikir berupa kerangka teori, tugas peneliti dalam tahapp ini adalah
menyistematisasikan teori-teori yang berkembang untuk digunakan dalam
penilitian tersebut. Berbeda dengan studi pustaka yang mengeksplorasi sejumlah
teori yang berhubungan dengan masalah penelitian, dalam kerangka berfikir,
peniliti menatapkan salah satu teori tersebut atau mengombinasikan teori-teori
yang ada untuk menganalisis masalah penelitian yang ditentukan berikut cara
kerjanya.
Contoh kerangka
berfikir:
Judul: sebaran
lulusan Jurusan PAI Dalam Lapangan Kerja (Peniliti di IAIN Sunan Gunung Djati
Bandung).
Penddikan
merupakan suatu proses perolehan pengetahuan dan keterampilan yang dipandang
bukan merupakan suatu bentuk konsumsi semata-mata, tetapi merupakan investasi.
Melalui investasi dirinya sendiri, seorang dapat memperluas alternatif untuk
memilih profesi, pekerjaan atau kegiatan-kegiatan lain sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Salah satu bentuk investigas sumber daya
manusiaa, di antaranya melalu lembaga pendidikan.
Perguruan
tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan memiliki kesatuan integral dengan
sistem sosial dan budaya suatu masyarakat atau bangsa. Keberadaan pendidikan
tinggi merupakan bentuk investigasi sumber daya manusia dari suatu masyarakat.
Pemeliharaan dan pengembangan sumber daya manusia (preservation of human
resources) di fungsikan agar perguruan tinggi dapat memberikan konstribusi
positif bagi pengembangan potensi dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap
lulusan perguruan tinggi sebagai hasil dari suatu bentuk human investmentdibekali
sejumlah bidang keahlian yang dapat di kembangkan dalam kehidupan
masyarakat, termaksud dalam sektor
lapangan kerja. Perguruan tinggi merupakan “pabrik” pendidikan yang dapat
dipersaingkan di pasar tenaga kerja untuk mendapatkan jabatan (occupation)
dan kesempatan dalam suatu lapangan kerja, sesuai dengan penawaran dan
permintaan (distributif, kuantitatif, dan kualitatif). Secara kuantitatif,
lulusan perguruan tinggi menggambarkan supplybidang keahlian tertentu
sebagai hasil investigasi sumber daya manusia yang akan saling berkait dengan
kebutuhan demanddalam menciptakan peluang kerja dalam lapangan kerja
tertentu. Keseimbangan lulusan (supply)bidang keahlian tertentu dengan
kebutuhan (demand) sektor lapangan kerja menciptakan keterkaitan dan
kesepakatan (link and match).
Lulusan
perguruan tinggi yang kemudian memperoleh pekerjaan setelah lolos dari
pergulatan supply dan demand, dalam kehidupan masyarkatnya
berpeluang terlibat secara konkret dalam proses mobilisasi sosial karena
pendidikan merupakan salah satu saluran mobilitas (social circulation)
lembaga pendidikan, seperti sekolah pada umumnya merupakan saluran konkret
gerak sosial vertikal. Bahkan, dapat dianggap sebagai social elevaktor yang
bergerak dari kedudukan-kedudukan yang paling rendah kepada kedudukan yang
paling tinggi.
Dalam konteks
tersebut, dapat difahami bahwa bekal bidang keahlian yang siap dipergunakan
dalam lapangan kerja dan diperoleh di perguruan tinggi merupakan sarana
mobilitas dan modal usaha dalam memilih lapangan kerja yang sesuai. Bagaimana
pun, secara preskriptif, kehadiran perguruan tinggi bagi suatu masyarakat
diharapkan dapat menjadi semacam “jalan pintas” untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak dan memberikan imbalan ekonomis yang memadai.
Dari
keseluruhan kerangka berfikir tersebut, sebaran lulusan jurusan PAI dalam
lapangan kerja akan dicoba dideskripsikan. Untuk memudahkan, urian kerangka
pemikiran di atas digambarkan pada bagan berikut.[14]
F.
