MAKALAH Al-Qur’an dan Al-Hadis Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya

KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberi nikmat kemudahan bagi kami untuk menyelesaikan makalah Qur’an dan hadits yang berjudul “Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya.
Solawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya hingga menemukan jalan yang terang dan diridhoi Allah, yaitu jalan Islam.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak selaku pembimbing kami dalam matakuliah Qur’an dan Hadits kepada segenap pihak yang telah mendukung dan membantu kami dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah yang telah kami susun ini. Oleh sebab itu, kami menghimpun segenap kritik dan saran yang dapat menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap agar makalah Qur’an dan hadits ini dapat digunakan sebaik-baiknya dan bermanfaat bagi para pembaca dan kami khususnya.

                                                                                       Tangerang, Oktober 2014

                                                                                                    Penulis



                                                                         









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................1
1.3.Tujuan ..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kajian tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya .................................2
2.2. Beberapa Nikmat Allah ...................................................................................3
2.3. Hakikat Bersyukur ..........................................................................................4
2.4. Q.S Al-Ankabut ayat 17 dan Q.S Az-Zukhruf ayat 9 –13 ..............................7
2.5. Hadits tentang Mensyukuri Nikmat Allah ....................................................16
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................17
3.2. Saran .............................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia merupakan pemberian yang terus menerus dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya.
Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan kepada kita.
Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.

1.2.Rumusan Masalah
Dari makalah ini dapat di rumuskan sebagai berikut :
1.      Bagaimana kajian tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya ?
2.      Bagaimana hakikat bersyukur dalam Q.S Ibrahim, 14: 7 ?
3.      Bagaimana ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang nikmat Allah dan cara mesyukurinya (Al Ankabut ayat 17 dan QS. Az Zukhruf ayat 9-13) ?
4.      Bagaimana hadis yang meriwayatkan tentang bersyukur terhadap nikmat
Allah  ?


1.3.       Tujuan
Dari rumusan masalah diatas makalah ini bertujuan sebagai berikut :
1.      Memahami kajian tentang nikmat Allah
2.      Mengetahui hakikat bersyukur yang dijelaskan dalam Q.S Ibrahim, 14: 7.
3.      Mengetahui ayat Al-Quran menjelaskan tentang nikmat Allah dan cara mensyukurinya (Al Ankabut ayat 17 dan QS. Az Zukhruf ayat 9-13).
4.      Memahami hadist yang meriwayatkan tentang bersyukur terhadap nikmat Allah


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Kajian Tentang Nikmat Allah dan Cara Mensyukurinya
Sungguh betapa besar dan banyak nikmat yang telah dikaruniakan Allah kepada kita. Setiap hari silih berganti kita merasakan satu nikmat kemudian beralih kepada nikmat yang lain. Di mana kita terkadang tidak membayangkan sebelumnya akan terjadi dan mendapatkannya. Sangat besar dan banyak karena tidak bisa untuk dibatasi atau dihitung dengan alat secanggih apapun di masa kini.
Semua ini tentunya mengundang kita untuk menyimpulkan betapa besar karunia dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dalam realita kehidupan, kita menemukan keadaan yang memprihatinkan yaitu mayoritas manusia dalam keingkaran dan kekufuran kepada Pemberi Nikmat. Puncaknya adalah menyamakan pemberi nikmat dengan makhluk, yang keadaan makhluk itu sendiri sangat butuh kepada Allah.
Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, dan wa syukuran yang berarti berterima kasih kepada–Nya. Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan terimakasih, syukranlaka artinya berterimakasih bagimu, asy-syakir artinya yang banyak berterima kasih. Menurut bahasa syukur adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan.
Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya. Nikmat yang diberikan sangat banyak dan bentuknya bermacam-macam, disetiap detik yang dilalui manusia tidak pernah lepas dari nikmat Allah yang sangat besar. Sehingga mausia tidak akan dapat menghitungnya.
Manusia yang selalu bersyukur kepada Allah akan merasakan tenang di dalam hatinya atas nikmat yang Allah berikan. Rasa syukur kepada Allah dapat diwujudkan secara lisan dengan “Alhamdulilah” serta dengan perbuatan yaitu dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan taat dalam beribadah. Bersyukur dalam perbuatan dapat dilaksanakan dengan mempergunakan nikmat Allah untuk menjalankan perintah-perintahnya misalnya  dengan bersedekah, zakat, sholat, dan membantu orang lain.
Beberapa cara dalam mensyukuri nikmat antara lain :
1.         Hatinya tunduk, dan meyakini bahwa kenikmatan itu pemberian Allah. Hatiitu untuk ma’rifah (mengenal Allah) dan mahabbah (mencintai Allah). Tanamkan dalam hati bahwa nikmat itu dari Allah semata.
2.         Lisannya memuji Allah. Jika diberi nikmat, maka hakikatnya itu adalah nikmat dari Allah, maka pujilah Allah. Ucapkan pula, jazakumulloh khoiron  kepada orang yang telah memberikan bantuan dan perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Hasan al-Bashriy berujar, ”Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat Allah. Sesungguhnya itu adalah kesyukuran.”
3.         Anggota tubuhnya melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dalam hal ini anggota badan dijadikan sebagai sarana untuk taat kepada Allah dan mencegah dari maksiat kepada-Nya. Ketika Abu Hazim ditanya mengenai bentuk syukurnya anggota-anggota badan, maka ia memberikan jawaban-jawaban. Syukurnya dua mata itu, jika melihatkebaikan, sebarkanlah, dan jika melihat keburukan, tutupilah! Syukurnya dua telinga itu, jika mendengar kebaikan peliharalah, dan jika mendengar keburukan cegahlah! Syukurnya dua tangan, janganlah tangan itu digunakan untuk mengambil barang yang bukan haknya, juga penuhilah hak Allah yang ada pada keduanya! Syukurnya perut, hendaknya makanan ada di bagian bawah, sedangkan yang atas dipenuhi dengan ilmu. Syukurnya kemaluan, terdapat dalam firman Allah, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. (Al-Quran Al-Karim Surah Al-Mu’minun [23]: ayat 5-7).
tûïÏ%©!$#ur öNèd öNÎgÅ_rãàÿÏ9 tbqÝàÏÿ»ym ÇÎÈ   žwÎ) #n?tã öNÎgÅ_ºurør& ÷rr& $tB ôMs3n=tB öNåkß]»yJ÷ƒr& öNåk¨XÎ*sù çŽöxî šúüÏBqè=tB ÇÏÈ   Ç`yJsù 4ÓxötGö/$# uä!#uur y7Ï9ºsŒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbrߊ$yèø9$# ÇÐÈ  
Syukurnya dua kaki, jika kamu melihat seseorang yang shalih meninggal, kamu bersegera meneladani amalannya; dan jika mayit orang yang tidak baik, kamu bersegera untuk menjauhkan diri dari amal-amal yang dia kerjakan, kamu bersyukur kepada Allah! Sesungguhnya orang yang bersyukur dengan lisannya itu seperti orang yang memiliki pakaian tetapi ia hanya memegang ujungnya, tidak memakainya. Maka ia pun tidak  terlindungi dari panas, dingin, salju, dan hujan [1].

