pendekatan historis studi islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Islam telah menjadi kajian yang menarik minat banyak kalangan. Studi keislaman pun semakin berkembang. Islam tidak lagi dipahami hanya dalam pengertian historis dan doktriner, tetapi telah menjadi fenomena yang kompleks. Islam tidak hanya terdiri dari rangkaian petunjuk formal tentang bagaimana seorang individu harus memaknai kehidupannya. Islam telah menjadi sebuah sistem budaya, peradaban, komunitas politik, ekonomi dan bagian sah dari perkembangan dunia. Mengkaji dan mendekati Islam, tidak lagi mungkin hanya dari satu aspek, karenanya dibutuhkan metode dan pendekatan interdisipliner.
Sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi islam yang banyak menarik perhatian para peneliti baik dari kalangan sarjana muslim maupun non muslim, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat islam, mempelajari sejarah islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatan agar berhati-hati. Dengan mengetahui bahwa umat islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun misalnya, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi umat islam. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
1.2 Perumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari pendekatan historis studi islam?
1.2.2 Bagaimana pendekatan historis studi islam?
1.2.3 Apa aplikasi dan manfaat pendekatan historis dalam studi islam?
1.2.4 Bagaimana periodesasi pada pendekatan historis studi islam?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian pendekatan historis studi islam.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana pendekatan historis studi islam.
1.3.3 Untuk mengetahui aplikasi dan manfaat pendekatan historis dalam studi islam.
1.3.4 Untuk mengetahui periodesasi pada pendekatan historis studi islam.
1.4 Manfaat
1.4.1 Agar Mahasiswa atau Mahasiswi dapat mengetahui pengertian pendekatan historis studi islam.
1.4.2 Agar Mahasiswa atau Mahasiswi dapat mengetahui bagaimana pendekatan historis studi islam.
1.4.3 Agar Mahasiswa atau Mahasiswi dapat mengetahui aplikasi pendekatan historis dalam studi islam.
1.4.4 Agar Mahasiswa atau Mahasiswi dapat mengetahui manfaat pendekatan historis dalam studi islam.
1.4.5 Agar Mahasiswa atau Mahasiswi dapat mengetahui periodesasi pada pendekatan historis studi islam.












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendekatan Historis Studi Islam
Yang dimaksud dengan pendekatan adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai paradigma. 
Menurut Kuntowijoyo (1995 : 1) menyatakan bahwa secara etimologi, sejarah berasal dari bahasa Arab “syajara”, yang berarti “terjadi”, atau “syajarah”, yang berarti “pohon”, atau “syajarah al-nasab”, yang berarti pohon silsilah. Sejarah adalah catatan-catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa lampau.
Secara terminologis, ada yang mengartikan sejarah sebagai keterangan yang telah terjadi dikalangan umat manusia pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada.[1]
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.[2]
Dalam arti luas, pendidikan atau studi adalah bimbingan yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri; seseorang terhadap orang lain; atau oleh lingkungan terhadap seseorang (Ahmad Tafsir, 1994 : 24-27). Dalam arti sempit, pendidikan adalah bimbingan yang dilakukan seseorang yang kemudian disebut pendidik, terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik.
Kata “Islam” dalam “pendidikan Islam” menunjukan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang berdasarkan Islam (Ahmad Tafsir, 1994 : 24).
Dapat dirumuskan bahwa sejarah pendidikan islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia dibawah sinar bimbingan ajaran islam, yaitu bersumber dan berpedomankan ajaran islam sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an dan terjabar dalam sunnah Rasul dan bermula sejak Nabi Muhammad saw menyampaikan ajaran tersebut kepada umatnya (Zuhairini, dkk., 1992 : 10 dan 12).[3]

2.2 Pendekatan Historis Studi Islam
Melalui pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan. Dalam hubungan ini, Kuntowijoyo telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang dalam hal ini islam, menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari Al-Qur’an, ia sampai pada kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan Al–Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
1.      Berisi konsep–konsep dan bagian
2.      Berisi kisah–kisah sejarah dan perumpamaan
Dalam bagian pertama yang berisi konsep–konsep, kita mendapati banyak sekali istilah Al–Qur’an yang merujuk kepada pengertian–pengertian normatif yang khusus, doktrin–doktrin etik, aturan–aturan legal, dan ajaran–ajaran keagamaan pada umumnya. Istilah–istilah atau singkatnya pernyataan–pernyataan itu mungkin diangkat dari konsep–konsep yang telah dikenal oleh masyarakat Arab pada waktu Al–Qur’an diturunkan atau bisa jadi merupakan istilah–istilah baru yang dibentuk untuk mendukung adanya konsep–konsep religius yang ingin diperkenalkannya. Yang jelas istilah–istilah itu kemudian diintegrasikan ke dalam pandangan dunia Al–Qur’an, dan dengan demikian lalu menjadi konsep–konsep yang otentik.
Selanjutnya, jika pada bagian yang berisi konsep–konsep Al–Qur’an bermaksud membentuk pemahaman yang komprehensif mengenai nilai–nilai islam, maka bagian kedua yang berisi kisah–kisah dan perumpamaan, Al-Qur’an ingin mengajak dilakukannya perenungan untuk memperoleh hikmah. Melalui kontemplasi terhadap kejadian–kejadian atau peristiwa–peristiwa historis dan juga melalui kiasan–kiasan yang berisi  hikmah tersembunyi, manusia diajak merenungkan hakikat dan makna kehidupan. Banyak sekali ayat yang berisi ajakan semacam ini, tersirat maupun tersurat, baik menyangkut hikmah historis atau pun menyangkut simbol-simbol. Misalnya simbol tentang rapuhnya rumah laba–laba, tentang luruhnya sehelai daun yang tak lepas dari pengamatan Tuhan atau tentang keganasan samudera yang menyebabkan orang–orang kafir berdo’a.[4]
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian itu akan menyesatkan orang yang memahaminya. Seseorang yang ingin memahami Al–Qur’an secara benar misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya Al–Qur’an atau kejadian-kejadian yang mengiringi turunnya Al–Qur’an yang selanjutnya disebut sebagai Ilmu Asbab al–Nuzul (ilmu tentang sebab–sebab turunnya ayat Al–Qur’an) yang pada intinya berisi sejarah turunnya Al–Qur’an. Dengan ilmu asbabun nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan ditunjukan untuk memelihara syariat dari kekeliruan memahaminya.[5]

