pengertian khalifah

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
   Puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Salawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada baginda Muhamad saw, beserta seluruh keluarga dan sahabat-Nya, serta pengikut-Nya yang senantiasa selalu istiqomah di atas sunah-sunah, serta ajaran yang beliau bawa sampai hari kiamat kelak.
Makalah yang berjudul ”Kepemimpinan Manusia Sebagai Khalifah” ini disusun untuk menyelesaikan tugas kelompok pada mata kuliah Qur’an Hadist di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Program Studi Pendidikan Biologi. Maka harapan kami, kiranya makalah ini sesuai dengan harapan Dosen pada mata kuliah yang dimaksud.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Penulis merasa berbahagia bila ada pembaca yang mau memberikan saran dan masukan bagi perbaikan tulisan ini. Dan akhirnya hanya kepada Allah swt jualah penulis memohon, semoga tulisan ini memberikan manfaat yang baik guna kemajuan ilmu pengetahuan baik bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
                                                                                    Jakarta,  September 2014
Penulis










DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia  ........................................................................................ 3
2.2 Pengertian Khalifah ......................................................................................... 3
2.3 Ayat tentang manusia sebagai khalifah di bumi.............................................. 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 11
3.2 Saran .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar belakang
Manusia merupakan mahuk yang unik dimana berbeda dengan yang lain baik manusia satu dengan yang lain ataupun manusia dengan ciptaan Tuhan yang lain. Keunikan tersebut dikarenakan manusia terlahir dan proses belajar berbeda antara satu dengan yang lain. Dalam proses belajar dan lingkungannya tersebut memiliki sifat yang berbeda dalam menentukan sesuatu. Penentuan keputusan terhadap suatu permasalahan tidak dapat dilepaskan oleh lingkungan yang mempengaruhinya sehingga keputusannya sesuai dengan lingkungannya.
Manusia diciptakan untuk mengemban tugas mulia yaitu menjadi pemimpin atau khalifah di muka bumi ini. Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi. Tujuan penciptaan manusia di atas dunia ini adalah untuk beribadah. Sedangkan tujuan hidup manusia di dunia ini adalah untuk mendapatkan kesenangan dunia dan ketenangan akhirat. Jadi, manusia di atas bumi ini adalah sebagai khalifah, yang diciptakan oleh Allah dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya, yang ibadah itu adalah untuk mencapai kesenangan di dunia dan ketenangan di akhirat.
Dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 30: “ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. ‘Mereka berakat: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu, orang-orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kemi senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau? ‘Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”



1.2        Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian manusia menurut islam?
2.      Bagaimana pengertian khalifah itu?
3.      Jelaskan ayat Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan tentang tugas manusia sebagai khalifah di bumi?
4.      Apa tugas manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi?

1.3        Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penulis mempunyai tujuan sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui pengertian manusia menurut islam.
2.      Untuk mengetahui pengertian khalifah.
3.      Untuk mengetahui ayat Al-Qur’an dan hadits yang menerangkan tentang tugas manusia sebagai khalifah di bumi.
4.      Untuk mengetahui apa tugas manusia diciptakan sebagai khalifah di bumi.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.[1]  
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Oleh karena itu, ia telah menjadi sasaran studi sejak dahulu, kini dan kemudian hari.[2]