2.2.Beberapa Nikmat Allah
·           Diberikan anggota tubuh yang lengkap. Sebagian besar orang baru menyadari kenikmatan ini setelah dikurangi oleh Allah. Nikmat anggota badan ini, akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah.
·           Diberikan kesehatan. Nikmat ini tidak bisa dinilai dengan uang. Jika kita sakit, berlembar-lembar uang kita keluarkan. Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lupa : sehat dan waktu luang.
·           Nikmat harta. Orang yang bersyukur kepada Allah akan menggunakan harta sesuai dengan apa yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وَعَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللّٰهِ: لَاحَسَدَ إِلَّافِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ آتَاهُ اللّٰهُ مَالًا٬فَسَلَّطَهُ عَلَى هَلَكَتِهِ فِي الْحَقِّ ٬ وَرَجُلٌ آتَاهُ اللّٰهُ حِكْمَةً فَهُوَيَقْضِي بِﻬَا وَيُعَلِّمُهَا (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
576. Dari Abdullah bin Mas’ud RA , ia berkatab bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ tidak ada iri hati yang diperbolehkan kecuali dalam dua hal, yaitu seseorang yang dikarunia harta oleh Allah kemudian dibelanjakanya dalam kebenaran, dan seorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah kemudian diamalkan dan diajarkan” (HR.Bukhari dan Muslim)[2].
·           Nikmat Keamanan. Orang yang tidak mencampurkan keimanan dan kedholiman maka baginya ‘keamanan’. Dengan nikmat keamanan ini, kita bisa beribadah ataupun menuntut ilmu dengan perasaan tenang.
·           Hidayah beragama Islam dan nikmat iman. ini adalah nikmat yang paling besar. Mengapa demikian? Karena dengan nikmat ini kita bisa membedakan kejahatan dan kebaikan, mana yang diperbolehkan oleh agama atau manakah yang tidak diperbolehkkan.

2.3.Hakikat bersyukur
Manusia adalah makhluk  Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan diciptakan  untuk menyembah hanya kepada-Nya seraya bersyukur atas hidup untuk mencapai kedudukan yang tertinggi di akhirat kelak. Jika kita fikir dahulunya kita tercipta dengan ilmu pengetahuan yang sedikit dan hanya bisa sedikit berbuat, kini kita memiliki banyak ilmu pengetahuan serta nikmat yang banyak. Lantas bagaimana kita tidak bersyukur? Sementara balasan yang dijanjikan Allah SWT apabila hambanya mensyukuri nikmat-Nya, adalah kenikmaatannya akan ditambah dan dilipat gandakan nikmat–nikmatnya yang lain. Sebagaimana Allah SWT berfirman  dalam (Q.S. Ibrahim,14 : 7) yang berbunyi:
ŒÎ)ur šc©Œr's? öNä3š/u ûÈõs9 óOè?öx6x© öNä3¯RyƒÎV{ ( ûÈõs9ur ÷LänöxÿŸ2 ¨bÎ) Î1#xtã ÓƒÏt±s9 ÇÐÈ  


2.3.1.       Terjemahan ayat
Artinya :Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (Qs. Ibrahim:7)

Lafadz
Arti
Lafadz
Arti
ŒÎ)ur

Ketika
كَفَرْتُمْ


kamu mengingkari

تَأَذَّنَ

Memaklumkan
إِنَّ


sesungguhnya


رَبُّكُمْ

Tuhanmu
عَذَابِى

Azabku

لَئِن

Sesungguhnya jika
لَشَدِيد
sungguh sangat keras/pedih

شَكَرْتُمْ

kamu bersyukur
وَلَئِن
dan sesungguhnya jika

لَأَزِيدَنَّكُمْ
pasti Aku akan   menambahkan kepadamu


Nikmat  atau rezeki yang diterima adalah barokah Allah SWT, meskipun hanya kecil dan sedikit tetapi cukup dan menentramkan hati. Karena orang yang selalu bersyukur akan diberikan kehidupan terasa menjadi tentram, damai, tenang, dan bahagia serta terhindar dari fitnah dan azab dunia serta akhirat.