2.3 Objek dan Metode Mempelajari Historis Studi Islam
Objek kajian sejarah pendidikan islam itu adalah fakta tentang tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik, peserta didik, media pendidikan, evaluasi, lembaga pendidikan, dan lingkungan pendidikan sejak proses pendidikan yang diselenggarakan oleh Nabi Muhammad saw.
Metode Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode mempelajari sejarah pendidikan islam yaitu:
1.      Metode Deskriptif
Metode ini dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang ditunjukan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu dan hanya mengukur apa adanya (Alimuddin Tuwu, 1993 cet.1, hal. 71).
2.      Metode Komparatif
Secara implementatif, metode ini berusaha mengidentifikasi atau membedakan fakta yang satu dengan fakta yang lain, berusaha mengidentifikasi sebab-akibat, dan membedakannya antara fakta yang satu dengan fakta yang lain, dan kemudian berusaha mengobservasi pengaruh atau akibatnya terhadap satu atau beberapa fakta selanjutnya (Sukardi, 2003 : 171-172).
3.      Metode Analisis-Sintesis
Metode analisis berarti cara untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen-elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Metode sintesis berarti mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur sejarah yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh (Martinis, 2005 : 29).[6]

2.4 Ruang Lingkup Historis Islam
Sejarah perkembangan peradaban islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).
2.4.1  Periode Klasik (650-1250 M)
Periode klasik yang berlangsung sejak tahun 650-1250 Masehi ini dapat dibagi lagi menjadi masa kemajuan islam I, yaitu dari sejak tahun 650-1000; dan masa desintegrasi yaitu dari tahun 1000-1250.[7] Pada masa kemajuan islam I itu tercatat sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw. Dari tahun 570-632 M, Khulafaur Rasyidin dari tahun 632-661 M, Bani Umayyah dari tahun 661-750 M, Bani Abbasiyah dari tahun 750-1250 M.
1. Pada Masa Nabi Muhammad SAW
Rasulullah adalah pendidik pertama dan terutama dalam dunia pendidikan islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan Rasulullah dapat dikatakan sebagi mukjizat luar biasa, yang manusia apa dan dimana pun tidak dapt melakukan hal yang sama. Hasil pendidikan Islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan murid-muridnya yang luar biasa (Kamaruzzaman, 2009). Pelaksanaan pendidikan Islam pada zaman Nabi dapat dibedakan menjadi dua tahap, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan materi pendidikannya, yaitu: Fase Mekkah dan Fase Madinah.[8]