2.2   Pengertian Khalifah
3.2.1 Menurut Tafsir Mufradat
Khalifah berarti pengganti, yaitu pengganti dari jenis makhluk yang lain, atau  pengganti, dalam arti makhluk yang diberi wewenang oleh Allah agar  melaksanakan perintahNya di muka bumi. (Tafsir Al-Maraghi).
3.2.2 Tafsir  Ijmali
Allah menjadikan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Yang dimaksud dengan khalifah ialah makhluk Allah yang mendapat kepercayaan untuk menjalankan kehendak Allah dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya di muka bumi. Untuk menjalankan fungsi kekhalifahan itu Allah mengajarkan kepada manusia ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan manusia mempunyai kemampuan mengatur, menundukkan, dan memanfaatkan benda-benda ciptaan Allah di muka bumi sesuai dengan maksud diciptakannya.[3]
2.3 Ayat tentang manusia sebagai khalifah di bumi
2.3.1 Surat An-Nahl ayat 78
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Bahwa manusia ketika dilahirkan pertama kali awalnya tidak mengerti apa-apa, dan kondisinya sangat lemah sehingga membutuhkan orang lain untuk menolongnya seperti dokter, bidan, perawat, dan orang tua kita. Pada ayat tersebut Allah menegaskan bahwa sejak manusia lahir telah dibekali tiga kemampuan dasar, yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani. Ketiga bekal tersebut agar manusia dapat mengembangkan sesuai dengan petunjuk Allah dalam Al Qur’an sehingga akan dapat menjadi manusia yang sempurna yang dapat mengemban tugas sebagai khalifah di bumi dengan baik.
Manusia akan menjadi beriman dan berilmu ketika mereka bisa belajar melalui tiga bekal tersebut sehingga dapat menangkap informasi-informasi di luar dirinya untuk dapat dikembangkan yaitu, membaca melalui penglihatan, mendengar melalui telinga, dan merasa melalui hati.[4]
Menurut Tafsir Al Maraghi mengandung penjelasan bahwa setelah Allah melahirkan kamu dari perut ibumu, maka Dia menjadikan kamu dapat mengetahui segala sesuatu yang sebelumnya tidak kamu ketahui. Dia telah memberikan kepadamu beberapa macam anugerah berikut ini :
  • Akal; sebagai alat untuk memahami sesuatu
  • Pendengaran; sebagai alat untuk mendengarkan suara,
  • Penglihatan; sebagai alat untuk melihat segala sesuatu.
  •  Perangkat hidup yang lain; sehingga kamu dapat mengetahui jalan untuk mencari rizki dan materi lainnya yang kamu butuhkan, bahkan kamu dapat pula memilih mana yang terbaik bagi kamu dan meninggalkan mana yang jelek.
Semua yang di anugerahkan oleh Allah kepadamu tiada maksud lain kecuali supaya kamu bersyukur, artinya kamu gunakan semua anugerah Allah tersebut diatas semata-mata untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya yaitu :
a.           يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِنْ رَبِّهِمْ      : mengekploitasi sebanyak-banyak karunia Allah yang tersebar di seluruh belahan bumi-Nya demi kemaslaahatan hidup umat manusia.
b.        وَرِضْوَانًا      : dan meraih keridlaan-Nya, karena dengan keridlaan-Nya itulah hidupmu menjadi semakin bermartabat.
Begitulah selayaknya yang harus dilakukan oleh setiap manusia sesuai tugas hidupnya sebagai hamba Allah dan khalifahnya di muka bumi.
Dalam QS. 16 : 78 diawali dengan dengan kata lata'lamuna syai'an yakni tidak mengetahui sesuatu apapun, sebelum Allah Swt. menciptakan bagi manusia pendengaran, penglihatan dan af'idah (hati, otak, akal) manusia sama halnya dengan kertas putih yang tidak mengetahui apapun. Melalui pendengaran, penglihatan dan af'idah manusia mulai mengalami proses perkembangan seiring dengan bertambahnya pengetahuan mereka atas apa yang mereka lihat melalui penglihatan dan atas apa yang mereka dengar melalui pendengaran.[5]