2.3.2.           Tafsir QS. Ibrahim, 14: 7
Nabi Muhammad saw. Lebih jauh diperintahkan agar mengingat juga ucapain lain yang disampaikan Nabi Musa kepada umatnya, agar beliaupun menyampaikan kepada umat islam. Nabi Musa berkata kepada kaumnya : Dan ingat jugalah nikmat Allah kepada kamu semua tatkala Tuhan pemelihara dan penganugerahan aneka kebajikan kepada kamu memaklumkan: : Sesungguhnya Aku yakin Allah bersumpah demi kekuasaan–Ku, jika kamu bersyukur pasti Aku tambah nikmat –Ku. Karena itu maka berharaplah yang banyak dari Ku dengan mensyukuri dan jika kamu kufur yakni mengingkari nikmat-nikmat yang telah –Ku anugerahkan, dengan tidak menggunakan  dan memanfaatkannya sebagaiman Ku kehendaki, maka akan Ku kurangi nikmat itu bahkan kamu terancam mendapat siksa Ku sesungguhnya siksa-Ku dengan berkurang atau hilangnya nikmat itu atau jatuh petaka atas kamu akan kamu rasakan amat pedih[3].”
Sementara ulama tidak menilai ayat ini sebagai lanjutan ucapan Nabi Musa, tetapi ini adalah pernyataan langsung dari Allah swt. Sebagai salah satu anugerah-Nya. Ia merupakan anugerah karena mengetahui hakikat yang dijelaskan ayat ini menimbulkan optimisme dan mendorong untuk giat beramal guna memperoleh nikmat yang lebih banyak lagi.
Ayat di atas secara tegas mengatakan bahwa jika bersyukur maka pasti nikmat Allah akan ditambahnya, tetapi ketika berbicara tentang kufur nikmat, tidak ada penegasan bahwa pasti siksa-Nya akan jatuh. Ayat ini hanya menegaskan bahwa siksa Allah pedih. Jika demikian , penggalan akhir ayat ini dapat dipahami sekedar sebagai ancaman. Disisi lain, tidak tertutup kemungkinan keterhindaran dari siksa duniawi bagi yang mengkufuri nikmat Allah, bahkan boleh jadi nikmat tersebut ditamabh Nya dalam rangka mengulur kedurhakaan.
Hakikat syukur adalah menampakaan nikmat antara lain menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehedaki oleh pemberinya, juga menyebut-nyebut pemberinya dengan baik. Ini berarti setiap[4]. Nikmat yang dianugerahkan Allah, menuntut perenungan, untuk apa ia dianugerahkan-Nya, lalu menggunakaan nikmat tersebut sesuai dengan tujuan penganugerahan. Ambilah sebagai contoh laut , kita memakan ikan yang sangat segar, menggunakan mutiara sebagai perhiasan yang sehari-hari kita pakai. Jika dipahami, maka mensyukuri nikmat laut menuntut kerja keras sehingga apa yang disebut diatas akan dapat diraih. Dan perlu diingat bahwa semakin giat seorang berkerja dan semakin bersahabat ia dengan lingkungannya, semakin banyak pula yang dapat dinikmatinya. Demikian syukur menambah nikmat.
Disisi lain, dialam raya termasuk perut bumi, terdapat sekian banyak nikmat Allah yang terpendam ia harus disyukuri dalam arti “digali”dan dinampakaan. Menutupi atau dengan kata lain mengkufurinya dapat mengundang kekurangan yang melahirkan kemiskinan, penyakit, rasa lapar, cemas dan takut.[5]
Kita telah membahas sebelumnya tentang Nabi Musa as yang menasehati Bani Israil agar mensyukuri nikmat atas dibebaskannya mereka dari perbudakan Firaun. Hal ini menjadi prinsip bahwa mensyukuri atau mengkufuri nikmat berperan besar bagi bertambah maupun hilangnya nikmat.
Namun mensyukuri dan memuji Tuhan memiliki tingkatan. Adakalanya pada tingkatan lisan seperti berzikir dengan lisan dan berdoa. Terkadang pula syukur dalam perbuatan dengan menginfakkan dan menafkahkan semua fasilitas yang diberikan Allah Swt, demi mencari ridha-Nya. Memanfaatkan nikmat mata untuk menuntuk ilmu dan melayani sesama makhluk Allah Swt, bukan untuk mencari keuntungan yang tidak halal. Ketika manusia mengetahui bahwa ilmu dan hartanya dari Allah  bukan dari dirinya, inilah sebuah bentuk syukur. Sebaliknya, ketika manusia menggunakan nikmat Ilahi ini di jalan yang salah, pada dasarnya tidak bersyukur terhadap nikmat Allah.
Dalam riwayat disebutkan bahwa Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Musa as untuk mensyukuri-Nya. Musa berkata, "Aku tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan perintah ini, karena setiap kali aku bersyukur, muncul nikmat lainnya yang mesti aku syukuri pula." Tuhan menjawab, "Pengakuanmu tentang apapun yang kamu miliki dari-Ku, sebagai syukur terbaik." Maka secara alamiah mempergunakan berbagai nikmat Allah di jalan yang tidak disenangi-Nya, merupakan kufur nikmat dan Allah berjanji akan mengazabnya. Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1.      Salah satu ketentuan ilahi bahwa syukur menyebabkan bertambahnya nikmat dan kufur menyebabkan turunnya azab.
2.      Tuhan tidak membutuhkan syukur dan pujian dari kita. Namun, spirit bersyukur memicu pertumbuhan moralitas diri kita dan sarana menerima nikmat yang lebih besar lagi.