Mahmud Yunus dalam bukunya, Sejarah Pendidikan Islam, menyatakan bahwa pembinaan pendidikan islam pada masa Mekkah meliputi:
1.            Pendidikan Keagamaan
Yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala.
2.            Pendidikan Akliyah dan Ilmiah
Yaitu mempelajari kejadian manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3.            Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti
Yaitu Nabi Muhammad saw. mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
4.            Pendidikan Jasmani atau Kesehatan.
Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
B. Islam di madinah
Setiap musim haji tiba, banyak kabilah yang datang ke Mekah. Begitu juga nabi Muhammad saw. Dengan giat menyampaikan dakwah islam. Diantara Kabilah yang menerima Islam adalah Khajraj dari Yatrib (Madinah). Setelah kembali ke negerinya, mereka mengabarkan adanya Nabi terakhir. Banyak hal yang dilakukan Nabi dalam rangka mempertahankan dan memperkuat kedudukan kota Madinah diantaranya adalah mengadakan perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah, mengadakan ekspedisi keluar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk tersebut. Akan tetapi, ketika pemeluk agama Islam di Madinah semakin bertambah maka persoalan demi persoalan semakin sering terjadi, diantaranya adalah rongrongan dari orang Yahudi, Munafik dan Quraisy. Namun berkat keteguhan dan kesatuan ummat Islam, mereka dapat mengatasinya.
Pendidikan Islam Masa Madinah
·               upaya pendidikan yang dilakukan Nabi pertama-tama membangun lembaga masjid, melalui masjid ini Nabi memberikan pendidikan islam.
·               Materi pendidikan islam yang diajarkan berkisar pada bidang keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan jasmani dan pengetahuan kemasyarakatan
·               Metode yang dikembangkan oleh Nabi adalah:
a.            Dalam bidang keimanan: melalui tanya jawab dengan penghayatan yang mendalam dan didukung oleh bukti-bukti yang rasional dan ilmiah.
b.           Materi ibadah: disampaikan dengan metode demonstrasi dan peneladanan sehingga mudah didikuti masyarakat.
c.            Bidang akhlak: Nabi menitikberatkan pada metode peneladanan. Nabi tampil dalam kehidupan sebagai orang yang memiliki kemuliaan dan keagungan baik dalam ucapan maupun perbuatan.
2. Pada Masa Khulafa’ Rasyidin
Di masa hayat Rasulullah seluruh Jazirah Arab telah masuk dalam wilayah Islam. Tugas pemeliharaan, pembinaan, dan perluasan selanjutnya menjadi kewajiban kafilah dan umat Islam pada umumnya, termasuk urusan pendidikan umat. Prinsip-prinsip pokok dan idealisme Islam, diajarkan oleh Nabi kepada para sahabat, hingga memberikan kesan mendalam yang hidup dalam jiwa dan pribadinya masing-masing. Meskipun masih banyak persoalan-persoalan yang belum terselesaikan oleh Nabi terutama ketika wilayah Islam telah meluas keluar Jazirah Arab. Masalah-masalah baru banyak bermunculan.
Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-Shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib, merupakan masa kekusaan khalifah Islam yang berhasil dalam mengembangkan wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah meletakkan dasar agama Islam di arab, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para khulafaur rasyidin. Pengembangan agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu yang relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Dari hanya wilayah Arabia, ekspansi kekuasaan Islam menembus luar Arabia memasuki wilayah-wilayah Afrika, Syiria, Persia, bahkan menembus ke Bizantium dan Hindia.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain sebagai berikut :
1.      Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur humbungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.
2.      Dalam dada para sahabat Nabi SAW tertanam keyakinan yang sangat kuat tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) keseluruh penjuru dunia.
3.      Bizaitun dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.
4.      Pertentangan aliran agama di wilayah Bizaitun mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat.
5.      Islam datang kedaerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.
6.      Bangsa sami di Syiria dan palestina, dan bangasa Hami di Mesir memandang bangsa Arab  lebih dekat daripada bangsa Eropa, Bizantiun, yang merintah mereka.
7.      Mesir, Syiria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan intu membantu pengusa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.
Pada masa kekuasaan para khulafaur rasyidin, banyak kemajuan peradaban telah dicapai. Di antaranya adalah muculnya gerakan pemikiran dalam Islam. Di antara gerakan pemikiran yang menonjol pada masa khulafaur rasyidin adalah sebagai berikut :
1.      Menjaga keutuhan Al-Qur’an Al-Karim dan mengumpulkan dalam bentuk mushaf pada masa Abu Bakar.
2.      Memberlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan.
3.      Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan ilmu dan memerangi kebodohan berislam  pada penduduk negeri. Oleh sebab itu, para sahabat pada masa Utsman dikirim ke berbagai pelosok untuk menyiarkan Islam. Mereka mengajarkan Al-Qur’an dan As-sunnah kepada banyak penduduk negeri yang sudah dibuka.
4.      Sebagai orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad ke-19 banyak mempelajari fenomena futuhat al-Islamiyah dan menafsirkan dengan motif baiduwi.
5.      Islam pada masa awal tidak mengenal pemisahaan antara dakwah dan negara, antara da’i maupun panglima.
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”, menjelaskan bahwa organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga negara yang ada pada masa Khulafaur rasyidin, diantaranya sebagi berikut :
1.      Lembaga Politik.
2.      Lembaga Tata Usaha Negara.
3.      Lembaga Keuangan Negara.
4.      Lembaga Kehakiman Negara.

3. Pada Masa Bani Umayah
Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal kekuasaan Bani Umayyah, pemerintahan yang bersifat berubah menjadi monarchiheridentis (kerajaan turun temurun). Kekhalifaan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomai dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi kepemipinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Ia memang tetap meggunakan istilah khalifah. Namun, dia memberikan interpretasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” engan pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah. Kekuasaan Bani Umayyah berumur  kurang lebih 90 tahun. Ibu kota Negaranya dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus, tempat ia berkuasa sebagai gubernur sebelumnya.