2.3.2  Surat Al Baqarah ayat 30     
Di dalam Al Qur’an telah disebutkan ayat tentang manusia sebagai khalifah di muka bumi, yaitu di dalam Surat Al Baqarah ayat 30:
وَيَسْفِكُ فِيْهَا يُفْسِدُ مَن فِيْهَا أَتَجْعَلُ قَالُوْا خَلِيْفَةً الْأَرْضِ فِي جَاعِلٌ إِنِّيْ لِلْمَلاَئِكَةِ رَبُّكَ قَالَ إِذْ وَ
ن تَعْلَمُوْلاَ مَا أَعْلَمُ إِنِّيْ قَالَ لَكَ نُقَدِّسُ وَ بِحَمْدِكَ نُسَبِّحُ نَحْنُ وَ الدِّمَاءَ
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
            خَلِيْفَةً (khalifah):  pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah ini dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapannya.
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, fungsi sangat besar, karena tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.
            Sebagai khalifah, manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Sebagai wakil Tuhan manusia juga diberi otoritas ketuhanan; menyebarkan rahmat Tuhan, menegakkan kebenaran, membasmi kebatilan, menegakkan keadilan, dan bahkan diberi otoritas untuk menghukum mati manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah, manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi kehidupan di muka bumi. Oleh karena itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati, syahwat dan hawa nafsu, yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping juga sangat potensil untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah dibanding binatang.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat. Pertama, memakmurkan bumi (al ‘imarah). Kedua, memelihara bumi dari upaya-upaya perusakan yang datang dari pihak manapun (ar ri’ayah).
1.      Memakmurkan Bumi
Manusia mempunyai kewajiban kolektif yang dibebankan Allah SWT. Manusia harus mengeksplorasi kekayaan bumi bagi kemanfaatan seluas-luasnya umat manusia. Maka sepatutnyalah hasil eksplorasi itu dapat dinikmati secara adil dan merata, dengan tetap menjaga kekayaan agar tidak punah. Sehingga generasi selanjutnya dapat melanjutkan eksplorasi itu. Memakmurkan bumi juga berarti menjaga lingkungan sekitarnya, menjaga kelestarian hutan dan para penghuninya, karena jika semuanya terjaga benar oleh manusia, maka bencana yang diakibatkan oleh kesalahan manusia akan sedikit kemungkinan terjadinya.
2.      Memelihara Bumi
Melihara bumi dalam arti luas termasuk juga memelihara akidah dan akhlak manusianya sebagai SDM (sumber daya manusia). Memelihara dari kebiasaan jahiliyah, yaitu merusak dan menghancurkan alam demi kepentingan sesaat. Karena sumber daya manusia yang rusak akan sangata potensial merusak alam. Oleh karena itu, hal semacam itu perlu dihindari.
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya. Petunjuk yang dimaksud adalah agama (Islam).            [6]
              Menurut Husein, QS. Al-Baqarah ayat 30 ini menjelaskan bahwa manusia mendapatkan tugas yang berat yaitu khalifah yang berarti pengemban tugas kemakmuran, mengembangkan dan melestarikan kehidupan di muka bumi ini sesuai dengan hukum-hukum Allah SWT. [7]
2.3.3 Surat Adz-Dzariaat ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Adz-Dzaariat: 56)
Semua makhluk Allah, termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi selain fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah yang menciptakan semua alam semesta ini.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk, patuh). Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah yang harus tunduk mengikuti kehendaknya, baik secara sukarela maupun terpaksa.
Jadi, setiap insan tujuan hidupnya adalah untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, terjauhkan dari kegelisahan dan kesengsaraan bathin. Sedangkan diakhirat kelak, kita akan memperoleh imbalan surga dan dimasukkan dalam kelompok hamba-hamba Allah SWT yang istimewa. Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepadanya. Islam telah memberi petunjuk kepada manusia tentang tata cara beribadah kepada Allah. Apa-apa yang dilakukan manusia sejak bangun tidur sampai akan tidur harus disesuaikan dengan ajaran Islam.[8]
2.3.4 Hadits RS 660
وعَن عوفِ بن مالكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : سمِعْتُ رسولِ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ :
خِيَارُ أَئمَتكُمْ الَّذينَ تُحِبُّونهُم ويُحبُّونكُم، وتُصَلُّونَ علَيْهِم ويُصَلُّونَ علَيْكُمْ، وشِرَارُ أَئمَّتِكُم الَّذينَ تُبْغِضُونهُم ويُبْغِضُونَكُمْ ،وتَلْعُنونَهُمْ ويلعَنْونكم
قَالَ : قُلْنا يا رسُول اللَّهِ، أَفَلا نُنابِذُهُمْ ؟ قالَ :
لا، ما أَقَامُوا فِيكُمُ الصَّلاةَ، لا، ما أَقَامُوا فيكُمُ الصَلاة .
رَوَاهُ مُسْلِمٌ
قوله : تُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ : تَدْعونَ لهُمْ .
Dari 'Auf Ibn Malik, berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.
'Auf berkata: Kami berkata: Ya Rasulullah, bolehkah kita memberontak kepada mereka? Beliau saw. bersabda: Jangan, selama mereka masih mendirikan shalat di tengah kalian. (HR Muslim)
2.3.5 Hadits RS 665
رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : قال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم :
اسْمَعُوا وأطيعوا، وإنِ اسْتُعْمِل علَيْكُمْ عبْدٌ حبشىٌّ، كَأَنَّ رَأْسهُ زَبِيبَةٌ .
رَوَاهُ البُخَارِيّ.