2.4.         Al-Qur’an
2.4.1.      Q.S Al-‘Ankabut ayat 17
Surat Al-‘Ankabut (bahasa Arab: العنكبوت ) yang berarti “Laba-laba” adalah surat ke-29 dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri atas 69 ayat serta termasuk golongan surat Makkiyah. Berikut pembahasan surat Al-‘Ankabut ayat 17 :
$yJ¯RÎ) šcrßç7÷ès? `ÏB Èbrߊ «!$# $YZ»rO÷rr& šcqà)è=øƒrBur %¸3øùÎ) 4 žcÎ) tûïÏ%©!$# šcrßç7÷ès? `ÏB Èbrߊ «!$# Ÿw šcqä3Î=ôJtƒ öNä3s9 $]%øÍ (#qäótGö/$$sù yZÏã «!$# šXøÎh9$# çnrßç6ôã$#ur (#ráä3ô©$#ur ÿ¼ã&s! ( Ïmøs9Î) šcqãèy_öè? ÇÊÐÈ  
  1. Terjemahaan Ayat   
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.



Lafadz
Arti
Lafadz
Arti
إِنَّمَا
sesungguhnya hanyalah
تَعْبُدُونَ
kamu sembah
مِن
Dari
دُونِ
Selain
ٱللَّه
Allah
أَوْثَٰنًا
Berhala
وَتَخْلُقُونَ
dan kamu membuat
إِفْكًا
Kedustaan
إِنَّ
Sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
Yang
تَعْبُدُونَ
kamu sembah
مِن
Dari
دُونِ
Selain
ٱللَّهِ
Allah
لَا
Tidak
يَمْلِكُونَ
Mampu
لَكُمْ
Kepadamu
رِزْقًا
Rezeki
فَٱبْتَغُو
maka carilah
عِندَ
Disisi
ٱللَّهِ
Allah
ٱلرِّزْقَ
Rezeki
وَٱعْبُدُوهُ
dan sembahlah Dia
وَٱشْكُرُوا
dan bersyukurlah
لَهُۥٓ
kepada-Nya
تُرْجَعُونَ
kamu dikembalikan

  1. Asbabul Nuzul Ayat
   Pada mulanya ayat 17 surah al-Ankabut ini, menceritakan umat Nabi Ibrahim yang tidak mau menyembah Allah. Bahkan mereka menyembah patung-patung buatan mereka sendiri. Dengan demikian Allah menjelaskan bahwa patung-patung atau lainnya yang mereka sembah selain diri-Nya, tidak bias berbuat apa-apa. Apalagi memberi rezeki untuk kehidupannya. Hanya dari sisi Allahlah rezeki itu didapat. Oleh karena itu sehrusnya mereka hanya menyembah Allah dan bersyukur kepada-Nya, sebab mereka pun akan dikembalikan kepada-Nya.
   M.Quraish Shihab (2006:461-462) mengatakan bahwa ayat tersebut adalah teguran kepada umat Nabi Ibrahim, yang menyembah berhala-berhala untuk mengharap mendapat rezeki dari apa yang disembahnya. Lalu ditegaskan bahwa berhala-berhala itu tidak mampu memberikan rezeki dan tidak patut untuk disembah. Sebagaiman Allah menggunakan kata ”rizqoo” yang konteks kalimatnya adalah menafikan kemampuan berhala.
Kemudian Allah menggunakan kalimat “fabtaghuu” artinya mintalah. Dan “arrizqi´ artinya rezeki secara umum (segala bentuk rezeki). Dan adanya penambahan huruf ”ta” pada kalimat “fabtaghuu” digunakan sebagai penegasan bahwa untuk mendapatkan rezeki Allah itu hendaknya dengan berusaha sungguh-sungguh. (M.Quraish Shihab, 2006: 461). Di ayat itu juga Allah mempertegas agar kita menyembahnya, karena hanya Dia yang patut disembah. Dia yang memberikan segala rezeki kepada oleh karena itu Allah melanjutkan firman-Nya dengan perintah untuk mensyukurinya.
Di ujung ayat terdapat kata “wasykuruulah” dan bersyukurlah kepada-Nya. Ayat inilah yang menegaskan kepada kita untuk mensyukuri segala rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Baik nikmat/rezeki yang langsung diberikan Allah tanpa diminta dan diusahakan seperti pemberian nyawa (ruh), anggota tubuh, maupun rezeki/nikmat yang diminta dan diusahakan terlebih dahulu seperti harta dan benda, uang, kesehatan dan lain sebagainya.[6].
  1. Kandungan Ayat
   Kandungan ayat tersebut adalah adanya perintah Allah. Mengandung 3 perintah yaitu menyembah Allah, meminta rezki hanya kepada Allah dengan berusaha sungguh-sungguh dan mensyukuri segala rezeki yang diberikan Allah. Walaupun ayat tersebut merupakan sebuah teguran dan nasihat Allah kepada umat Nabi Ibrahim AS, namun menurut Moh.Matsna (2009:9) kandungan ayatnya ditujukan kepada umat manusia agar menyembah dan bersyukur hanya kepada Allah swt yang telah banyak memberikan nikmat/rezeki.
   Begitu banyak nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT. Negara ini telah mendapatkan nikmat lahan yang subur, kandungan sumber daya alam melimpah, dan masyarakat Muslim yang sangat banyak. Diri-diri kita telah mendapatkan nikmat hidup berkecukupan, anak-anak yang sehat dan cerdas, pasangan hidup yang beriman. Bukan itu saja, masih banyak nikmat-nikmat yang lain, yang jika kita mencoba menghitungnya, niscaya tidak akan mampu. Oleh karena itu, dengan berpedomankan Al-Qur’an surah al-Ankabut ayat 17 di atas, kita patut dan bahkan wajib sekali untuk bersyukur kepada Allah SWT. Apalagi perintah ini dipertegas oleh Allah dalam Al-Qur’an surah al-Kautsar “Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak, maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
   Dalam ayat 17 surat Al Ankabut Allah SWT. Menegaskan bahwa sesembahan selain Allah itu sudah jelas merupakan hasil ciptaan tangan manusia itu sendiri, tetapi mereka berdusta dengan menganggapnya itullah tuhan yang sebenarnya. Lebih dari itu hasil ciptaan mereka yang berbentuk patung dan berhala itu menurut kepercayaan mereka sanggup memberi manfaat kepada mereka. Kemudian Ibrahim as mencela dan mengecam merteka bahwa patung-patung itu sesdikitpun tidak sanggup memberi rezeki lepada mereka. Sebab rezeki itu adalah wewenang mutlak yang hanya dimiliki oleh Allah saja, dan mensyukurinya jika yang diminta itu telah diperkenankan-Nya. Allah sajalah yang mendatangkan rezeki bagi manusia sesrta memberi nikmat para hamba-Nya.
   Sesudah Itu kepada-Nyalah manusia akan dikembalikan, dimana manusia dianjurkan untuk mencari keridaan-Nya dengan jalan mendekatkan diri kepada-Nya. Ayat ini ditutup dengan lafal “kepada-Nyalah kamu dikembalikan” artinya bersiap-siaplah kamu menemui Tuhan itu dengan beribadah dan bersyukur. Kepadamu akan dimintai pertanggung jawaban atas segala amal perbuatanmu itu Kita semua tahu bahwa segala kenikmatan yang dirasakan oleh manusia itu anugerah Allah dan Cuma-Cuma. Oleh karena itu, kelak akan dipertanyakan di akhirat semua akibat dari kenikmatan tersebut.
   Ayat di atas mengajarkan kepada kita agar pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah yaitu dengan diiringi peraturan tentang makanan yang halal dan baik bukan makanan yang haram. Makanan yang halal adalah makanan yang secara materi boleh dikonsumsi menurut hukum Islam dan diperoleh dengan cara yang sesuai dengan ajaran Islam. Karena bisa jadi jenis makanannya halal, akan tetapi diperoleh dengan cara yang melanggar ajaran Islam, maka makanan tersebut jadi haram[7].