4. Pada Masa Bani Abbasiyah
Puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreatifitas bani Abbas sendiri. Sebagian diantarannya sudah dimulai pada awal kebangkitan islam. Lembaga pendidikan sudah berkembang, ketika itu lembaga pendidikan ini terdiri dari dua tingkat :
1. Maktab / Kuttab dan mesjid, yaitu lembaga pendidikan terendah tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan, dan tempat para remaja belajar dasar-dasar agama, seperti tafsir, hadis, fiqh, dan bahasa.
2. Tingkat pendalaman. Para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah untuk menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Ilmu yang dituntut umumnya ilmu agama, pengajarannya biasanya berlangsung di mesjid-mesjid atau di rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut, dengan memanggil ulama’ ahli kesana.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu :
1. Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan bani Abbas, bangsa-bangsa non Arab banyak yang masuk islam. Asimilasinya berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam. Pengaruh Persia, sangat kuat dibidang pemerintahan. Selain itu bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk dalam banyak bidang ilmu terutama filsafat.
2. Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Pertama, pada khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan yaitu dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas, bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan dibidang ilmu pengetahuan umum. Tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode penafsiran, pertama, tafsir bi al-ma’tsur yaitu, interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi SAW dan para sahabatnya. Kedua, tafsir bi al-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadis dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Abbasiyah, akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al ra’yi (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan, hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh, dan terutama dalam ilmu teologi perkembangan logika dikalangan umat islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
Perhatian dan minat orang Arab Islam pada masa paling awal tertuju paada bidang ilmu pengetahuan yang lahir karena motif keagamaan. Kebutuhan untuk memahami dan menjelaskan al-Qur’an, kemudian menjadi landasan teologis yang serius. Interaksi dengan dunia kristen di Damaskus telah memicu munculnya pemikiran spekulatif teologis yang melahirkan madzhab pemikiran Murji’ah dan Qodariyah.Untuk mempelajari teologi di sediakan madrasah yang sudah diakui oleh negara yaitu Madrasah Nizhamiyah, khususnya untuk mempelajari madzhab syafi’i dan teologi asy’ariyah.
Bidang kajian berikutnya adalah Hadits, yaitu perilaku, ucapan, persetujuan Nabi. Yang kemudian menjadi sumber ajaran paling penting, awalnya hanya diriwayatkan dari mulut kemulut, kemudian direkam pada abad ke-2 hijriyah.
Perkembangan peradaban pada masa daulah Bani Abbasiyah sangat maju pesat, karena upaya-upaya dilakukan oleh para Khalifah di bidang fisik. Hal ini dapat ihat dari bangunan-bangunan yang berupa:
a. Kuttab, yaitu tempat belajar dalam tingkatan pendidikan rendah dan menengah.
b. Majlis Muhadharah, yaitu tempat pertemuan para ulama, sarjana,ahli pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.
c. Darul Hikmah, Adalah perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid. Ini merupakan perpustakaan terbesar yang di dalamnya juga disediakan tempat ruangan
 belajar.
d. Madrasah, Perdana menteri Nidhomul Mulk adalah orang yang mula mula mendirikan sekolah dalam bentuk yang ada sampai sekarang ini, dengan nama Madrasah.
e. Masjid, Biasanya dipakai untuk pendidikan tinggi dan tahassus.
Pada masa Daulah Bani Abbassiyah, peradaban di bidang fisik seperti kehidupan ekonomi: pertanian, perindustrian, perdagangan berhasil dikembangkan oleh Khalifah Mansyur.

2.4.2  Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Dapat dibagi dalam dua masa, yaitu masa kemunduran I dan masa tiga kerajaan besar. Masa kemunduran I berlangsung sejak tahun 1250-1500 M. Di zaman ini, Jengis Khan dan keturunannya datang membawa penghancuran ke dunia islam. Sedangkan masa tiga kerajaan besar yang berlangsung dari tahun 1500-1700 M, dan masa kemunduran II 1700-1800 M.[9]
A. Perkembangan Ajaran Islam pada Abad Pertengahan (1250-1800) 
Perkembangan Islam pada abad pertengahan ini dilakukan melalui tiga jalan yang dilalui untuk memperkenalkan Islam pada masyarakat Eropa. Ketiga jalan tersebut adalah :
·      Jalan Barat
Proses melalui jalan barat dimulai dari kawasan Afrika Utara dengan melewati Semenanjung Iberia. Para pejuang Islam yang melalui jalan ini dipimpin oleh Thariq bin Ziyad dan dimulai pada tahun 711 M. Perjalanan Thariq dan rombongannya ini dikenal lantaran prestasinya yang mampu melewati Pegunungan Pirenia yang pada waktu itu terkenal sangat menakutkan. Namun, di kota Poitiers, Thariq dan rombongannya ditahan oleh tentara Prancis yang dipimpin oleh Karel Martel pada 732 M. Akhirnya, rombongan Thariq ini dibebaskan oleh Khalifah Umayyah yang berkuasa di semenanjung Iberia.
·      Jalan Tengah
Rute jalan tengah ini dimulai dari kawasan Tunisia. Rombongan yang melewati jalan tengah ini menuju Apenina dengan melalui Sisilia. Sisilia serta Italia Selatan sempat dikuasai oleh pejuang Islam meski tidak terlalu lama. Sebab, pada abad 11, kedua kawasan tersebut berhasil direbut oleh bangsa Nordia.
·      Jalan Tiimur
Pada 1453, Turki yang dipimpin Sultan Muhammad II mampu mengalahkan Byzantium. Caranya dengan menyerang Konstantinopel melalui laut Hitam yang merupakan bagian belakang Konstantinopel. Hal ini tidak diduga oleh tentara Byzantium sehingga dengan mudah mampu ditundukkan. Setelah menundukkan Byzantium, tentara Turki melanjutkan perjalanan hingga Wina, Austria. Perjalanan dilanjutkan menuju Semenanjung Balkan. Kawasan Balkan sempat dikuasai tentara Islam selama empat abad hingga abad 19.  Meski demikian, konstantinopel tetap berada dalam kekuasaan dinasti Umayyah dan berganti nama menjadi Istambul. Perkembangan Islam, mengalami dua fase yaitu fase kemajuan dan fase kemunduran. Fase kemajuan terjadi pada tahun 650 -1250 M yang ditandai dengan sangat luasnya kekuasaan Islam, ilmu dan sain mengalami kemajuan dan penyatuan antar wilayah Islam dan fase kemunduran terjadi pada tahun 1250 – 1500 M. yang ditandai dengan kekuasaan Islam terpecah-pecah dan menjadi kerajaan-kerajaan yang terpisah pisah. Kemunduran Islam pada abad pertengahan, pada umumnya yang menjadi penyebab diantaranya adalah sebagai berikut:
·      Tidak menjaga dengan baik wilayah kekuasaan yang luas
·      Penduduknya sangat heterogen sehingga mengalami kendala dalam penyatuan
·      Para penguasanya lemah dalam kepemimpinannya
·      Krisis ekonomi
·      Dekadensi moral yang tidak terkendali
·      Apatis dan stagnasi dalam dunia iptek
·      Konflik antar kerajaan Islam
Terlebih lagi setelah, pasukan Mughal yang dipimpin oleh Hulagu Khan berhasil membumihanguskan Baghdad yang merupakan pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang kaya dengan ilmu pengetahuan, hal ini terjadi pada tahun 1258 M. Saat itu kekhalifahannya dipimpin oleh khalifah Al Mu’tashim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad. Setelah Baghdad ditaklukkan Hulagu, umat islam dikuasai oleh Hulagu Khan yang beragama Syamanism tersebut, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran yang sangat luar biasa. Wilayah kekuasaannya terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil yang tidak bisa bersatu, satu dan lainnya saling memerangi. Peninggalan-peninggalan budaya dan peradaban Islam hancur ditambah lagi kehancurannya setelah diserang oleh pasukan yang dipimpin oleh Timur Lenk.