Pengertian Hipotesis
Dalam proses
penelitian, seorang peneliti dihadapkan pada permasalahan yang ingin diketahui
serta dicari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang
relevan.Agar penelitian yang dilakukan terfokus pada permasalahan yang sedang
diteliti, peneliti harus mempersiapkan berbagai alternatif pemecahan
permasalahan.Peneliti harus memperkirakan secara logis dan benar tentang
alternatif pemecahan masalah yang diajukan.Dugaan atau perkiraan inilah yang
disebut dengan hipotesis.jadi hipotesis adalah asumsi, perkiraan, atau dugaan
sementara mengenai suatu permasalahan yang harus dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan data atau fakta atau informasi yang diperoleh dari hasil penelitian
yang valid dan reliabel (Sedarmayanti, 2002:108).Hipotesis merupakan jawaban
yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih
lemah sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata “hypo”
yang berarti dibawah dan “thesa” yang berarti
kebenaran).Hipotesis juga merupakan proposisi yang masih bersifat sementara dan
masih harus diuji kebenarannya .Meskipun sifatnya sementara dan hampir
menyerupai satu ramalan, hipotesis bukan hanya “ramalan”, tetapi ramalan yang
berdasarkan suatu hasil renungan pemikiran yang logis dan rasional, atas dasar
suatu teori ilmu pengetahuan, dan fakta ilmiah yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.[15]
G.
Kegunaan Hipotesis
Hipotesis sangat
berguna dalam penelitian.Tanpa hipotesis, tidak akan ada progress wawasan dalam
mengumpulkan fakta empiris.Tanpa ide yang membimbing, sulit dicari data-data
yang ingin dikumpulkan dan sukar menentukan antara data yang relevan dan yang
tidak relevan.Apabila kita melihat pengertian hipotesis sebagai suatu
kesimpulan yang menjadi jawaban sementara yang akan dibuktikan kebenarannya
sebagaimana diuraikan diatas, jelaslah bahwa suatu hipotesis adalah semacam
petunjuk yang dapat mengarahkan penelitian (Muhamad Ali, 1992:33).Hipotesis
merupakan pedoman karena data yang dikumpulkan adalah data yang dikumpulkan
adalah data yang berhubungan dengan variabel-variabel yang dinyatakan dalam
hipotesis tersebut.[16]
Secara garis besar, kegunaan hipotesis dalam penelitian adalah:
1.
Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
peneliti
2.
Menyiagakan peneliti pada kondisi fakta dan hubungan antarfakta,
yang kadang-kadang hilang begitu saja dari perhatian si peneliti
3.
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai
berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh
4.
Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan
antarfakta.[17]
H.
Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik
Suatu hipotesis
dianggap baik apabila memenuhi beerapa kriteria berikut.
1.
Hipotesis
harus menyatakan hubungan.Ini berarti,
hipotesis merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan antarvariabel.Hipotesis
mengandung dua atau lebih variabel yang dapat diukur ataupun secara potensial
dapat diukur.Hipotesis menspesifikasikan cara variabel-variabel tersebut
berhubungan.
2.
Hipotesis
harus sesuai dengan fakta.Ini berarti
bahwa hipotesis, konsep, dan variabel harus jelas.Hipotesis harus dapat
dimengerti dan tidak mengandung hal-hal yang besifat metafisis.
3.
Hipotesis
harus sesuai dengan ilmu serta sesuai dan tumbuh dengan ilmu pengetahuan.Ini berarti, hipotesis harus tumbuh dan memiliki hubungan dengan
ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang
penelitian yang sedang dilakukan.
4.
Hipotesis
harus dapat diuji.Ini berarti,
hipotesis harus dapat diuji, baik oleh nalar ataupun dengan menggunakan
alat-alat statistik yang diuji.
5.
Hipotesis
harus sederhana.Ini berarti,
hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk spesifik atau khas untuk menghindari
terjadinya kesalah pahaman pengertian.
6.
Hipotesis
harus dapat menerangkan fakta.Ini
berarti, hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang menerangkan hubungan fakta-fakta
yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai.[18]
Secara umum, hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua teori
dan fakta ilmiah yang relevan, logis, dan dapat diuji dengan aplikasi deduktif
atau induktif untuk verifikasi.Hipotesis harus jelas dan sederhana.Kegagalan
dalam merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian atau menghasilkan
hipotesis yang abstrak.Hipotesis yang abstrak bukan saja membingungkan prosedur
penelitian, tetapi juga sukar untuk diuji secara empiris,
Borg & Ball mengajukan
bahwa hipotesis dapat dikatakan baik apabila memuat hal berikut.
1.
Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih.Dengan kriteria ini, Borg & Ball menolak adanya
hipotesis untuk satu variabel
2.