2.4.2.      QS. Az Zukhruf Ayat 9 -13
ûÈõs9ur OßgtFø9r'y ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur £`ä9qà)us9 £`ßgs)n=yz âƒÍyèø9$# ÞOŠÎ=yèø9$# ÇÒÈ   Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #YôgtB Ÿ@yèy_ur öNä3s9 $pkŽÏù Wxç7ß öNä3¯=yè©9 šcrßtGôgs? ÇÊÉÈ   Ï%©!$#ur tA¨tR šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷Ž|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. šcqã_tøƒéB ÇÊÊÈ   Ï%©!$#ur t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=ä. Ÿ@yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB Å7ù=àÿø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $tB tbqç6x.ös? ÇÊËÈ   (#¼âqtGó¡tFÏ9 4n?tã ¾ÍnÍqßgàß ¢OèO (#rãä.õs? spyJ÷èÏR öNä3În/u #sŒÎ) ÷Läê÷ƒuqtGó$# Ïmøn=tã (#qä9qà)s?ur z`»ysö6ß Ï%©!$# t¤y $oYs9 #x»yd $tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏR̍ø)ãB ÇÊÌÈ  
  1. Terjemahan Ayat
Artinya :
(09) Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka akan menjawab: "Semuanya diciptakan oleh yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui".
(10) Yang menjadikan bumi untuk kamu sebagai tempat menetap dan dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kamu supaya kamu mendapat petunjuk.
(11)  Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti Itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).
(12) Dan yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.
(13) Supaya kamu duduk di atas punggungnya Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu Telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengucapkan: "Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya[8],
Lafadz
Arti
Lafadz
Arti
وَلَئِن
dan jika
سَأَلْتَهُم
kamu bertanya kepada mereka
مَّنْ
Siapakah
خَلَقَ
yang menciptakan
ٱلسَّمَٰوَٰت
Langit
وَٱلْأَرْضَ
dan bumi
لَيَقُولُنَّ
tentu mereka mengatakan
خَلَقَهُنَّ
menciptakan mereka semua
ٱلْعَزِي
Maha perkasa
ٱلْعَلِيمُ
Maha Mengetahui
ٱلَّذِى
Yang
جَعَلَ
Menjadikan
لَكُمُ
Untukmu
ٱلْأَرْضَ
Bumi
مَهْدًا
tempat menetap
وَجَعَلَ
dan menjadikan
لَكُمْ
Untukmu
فِيهَا
diatasnya
سُبُلًا
jalan-jalan
لَّعَلَّكُمْ
agar kamu
تَهْتَدُونَ
kamu mendapat petunjuk
وَٱلَّذِى
dan yang
نَزَّلَ
Menurunkan
مِنَ
Dari
ٱلسَّمَآءِ
Langit
ءًمَا
Air
بِقَدَرٍ
menurut ukuran
فَأَنشَرْنَا
lalu Kami hidupkan
بِهِۦ
Dengannya
بَلْدَةً
Negeri
مَّيْتًا
Mati
كَذَٰلِكَ
seperti demikian
تُخْرَجُونَ
kamu dikeluarkan
وَٱلَّذِى
dan yang
خَلَقَ
Menciptakan
ٱلْأَزْوَٰجَ
berpasangan
كُلَّهَا
Semuanya
وَجَعَلَ
dan menjadikan
لَكُم
bagi kamu
مِّنَ
Dari
ٱلْفُلْكِ
Bahtera
وَٱلْأَنْعَٰمِ
dan binatang ternak
مَا
apa yang
تَرْكَبُونَ
kamu kendarai
لِتَسْتَوُۥا
supaya kamu sama(duduk)
عَلَىٰ
Atas
ظُهُورِهِۦ
Punggungnya
ثُمَّ
kemudian
تَذْكُرُوا
kamu ingat
نِعْمَةَ
Nikmat
رَبِّكُمْ
Tuhanmu
إِذَا
Apabila
ٱسْتَوَيْتُمْ
kamu sama duduk
عَلَيْهِ
Atasnya
وَتَقُولُوا
dan kamu mengucapkan
سُبْحَٰنَ
Maha Suci Dia
ٱلَّذِى
Yang
سَخَّرَ
Menundukkan
لَنَا
untuk kami
هَٰذَا
Ini
وَمَا
dan tidaklah
كُنَّا
Kami
لَهُۥ
Baginya
مُقْرِنِينَ
Menguasai