B. Masa Tiga Kerajaan Besar (1500-1800)

       Keadaan perkembangan Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali walaupun tidak sebanding dengan masa sebelumnya ( klasik) setelah berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Mughal di India dan kerajaan Safawi di Persia. Diantara ketiga kerajaan tersebut yang terbesar dan paling lama bertahan adalah kerajaan Usmani.
a.     Kerajaan Usmani 
Kerajaan Utsmani didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina yang bernama Usmani atau Usmani I dan memproklamirkan diri sebagai Padisyah al Usman atau raja besar keluarga Usman tahun 1300 M (699 H). Kerajaan yang didirikan oleh Usmani ini selanjutnya memperluas wilayahnya ke bagian Benua Eropa. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M sehingga tahun 1326 M dijadikan sebagai Ibukota Negara. Pada masa pemerintahan Orkhan, kerajaan Usmani menaklukkan Azmir tahun 1327 M, Thawasyannly tahun 1330 M, uskandar tahun 1338 M, Ankara 1354 M dan Gallipoli tahun 1356 M. Daerah-daerah tersebut adalah bagian benua Eropa yang pertama kali diduduki kerajaan Usmani. Kerajaan Usmani untuk masa beberapa abad masih dipandang sebagai Negara yang kuat terutama dalam bidang militer. Kemajuan-kemajuan kerajaan Usmani yaitu dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, bidang ilmu pengetahuan dan budaya misalnya kebudayaan Persia, Bizantium dan arab, pembangunan Masjid-Masjid Agung, sekolah-sekolah, rumah sakit, gedung, jembatan, saluran air villa dan pemandian umum dan di bidang keagamaan.misalnya seperti fatwa ulama yang menjadi hokum yang berlaku. Kerajaan Usmani sepeninggal Sultan Al Qanuni, mengalami kemunduran yang disebabkan oleh berbagai problema sebagai berikut:
1.   Penduduknya sangat heterogen
2.   Tidak dapat menguasai wilayah yang luas
3.   Kepemimpinannya lemah
4.   Terjadinya dekadensi moral
5.   Krisis ekonomi
6.   Ilmu dan tekhnologi stagnan
b. Kerajaan Syafawi
Kerajaan Syafawi, mulanya adalah sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil (Azerbaijan). Tarekatnya bernama tarekat Safawiyah, nama ini diambil dari nama pendirinya yang bernama Safi-Al Din dan nama Syafawi dilestarikan setelah gerakannya berhasil mendirikan kerajaan. Jalan hidup yang ditempuh Al Din adalah jalan sufi dan mengembangkan tasawuf Safawiyah menjadi gerakan keagamaan yang sangat berpengaruh di Persia, Syiria dan Anatolia. Yang semula bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan memerangi orang-orang yang ahli bid’ah. Lama kelamaan pengikut tarekat Syafawiyah berubah menjadi tentara dan fanatik dalam kepercayaan dan menentang keras terhadap orang selain Syiah
Dalam perkembangannya, kerajaan Syafawi selanjutnya dipimpin oleh Ismail yang baru berusia tujuh tahun. Ismail beserta pasukannya yang bermarkas di Gilan selama limabelas tahunmempersiapkan kekuatannya dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbeijan, Syiria dan Anatolia dan pasukan tersebut dinamai Qizilbash atau baret merah. Saat kepemimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukannya dapat mengalahkan AK Koyunlu di Sharur dan Tabriz sehingga Ismail memproklairkan dirinya menjadi raja pertama dinasti Syafawi dan berkuasa selama 23 tahun. Masa keemasan kerajaan Syafawi terjadi pada masa kepemimpinan Abbas I yaitu di bidang pilitik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan bidang pembangunan fisik dan seni. Kemajuan yang dicapainya membuat kerajaan Syafawi menjadi salah satu dari tiga kerajaan besar Islam yang diperhitungkan oleh lawan-lawannya terutama dibidang politik dan militer.
Setelah mengalami kejayaan, kerajaan Safawi tidak lama kemudian mengalami kemunduran penyebabnya adalah antara lain:
a. Kemerosotan moral para pemimpin kerajaan
b. Konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani
c. Pasukan yang dibentuk Raja Abbas I yaitu pasukan Ghulam tidak memiliki jiwa pratirotik.

c. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang termuda diantara tiga kerajaan besar Islam. Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530). Babur dengan bantuan Raja Safawi dapat menaklukkan Samarkhad tahun 1494 M. Tahun 1504 M dapat menduduki Kabul ibukota Afganistan. Setelah itu, Raja Babur mengadakan ekspansi terus-menerus. Kemajuan – kemajuan kerajaan mughal diantaranya:
1.   Di bidang Ekonomi, mengembangkan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Masalah sumber keuangan Negara lebih banyak bertumpu pada sektor pertanian
2.   Di bidang seni dan budaya misalnya karya sastra gubahan penyair istana, penyair yang terkenal yaitu Malik Muhammad Jayazi dengan karyanya padmavat (karya yang mengandung pesan kebajikan jiwa manusia), karya-karya arsitektur seperti istana fatpur Sikri di Sikri, vila dan masjid-masjid
Pada tahun 1858 M kerajaan Mughal juga mengalami kemerosotan, penyebabnya antara lain:
1.   Kemerosotan moral dan para pejabatnya bermewah-mewahan
2.   Pewaris kerajaan dalam kepemimpinannya sangat lemah dan
3.   Kekuatan mililernya juga lemah
C. Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Abad Pertengahan
Salah satu hasil yang bisa dilihat dan dirasakan dalam proses perkembangan Islam di Abad pertengahan ini di antaranya adalah majunya ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Diakui atau tidak, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Eropa memiliki basis dari Islam. Hal ini terjadi dalam proses masuknya Islam ke kawasan Eropa, baik melalui proses perdagangan maupun dalam peristiwa besar sejarah seperti perang salib. Ada beberapa sektor penting yang muncul sebagai pengaruh perkembangan Islam di abad pertengahan. Beberapa sektor tersebut diantaranya :
·      Bidang Politik
Di bidang politik, kawasan Eropa sempat mengalami balance of power pada tahun 750 M. Hal ini terjadi baik di kawasan barat maupun timur. Di kawasan barat, muncul permusuhan antara bani Umayyah II yang berkuasa di Andalusia dengan kekaisaran Karolong dari Prancis. Sementara di kawasan timur, muncul pula perseteruan antara Bani Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium di kawasan Balkan. Di sisi lain, bani Abbasyah juga memiliki perseteruan dengan bani Umayyah. Pun, kekaisaran Karoling berseteru dengan Byzanium timur dalam masalah perebutan wilayah Italia. Akhirnya, muncullah perseketuan pada keempat pihak tersebut. dimana bani Abbasyah bersekutu dengan kekaisaran Karoling. Sedangkan bani Umayyah II menjalin hubungan baik dengan Byzantium timur. Proses persektutuan ini sendiri pecah, pada saat terjadinya perang salib yang terjadi pada tahun 1096-1291.
·      Bidang Ekonomi Sosial
Andalusia yang sudah dikuasai Islam pada 711 M dan konstantinopel pada 1453 M, menjadikan sektor perdagangan Eropa banyak dikuasai oleh pedagang Islam. Hal ini karena kawasan tersebut kemudian dijadikan sebagai  salah satu jalur perdagangan Asia ke Eropa. Kondisi ini menjadikan negara Islam memiliki dominasi dalam sistem perdagangan yang diterapkan di kawasn tersebut.
·      Bidang Kebudayaan
Dengan masuknya bangsa Arab ke kawasan Eropa, menjadikan bangsa Eropa mampu memahami pemikiran kuno yang banyak didominasi dari bangsa Yunani serta Babilonia. Ada beberapa tokoh dari kedua kawasan tersebut yang dianggap sebagai tokoh-tokoh yang mampu mengubah pemikiran dunia. Diantaranya adalah :
Al Farabi (780-863). Al Farabi merupakan tokoh yang mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya Aristoteles. Oleh karenanya, Al Farabi juga dijuluki sebagai guru kedua, sementara julukan guru pertama diberikan kepada Aristoteles. Selain itu, Al Farabi juga banyak menulis buku yang terkait dengan masalah filsafat dasar yang tidak kalah hebat dengan Aristoteles.
Ibnu Rusyd (1120-1198). Dikenal juga dengan nama Averoos. Pemikirannya di kawasan Eropa dikenal dengan nama Averoisme yang mengajarkan tentang kebebasan berfikir. Inilah yang menjadi dasar munculnya reformasi pada abad 16 M serta terjadinya gerakan rasionalisme pada abad 17 M. Buku-buku karya Ibnu Rusyd ini bisa ditemukan di perpustakaan Eropa serta Amerika. Karya dari Ibnu Rusyd banyak disebut dengan nama Bidayatul Mujtahid serta Tahafutut Tahaful.
Ibnu Sina (980-1060). Merupakan tokoh yang banyak mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. Hal ini karen Ibnu Sina yang dikenal juga dengan Avecia adalah dokter yang berasal dari kota Hamzan Persia. Ide Ibnu Sina yang paling terkenal adalah wahdatul wujud atau paham yang memperkenalkan tentang segala sesuatu serba wujud. Bukunya yang banyak berpengaruh dalam ilmu kedokteran dunia adalah Al Qanun fi At Tibb.
·      Bidang Pendidikan
Banyak pemuda Eropa yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol seprti Cordoba, Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas. Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat. Banyak gambaran berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan Islam, baik dalm bidang ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun politik.