Hipotesis yang dirumuskan disertai alasan atau dasar teoritis dan
hasil penemuan terdahulu.Walaupun hipotesis baru merupakan dugaan yang harus
diuji kebenarannya, dan dari pengujian tersebut ada kemungkinan terbukti atau
tidak, peneliti tidak boleh menduga tanpa lasan.Pemilihan alternatif dugaan
tersebut dilakukan secara proporsional, ilmiah, disertai dengan argumentasi
kuat.
3.
Hipotesis harus dapat diuji.Sebagaimana diketahui, hipotesis adalah
pernyataan yang menunjukan ada atau tidak adanya data dan fakta yang ditemukan
oleh peneliti sebelum mereka memperoleh bukti dari data yang dikumpulkan.Dengan
kriteria ini, peneliti dituntutun untuk mencari data dan fakta yang akan
digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
4.
Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan tepat, artinya hipotesis
tidak boleh menggunakan kata kiasan atau kata yang kurang dapat dimengerti
sehingga tidak bermakna.Hipotesis merupakan pernyataan tentang suatu
kebenaran.Agar kebenaran dapat dengan cepat dan mudah dipahami, rumusan hipotesis
harus singkat , p-adat, serta mudah dipahami sehinggga tidak mudah memberi
peluang untuk disalahtafsirkan.
Pendapat lain mengatakan bahwa sebuah hipotesis penelitian
dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri sebgai berikut:
1.
Jelas secara konseptual
2.
Mempunyai rujukan empiris
3.
Bersifat spsifik
4.
Dapat dihubungkan dengan teknik penelitian yang ada
5.
Berkaitan dengan teori.[19]
I.
Jenis-jenis Hipotesis
Dilihat dari lingkup sasarannya, hipotesis dapat dibedakan dalam
dua macam, yaitu hipotesis umum dan hipotesis khusus. Hipotesis umum adalah
hipotesis yang jangkauan lingkupnya mencakup sasaran umum penelitian. Adapun
hipotesis khusus adalah hipotesis yang jangkauan lingkupnya terbatas pada
perinian atau jabaran hipotesis umum.
Apabila penggolongan hipotesis dikaitkan dengan rumusan masalah,
hipotesis umum merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah umum
penelitian, sedangkan hipotesis khusus adalah jawaban sementara terhadap
masalah khusus. Dalam pelaksanaan penelitian, hipotesis umum tidak tidak di uji
seara langsung dengan data penelitian. Pengujiannya dilakukan melalui hipotesis
khusus. Jadi pengujian hipotesis umum ini merupakan inferensi atau penyimpulan
terhadap jumlah kesimpulan khusus.[20]
Berdasarkan uji statistiknya, rumusan hipotesis dapat dibedakan
atas dua hipotesis, yaitu :
1)
Hipotesis nol atau hipotesis nihil. Hipotesis nol, disimbolkan Ho
adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan yang akan diuji.
Disebut hipotesis nol karena hipotesis ini tidak memiliki perbedaan (atau perbedaannya
nol) dengan hipotesis sebenarnya. Hipotesis nol sering juga disebut sebagai
hipotesis statistic karena dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,
yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol dapat menyatakan dengan
pernyataan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, tidak ada pengaruh
variabel X terhadap variabel Y.
Dibawah ini contoh perumusan hipotesis nol
·
Tidak ada perbedaan antara …. Dengan ….
Tidak ada
perbedaan yang signifikan antara tingkat intelegensi dan kreativitas mahasiswa regular
dengan kelas extensi
·
Tidak ada hubungan yang bermakna antara trait extra version dengan
komitmen pada dosen Universitas Negeri Jakarta
·
Tidak ada pengaruh …. Terhadap …
Tidak ada
pengaruh program akselerasi terhadap keerdasan emosional siswa berbakat pada
kelas akselerasi.
2)
Hipotesis alternatif atau hipotesis kerja. Hipotesis alternatif,
disimbolkan Ha atau H1 adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai lawan atau
tandingan hipotesis nol. Hipotesis alternatif ini menyatakan adanya perbedaan
antara dua variabel, atau ada pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Contoh hipotesis alternatif atau hipotesis kerja
·
Ada perbedaan yang signifikan antara …. dan ….
·
Ada pengaruh yang signifikan …. Terhadap ….