b.        Tafsir QS. Az Zukhruf Ayat 9 -13
ûÈõs9ur OßgtFø9r'y ô`¨B t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur £`ä9qà)us9 £`ßgs)n=yz âƒÍyèø9$# ÞOŠÎ=yèø9$# ÇÒÈ  
Ayat ke 9: (Dan sungguh jika) huruf Lam di sini bermakna Qasam (kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Niscaya mereka akan menjawab,) dari lafal Layaquulunna terbuang Nun alamat Rafa'nya, karena jika masih ada, maka akan terjadilah huruf Nun yang berturut-turut, dan hal ini dinilai jelek oleh orang-orang Arab. Sebagaimana dibuang pula daripadanya Wawu Dhamir jamak, tetapi 'Illatnya bukan karena bertemunya dua huruf yang disukunkan ("Semuanya diciptakan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui") jawaban terakhir mereka adalah, "Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Mengetahuilah yang menciptakan kesemuanya itu." Selanjutnya Allah swt. menambahkan:
Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNà6s9 uÚöF{$# #YôgtB Ÿ@yèy_ur öNä3s9 $pkŽÏù Wxç7ß öNä3¯=yè©9 šcrßtGôgs? ÇÊÉÈ  
Ayat ke 10: (Yang menjadikan bumi untuk kalian sebagai tempat menetap) sebagai hamparan yang mirip dengan ayunan bayi (dan Dia membuat jalan-jalan di atas bumi untuk kalian) dilalui (supaya kalian mendapat petunjuk) untuk mencapai tujuan-tujuan di dalam perjalanan kalian.
Ï%©!$#ur tA¨tR šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# Lä!$tB 9ys)Î/ $tR÷Ž|³Rr'sù ¾ÏmÎ/ Zot$ù#t/ $\Gø¨B 4 y7Ï9ºxx. šcqã_tøƒéB ÇÊÊÈ  

Ayat ke11: (Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar) yang diperlukan oleh kalian, dan Dia tidak menurunkannya dalam bentuk hujan yang sangat besar yang disertai dengan angin topan (lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah) sebagaimana cara menghidupkan itulah (kalian akan dikeluarkan) dari dalam kubur kalian lalu kalian menjadi hidup kembali.
Ï%©!$#ur t,n=y{ ylºurøF{$# $yg¯=ä. Ÿ@yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB Å7ù=àÿø9$# ÉO»yè÷RF{$#ur $tB tbqç6x.ös? ÇÊËÈ   
Ayat ke 12: (Dan Yang menciptakan makhluk yang berpasang-pasangan) berbagai jenis makhluk berpasang-pasangan (semuanya, dan menjadikan untuk kalian kapal) atau perahu-perahu (dan binatang ternak) misalnya unta (yang kalian tunggangi) di dalam lafal ayat ini dibuang daripadanya Dhamir yang kembali kepada lafal Ma demi untuk meringkas, Dhamir tersebut adalah lafal Fihi maksudnya, yang dapat kalian kendarai.
(#¼âqtGó¡tFÏ9 4n?tã ¾ÍnÍqßgàß ¢OèO (#rãä.õs? spyJ÷èÏR öNä3În/u #sŒÎ) ÷Läê÷ƒuqtGó$# Ïmøn=tã (#qä9qà)s?ur z`»ysö6ß Ï%©!$# t¤y $oYs9 #x»yd $tBur $¨Zà2 ¼çms9 tûüÏR̍ø)ãB ÇÊÌÈ   
Ayat ke 13: (Supaya kalian dapat duduk) tetap (di atas punggungnya) Dhamir yang ada pada ayat ini dimudzakkarkan, dan lafal Zhahr dikemukakan dalam bentuk jamak sehingga menjadi Zhuhur; hal ini karena memandang makna yang terkandung di dalam lafal Ma (kemudian kalian ingat nikmat Rabb kalian apabila kalian telah duduk di atasnya dan supaya kalian mengatakan, "Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya) tidak dapat menguasainya[9].