2.4.3  Periode Modern (1800-sekarang)
Dunia Islam Pada Masa Modern
Masa pembaharuan (Modern) bagi dunia islam adalah masa yang dimulai dari tahun 1800 M sampai sekarang. Masa pembaharuan ditandai dengan adanya kesadaran  umat islam terhadap kelemahan dirinya dan adanya dorongan untuk memperoleh kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awal masa pembaharuan, kondisi islam secara politis berbeda di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M dunia islam bangkit memerdekakan negaranya dari penjajahan bangsa barat (Eropa). Diantara negara-negara islam atau negara-negara penduduk mayoritas umat islam, yang memerdekakan dirinya dari penjajahan seperti:
·       Indonesia, memperoleh kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.
·       Pakistan pada tanggal 15 Agustus 1947.
·       Mesir secara pormal memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1922 M. namun mesir baru merasa benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952. yakni setelah jamal Abdul Nasir menjadi penguasa. Karena dapat menggulingkan raja Faruq yang dalam masa pemerintahannya pengaruh inggris sangat besar.
·       Irak merdeka secara formal dari penjajah inggris tahun 1932 M, tetapi sebenarnya baru benar-benar merdeka tahun 1958 M.
·       Syira dan Libanon merdeka dari penjajah prancis tahun 1946.
·       Beberapa Negara di Afrika merdeka dar Negara prancis, seperti Lybia tahun 1951 M, Sudan dan maroko tahun 1956 M, dan Aljazair tahun 1962 M.
·       Di Asia tenggara Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam, yang merdeka dari penjajah inggris adalah Malaysia tahun 1957 M, dan Brunei Darussalam tahun 1984 M.
·       Di Asia Tengah, Negara-negara yang merdeka dari Uni Soviet tahun 1992 M adalah Uzbekistan, Kirghstan, Kazakhtan, dan Azerbaijan. Sedangkan Bosnia merdeka dari penjajah Yogoslavia juga tahun 1992 M.

PERKEMBANGAN AJARAN ISLAM PADA MASA MODERN
Menjelang dan pada masa awal-awal pembaharuan yaitu sebelum dan sesudah tahun 1800 M. umat islam diberbagai negara telah menyimpang dari ajaran islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadis. Penyimpangan itu tedapat dalam hal:
·       Ajaran Islam tentang ketauhidan telah tercampur dengan kemaksiatan.hal ini ditandai dengan banyaknya umat Islam yang selain menyembah Allah SWT juga menyembah makam yang dianggap keramat dan meminta tolong dalam urusan gaib kepada dukun-dukun dan orang yang dianggap sakti. Selain itu juga kelompok umat Islam yang mengkhususkan dan beranggapan  bahwa sultan adalah orang suci yang segala perintahnya ditaati.
·        Adanya kelompok umat Islam yang selama hidup didunia ini hanya mementngkan urusan akhirat dan meninggalkan dunia. Mereka beranggapan bahwa memiliki harta benda yang banyak, kedudukan yang tinggi, dan Ilmu tentang pengetahuan dunia adalah tidak perlu. Karena hidup didunia ini hanya sebentar dan sementara, sedangkan hidup di akhirat bersifat kekal dan abadi. Selan itu, banyak umat Islam yang menganut paham fatalisme, yaitu paham yang mengharuskan berserah diri kepada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia dikuasai dan dikendalikan oleh nasib.
Penyimpangan-penyimpangan  umat slam terhadap ajaran agamanya seperti tersebut, mendorong lahrinya para tokoh pembaharu, yang berusaha menyadarkan umat islam agar kembali kepada ajaran Islam yang benar, yang bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadis).
PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN PADA MASA  MODERN
Pada masa pembaharuan, perkembangan ilmu pemgetahuan mengalami kemajuan. Hal ini dapat dlihat diberbagai Negara, seperti Turki, India dan Mesir. Sultan Muhammad II (1785-1839 M) dari kesultanan Turki Usmani, melakukan berbagai usaha agar umat Islam dinegaranya dapat menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi. Usah-usaha tersebut seperti:
1.    melakukan modernisasi dibidang pendidikan dan pengajaran, dengan memasukan kurkulum pengetahuan umum kepada lembaga-lembaga Islam (madrasah).
2.    mendirikan lembaga pendidikan “Mektebi Ma’arif”, untuk mencetak tenaga-tenaga ahli dibidang administrasi, juga membangun lembaga “Mektebi Ulumi Edebiyet”, untuk menyediakan tenaga-tenaga ahli dibidang penterjemah.
3.    mendirikan perguruan-perguruan tinggi dibidang kedokteran, milter, dan teknologi.
Setelah kesultanan Turki dihapuskan pda tanggal 1 November 1923M, dan Turki diproklamirkan sebagai negara berbentuk republik dengan presiden pertamanya Mustafa kemal At-Turk, pendiri Turki modern (1881-1938 M), maka kemajuan turki dibidang pengetahuan dan teknologi terus berkembang.  Di India ketika dijajah Inggris,  telah bermunculan para cendikawan muslim berpikran modern, yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dapat melepasan diri dari belenggu penjajah. Parta cendikiawan dimaksud deperti Syah Waliyullah (1730-1762 M), Muhammad Iqbal (1873-1938M), Sayid Ahmad Khan (1817-1898M), Sayid Amir Ali (1849-1928 M), Muhammad Ali Jannah (1876-1948M), dan Abdul Kalam Azad (1888-1956 M).
    Diantara cendekiawan tersebut yang besar jasanya tehadap umat Islam di India adalah Sayid Ahmad Khan. Setelah Inda dan Pakstan merdeka dari Inggris pada tahun 1947M, Umat Islam terbagi dua, ada yang masuk ke Republik Islam Pakstan dan juga ada yang tetap di India sekitar 40 juta jiwa. Umat Islam di dua Negara tersebut terus berusaha meningkatkan Ilmu pengetahuan dan teknologi, agar kualitas hidup mereka menngkat kearah yang lebih maju.
Pada masa pembaharuan, terutama setelah ekspansi Napoleon ke Mesir (1798M) umat Islam Mesir, Khususnya para penguassa dan kaum cendekiawannya menyadari akan keterbelakangan mereka dalam urusan dunia jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa Eropa. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai usaha agar menguasa berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dimiliki oleh bangsa-bangsa Eropa.
         Muhammad Ali, penguasa Mesir tahun 1805-1849 M, mengirim para mahasiswa untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke Prancis. Setelah kembali ke Mesir, mereka mengajar diberbagai perguruan tinggi, terutama di Universitas Al-Azhar. Karena yang belajar di Universitas Al-Azhar ini bukan para mahasiswa Islam dari Mesir, tetapi mahasiswa dari berbaga negara dan wilayah Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dajarakan Universitas Al-Azhar, in pun dengan cepat menyebar keseluruh dunia Islam. Selain Universitas Al-Azhar telah didirikan Universitar-Universitas lain yang didalamnya terdapat berbagai Fakultas seperti: Kedokteran, Farmasi, Teknik, Pertanian, Perdagangan, Hukum, dan Sastra. Universitas yang dmaksud adalah Universitas Iskandariyah di kota Iskandariyah, Universitas Ainusyams (1950 M), dan Universitas Amerika yang bernama “The AmericanUniversity in Cairo (AUC), yang didrikan bagi orang Mesir dengan tenaga pengajar dar Amerika.