Adanya saling hubungan antara satu variabel atau lebih atau menyatakan adanya perbedaan dalam hal
tertentu pada kelompok-kelompok yang berbeda. Pada umumnya, kesimpulan uji
statistic berupa penerimaan hipotesis alternatif.[21]
Bentuk rumusan hipotesis bergantung pada kriteria-kriteria yang
menyertai hipotesis tersebut. Berdasarkan tingkat eksplanasi hipotesis yang
akan diuji atau bentuk jenis masalahnya, rumusan hipotesis dapat pula
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri),
komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka
bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif,
komparatif, dan asosiatif/hubungan.
a.
Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh :
1)
Rumusan masalah deskriptif
a.
Berapa lama daya tahan berdiri karyawan took lulusan SMA ?
b.
Seberapa semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri?
2)
Hipotesis Deskriptif
Daya tahan berdiri karyawan took lulusan SMK sama dengan 6 jam/
hari (Ho). Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan berdiri karyawan
lulusan SMK yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda seara signifikan
dengan daya tahan yang adapada populasi. (angka 6 jam/hari merupaka angka hasil
pengamatan sementara).
Hipotesis alternatifnyaadalah : daya tahan karyawan took lulusan
SMK ≠ 6 jam. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil
dari 6 jam.
3)
Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 6 jam/hari
Ha : µ ≠ 6 jam/hari
µ : adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau
ditaksir melalui sampel
untuk rumusan masalah nomor 2) hipotesis nolnya bisa berbentuk
demikian.
a)
Semangat belajar mahasiswa perguruan tingi negeri =75 % dari kriteria
ideal yang ditetapkan.
b)
Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri paling sedikit
60 %dari kriteria ideal yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih
besar atau sama dengan ≥ )
c)
Semangat belajar mahasiswa
perguruan tinggi negeri paling banyak 60 % dari kriteria ideal
yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan ≤ ).
Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan
hipotesis mana yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan
yang dilakukan pada obyek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah :
a)
Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri ≠ 75 %
b)
Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri < 75 %
c)
Semangat belajar mahasiswa perguruan tinggi negeri > 75 %
Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan
data sampel)
a)
Ho : ⍴ = 75 %
Ha : ⍴ ≠ 75 %
b)
Ho : ⍴ ≥ 75 %
Ha : ⍴ < 75 %
c)
Ho : ⍴ ≤ 75 %
Ha : ⍴ < 75 %
⍴ = hipotesis berbentuk prosentase
Teknik statistic yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis
tersebut tidak sama.
b.Hipotesis Komparatif
hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh :
1)
Rumusan Masalah Komparatif
Bagaimanakah presentasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X bila
dibandingkan dengan perguruan tinggi Y?
2)
Hipotesis Komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan
tiga model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut :
Hipotesis Nol :
1)
Ho : Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar mahasiswa perguruan
tinggi X dengan perguruan tinggi Y ; atau terdapat persamaan prestasi belajar
antara mahasiswa perguruan Tinggi X dan Y, atau
2)
Ho : prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih besar atau
sama dengan (≥) Perguruan Tinggi Y “(lebih besar atau sama dengan)”= paling
sedikit).
3)
Ho : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih keil atau
sama dengan (≤) perguruan tinggi Y (“lebih keil atau sama dengan”= paling besar).
Hipotesis Alternatif :
1)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa perguruan tinggi X lebih besar
(atau lebih kecil) dari perguruan tinggi Y.
2)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa Perguruan Tinggi X lebih kecil dari
pada (<) perguruan tinggi Y.
3)
Ha : Prestasi belajar mahasiswa
Perguruan Tinggi X lebih kecil dari pada (≥) perguruan tinggi Y.
3)Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
2)Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
3)Ha : µ1 ≤ µ2
Ho : µ1 > µ2
µ1 = rata-rata populasi (populasi) produktivitas karyawan PT. X
µ2 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT. Y
c.
Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
1)
Rumusan Masalah Asosiatif
Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan iklim kerja sekolah.
2)
Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan
sekolah dengan iklim kerja sekolah.
3)
Hipotesis Statistik
H0 : ⍴ = 0 ------ 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : ⍴ ≠ 0 -------
“tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti
ada hubungan,
⍴ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.[22]
J.
Teknik Hipotesis
Teknik-teknik yang digunakan dalam perumusan hipotesis dapat
dibedakan dalam teknik induktif dan teknik deduktif. Dalam penggunaan teknik
deduktif, pertama-tama penelitian menyimak teori yang menjadi dasar atau acuan
penelitian. Berdasarkan teori tersebut, diturunkan asumsi yang memayungi
hubungan antarvariabel yang diteliti, selanjutnya disebut deduksi, yaitu
menurunkan kesimpulan khusus dari teori dan asumsi tersebut.