Dari Anas ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Dengarlah dan taatlah, meskipun kamu dipimpin oleh seorang budak hitam,yang kepalanya seperti kismis.

2.3.6 Hadits RS 670
وَعَنْ أبي هُريرةَ رَضِيَ اللهُ عَنْه قَالَ : قال رسُولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم :
مَنْ أَطَاعَني فَقَدْ أَطَاعَ اللَّه، وَمَنْ عَصَاني فَقَدْ عَصَى اللَّه، وَمَنْ يُطِعِ الأمِيرَ فَقَدْ أطَاعَني، ومَنْ يعْصِ الأمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي .
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa yang taat kepadaku, maka ia telah taat kepada Allah, dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka ia telah bermaksiat kepada Allah, dan barangsiapa yang taat kepada pemimpin, maka sungguh ia telah taat kepadaku, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada pemimpin, maka ia bermaksiat kepadaku.[9]




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Manusia diciptakan untuk mengemban tugas mulia yaitu menjadi pemimpin atau khalifah di muka bumi ini. Fungsi dan kedudukan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah di bumi.
Menurut bahasa, khalifah berarti “pengganti”, yaitu pengganti dari jenis makhluk yang lain, atau  pengganti, dalam arti makhluk yang diberi wewenang oleh Allah agar  melaksanakan perintahNya di muka bumi.
Sebelum Allah Swt. menciptakan bagi manusia pendengaran, penglihatan dan af'idah (hati, otak, akal) manusia sama halnya dengan kertas putih yang tidak mengetahui apapun. Melalui pendengaran, penglihatan dan af'idah manusia mulai mengalami proses perkembangan seiring dengan bertambahnya pengetahuan mereka atas apa yang mereka lihat melalui penglihatan dan atas apa yang mereka dengar melalui pendengaran.
Ketika memerankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, ada dua peranan penting yang diamanahkan dan dilaksanakan manusia sampai hari kiamat, yaitu memakmurkan bumi dan memelihara bumi.

3.2 Saran
Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia-sia. Penciptaan manusia mempunyai tujuan yang jelas, yakni dijadikan sebagai khalifah atau penguasa (pengatur) bumi. Maksudnya, manusia diciptakan oleh Allah agar memakmurkan kehidupan di bumi sesuai dengan petunjukNya.



















[1] Anonim, Manusia Sebagai Kholifah,  www.ub.ac.id. Diakses tanggal 19 September 2014
[2] Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H., Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) Hlm 10
[3] Anonim, Manusia Sebagai Khalifah, http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20KEPEMIMPINAN.pdf, diakses tanggal 20 September 2014
[4] Mukhamad Fathoni, Hakikat Manusia dan Pengetahuan, http://sumsel.kemenag.go.id/file/file/TULISAN/qoxb1336983491.pdf, diakses  tanggal 21 September 2014
[5] Anonim, Kandungan Surat An-Nahl ayat 78,  http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-nahl-ayat-70-83.html, Diakses tanggal 20 September 2014
[6] Arif,  Ayat-Ayat Al-Quran Tentang Penciptaan Manusia Dan Tugas-Tugasnya,  http://www.hkm-arif.com/userfiles/file/Bab%201.%20Manusia%20dan%20Tugasnya.pdf,  diakses tanggal 19 September 2014
 [7] M Husein AS, dkk,  Pendidikan Agama Islam, (Depok:  Dopong Karya, 2011), hlm.2
[8] Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H., Op.Cit. Hlm 373

No comments:

Post a Comment