2.5 Manfaat Pendekatan Historis dalam Studi Islam
Pendekatan historis dalam studi Islam amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi dan kondisi sosial kemasyarakatan. Yaitu bagaimana melakukan pengkajian terhadap berbagai studi keislaman dengan menggunakan pendekatan historis sebagai salah satu alat (metodologi) untuk menyatakan kebenaran dari objek kajian itu.
Pentingnya pendekatan ini, mengingat karena rata-rata disiplin keilmuan dalam Islam tidak terlepas dari berbagai peristiwa atau sejarah. Baik yang berhubungan dengan waktu, lokasi dan format peristiwa yang terjadi. Melalui pendekatan historis dalam studi Islam ditemukan berbagai manfaat yang amat berharga, guna merumuskan secara benar berbagai kajian keislaman dengan tepat berkenaan dengan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan memahami agama keluar dari konteks historisnya.
Seseorang yang ingin memahami Al-quran secara benar, maka ia harus mempelajari sejarah turunnya Al-quran (asbab al-Nuzul) dengan demikian ia akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum tertentu dan ditujukan untuk memelihara syari’at dari kekeliruan memahaminya.
Mengingat begitu besar peranan pendekatan historis ini, maka diharapkan akan melahirkan semangat keilmuan untuk meneliti lebih lanjut beberapa peristiwa yang ada hubungannya terutama dalam kajian Islam di berbagai disiplin ilmu dan diharapkan dari penemuan-penemuan ini akan lebih membuka tabir kedinamisan dalam mengamalkan ajaran murni ini dalam kehidupan yang lebih layak sesuai dengan kehendak syara’, mengingat pendekatan historis memiliki cara tersendiri dalam melihat masa lalu guna menata masa sekarang dan akan datang. 


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat di tarik beberapa kesimpulan:
1. Sejarah pendidikan islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia dibawah sinar bimbingan ajaran islam, yaitu bersumber dan berpedomankan ajaran islam sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan terjabar dalam sunnah Rasul dan bermula sejak Nabi Muhammad saw menyampaikan ajaran tersebut kepada umatnya.
2. Pendekatan sejarah seseorang diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri turun dalam situasi yang konkret bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
3. Objek kajian sejarah pendidikan islam itu adalah fakta tentang tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik, peserta didik, media pendidikan, evaluasi, lembaga pendidikan, dan lingkungan pendidikan sejak proses pendidikan yang diselenggarakan oleh Nabi Muhammad saw. Metode Pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dan pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan.
4. Sejarah perkembangan peradaban islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: periode klasik (650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800-sekarang).

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga mengenai materi pendekatan historis dalam studi islam. Kami penulis, menyarankan kepada semua pembaca dan pendengar untuk mempelajari materi pendekatan historis dalam studi islam. Dengan mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa dan mahasiswi akan merasa bangga dan percaya diri menjadi umat islam dan menyadarkan umat islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan islam.



























DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik (Ed.). Sejarah dan Masyarakat Lintasan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1987.
Al-Qaththan, Manna’. Mabahits Fi Ulum Al-Qur’an. Mesir: Dar Al-Ma’rif. 1977.
Elfatru, Nawawi. 2012. Studi Islam Pendekatan Historis atau Sejarah. http://nawawielfatru.blogspot.com/2012/10/studi-islam-pendekatan historissejarah.html.
Kuntowijoyo. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. 1991.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I. Jakarta: UI Press. 1979.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004.
Suhartini, Andewi. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI. 2009.          
Yunus , Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung. 1992.



[1]Andewi Suhartini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), hal. 3.
[2]Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah dan Masyarakat Lintasan Historis Islam Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987), cet. II., hal. 105.
[3]Andewi Suhartini, Op. cit., hal. 4-6.
[4]Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, (Bandung: Mizan, 1991), cet. I. hal. 328.
[5]Manna’Al-Qaththan, Mabahits fi ulum al-Qur’an, (Mesir: Dar al-Ma’rif, 1977), hal. 79.
[6]Andewi Suhartini, hal 8-9.
[7]Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1979), hal. 56-75.
[8]Andewi Suhartini, Op. cit., hal. 33.
[9]Ibid., hal. 84-89.

No comments:

Post a Comment