Dalam penggunaan terkait induktif, peneliti merumuskan hipotesis
dengan terlebih dahulu menyimak fakta yang terjadi pada beberapa kasus yang
terkait dengan penelitiannya. Selanjutnya, penelitu mencari sifat-sifat umum
dari ffakta tersebut, mengenali karakteristik umum dari kasus-kasus tersebut,
baik dengan analisis logis (seperti dengan membuat asumsi-asumsi) maupun dengan
mencari rujukan teorinya. Berdasarkan hal ini, peneliti merumuskan kesimpulan
secara induktif, yang selanjutnya dijadikan hipotesis.[23]
Baik teknik deduktif maupun induktif dalam penyusunan hipotesis
dapat menuntun peneliti untuk merumuskan hipotesis. Oleh karena itu, kedua
teknik ini merupakan alternatif untuk digunakan oleh peneliti karena pilihan
apa pun yang diambil dapat menuntun ke arah rumusan hipotesis yang sesuai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Teori adalah suatu
konsep atau asumsi yang logis yang tersusun secara sistematis yang berfungsi
untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan.
2.
Kerangka teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori (dan bukan sekedar pakar
atau penulis buku) dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang
diteliti.
3.
Penelitian meliputi beberapa segi atau menyelidiki lebih dari satu
permasalahan , namun penyusunan kerangka teori dilakukan secara terpisah-pisah
untuk tiap-tiap segi atau permasalahan itu.
4.
Proposisi adalah suatu pernyataan yang menjelaskan kebenaran atau
menyatakan perbedaan atau hubungan antara beberapa konsep.
5.
Kerangka berfikir merupakan bagian penelitian yang menggambarkan
alur pikiran penelitian dalam memberikan penjelaasan kepada orang lain.
6.
Jenis-jenis hipotesis dapat digolongkan berdasarkan tingkat
eksplanasi, lingkup sasaran, dan uji statistiknya.
7.
Teknik yang digunakan dalam perumusan hipotesis ada dua yaitu
teknik deduktif dan teknik induktif
8.
Penggunaan teknik deduktif pertama-tama penelitian menyimak teori
yang menjadi dasar atau acuan penelitian
9.
Teknik induktif menurunkan kesimpulan khusus dari teori dan asumsi
dari teknik deduktif.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah yang berjudul
hipotesis penelitian ini, seyogyanya kita khususnya para mahasiswa yang akan
menghadapi penelitian dapat memahami dengan lebih jelas bagaimana teknik serta cara merumuskan
hipotesis penelitian yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Furhan, Arief.1982. Pegantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya :
Usaha Nasional.
Hermintoyo. 2013. Sistematika Proposal Penelitian. Artikel
diakses pada 22 maret 2015 dari http://www.uny.ac.id/BabII/1090_pdf.
Mahmud. 2011.Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Nuraida dan
Halid Alkaf. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan. Tangerang : Islamic Research
Publishing.
Sadarmayanti
dan Syarifudin Hidayat. 2002. Metodologi
Penelitian.Bandung: Mandar Maju.
Sugiyono.2007.,Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D.Bandung : Alfabeta.
[1] Sugiyono,Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2007), h.3.
[3] Sadarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian (Bandung: Mandar Maju, 2002), h.108.
[4] Sugiyono,Metode Penelitian
Pendidikan: Pendekatan kualitatif,
kuantitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007), h.79.
[6] Sugiyono, Op. Cit., h.80.
[9] Arief Furchan, Pengantar
Penelitian Dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h.96.
[10] Sugiyono, Op. Cit., h.91.
[11] Arief Furchan, Op. Cit., h.111.
[12]Sugiyono, Op. Cit., h.90.
[13]Hermintoyo,”Sistematika Proposal Penelitian,” artikel diakses pada 22
maret 2015 dari http://www.uny.ac.id/BabII/1090_pdf.
[16]Ibid, h.135
[17]Ibid,h.136
[18]Ibid,h.137
[19]Ibid, h.138
[21] Nuraida dan Halid Alkaf, Metode
Penelitian Pendidikan,(Tangerang :
Islamic Research Publishing, 2009), h. 69
No comments:
Post a Comment