  1. Penjelasan Ayat
Ayat ke 9, menurut Abu Ja’far Muhammad maksud ayat ini adalah jika kamu tanyakan hai Muhammad kepada orang-orang Musyrik dari kaummu itu, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi, mengadakan dan membentuknya?” Niscaya mereka menjawab, “Semuanya diciptakan oleh yang maha Perkasa dalam pengaruh kekuasaan dan balasan-Nya terhadap musuh-musuhNya, yang maha mengetahui semua ciptaan itu dengan segala yang ada di dalamNya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagiNya [10] .
Sedangkan Menurut Syekh Imam AL-Qurtubi dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang-orang kafir pun mengakui bahwa pencipta langit dan bumi beserta isinya adalah Allah Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, namun demikian mereka menyembah selain Allah dan mengingkari kekuasaan-Nya [11].
Penjelasan ayat ke 10, maksudnya adalah Allah yang menjadikan bumi terhampar bagimu. Dia menjadikan bumi bagimu pijakan yang dapat kamu pijak dengan telapak kakimu dan kamu dapat berjalan di atasnya dengan kakimu. Allah membuatkan jalan-jalan yang landai di atas bumi, yang dapat kamu tempuh dari satu negeri ke negeri lain untuk keperluan penghidupan dan pendengaranmu [12].
Sedangkan menurut Syekh Imam Al-Qurtubi bahwa ayat ini menjelaskan bahwa Allah menyifati Dzat-Nya yang maha suci dengan kekuasaan yang sempurna. Firman Allah ini merupakan awal pemberitahuan dari Allah tentang dzatNya. Supaya kalian mengakui nikmat Allah yang diberikan kepada kalian dan supaya kalian mendapat petunjuk menuju penghidupan kalian [13].
Ayat ke 11 dan 12, maksudnya adalah bahwa Allah menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), artinya menurut Ibnu Abbas yang dikutip oleh AL-Qurtubi yakni air yang diturunkan itu bukan seperti air yang diturunkan kepada kaum nabi Nuh yang tidak menurut ukuran yang diperlukan sehingga air itu menenggelamkan mereka. Akan tetapi air yang diturunkan itu sesuai dengan kadar yang diperlukan, bukan berupa badai yang menenggelamkan bukan pula kurang dari apa yang dibutuhkan sehingga ia dapat menjadi penghidupan bagi kalian dan binatang ternak kalian [14].
Ayat 12 dan 13 maksudnya adalah Dia yang menciptakan segala sesuatu, lantas menjadikannya berpasang-pasangan yaitu dengan menciptakan perempuan sebagai pasangan laki-laki, dan menciptakan laki-laki sebagai pasangan perempuan. …وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْقِ maksudnya adalah bahwa Allah menjadikan kapal-kapal bagimu yang dapat kamu kendarai di laut kea rah yang kamu kehendaki dalam perjalananmu di laut untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupmu. Sedangkan hewan ternak dapat kamu kendarai di darat ke arah manapun yang kamu tuju, seperti unta, kuda, bighal dan keledai [15]. …لِتَسْتَوُوْا عَلى ظُهُوْرِهِ supaya kamu dapat berada di atas punggung hewan yang kamu kendarai. Kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu yang dianugerahkan kepadamu, berupa ditundukannya semua fasilitas kendaraan itu bagimu di darat dan di laut.


2.5.Hadis Tentang Mensyukuri Nikmat Allah
وَ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ وَرَضِيَ اللهُ عَنْهُ، اَنَّ فُقَرَأَ الْمُهَاجِرِيْنَ أَتَوْا رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالُوْ:ذَهَبَ اَهْلُ الدُّثُوْرِ بِاالدَّرَجَاتِ العُلَى، وَالنَّعِيْمِ المُقِيْمِ، فَقَالَ:وَمَاذَاكَ ؟ فَقَالُوْ: يُصَلُّوْنَ كَمَانُصَلِّى، وَيَصُوْمُوْنَ كَمَانَصُوْمُوْ وَيَتَصَدَّقُوْنَ وَلَا نَتَصَدَّقُ وَيَعْتِقُوْنَ وَلَا نَعْتِقُ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم : اَفَلَا أُعَلِّمَكُمْ شَيْأً تُدْرِكُوْنَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ، وَتَسْبِقُوْنَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ، وَلَا يَكُوْنُ اَحَدٌ اَفْضَلَ مِنْكُمْ اِلَّا مَنْ صَنَعَ مَثَلَ مَاصَنَعْتُمْ ؟ قَالُوْ: بَلَى يَا رَسُوْلُ اللهِ قَالَ: تُسَبِّحُوْنَ وَتُكَبِّرُوْنَ وَتَحْمِدُوْنَ، دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِيْنَ مَرَّةً. فَرَجَعَ فُقَرَأَ الْمُهَاجِرِيْنَ اِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالُوْ:سَمِعَ اِخْوَانُوْنَ اَهْلُ الْاَمْوَالِ بِمَافَعَلْنَا فَفَعَلُوْا مِثْلَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: ذَلِكَ فَضْلُوْاللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ.(متفق عليه. وهذ لفظ روية مسلم)
578. Dari Abu Hurairah RA bahwasannya orang-orang kafir dari kaum muhajirin datang kepada Rasulullah saw dan berkata, “Orang-orang yang kaya mendapatkan derajat yang sangat luhur dan kenikmatan yang sangat abadi. “ Beliau bertanya, “Kenapa demikian ? ”Mereka menjawab, “Mereka salat sebagaimana kami salat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, mereka bersedekah tetapi kami tidak bisa bersedekah, dan mereka memerdekakan budak tetapi kami tidak bisa memerdekakannya” kemudian Beliau berkata, “Bolehkah aku memberitahukan kepada kamu sekalian tentang sesuatu yang dapat mengejar mereka dan kamu akan berada pada barisan terdepan bagi orang-orang sesudahmu, serta tidak ada seorangpun yang lebih utama daripada kamu sekalian kecuali orang-orang yang melakukan seperti apa yang kalian lakukan?. “Mereka menjawab, “Baiklah, wahai Rasulullah. “Beliau menjawab, “Yaitu kamu sekalian membaca tasbih (Subhanallah), takbir (Allaahu Akbar), dan tahmid (Alhamdulillah) setiap selesai solat masing-masing tiga puluh tiga kali. “Kemudian datanglah kembali sahabat-sahabat Muhajirin yang miskin itu kepada Rasulullah dan berkata, “Saudara-saudara kami yang kaya itu mendengar apa yang kami lakukan, kemudian mereka melakukan seperti apa yang kami lakukan. “Maka Rasulullah saw bersabda: “Itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” (HR. Bukhari dan Muslim



BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.         Menurut bahasa syukur adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan.
2.         Syukur berarti ucapan sikap, dan perbuatan terimakasih kepada allah swt, dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia yang diberikannya.
3.         Bersyukur berarti kita mensyukuri apa yang diberikan Allah SWT kepada kita dengan kekuatan iman dan meyakini bahwa segala sesuatu tidak ada yang sia- sia. Kita dapat mensyukuri nikmat dengan cara berdzikir, dengan lisan kita dapat mengucapkan Alhamdulillah, dengan hati yaitu meyakini bahwa segala bentuk nikmat & berkah datangnya semata hanya dari Allah SWT dan kita dapat mensyukuri nikmat Allah SWT dengan perbuatan kita dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
4.         Kandungan Q.S Al Ankabut ayat 17 adalah adanya perintah Allah. Mengandung 3 perintah yaitu menyembah Allah, meminta rezki hanya kepada Allah dengan berusaha sungguh-sungguh dan mensyukuri segala rezeki yang diberikan Allah.
5.         Penjelasan Q.S Az Zukhruf mengungkapkan bahwa orang musyrik sekalipun mengakui bahwa yang memberi nikmat itu adalah Allah. Banyak nikmat Allah yang diberikan kepada manusia, bumi sebagai tempat hidup manusia dengan berbagai sarananya. Hujan (air yang turun dari langit) sebagai sumber kehidupan. Kemudian Allah juga menciptakan pasangan semua hal yang Dia ciptakan. Ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada panas ada dingin, ada positif ada negatif dan seterusnya. Semua itu merupakan bagian dari nikmat Allah yang diberikan kepada makhluknya khususnya manusia.

3.1  Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami penulis mendapatkan berbagai pengetahuan dan pemahaman yang penting berkaitan dengan rasa syukur terhadap suatu nikmat yang diberikan Yang Maha Kuasa Allah Swt. Kami penulis menyarankan untuk para pembaca untuk dapat mensyukuri nikmat baik secara lisan dengan mengucapkan Alhamdulillah maupun melalui perbuatan melalui kebaikan. Karena tanpa disadari Allah SWT telah melimpahkan banyak nikmat seperti nikmat sehat, pengetahuan, kemudahan dan harta. Maka, dengan perasaan bersyukur niscaya Allah Swt tidak akan segan dan akan terus melimpahkan nikmat yang banyak terhadap kita sebagai hamba-Nya. Insyaallah
,
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ja’far, Muhammad. Tafsir Ath-Thobari, (penerjemah Misbah Abdul Somad). Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.
Al-Qurtubi, Syekh Imam. Tafsir Al-Qurtubi, (Penerjemah Akhmad Khotib), Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.
Departemen Agama RI. Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya. Bandung: Diponegoro. 2004.
Matsna, Mohammad. Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits. Semarang: Toha Putra. 2009.
Muslim, Al-Imam. Shohih Muslim Shihab, M. Quraisy, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an). Jakarta: Lentera Hati. 2002.
Nawawi, Imam. Riyadhush-Shalihin. Jakarta : Pustaka Azzam. 2006





[1] Mohammad Matsna, Pendidikan Agama Islam Al-Qur’an Hadits,  (Semarang: Toha Putra. 2009), hlm 27
[2] Imam Nawawi, Riyadhush-Shalihin, (Jakarta : Pustaka Azzam. 2006), hlm 463
[3] M. Quraish Shihab,Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera hati. 2002), hlm. 21
[4] Ibid,. hlm. 22
[5] Ibid,. hlm. 23
[6] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan dan Kesan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta, Lentera Hati, 2002), hal. 461
[7] Moh. Matsna, Pendidikan Agama Islam (Karya Toha, Semarang, 2009) hal.10
[8] Departemen Agama RI, Al-Hikmah AL-Qur’an dan terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2004; hlm. 147
[9] Syekh Imam al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi, Penerjemah Ahmad Khotib, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009), hal.159-161
[10] Abu Ja’far Muhammad, Tafsir Ath-Thobari, Penerjemah Misbah Abdul Somad, Abdurrahim Supandi, (Jakarta, Pustaka Azzam, 2009) hal. 964
[11] Syekh Imam al-Qurtubi, Op. Cit, hal.160
[12] Abu Ja’far Muhammad, Op. Cit, hal. 964
[13] Syekh Imam al-Qurtubi, Op. Cit, hal. 160-161
[14] Ibid, hal. 161-162
[15]Abu Ja’far Muhammad, Op. Cit, hal. 967-968